BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan proses dimana individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, pemahaman, atau pengalaman baru melalui interaksi dengan informasi, lingkungan, pengajar, atau pengalaman belajar. Ini adalah proses dinamis di mana seseorang mengubah atau memperluas pemahaman dan keterampilannya melalui eksplorasi, refleksi, dan pengalaman. Pembelajaran adalah sebuah proses interaksi yang dilakukan peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Dalam sebuah proses pembelajaran memiliki unsur-unsur di dalamnya yaitu pendidik, peserta didik, sumber belajar, lingkungan, belajar dan interaksi yang saling berkaitan di antara unsur-unsur tersebut. Dalam sebuah pembelajaran di dalamnya pasti terdapat komunikasi timbal balik antara pendidik dan peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai sesuatu pengalaman secara relatifnya menghasilkan perubahan kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku.1
Sebagai proses, pendidikan merupakan usaha memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap potensi setiap individu anak yang sedang mengalami perkembangan untuk mancapai kedewasaan yang optimal. Dalam konteks ini pendidikan dapat berlangsung seumur hidup dalam berbagai situasi, baik dengan keteladanan, pembiasaan, bimbingan, pengarahan, pembelajaran, pelatihan, hukuman, pujian dan lain-lain. Sedangkan sebagai lembaga, pendidikan dapat
1Woolfolk, A. (2020). Educational Psychology. Pearson.
berlangsung di rumah tangga dan lembaga masyarakat (pendidikan luar sekolah) serta pendidikan yang berlangsung di sekolah sebagai organisasi pendidikan formal.2
Pentingnya pendidikan sebagai upaya meningkatkan kualitas individu dalam suatu bangsa tidak dapat diabaikan. Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa pendidikan bukan hanya sebuah formalitas belaka, melainkan suatu hal yang mencakup seluruh kehidupan kita.
Sebagai landasan dalam membangun negara yang sejati, pendidikan memiliki peran yang sangat vital. UU No. 20 tahun 2003 mendefinisikan pendidikan sebagai upaya yang disengaja dan terencana untuk menciptakan lingkungan belajar dan proses pembelajaran yang menjadi wadah bagi peserta didik dalam mengembangkan dirinya secara aktif. Tujuan pendidikan ini meliputi pengembangan aspek spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan baik bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa, maupun negara.3
Dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang efektif, pendidikan memiliki peran utama. Guru memiliki peranan penting dalam mengembangkan potensi peserta didik. Mereka dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang aktif dan efektif. Namun, pada kenyataannya, banyak siswa yang kurang aktif dalam proses belajar. Hal ini disebabkan kurangnya interaksi timbal balik antara guru dan siswa, seperti jarangnya guru memberikan
2Syafaruddin. 2015.Manajemen Organisasi Pendidikan Persprektif Sains dan Islam.
Medan: Perdana Publishing. h. 49-50.
3Republik Indonesia. : “ undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
pertanyaan kepada siswa atau mendorong siswa untuk bertanya. Selain itu, variasi metode, strategi, dan model pengajaran yang diterapkan oleh guru juga dapat memengaruhi tingkat keaktifan siswa dalam belajar.
Pendidikan tidak boleh statis, akan tetapi pendidikan harus mampu mendesain tidak hanya perubahan individu namun sekaligus perubahan masyarakat dan bangsa secara komprehensif, maka diperlukan upaya pembahuruan pendidikan yang benar-benar menyentuh esensi kebudayaan masyarakat dan bangsa. Dengan kata lain, pendidikan yang tercerahkan harus mampu mendorong perubahan manusia dan budaya.4
Belajar adalah suatu usaha atau cara dalam mengubah perilaku untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya sesuai dengan keinginan yang diharapkan. Perubahan yang dimaksud juga perubahan ditetapkan dengan gambaran demi mengembangkan kualitas dan kuantitas manusia. Seseorang belajar berhubungan pada berubahnya efektif atau tingkah laku seseorang pada kondisi yang didapat dari pengalamannya atau yang dialami oleh seseorang itu sendiri yang dikerjakan secara terus menerus pada kondisi tertentu , dimana berubahnya efektif atau tingkah laku seseorang tidak dijabarkan pada pokok kecenderungan tanggapan kepribadian yang matang. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga pembuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu.5
4Op.Cit. h. 3.
5ahmad susanto. Pengembangan pembelajaran ips di sekolah dasar (jakarta : prendamedia Grup, 2019), H.1.
