• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 1"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

Para pedagang kaki lima di kawasan dermaga Boenda akan membuka lapaknya mulai pukul 16.00 hingga 00.00 WIB. Hingga saat ini, keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Boenda masih belum diketahui keberadaannya di tengah perlawanan yang kerap mereka hadapi.

Tabel 1.2 Jumlah Angkatan kerja  Pendidikan yang
Tabel 1.2 Jumlah Angkatan kerja Pendidikan yang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Secara Teoritis

Secara Praktis

Tinjauan Pustaka

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa perlawanan yang dilakukan oleh pedagang kaki lima di pasar Pa’ Baeng-baeng Kota Makasar terhadap penegakan hukum Satpol PP. Ketiga, dengan adanya relokasi yang dilakukan pemerintah setempat, para pedagang kaki lima menolak menempati lokasi relokasi.

Kerangka Teori

Teori perlawanan James scott

Pertama, perlawanan yang bersifat tertutup (simbolis/ideologis) seperti gosip, fitnah, penolakan terhadap kategori-kategori yang dikenakan pada masyarakat dan penarikan rasa hormat terhadap penguasa. Menurut Scott (2000), perlawanan tertutup tidak memerlukan perlawanan atau tindakan bersama, namun bersifat simbolis dalam konteks ideologis.

Sektor informal dan Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut pedagang asongan yang melakukan kegiatan komersial di jalan dan trotoar (Pancasekti, 2017; Zamahsari, 2017). Sedangkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 menjelaskan bahwa PKL merupakan bagian dari kelompok usaha kecil yang bergerak di sektor informal.

Kerangka Pemikiran

Defenisi Konsep

Dalam hal ini yang dimaksud peneliti adalah perlawanan terbuka berupa tindakan perlawanan terhadap relokasi, demonstrasi dan keterlibatan dalam perjuangan PKL melawan Satpol PP.

Pendekatan Penelitian

Objek dan Lokasi Penelitian

Fokus Penelitian

Sumber Data

Data Sekunder

Teknik Pengumpulan Data .1 Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Informan

Petugas satuan polisi pamong praja yang melakukan penggerebekan dalam enam tahun terakhir. Pejabat satuan kepegawaian yang melaksanakan kebijakan pemerintah terhadap Laman Boenda dalam enam tahun terakhir.

Teknik Analisi Data

Penyajian Data

Penyajian data merupakan kegiatan melaporkan hasil penelitian yang telah dilakukan agar data yang terkumpul dapat dianalisis sesuai tujuan yang diinginkan (Wahidwarni, 2017). Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berupa catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan, dan bagan.

Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Tabel Penelitian

Deskripsi Objek dan Lokasi Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara historis Kota Tanjungpinang melalui ketentuan Undang-undang No. 25 Tahun 2002 menetapkan Provinsi Kepulauan Riau ditetapkan sebagai ibu kota provinsi. Lokasi yang menjadi tempat penelitian peneliti ini terletak di wilayah Kecamatan Tanjungpinang Timur, tepatnya Taman Boenda Kota Tanjungpinang. Dilatarbelakangi oleh bangunan yang menjadi salah satu ikon Kota Tanjungpinang yaitu Gedung Gongong dan menghadap ke laut serta menyuguhkan pemandangan Pulau Penyengat, lokasi ini menjadi tujuan wisata baik warga lokal maupun wisatawan yang berkunjung. Ciri-ciri sosial budaya penduduk Tanjungpinang pada umumnya heterogen, terdiri dari campuran suku dan suku seperti Melayu sebagai penduduk asli/lokal yang sudah turun temurun tinggal di Tanjungpinang, dan lain-lain dari suku Batak, Minang, Jawa, Tionghoa. , suku Bugis (Sulawezi) dan dari daerah lain di Sumatera serta berbagai suku lainnya.

Dengan komposisi berbagai etnis yang ada di kota Tanjungpinang, pluralisme menjadi ciri budaya masyarakat kota Tanjungpinang. Keadaan perekonomian tersebut sangat erat kaitannya dengan lapangan kerja utama di masyarakat yang dilakukan oleh warga Kota Tanjungpinang.

Tabel 4.1 sarana berjualan pedagang kaki lima
Tabel 4.1 sarana berjualan pedagang kaki lima

Karakteristik Informan

Dalam hal ini pendidikan juga merupakan alat yang digunakan untuk mencapai kehidupan manusia yang lebih baik. Informan mempunyai latar belakang yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang peneliti temukan di lapangan. Dari pengolahan data diatas seluruh informan dijadikan sebagai narasumber karena informan mempunyai bagian yang sama.

