BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM
FARMASETIKA I
Tim Penyusun:
Syaiful Choiri, M.Pharm.Sci., Apt.
Dr. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt.
Erna Wulandari, M.Sc., Ph.D., Apt.
LABORATORIUM FARMASETIKA KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2
LEMBAR PENGESAHAN
Buku pentunjuk praktikum Farmasetika I ditujukan untuk mahasiswa sebagai pedoman pelaksanaan praktikum Farmasetika I di Laboratorium Farmasetika, Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, yang disusun oleh:
1. Syaiful Choiri, M.Pharm.Sci., Apt.
NIP. 199112152019031012 2. Dr. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt.
NIP. 197803192005011001
3. Erna Wulandari, M.Sc., Ph.D., Apt.
NIP. 1991061220220601
Mengetahui, Dekan Fakultas MIPA
Surakarta, 23 Agustus 2022 Menyetujui,
Ketua Program Studi S1 Farmasi
Drs. Harjana, M.Si., M.Sc., Ph.D.
NIP. 195907251986011001
Dr. rer.nat. Saptono Hadi, S.Si., M.Si., Apt.
NIP. 197604032005011001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga buku Petunjuk Praktikum Farmasetika I ini dapat disusun.
Materi yang disajikan dalam Praktikum Farmasetika I ini meliputi:
kelengkapan resep dan keabsahan resep, dan pembuatan resep/ sediaan obat.
Buku petunjuk praktikum Farmasetika I ini bukanlah tuntunan yang baku dan final sehingga masih perlu penyempurnaan dan harus menyesuaikan dengan perkembangan di lapangan. Penyusun akan senantiasa mengevaluasi materi praktikum untuk mendukung pembekalan siswa yang lebih baik. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan mencapai sasaran serta tujuan penyusunnya.
Surakarta, 23 Agustus 2022
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN... 2
KATA PENGANTAR ... 3
DAFTAR ISI ... 4
TATA TERTIB PRAKTIKUM ... 5
TEORI SINGKAT ... 6
DAFTAR SINGKATAN DALAM RESEP ... 15
PRAKTIKUM I ... 17
PRAKTIKUM II ... 19
PRAKTIKUM III ... 21
PRAKTIKUM IV ... 23
PRAKTIKUM V ... 25
PRAKTIKUM VI ... 27
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Praktikan harus datang 10 menit sebelum praktikum dimulai.
2. Praktikan wajib membawa peralatan praktikum pribadi seperti : kain lap, sabun cuci tangan, lem/isolasi, gunting, dll.
3. Praktikan wajib menjaga kebersihan laboratorium sebelum dan sesudah praktikum.
4. Apabila praktikan merusakkan / memecahkan alat, praktikan harus mengganti sesuai dengan barang yang dirusakkan/dipecahkan.
5. Selama praktikum berlangsung, praktikan harus mengenakan jas praktikum. Dilarang makan, minum, dan bersendau gurau di laboratorium selama praktikum berlangsung.
6. Setelah selesai praktikum, praktikum harus menyerahkan sediaan yang dibuat dan melakukan post test, serta membuat laporan sementara yang diperiksa dan ditandatangani oleh dosen pembimbing/asisten praktikum.
7. Laporan resmi praktikum harus dibuat dan diserahkan kepada dosen pembimbing/asisten 1 minggu setelah praktikum.
8. Jika karena suatu hal praktikan tidak dapat mengikuti praktikum, harus mengajukan permohonan ijin kepada koordinator praktikum.
9. Apabila praktikan tidak mengikuti praktikum selama 3 kali percobaan tanpa keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka yang bersangkutan tidak diperkenankan melanjutkan praktikum pada semester tersebut.
10. Selesai melakukan praktikum praktikan wajib mengembalikan alat dalam keadaan baik dan bersih, serta mengembalikan sisa bahan praktikum.
11. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur secara tersendiri.
12.
Setiap pelanggaran terhadap tata tertib ini akan dikenakan sanksi.
TEORI SINGKAT
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan, yang mempunyai ijin kepada apoteker untuk meracik dan menyerahkan obat kepada pasien.