Menurut Purbatua dalam Depdiknas Pendidikan dalam arti luas mempunyai keterkaitan yang erat dengan setiap aspek kehidupan manusia.
Keterkaitan yang erat melalui berbagai proses tidak mungkin dapat dilepaskan satu sama lain antara kehidupan umat manusia dengan warna pendidikannya.
Sehingga setiap dimensi kehidupan manusia adalah merupakan bahagian dari proses pendidikan. Perkataan pendidikan mengandung makna yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau sekelompok orang dalam usaha pendewasaan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan cara mendidik.6
Dari pernyataan di atas, menurut penulis pentingnya pendidikan sebagai upaya meningkatkan kualitas individu dan membangun negara yang sejati tidak dapat diabaikan. Dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, teknik pengajaran yang berpusat pada siswa, dan menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan efektif, kita dapat mengatasi kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Semua pihak, mulai dari pemerintah, guru, hingga masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan pendidikan yang berkualitas demi masa depan yang lebih baik.
Pendidikan memiliki asal kata dari bahasa Yunani "paedagogie" yang mengacu pada bimbingan terhadap anak-anak, dan dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai "education" yang menggambarkan proses pengembangan dan bimbingan. Dalam bahasa Arab, istilah yang sering digunakan adalah
"tarbiyah" yang mengandung arti pendidikan. Pendidikan mencerminkan upaya
6Purbatua Manurung. 2011.Media Instruksional. Medan: Badan Penerbit Fakultas Tarbiyah IAIN. h. 1.
seseorang untuk memberikan bimbingan dan pertolongan secara sadar kepada anak didik agar mereka dapat tumbuh menjadi individu dewasa.7
Pendidikan dapat diperoleh di tempat manapun, melalui berbagai macam orang dan dengan alasan yang berbeda-beda. Pengaruh pendidikan tidak hanya mengubah segi fisik dan psikis seseorang, tetapi juga dapat mengubah perilaku dan pola pikirnya. Tingkat kedewasaan seseorang juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat ia tinggal dan pendidikan yang dijalaninya, baik itu melalui jalur formal maupun nonformal.
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan pendidikan yang palingtinggi dalam hirarki tujuan-tujuan pendidikan yang ada, yang bersifat ideal dan umum. Menurut Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan Nasional adalah untuk menciptaan manusia Indonesia yang beriman, bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.8
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan transformasi dalam sistem pendidikan agar dapat menghasilkan individu yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan masa depan. Pembaharuan pendidikan harus mencakup berbagai aspek, mulai dari kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman, penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran, hingga peningkatan kompetensi dan kualifikasi para pendidik.
7salminatiwati. 2016. Filsafat pendidikan Islam. Bandung : Citapustaka Media Perintis. H.15)
8Abdullah idi. 2014.Pengembangan Kurukulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. h. 36-37
Karena itu, pendidikan yang diberikan melalui bimbingan, pengajaran dan latihan harus mampu memenuhi tuntutan pengembangan potensi peserta didik secara maksimal, baik potensi intelektual, spiritual, sosial, moral, maupun estetika sehingga terbentuk kedewasaan atau kepribadian seutuhnya.9
Pendidikan juga memegang peranan penting dalam pembentukan masyarakat dan bangsa yang maju. Melalui pendidikan, individu dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai kebudayaan, sejar dan tradisi yang menjadi identitas suatu masyarakat. Hal ini berkontribusi dalam memperkuat jati diri dan meningkatkan solidaritas sosial di antara anggota masyarakat.
Dengan demikian, pembaharuan pendidikan yang menyentuh esensi kebudayaan dan mengikuti perkembangan zaman akan memperkuat peran pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan mendorong perubahan positif bagi masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.