Dimana tiga orang dari PNS yakni satuan PNS dan tiga orang dari PKL lokasi penelitian yaitu pihak boenda. Berdasarkan dua tabel yang telah dijelaskan, diperoleh karakteristik informan penelitian yaitu tiga orang dari kalangan PNS yaitu PNS, tiga orang dari pelaku usaha.

Tabel 4.4 karakteristik informan berdasarkan pendidikan dan pekerjaan
Tabel 4.4 karakteristik informan berdasarkan pendidikan dan pekerjaan

Profil Informan

Karena sifat daerahnya, ia dijuluki Boru oleh pedagang lain. Amir Mahmud merupakan pendatang asal Medan yang sudah 15 tahun berada di Tanjungpinang dan lahir pada tanggal 22 Agustus 1983. Winarsih merupakan pendatang asal Jawa Timur kelahiran 16 Juni 1982 yang telah menikah dan berjualan selama 5 tahun.

Sumiati adalah seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pedagang kaki lima di lokasi pembangunan Boenda selama 4 tahun.

Hasil Penelitian

Fenomena Pedagang Kaki Lima Di Laman Boenda

Dengan memanfaatkan fasilitas umum yang ada, PKL biasanya berjualan di halaman rumah mulai pukul 16.00 hingga tutup. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa para PKL yang berjualan di boenda mengetahui adanya larangan tersebut, namun PKL tetap mengikuti peraturan yang ada. Mengurangi jumlah PKL dan menjaga ketertiban masyarakat terutama di lokasi yang merupakan fasilitas umum dan kawasan terbuka hijau.

Memberikan bukti bahwa PKL sebenarnya masih berjualan di lokasi boenda. Dan hal ini pula yang menyebabkan terjadinya fenomena resistensi dari PKL.

Perlawanan Pedagang Kaki Lima

Terkait permasalahan yang ada, PKL ilegal perlu penanganan khusus dari pemerintah setempat. PKL dalam penelitian ini di Boenda Land Park tergolong PKL ilegal. Hal inilah yang menjadi dilema yang dialami para pedagang kaki lima yang berjualan di lokasi boenda.

Perlawanan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh kelompok atau kelompok bawahan yang menolak tuntutan tindakan yang dilakukan oleh pihak atau kelompok bawahan terhadap mereka. Perlawanan terselubung ini merupakan salah satu alternatif yang dilakukan para pedagang kaki lima yang berjualan di laman boenda.

Sembunyi-sembunyi dengan Satpol PP

Dengan begitu, strategi sembunyi-sembunyi yang dilakukan PKL biasanya terjadi saat penggerebekan yang dilakukan Satpol PP. Para pedagang kaki lima tersebut keluar sejenak untuk mengamankan diri dan dagangannya, lalu kembali berjualan usai penggerebekan. Karena PKL sering menjadi korban razia mendadak Satpol PP, maka tidak jarang PKL melakukan aksi rahasia.

Biasanya barang kami disita.” wawancara 16 November 2021) Terlihat dari hasil wawancara, hal ini untuk menghindari penindakan yang dilakukan Satpol PP dan keengganan PKL untuk menyita barangnya. alternatif yang harus dihindari, pedagang kaki lima akan melakukan segala kemungkinan.

Tetap berjualan

Selain itu, pedagang kaki lima yang berjualan secara terbuka kerap melakukan peran rahasia terhadap Satpol PP. Tindakan disipliner yang sering dilakukan petugas tidak menghalangi pedagang kaki lima untuk terus berjualan. Jadi, kenyataannya apa yang dilakukan PKL sudah menjadi kebiasaan dan tidak menimbulkan efek jera.

Ia sering mengikuti kegiatan patroli atau penertiban terhadap PKL yang berdasarkan hasil wawancara berjualan di situs laman boenda yaitu. Hasil penelitian adalah PKL yang berjualan di lokasi penelitian masih eksis untuk berjualan.

Membayar mahar lapak jualan

Dimana penolakan tersebut berupa, pertama, teguran lisan yang diberikan petugas kepada pedagang kaki lima agar tidak berjualan di tempat terlarang. Hal ini dilakukan para pedagang kaki lima untuk memudahkan akses mereka dalam berjualan di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil wawancara di atas, PKL melakukan perlawanan terselubung yaitu dengan membayar mahar berjualan lapaknya.