Resep harus ditulis dengan lengkap dan jelas. Beberapa hal terkait dengan keabsahan dan kelengkapan resep harus diperhatikan sebelum meracik resep.
Berdasarkan SK Menkes RI No.26/Menkes/1981 Bab III pasal 10, resep dikatakan sah dan lengkap jika memuat :
1. Nama, alamat, no ijin praktek dokter 2. Tanggal penulisan resep
3. Nama obat/komponen obat (jumlah dan potensi) 4. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep 5. Aturan pemakaian obat yang tertulis
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku
7. Nama pasien
8. Bagi resep yang mengandung golongan narkotika harus disertakan juga alamat lengkapnya
9. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.
Proses peracikan resep diawali dengan skrining secara administratif resep tersebut. Resep yang lengkap secara administratif dilanjutkan untuk diracik dan kemudian diserahkan kepada pasien. Beberapa hal terkait komponen dalam resep yang perlu diperhatikan adalah:
Inscriptio Nama dokter, SIP, alamat, nomor
telepon, tempat dna tanggal resep
Invocatio Simbol R/ (Recipe)
Prescriptio/ odronatio Nama obat, jumlah, cara pembuatan Signatura
(petunjuk untuk pemakaian obat)
Interval pemberian, jumlah pemberian, waktu pemberian, cara pakai
Subscriptio Paraf
Pro Identitas pasien
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Yang berhak meminta copy resep yaitu dokter penulis resep, pasien, petugas kesehatan, petugas lain yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan. Resep dapat ditulis kembali dalam bentuk salinan resep atau disebut juga copy resep atau apograph. Selain memuat semua keterangan pada resep asli, copy resep memuat : Nama apotek dan alamatnya, nama Apoteker dan No.SIPA, tanda tangan apoteker pengelola apotek dan tanda “det” jika obat sudah diserahkan dan “nedet” jika obat belum diserahkan.
2. Salinan resep harus mencantumkan nama dan alamat apotek, nama dan SIK apoteker pengelola apotek, tanda det/nedet, nama dokter penulis resep, tanggal dan nomor resep
3. Bila dokter ingin resepnya yang mengandung obat keras diulang, dokter akan menulis iter – diulang – pada bagian kiri atas resep.
4. Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, dokter menulis pada bagian kanan resep : Cito, statim atau urgen = segera, atau PIM (periculum in mora)=berbahaya bila ditunda.
5. Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras tanpa sepengetahuannya diulang, dokter akan menulis NI= ne iteratur = tidak boleh diulang.
Jika apoteker pengelola berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau paraf pada salinan resep dilakukan oleh apoteker pendamping, asisten apoteker, kepala asisten apoteker, supervisor atau apoteker pengganti, dengan mencantumkan nama jelas. Tanda tangan atau paraf dicantumkan di bawah salinan resep yang tertera tanda p.c.c (pro copi conform), atau “sesuai dengan aslinya”.
BENTUK SEDIAAN FARMASI 1. Serbuk (Pulvis dan Pulveres)
Menurut Farmakope edisi V, serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (Pulveres) atau tidak terbagi (Pulvis).
Keuntungan serbuk:
a. Sebagai campuran bahan obat sesuai kebutuhan b. Dosis lebih tepat, lebih stabil daripada sediaan cair
c. Memberikan disolusi yang cepat, sehinggal lebih siap untuk diserap Kekurangan serbuk:
a. Kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak/ terurai dengan adanya kelembaban/ kontak dengan udara
b. Bahan obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya c. Peracikannya relatif cukup lama
2. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari yang paling kecil (5) sampai nomor yang paling besar (000). Umumnya ukuran nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien.
No. Ukuran Kapsul
Volume (mL)
000 1,7
00 1,2
0 0,85
1 0,62
2 0,52
3 0,36
4 0,27
5 0,19
Untuk hewan
10 30
11 15
12 7,5
3. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep senyawa hidrokarbon (dasar salep berlemak seperti vaselin putih), dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
4. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim terdiri dari basis emulsi minyak dalam air (o/w) atau air dalam minyak (w/o).
Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
5. Gel
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida).
Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket.
6. Suppositoria
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar supositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol.
7. Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah sediaan seperti tersebut di atas, dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
a. Suspensi Oral
Sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini.
b. Suspensi Topikal
Sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “Lotio” termasuk dalam kategori ini.
c. Suspensi tetes telinga
Sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
d. Suspensi optalmik
Sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata
8. Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah.
9. Sirup
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air. Sebagai formula umum dari sediaan oral berbentuk cair diantaranya bahan obat/ zat berkhasiat, pembantu pelarut (jika diperlukan), dapar, pemanis, zat penambah rasa (bila diperlukan), aroma, pewarna, pengawet, dan air suling.
10. Guttae
Guttae (obat tetes) adalah sediaan cair berupa larutan, suspensi atau emulsi yang dimaksudkan untuk obat luar atau obat dalam. Guttae dibagi menjadi 2 macam yaitu guttae untuk obat dalam dan obat luar (tetes telinga, tetes hidung, dan tetes mata).
11. Saturasi
Saturasi adalah sediaan cari yang berupa larutan yang terdiri dari komposisi asam dan sumber karbonat dalam kondisi jenuh CO2. Obat dalam bentuk sediaan ini meningkatkan absorbsi obat karena adanya CO2.
DOSIS
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atai diberikan kepada penderita, baik untuk obat dalam maupun obat luar.
Macam-macam dosis:
a. Dosis lazim: petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan sebagai pedoman umum.
b. Dosis terapi: takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan penderita.
c. Dosis minimum: takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita.
d. Dosis maksimum: takaran obat terbesar yang dapat diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan pada penderita.
e. Dosis toksik: takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan keracunan pada penderita.
f. Dosis letalis: takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan kematian pada penderita. Dosis letalis terdiri dari LD50 (takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan) dan LD100 (takaran yang dapat menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan)
Dosis maksimum diartikan sebagai takaran terbanyak yang dapat diberikan sekali atau dalam jangka waktu 24 jam.
a. Rumus Talbot
Dosis maksimum anak =Luas permukaan badan anak (m2)
1,73 m2 × DM
Rumus ini dipakai dengan ketentuan sebagai berikut:
Untuk menghitung DM dari obat-obat dimana anak sangat sensitif, misalnya obat-obat narkotika
Untuk orang lanjut usia
Untuk bayi yang baru lahir
Untuk bayi yang lahir prematur
Untuk orang-orang yang mempunyai kelainan patologi (dalam keadaan sakit).
b. Rumus Fried
Digunakan untuk bayi kurang dari 1 tahun
Dosis maksimum anak = n
150× DM n = umur dalam bulan
b. Rumus Young (untuk anak dibawah 8 tahun) Dosis maksimum anak = n
n + 12× DM n = umur dalam tahun
c. Rumus Dilling (untuk anak diatas 8 tahun)
Dosis maksimum anak = n
20× DM n = umur dalam tahun
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat a. Umur
b. Berat badan c. Jenis kelamin d. Status patologis
e. Toleransi terhadap obat f. Waktu penggunaan obat g. Sifat bentuk sediaan h. Cara penggunaan
i. Faktor psikologis dan fisiologis j. Body Surface Area (BSA)
BEYOND USE DATE
Beyond Use Date (BUD) merupakan tanggal batasan obat racikan sudah tidak diperbolehkan untuk digunakan lagi dan tanggal tersebut ditentukan dari kapan obat diracik/ disiapkan atau setelah kemasan primernya dibuka/dirusak. Pada saat produk dibuka terjadi paparan dengan lingkungan sehingga menyebabkan perubahan fisika dan kimia, dan bahkan kontaminasi mikroorganisme. Perubahan fisika dan kimia dipercepat oleh meningkatnya suhu dan pengaruh kelembaban, sedangkan kontaminasi mikroorganisme dapat menyebabkan kerusakan sediaan (tumbuh jamur) atau faktor penyebaran penyakit.
BUD berbeda dari expiration date (ED) atau tanggal kadaluwarsa karena ED menggambarkan batas waktu penggunaan produk obat setelah diproduksi oleh pabrik farmasi, sebelum kemasannya dibuka. BUD bisa sama dengan atau lebih pendek daripada ED. ED dicantumkan oleh pabrik farmasi pada kemasan produk obat, sementara BUD tidak selalu tercantum. Idealnya, BUD dan ED ditetapkan berdasarkan hasil uji stabilitas produk obat dan dicantumkan pada kemasannya.
