Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan hidayah- Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah Dengan Judul “Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hiv-Aids” Makalah Ini Ditulis Untuk Memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Kritis di Universitas MH Thamrin Jakarta. Meskipun ada kemajuan dalam pengobatannya, namun infeksi HIV dan AIDS masih merupakan masalah kesehatan yang penting (Smeltzer dan Bare 2015). Laporan perkembangan HIV AIDS dari direktorat jendral pencegahan dan pengendalian penyakit atau Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI pada tanggal 18 mei 2016 menyebutkan bahwa Indonesia dari bulan Januari sampe dengan Maret 2016 jumlah HIV dil;aporkan sebanyak 305 orang.
Penyakit HIV AIDS merupakan penyakit yang dapast ditularkan dari orang ke orang melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses berhubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kendungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui (Dinkes Kota Kupang 2015). Penyakit HIV AIDS juga memunculkan berbagai maslah psikologi seperti ketakutan, keputusasaan yang disertai dengan prasangka buruk dan diskriminasi dari orang lain, yang kemudian menimbulkan tekanan psikologios (Arriza dkk, 2013). Definisi kasus surveilensi untuk HIV dari CDC menurut Sylvia dan lorraine (2012) yaitu kriteria yang direfisi pada tahun 2000 untuk pelaporan tingkat nasional mengombinasikan infeksi HIV dan AIDS dalam suatu definisi kasus.
Bukti laboratorium untuk infeksi HIV mencakup reaksi positif berulang terhadap uji-uji penap[isan antibodi yang dikonfirmasi dengan uji suplementer (misal, ELISA dikonfirmasi dengan ujui Western blot) atau hasil positif atau laporan terdeteksinya salah satu uji njonantibodi atau virologi HIV: uji antigen p24 HIV dengan pemeriksaan netralisir, biakan virus HIV, deteksi asam nuleat (RNA atau DNA) HIV (misalnya, reaksi berantai polimerase atau RNA HIV-1 plasma, yang berinteraksi akibat terpajan masa perinatal). Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu : . a) Hubungan seksual dengan penderita HIV AIDS.
Patofisiologi
Pathway
Klasifikasi
Pada beberapa negara, pemeriksaan limfosit CD4+ tidak tersedia, dalam hal ini seseorang dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis, yaitu berdasarkan tanda dan gejala mayor dan minor. Gejala minor terdiri dari: Kandidiasis orofaringeal, batuk menetap lebih dari 1 bulan,kelemahan tubuh, berkeringat malam, hilang nafsu makan, infeksi kulit generalisata,Limfadenopati generalisata, Herpes zoster, infeksi Herpes simplex kronis, Pneumonia,Sarcoma Kaposi. Simptomatik aktivitas normal, berat badan menurun <10%, terdapat kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti Dermatitis seroboik, Prorigo, Onikomikosis, Ulkus yang berulang dan Kheilitis angularis, Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir, adanya infeksi saluran nafas bagian atas seperti Sinusitis bakterialis.
Pada umumnya kondisi tubuh lemah, aktivitas di tempat tidur < 50%,berat badan menurun >10%, terjadi diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, terdapat Kandidiasis orofaringeal,TB paru dalam 1 tahun terakhir, infeksi bakterial yang berat seperti Pneumonia dan Piomiositis. Pada umumnya kondisi tubuh sangat lemah, aktivitas ditempat tidur >50%, terjadiHIV wasting syndrome, semakin bertambahnya infeksi opurtunistik seperti Pneumonia Pneumocystis carinii, Toksoplasmosis otak, Diare Kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan, Kriptosporidiosis ekstrapulmonal, Retinitis virus sitomegalo,Herpes simpleks mukomutan >1 bulan, Leukoensefalopati multifocal progresif,Mikosis diseminata seperti histopasmosis, Kandidiasis di esophagus, trakea,bronkus, dan paru, Tuberkulosis di luar paru, Limfoma, Sarkoma Kaposi, serta Ensefalopati HIV.
Manifestasi klinis
Beberapa kelainan seperti kulit genital (genital warts), folikulitis dan psoriasis sering terjadi pada orang dengan HIV/AIDS(ODHA) tapi tidak selalu terkait dengan HIV. c) Infeksi. Gangguan pernafasan : batuk lebih dari 1 bulan, sesak nafas, tuberkulosis, pneumonia berulang, sinusitis kronis atau berulang.
Pemeriksaan penunjang
Terdapat tiga jenis tes HIV, yaitu tes serologi, tes virologis dengan PCR, dan tes HIV antibodi-antigen. Tes ini sudah ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV-1 maupun 2. Berfungsi mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2 yang dilakukan dengan ELISA (enzyme-linked immunisorbent assay).