"Untuk mencapai kualitas pendidikan yang tinggi, penting bagi guru-guru kita untuk memahami bagaimana menyampaikan materi pembelajaran secara efektif dan menarik bagi siswa ".10
Seiring dengan tuntutan UU No.14 Tahun 2005 yang menjadikan guru sebagai pendidik profesional, memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan yang menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Namun, kenyataannya, kebanyakan guru menghadapi kendala dalam mengajarkan matematika yang membuat siswa merasa bosan. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya
9Syafaruddin, dkk. 2017.Inovasi Pendidikan Suatu Analisis Terhadap Kebijakan Baru Pendidikan.Medan:
Perdana Publishing. h. 1
10John Hattie, (2015).Visible Learning For Teacher : Maximizing Impact on Learning. Routledge
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, namun guru tetap melanjutkan memberikan soal-soal.11
Pada lembaga pendidikan seperti Madrasah Ibtidaiyah, terdapat dua jenis mata pelajaran, yakni mata pelajaran umum dan agama. Salah satu dari mata pelajaran umum tersebut ialah Matematika, yang juga diajarkan di Sekolah Dasar dan setara dengan pelajaran yang diajarkan di Madrasah Ibtidaiyah. Banyak orang beranggapan bahwa Matematika adalah bidang studi yang sulit. Akan tetapi, penting bagi semua orang untuk mempelajarinya karena merupakan alat untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Gurulah yang bertanggung jawab untuk mengatasi kesulitan belajar Matematika sejak dini dan mengajarkan pemahaman kepada siswa.
Siswa-siswa akan menghadapi tantangan saat mengerjakan tugas-tugas Matematika jika guru tidak mampu menangani kesulitan belajar mereka dalam mata pelajaran tersebut. Kondisi ini dapat berlanjut selama bertahun-tahun dan membuat anak menganggap bahwa Matematika itu sulit dan tidak menarik seperti mata pelajaran agama atau olahraga.
Menurut Heruman, Matematika adalah bahasa simbol untuk deduksi ilmiah yang tidak memerlukan pembuktian secara berulang, dimulai dari konsep yang tidak didefinisikan hingga aksioma atau postulat, dan akhirnya mencapai kebenaran.12
Dalam pembelajaran Matematika, keterlibatan aktif siswa sangat penting.
Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran mencerminkan
11Amini. 2015. Profesi Keguruan . Medan: Perdana Publishing. h. 8
12Heruman. 2016. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. h.
1.
pentingnya belajar bagaimana belajar (learn how to learn). Keterlibatan aktif tersebut memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk mengeksplorasi informasi, mengidentifikasi, dan memecahkan masalah, serta membangun konsep- konsep yang ingin mereka pelajari.13
Pelajaran yang diajarkan pada tingkat dasar sampai keperguruan tinggi salah satunya adalah pembelajaran matematika. Matematika sendiri berasal dari pemikiran-pemikiran yang abstark dengan berisikan konsep-konsep yang ada pada pembelajaran matematika itu sendiri yang harus dimengerti oleh guru sebelum imengajarkan pada peserta didik tentang persepsi atau simbol-simbol yang ada pada pembelajaran matematika. Demi pembelajaran matematika yang lebih baik lagi seorang peserta didik diharuskan mampu mengerti konsep dasar matematika yang selalu berketerkaitan pada objek yang real serta bisa diperoleh pada pemikiran serta akal peserta didik maka seorang guru bisa memberikan pembelajaran matematika dengan model, metode atau cara yang bisa dipahami oleh peserta didik agar bisa memahami konsep memalui benda-benda yang ada disekitarnya atau benda real.14
Berdasarkan pendapat diatas tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah dasar agar bisa memberikan perserta didik yang tidak hanya bisa memiliki keterampilan untuk menyelesaikan permasalahan matematika dalam hal hitung menghitung tetapi mampu memberikan pembelajaran kepada peserta didik lainnya mengenai pemikiran logika demi menerapkan pembelajaran matematika pada
13Mohammad Syarif Sumantri. 2016.Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar.
Jakarta: PT Rajagrafindo. h. 112-113
14Ariska Destia Putri, Syofnida Irfianti. “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Alat Peraga Jam Sudut Pada Peserta Didik Kelas IV SD Sumur Sumatera Selatan”. Terampil, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 4, No. 1, (2017), h. 2
pengalaman peserta didik di kehidupan masyarakat atau sehari-hari Agar tercapainya peningkatan dan pencapaian yang baik pada pembelajaran matematika bisa dilihat dari hasil belajar peserta didik yang dicapainya dan ditingkatkannya, hasil belajar yang terbentuk jika dikembangkan dengan baik biasanya di latar belakangi oleh berbagai aspek seperti ketelitian dalam belajar,guru, model, metode, strategi dan juga bisa dilatar belakangi oleh lingkungan masyarakat yang ada pada diri peserta didik itu sendiri.
Sayangnya, bagi sebagian anak, Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang membingungkan, hanya mengandalkan hafalan semata, dan kurang menekankan pada aspek penalaran. Hal ini menyebabkan minat anak untuk belajar Matematika menjadi rendah. Selain itu, cara pengajaran yang masih mengandalkan metode lama yang kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga turut berperan dalam hal ini. Dalam hal ini, penting bagi guru untuk menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman dan interaktif, sehingga siswa dapat aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Selain itu, penggunaan media pembelajaran yang variatif dan menarik juga dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa.