Setiap sediaan yang diracik memiliki nilai BUD yang berbeda-beda tergantung dari jenis sediaan dan tanggal kadaluwarsa dari sediaan yang dipakai.
Petunjuk yang harus diperhatikan ketika menyiapkan resep:
1. Bacalah resep seluruhnya sebelum memulai proses peracikan.
2. Bekerjalah dengan cermat, timbanglah di atas kertas timbang yang bersih dan bersihkanlah selalu setelah pemakaian sendok dan sudip, dan taruhlah botol persediaan ditempatnya kembali.
3. Periksalah selalu timbangan yang digunakan untuk menimbang terkait keadaan setimbang dari timbangan, dan jagalah kebersihan timbangan.
4. Janganlah pakai anak timbang untuk menara.
5. Jangan menimbang lebih dari 2 macam bahan sekaligus untuk mencegah kesalahan dalam peracikan dan kontaminasi silang.
6. Janganlah menimbang zat yang bobotnya kurang dari 50 mg, lakukanlah pengenceran dalam penimbangan.
7. Bobot yang kurang dari 1 g ditimbang dengan timbangan milligram.
DAFTAR SINGKATAN DALAM RESEP
SINGKATAN KEPANJANGAN ARTI
a.a Ana Sama banyak
a.c ante coenam Sebelum makan
Ad Ad Sampai/hingga
Ad lib (Ad libit) Ad libitum Sesuka hati
Add Adde Tambahkan
Agit Agitation Gojog
a.n Ante nocte Sebelum makan malam
C Cum dengan
C Cochlear Sendok makan
C.p Cochlear pultis Sendok bubur
C.th Cochlear theae Sendok teh
Collut Collutorium Cuci mulut
Collyr Collyrium Obat cuci mata
d.i.d Da in dimidio Berikan setengahnya
d.c Durante coenam Sewaktu makan
d.c.form Da cum formula Serahkan dengan formula
d.d. De die Setiap hari (sehari)
s.d.d (1.d.d.) Semel de die Sekali sehari b.d.d (2.d.d.) Bis de die Dua kali sehari t.d.d (3.d.d.) Ter de die Tiga kali sehari
dext Dexter Kanan
Sin Sinister Kiri
Dil Dilutes Encer
div.in p aeq Divide in paert aequales Bagilah sama banyak
d.t.d Da tales doses Berikan dengan dosis
(takaran spt tersebut)
f.l.a Fac lage artis Buat menurut seni
(semestinya)
l.a Lage artis Menurut seni (semestinya)
Gtt Guttae Tetes
Garg gargarisma Obat kumur
Gtt.ad.aur Guttae ad aures Obat tetes telinga Gtt. auric Guttae auriculares Obat tetes telinga Gtt. nasal Guttae nasales Obat tetes hidung Gtt. ophtal Guttae ophthalmicae Obat tetes mata
H Hora Jam (waktu)
h.m Hora matutina Pada pagi hari
h.s Hora somni Sebelum tidur malam
Haust Haustus Sekaligus
i.m.m In manum medici Serahkan ke tangan dokter
Iter Iteretur Diulang
Lc Loco Pengganti
M Mane Pagi
M.et.v Mane et vespere Pagi dan sore
m.f Misce fac Campur dan buatlah
n. Nocte Malam
n.i Ne iter Tidak boleh diulang
o.h Omni hora Setiap jam
o.b.h Omni bis hora Setiap 2 jam
o.m Omni mane Setiap pagi
o.n Omni nocte Setiap malam
p.c Post coenam Setelah makan
p.i.m Periculum in mora Berbahaya bila ditunda p.p.p Pulvis pro pilulis Serbuk untuk pil
p.r.n Pro re nata Kalau perlu
p.c.c Pro copie conform Sesuai dengan aslinya
s.n.s Si necesse sit Kalau perlu
s.o.s Si opos sit Kalau perlu
Pulv Pulvis Serbuk tak terbagi
Pulv Pulveres Serbuk bagi
Pulv adsper Pulvis adspersorius Serbuk tabur
q.s Quantum satis Secukupnya
R/ Recipe Ambilah
S Signa Tandailah
Sol Solution Larutan
Tuss Batuk Batuk
u.c Usus cognitus Aturan pakai sudah
diketahui
u.e Usus externus Pemakaian luar
Ungt Unguentum salep
Vesp Vespere sore
PRAKTIKUM I
PULVIS DAN PULVERES
Tujuan: dapat meracik obat dalam bentuk pulvis dan pulveres.