Jika hasilnya positif, akan muncul serangkaian pita yang menandakan adanya pengikatan spesifik antibodi terhadap protein virus HIV. Tes HIV ini perlu dilakukan terhadap bayi yang baru dilahirkan oleh ibu yang positif mengidap HIV. Tes HIV DNA kualitatif berfungsi mendeteksi virus dan tidak bergantung pada keberadaan antibodi (kerap digunakan pada bayi).
Tak cuma bayi, tes tersebut juga dapat digunakan untuk memantau terapi antiretroviral (ART) pada orang dewasa. d) Tes HIV antibodi-antigen. Meski antibodi baru terbentuk berminggu-minggu setelahnya terjadinya infeksi, tetapi virus dan protein p24 sudah ada dalam darah.
Penatalaksanaan
Komplikasi
Komplikasi HIV/AIDS Sebuah infeksi pada pengidap HIV dapat disebut sebagai infeksi oportunistik karena berbagai macam mikroba penyebab infeksi, mulai dari bakteri, jamur, parasit, dan virus lainnya muncul mengambil kesempatan selagi daya tahan tubuh sedang lemah-lemahnya. Sebagian besar komplikasi yang mengancam jiwa terjadi ketika jumlah CD4 turun di bawah 200 sel per millimeter kubik. Infeksi oportunistik mungkin hanya memiliki sedikit atau tidak menimbulkan dampak signifikan pada orang dengan sistem kekebalan yang sehat.
Infeksi oportunistik biasanya muncul ketika jumlah sel CD4 turun di bawah 200 sel per millimeter kubik. Ini dapat didefinisikan sebagai kondisi otak degeneratif yang memengaruhi orang dengan jumlah CD4 kurang dari 100. g) Herpes simpleks (kronis) dan herpes zoster. Herpes simpleks adalah infeksi yang dapat menghasilkan luka merah dan nyeri muncul di mulut atau area genital.
Histoplasmosis adalah infeksi oleh spora jamur yang sering berasal dari kotoran burung atau tanah (lingkungan). Isosporiasis adalah infeksi jamur parasit yang dapat berkembang ketika seseorang minum atau bersentuhan dengan makanan dan sumber air yang terkontaminasi. Ini sering muncul pada orang dengan sistem kekebalan yang sangat lemah (jumlah CD4 kurang dari 50).
Infeksi oportunitis ini saat ini menjadi penyebab utama kematian pada orang yang hidup dengan HIV. Pemantauan yang cermat dan terapi antibiotik saat ini digunakan untuk merawat orang setelah diagnosis mengalami PCP. l) Pneumonia kronis. Meskipun saat ini belum ada pengobatan untuk penyakit ini, beberapa kemajuan telah ditunjukkan dengan terapi antiretroviral. n) Toxoplasmosis.
Perawatan profilaksis digunakan sebagai tindakan pencegahan bagi orang yang memiliki jumlah CD4 rendah. o) Tuberkulosis (TB atau TBC). Infeksi oportunistik ini dapat menyebabkan penurunan berat badan total lebih dari 10 persen dari berat badan normal penderita HIV. Jika seseorang datang dengan satu atau lebih infeksi oportunistik, penyakit tersebut kemungkinan besar akan dikategorikan sebagai HIV stadium 3 atau AIDS, terlepas dari jumlah sel CD4 pada orang tersebut saat ini.
Konsep asuhan keperawatan A. Pengkajian
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat. Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan BB yang cukup drastis dalam waktu singkat (terkadang lebih dari 10%. Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami gangguan karena adanya gejala seperi demam dan keringat pada malam hari yang berulang.
Hal ini disebabkan mereka yang menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah. Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa malu atau harga diri rendah. Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisah dan depresi karena penyakit yang dideritanya.
Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya terganggu karena penyebab utama penularan penyakit adalah melalui hubungan seksual. Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya akan berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka sebagai balasan akan perbuatan mereka. Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai dan kepercayaan pasien dalam kehidupan pasien, dan agama merupakan hal penting dalam hidup pasien. g.
Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Tidak ada deviasi dari kisaran normal 3) Suara Auskultasi .. nafas Tidak ada deviasi dari kisaran normal. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan .. status nutrisi : asupan makanan dan cairan dengan kriteri hasil : 1) Asuhan makanan .. secara oral sebagian besar adekuat 2) Asupan cairan.
Implementasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
Kesimpulan
PENUTUP
Saran