Selanjutnya, penting bagi guru untuk memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa, baik dalam bentuk pujian maupun kritik yang
membangun. Umpan balik yang baik dapat memotivasi siswa untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam menghadapi rendahnya hasil belajar siswa, peran orang tua juga sangat penting. Orang tua perlu mendukung dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran anak, baik dengan memberikan bimbingan, memantau perkembangan belajar, maupun memberikan dorongan motivasi.
Dengan adanya kerjasama antara guru, siswa, dan orang tua, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa secara signifikan. Setiap siswa memiliki potensi yang unik, dan tugas guru adalah membantu siswa dalam mengoptimalkan potensi tersebut melalui pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Dalam upaya tersebut, SDN Sekemandung 1 Bandung perlu mengadopsi strategi pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika pada materi Volume Bangun Ruang. Langkah ini bertujuan untuk mengubah pandangan siswa tentang matematika menjadi lebih mudah dan menciptakan suasana pembelajaran yang menarik.
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) adalah pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan oleh ahli matematika Belanda, Hans Freudenthal. Pendekatan ini menekankan penggunaan konteks dunia nyata dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa dapat lebih memahami dan mengaitkan konsep matematika dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Secara harfiah Realistic Mathematics Education diterjemahkan sebagai
pendidikan matematika realistik yaitu pendekatan belajarmatematika yang dikembangkan atas dasar gagasan Frudenthal. Menurut Frudenthal matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia.15 Gagasan ini menunjukkan bahwa RME tidak menempatkan matematika sebagai produk jadi, melainkan suatu proses yang sering disebut dengan guided reinvention. Oleh sebab itu, RME menjadi suatu alternatif dalam pembelajaran matematika dalam penelitian ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Astuti 16 mengungkapkan bahwa penerapan (RME) ini Dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI SDIT Raudhatuttahmah pekan baru. Hal ini sejalan denga penellitian yang pernah dilakukan oleh Susilowati (2018) bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Tarigan17 tentang meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan RME di kelas V SD. Diperoleh hasil pengamatan bahwa rendahnya hasil pada mata pelajaran matematika di kelas V SDN 10177 Tembung dengan jumlah siswa sebanyak 22 orang. Dengan hasil tes uji coba I dan II dengan nilai rata-rata kelas pada uji coba I sebesar 66% dan uji coba II mengalami peningkatan dengan persentase siswa yang tuntas sebesar 78 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan RME di kelas V SDN 10177 Tempung menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
15Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematics Education). Yogyakarta: Graha Ilmu.
16Astuti, R. (2018). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SDIT Raudhatuttahmah Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1), 15-23.
17Tarigan, M. (2017). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN 10177 Tembung Melalui Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, 1(2), 217-226.
meningkat. Beberapa hasil penelitian tersebut memperkuat bahwa dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajar matematika.
Berdasarkan wawancara singkat dengan guru kelas V, ternyata guru masih kurang memahami strategi yang tepat dalam membelajarkan materi Volume Bangun Ruang pada mata pelajaran Matematika. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan dari strategi pembelajaran konvensional menjadi strategi RME (Realistic Mathematics Education) yang menekankan pada pemecahan masalah kontekstual.
Penurunan nilai matematika pada siswa kelas V juga menjadi indikasi bahwa perlu diterapkan model pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) seperti yang dilakukan SDN Sekemandung 1 Bandung. Model pembelajaran ini akan membantu siswa dalam memperbaiki nilai mereka dengan cara mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah kontekstual yang dihadapi.
Dengan demikian, perubahan model pembelajaran dari konvensional menjadi RME (Realistic Mathematics Education) akan memberikan rangsangan yang lebih baik kepada siswa dalam mengembangkan pemahaman mereka terhadap materi Volume Bangun Ruang. Hal ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V melalui penerapan model (RME) dengan bantuan alat peraga. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru untuk
mencipakan suasana pembelajaran yang variatif dan menyenangkan serta mampu mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran matematika. Penelitian ini juga diharapkan mampu membantu siswa mengatasi kejenuhan dalam belajar dengan adanya penggunaan media alat peraga.
1.2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Implementasi pendekatanRealistic Mathematic Education(RME) berdampak signifikan pada hasil belajar matematika siswa kelas 5 pada materi volume bangun Ruang ?