Resep 1. (Pulvis)
Penimbangan bahan: dilebihkan 10%
Cara peracikan:
Tahap Langkah
1. Hitung dan timbang semua bahan.
2. Mentol dan champora ditambahkan spirtus fortior kemudian keringkan dengan sebagain talcum.
3. Acidum salicylicum ditambahkan spritus fortior kemudian dikeringkan dengan sebagian talcum.
4. ZnO diayak dengan ayakan 100 mesh, kemudian ditimbang.
5. Campur campuran tahap 2, 3, dan 4 kemudian ditambahkan sisa talcum dan diaduk hingga homogen.
6. Timbang sesuai dengan jumlah yang dikehendaki.
7. Masukkan ke dalam pot salep dan beri etiket.
dr. Budi Doremi, Sp. KK. SIP.
6912/SIP/II/2018
Alamat Praktek: Jalan Ir. Sutomo 37A, Surakarta Telp. (0271) 744123
Surakarta, 31 Agustus 2022
R/ Mentol 0,2
Campora 0,2
Acidum salicylicum 0,5
ZnO 0,25
Talcum ad 10
m.f. pulv. adsp.
s. pulv. adsp. u.e.
Pro: Tn. Bambang (45 thn) Jebres, Surakarta
Resep 2.
Cara peracikan:
Tahap Langkah
1. Hitung dan timbang semua bahan.
2. Ext. Belladon ditambahkan spirtus dilutus dalam mortar panas dan dikeringkan dengan sebagian laktosa. (lakukan pengenceran)
3. Tambahkan papaverin HCl dan parasetamol diaduk hingga homogen.
4. Tambahkan sisa laktosa dan diaduk hingga homogen.
5. Campuran dibagi sama rata sesuai dengan jumlah yang diminta kemudian bungkus dengan kertas perkamen.
6. Masukkan ke dalam plastik dan beri etiket.
Tugas khusus:
Identifikasi masalah terkait: bahan, peracikan, dan bentuk sediaan.
Tugas intruksional:
1. Perbedaan pulveres dan pulvis 2. Bahasa latin
3. Dosis dalam resep, etiket, dan beyond use date (BUD) 4. Teknis peracikan
5.
Fungsi masing-masing bahan dalam setiap resep.
dr. Bambang Tukino, Sp. OG.
SIP. 6912/SIP/VII/2019
Alamat Praktek: Jalan Dr. Radjiman, Surakarta Telp. (0271) 151751
Surakarta, 31 Agustus 2022
R/ Ext. Belladon 5 mg
Papaverin 20 mg
Paracetamol 300 mg
Laktosa 200 mg
m.f. pulv. dtd. No. IX s. prn. tdd.
Pro: An. Tukiyem (13 thn) Kentingan, Surakarta
PRAKTIKUM II
KAPSUL DAN SALEP Tujuan: dapat meracik sediaan kapsul dan salep Resep 1.
Catatan: kapsul ukuran 300 mg.
Cara peracikan:
Tahap Langkah
1. Hitung dan timbang semua bahan berdasarkan bentuk sediaan yang ada.
2. Parasetamol digerus ditambahkan GG digerus dan prednisone digerus.
3. Tambahkan laktosa (jika diperlukan) diaduk hingga homogen.
4. Campuran dibagi sama rata sesuai dengan jumlah yang diminta kemudian dimasukkan ke dalam kapsul (pilih ukuran kapsul yang sesuai).
5. Masukkan ke dalam plastik dan beri etiket.
dr. Bambang, Sp. A.