Dengan membayar mahar warung tersebut membuktikan bahwa PKL tersebut telah menggunakan modal ekonomi untuk bisa berjualan. Dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa posisi PKL sangat akomodatif terhadap sistem dominasi yang ada di lokasi tempat mereka berjualan.

Mencari dukungan lembaga

Bahwa para pedagang kaki lima yang berjualan di tempat boenda beradaptasi dengan dominasi yang terjadi di tempat mereka berjualan, karena tindakan yang mereka lakukan adalah untuk kelangsungan hidup. Fakta unik adanya perlawanan terselubung yang dilakukan pedagang kaki lima ini sejalan dengan teori James Scott. Munculnya kesadaran kelas sosial di kalangan PKL mempengaruhi dominasi sistem dominan yang muncul.

Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan eksistensi PKL yang patut mendapat perhatian dari sistem dan pemerintah yang berkuasa. Sehingga dari sinilah timbul konflik dan perlawanan di kalangan PKL, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Menolak Relokasi

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatur keberadaan PKL adalah dengan melakukan perpindahan. Pergerakan PKL yang berpindah tempat dagangnya dari satu tempat ke tempat lain dari tempat tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menertibkan PKL. Hal ini masih terlihat dengan masih banyaknya pedagang kaki lima yang tetap berjualan di kawasan yang dilarang berdagang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, PKL direlokasi ke kawasan Anjung Cahaya dan Melayu Square. Hal tersebut dapat disimpulkan terlepas dari rasa kecewa yang dialami para PKL setelah mengambil keputusan untuk pindah.

Melakukan Demonstrasi

Dari hasil penelitian yang dilakukan, perlawanan terbuka PKL tidak hanya sebatas tetap berjualan dan menolak relokasi. Dari informasi yang diperoleh, para PKL melakukan aksi unjuk rasa di Kantor DPRD dengan dibantu oleh mahasiswa karena keresahan yang mereka alami akibat seringnya tindakan disiplin yang dilakukan pemerintah. Sementara itu, tuntutan para PKL harus dilepaskan dan kenyamanan berjualan di lokasi halaman boenda harus diberikan.

Sementara itu, aksi demonstrasi PKL di lokasi kediaman Wali Kota terjadi akibat penutupan paksa yang dilakukan Satpol PP bersama instansi lain untuk melarang PKL melakukan aktivitas ekonominya. Tujuan PKL tidak lain adalah berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Melakukan “adu mulut” dengan petugas satpol pp

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai resistensi pedagang kaki lima di wilayah kota Tanjungpinang, berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa informan yaitu aparat pemerintah kota, aparat kepolisian Pamong Praja kota Tanjungpinang dan pedagang kaki lima yang berjualan di area rumah. Pertambahan jumlah penduduk dan didorong oleh arus urbanisasi saat ini membawa permasalahan kurangnya lapangan kerja, sehingga menurutnya, PKL menjadi pilihan masyarakat secara nasional untuk mencari nafkah. Adanya peraturan ketertiban umum daerah yang harus ditegakkan oleh aparat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tanjungpinang yang bertanggung jawab langsung kepada walikota membuat PKL merasa tunduk terhadap aparat dan kebijakan yang ada sehingga menimbulkan resistensi.

Bentuk perlawanan yang dilakukan oleh PKL menurut teori James Scott ada dua, yaitu bentuk perlawanan terselubung dan terang-terangan. Bentuk perlawanan terselubung yang dilakukan oleh para pedagang kaki lima yang berjualan di lokasi halaman Boenda antara lain melakukan dinas rahasia dengan aparat kepolisian Satuan Polisi Pamong Praja selaku pemerintah, membayar mahar perlengkapan tempur kepada aparat kepolisian di tempat parkir untuk mendapatkan tempat berjualan. , mencari dukungan dari berbagai institusi untuk memperkuat dan mempertahankan posisinya.

Saran

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk
Tabel 1.2 Jumlah Angkatan kerja  Pendidikan yang
Tabel 1.3 Pedagang Kaki Lima Laman Boenda
Gambar 1.1 Plang Peraturan Ketertiban umum
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi kapasitas jalur pedestrian yang terdapat pada pasar Sanglah, dimana pada pagi hari banyak pedagang kaki lima yang berjualan, sehingga mengambil sebagian