SIP. 7158/SIP/IX/2019
Alamat Praktek: Jalan S.Parman, Surakarta Telp. (0271) 813765
Surakarta, 7 September 2022
R/ Parasetamol 250 mg
GG 25 mg
Prednison 5 mg
Laktosa q.s.
m.f. pulv. dtd. No. IX da in caps s. prn. tdd.
Pro: An. Didi (6 thn) Banjarsari, Surakarta Iter 2x
Resep 2.
Cara peracikan:
Tahap Langkah
1. Hitung dan timbang semua bahan.
2. Cera flava dan vaselin flavum dimasukkan ke dalam cawan porselin kemudian dilebur di atas penangas air.
3. Mortir dipanaskan dan acidum salicylicum ditambahkan spirtur fortior, dan ditambahkan campuran pada tahap 2 sedikit demi sedikit.
4. Campuran diaduk hingga homogen dan dingin.
5. Salep dimasukkan ke dalam pot salep dan diberi etiket.
Tugas khusus:
Identifikasi masalah terkait: bahan, peracikan, dan bentuk sediaan.
Tugas instruksional:
1. Bahasa latin 2. Ukuran kapsul
3. Peracikan dari bentuk sediaan
4. Teknik peracikan dan persiapan bahan 5. Fungsi masing-masing bahan
dr. Tina, Sp.KK.
SIP. 1515/SIP/IX/2019
Alamat Praktek: Jalan Tetuko, Surakarta Telp. (0271) 856712
Surakarta, 7 September 2022
R/ Acidum Salicylicum 10%
Cera flava 0,5
Vaselin flavum ad 5
m.f. unguentum.
s.u.e.
Pro: Ny. Rahma (36 thn) Laweyan, Surakarta
PRAKTIKUM III
KRIM DAN GEL Tujuan: dapat meracik sediaan krim dan gel.
Resep 1.
Cara peracikan:
Tahap Langkah
1. Hitung dan timbang semua bahan.
2. Acid stearic, cera alba, dan vaselin album dilebur di atas penangas air
3. TEA, gliserin, propilenglikol, dan aquades dimasukkan ke dalam gelas beker dan dipanaskan di atas penangas air
4. Mortir dipanaskan Campuran tahap 2 dimasukkan ke dalam mortar dan diikuti campuran tahap 3 sambil diaduk.
5. Campuran diaduk hingga homogen dan dingin.
6. Mentol dan campora dilarutkan ke dalam metil salisilat kemudian ditambahkan campuran tahap 5 sesuai dengan bobot yang
dr. Faedah, Sp.KK.
SIP. 1517/SIP/XII/2018 Alamat Praktek: Jalan Melati 38,
Surakarta Telp. (0271) 571622
Surakarta, 14 September 2022
R/ Mentol 2,5%
Champora 2,5%
Methyl Sal. 5%
Cream base ad 20
m.f. cream s.u.e.
Cream base:
Acid stearic 3
Cera alba 0,5
Vaselin album 2,5
TEA 0,5
Gliserin 1
Propilen glikol 1
Aquades 15
Pro: Tn. Ilham (46 thn) Banjarsari, Surakarta
Resep 2.
Cara peracikan:
Tahap Langkah
1. Hitung dan timbang semua bahan.
2. Carbopol dikembangkan dengan air panas kemudian
3. Kemudian ditambahkan TEA kemudian diaduk dan ditambahkan propilenglikol
4. Tambahkan alkohol diaduk hingga homogen.
5. Gel dimasukkan ke dalam pot salep dan diberi etiket.
Tugas khusus:
Identifikasi masalah terkait: bahan, peracikan, dan bentuk sediaan.
Tugas instruksional:
1. Teknik Peracikan dan bentuk sediaan 2. Fungsi masing-masing bahan
3. Perhitungan bahan
dr. Bowo, Sp.KK.
SIP. 5616/SIP/IV/2019
Alamat Praktek: Jalan Lurus, Surakarta Telp. (0271) 851712
Surakarta, 14 September 2022
R/ Alkohol 70%
Carbopol 0,5%
TEA 2%
Propilen glikol 5%
Aquades ad 100
m.f. unguentum.
s.u.e.
Pro: Ny. Ratih (49 thn) Mojosongo, Surakarta
PRAKTIKUM IV
SUPPOSITORIA DAN SUSPENSI
Tujuan: dapat meracik sediaan supositoria dan suspensi Resep 1.
Penimbangan : Semua bahan dilebihkan 10 %
Catatan khusus: perhitungan bahan dan berat penyusutan serta teknik peleburan oleum cacao.
Cara peracikan:
Tahap Langkah
1. Hitung dan timbang semua bahan.
2. Cera flava dan oleum cacao dilebur di atas penangas air 3. Kemudian ditambahkan parasetamol diaduk hingga homogen.
4. Cetakan suppo bersihkan dan dilapisi paraffin liq. pada dinding cetakan, kemudian dipasangkan.
5. Tuangkan campuran leburan massa suppo ke dalam pencetak dan tunggu sampai dingin, potong suppo sesuai dengan dosis
dr. Bobbi, Sp. A.
SIP. 1515/SIP/IX/2019
Alamat Praktek: Jalan Tetuko, Surakarta Telp. (0271) 856712
Surakarta, 21 September 2022
R/ Paracetamol 250 mg
Cera flava 5%
Oleum cacao q.s.
m.f. supp dtd III s.prn. uc.
Pro: An. Anjar (7 thn) Pajang, Surakarta
Resep 2.
Cara peracikan:
Tahap Langkah
1. Hitung dan timbang semua bahan.
2. CMC Na dikembangkan dengan air panas
3. Sulfur p. digerus dengan propilen glikol kemudian ditambahkan nipagin diaduk hingga homogen.
4. Campuran pada tahap 2 ditambahkan ke campuran pada tahap 3 diaduk hingga homogen
5. Tambahkan aquadest kemudian diaduk hingga homogen.
6. Suspensi dimasukkan ke dalam botol dan diberi etiket.
Tugas khusus:
Identifikasi masalah terkait: bahan, peracikan, dan bentuk sediaan.
Tugas instruksional:
1. Teknik peracikan (peleburan ol. Cacao dan perhitungan bilangan penyusutan) dan bentuk sediaan (suspensi)
2. Fungsi masing-masing bahan 3. Perhitungan bahan
dr. Kuncoro, Sp. KK. SIP.
8157/SIP/V/2019
Alamat Praktek: Jalan Belok, Surakarta Telp. (0271) 651862
Surakarta, 21 September 2022
R/ Sulfur praecipitatum 5 %
Propilen glikol 5%
Na CMC 0.1%
Nipagin 0,2%
Aquadest ad 100%
m.f. suspension da in 60 mL s.u.e.
Pro: An. Tono (15 thn)
Pasar Kliwon, Surakarta
PRAKTIKUM V
EMULSI DAN SIRUP
Tujuan: dapat meracik sediaan emulsi dan sirup Resep 1.
Cara peracikan:
Tahap Langkah
1. Hitung dan timbang semua bahan.
2. Ol. Iecoris Aselli:PGA:Air (3:2:1); PGA ditambah air kemudian diaduk kuat sampai mengembang, kemudian ditambah Ol.
Iecoris Aselli diaduk kuat sampai terbentuk kropus emulsi.
3. Gliserin ditambahkan dan diaduk sampai homogen.
4. Encerkan dengan sisa air sedikit demi sedikit dengan pengadukan.
6. Emulsi dimasukkan ke dalam botol dan tambahkan ol. Cinnamon kemudian diberi etiket.
dr. Mulyani, Sp. A.
SIP. 5157/SIP/VIII/2018
Alamat Praktek: Jalan Anggrek, Surakarta Telp. (0271) 681372
Surakarta, 28 September 2022
R/ Ol. Iecoris Aselli 25
PGA 15
Gliserin 5
Ol. Cinnamon gtt V
Aquadest 37,5
m.f. emulsion s.t.d.d. cth. I
Pro: An. Bowo (10 thn)
Pucang Sawit, Surakarta
Resep 2.
Cara peracikan:
Tahap Langkah
1. Hitung dan timbang semua bahan.
2. Parasetamol dilarutkan dalam propilen glikol diaduk kemudian ditambahkan gliserin, diaduk hingga larut dan ditambahkan sebagian akuades.
3. Na benzoate ditambahkan dan ditambah sisa air.
4. Sirupus simplex ditambahkan dan duaduk hingga homogen.
6. Sirup dimasukkan ke dalam botol dan diberi etiket.
Tugas khusus:
Identifikasi masalah terkait: bahan, peracikan, dan bentuk sediaan.
Tugas instruksional:
1. Teknik peracikan (pembentukan korpus emulsi, jumlah sediaan yang dimasukkan, kelarutan parasetamol) dan bentuk sediaan
2. Fungsi masing-masing bahan 3. Perhitungan bahan
dr. Kurniasari, Sp. A.
SIP. 6372/SIP/VII/2019
Alamat Praktek: Jalan Kamboja, Surakarta Telp. (0271) 656168
Surakarta, 28 September 2022
R/ Parasetamol 3
Gliserin 6
Propilenglikol 3
Sirupus simplex 30
Sodium benzoate 0.1
Aquadest ad 60 mL
m.f.sirup.
s.t.d.d.cth I
Pro: An. Mara (9 thn) Banjarsari, Surakarta
PRAKTIKUM VI
GUTTAE DAN SATURASI
Tujuan: dapat meracik sediaan tetes (guttae) dan saturasi Resep 1
Cara peracikan:
Tahap Langkah
1. Hitung dan timbang semua bahan.
2. Chloramphenicol digerus dalam mortar ditambahkan gliserin 3. Masukkan ke dalam wadah kemudian diberi etiket.
dr. Tejo, Sp. THT.
SIP. 1581/SIP/I/2018
Alamat Praktek: Jalan Kenangan, Surakarta Telp. (0271) 681572
Surakarta, 5 Oktober 2022
R/ Chloramphenicol 2%
Gliserin ad 10
m.f. gtt. Aur.
s.b.d.d. gtt III o.m.o.v.
Pro: An. Tika (12 thn) Jebres, Surakarta
Resep 2
Cara peracikan:
Tahap Langkah
1. Hitung dan timbang semua bahan.
2. Natrii bicarbonate digerus tuang dan dimasukkan ke dalam botol.
3. Asam sitrat dilarutkan dengan sebagian air ditambahkan sirupus simplex dan spirtus citrii kemudian dimasukkan ke dalam botol 4. Seketika botol langsung ditutup dan diberi etiket.
dr. Rizal Setiono SIP. 7125/SIP/VI/2019
Alamat Praktek: Jalan Harapan, Surakarta Telp. (0271) 681358
Surakarta, 5 Oktober 2022
R/
Citric acid 5
Natrii bicarbonate 6
Spritus citri. 5
Sir. Simplex 20
aqua 140
m.f. pot. Eff. da 100 s.duab. vicib. summend
Pro: Riva (17 thn)
Mojosongo, Surakarta
LABORATORIUM FARMASETIKA KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I
Nama :
NIM :
Judul Praktikum : Tanggal Praktikum :
I. TUJUAN PRAKTIKUM
(tulis tujuan dan uraikan kemampuan yang akan dicapai)
II. TEORI SEDIAAN (10)
(tulis teori tentang sediaan ringkas, jika menggunakan farmakope WAJIB pakai FI VI,
dilarang keras pakai FI III, FI IV dan FI V)Sitasi pustaka dalam teks ditulis (FI VI, hal …..)
Nilai
III. RESEP Resep 1.
Salin resep dalam buku petunjuk praktikum di sini (untuk resep 1) Konfirmasi ke asisten atau dosen jika ada perubahan dalam resep
Resep 2.
Salin resep dalam buku petunjuk praktikum di sini (untuk resep 2)
Konfirmasi ke asisten atau dosen jika ada perubahan dalam resep
IV. SKRINING ADMINISTRATIF RESEP (10)
No Parameter Ada/tidak* Keterangan
Inscriptio 1.
2.
3.
4.
5.
Invocatio 6.
Prescription/Odronatio 7.
8.
9.
Signatura 10.
11.
12 13.
14.
15.
16.
Subscriptio 17.
Pro
18.