2. Bagaimana Perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran RME dengan kelas pembelajaran konvensional pada materi volume bangun ruang ?
3. Bagaimana kekurangan dan kelebihan pendekatan RME terhadap hasil belajar siswa ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Implementasi pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) berdampak signifikan pada hasil belajar matematika siswa kelas 5 dalam materi volume bangun Ruang.
2. Untuk mengetahui Perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran RME dengan kelas pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar matematika pada materi volume bangun ruang .
3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pendekatan RME terhadap hasil belajar siswa
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai implementasi pembelajaran berbasis pendekatan (RME) terhadap hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar pada materi volume bangun ruang memiliki sejumlah manfaat yang signifikan bagi berbagai pihak, termasuk guru, siswa, dan orang tua siswa:
1) Manfaat bagi Guru:
a) Peningkatan Kemampuan Pengajaran: Guru akan memahami secara lebih mendalam bagaimana menerapkan pendekatan RME dalam pembelajaran matematika. Mereka akan belajar bagaimana memadukan konteks dunia nyata dengan materi matematika, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif dan menarik bagi siswa.
b) Pemahaman Lebih Dalam tentang Motivasi Belajar: Guru akan dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi motivasi belajar siswa dan cara memotivasi mereka dalam konteks matematika. Ini dapat membantu guru mengembangkan strategi pengajaran yang lebih efektif.
c) Pengetahuan tentang Hasil Belajar Siswa: Guru akan memiliki data empiris tentang dampak pembelajaran berbasis RME terhadap hasil belajar siswa. Ini dapat membantu mereka mengevaluasi efektivitas metode pembelajaran mereka dan membuat penyesuaian jika diperlukan.
2) Manfaat bagi Siswa:
a) Pembelajaran yang Lebih Menarik: Siswa akan mengalami pembelajaran yang lebih menarik karena materi matematika dikaitkan dengan situasi
dunia nyata. Ini dapat meningkatkan minat dan motivasi mereka untuk belajar.
b) Pemahaman yang Lebih Baik: Siswa mungkin memiliki pemahaman yang lebih baik tentang konsep matematika karena mereka melihat hubungannya dengan dunia nyata. Mereka akan lebih mampu mengaitkan teori dengan praktik.
c) Motivasi yang Meningkat: Jika hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis RME meningkatkan motivasi belajar, ini akan memberikan dorongan tambahan kepada siswa untuk belajar matematika dengan lebih tekun.
3) Manfaat bagi Orang Tua Siswa:
a) Pemahaman tentang Metode Pembelajaran: Orang tua akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang cara anak-anak mereka belajar matematika. Mereka dapat berpartisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran anak-anak mereka dan memberikan dukungan yang sesuai.
b) Peningkatan Hasil Belajar: Jika penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis RME berdampak positif pada hasil belajar siswa, ini akan memberikan keyakinan kepada orang tua bahwa metode ini efektif. Orang tua mungkin lebih terdorong untuk mendukung anak-anak mereka dalam belajar matematika.
c) Dampak Positif pada Motivasi Belajar: Jika penelitian menunjukkan peningkatan motivasi belajar siswa, orang tua mungkin lebih fokus pada menjaga motivasi anak-anak mereka dalam belajar matematika di rumah.
Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang efektivitas pendekatan RME dalam pembelajaran matematika dan dampaknya terhadap motivasi belajar siswa. Ini dapat memperkaya praktik pembelajaran matematika dan meningkatkan pengalaman belajar siswa.
1.5. Hipotesis
Dalam konteks penelitian ini, hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Hipotesis Nol (H0): "Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran berbasis pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) terhadap hasil belajar pada materi volume bangun ruang, jika ditinjau dari motivasi belajar siswa."
2) Hipotesis Alternatif (H1): "Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran berbasis pendekatanRealistic Mathematic Education (RME) terhadap hasil belajar pada materi volume bangun ruang, jika ditinjau dari motivasi belajar siswa."
Dengan kata lain, H0 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol (tanpa penerapan RME) dan kelompok eksperimen (dengan penerapan RME) dalam hal hasil belajar siswa pada materi volume bangun ruang, ketika motivasi belajar siswa dianggap.
Sementara itu, H1 menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut, menunjukkan bahwa penerapan RME memiliki pengaruh positif atau negatif yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, dengan mempertimbangkan motivasi belajar siswa. Ketika melakukan analisis statistik
nantinya, hasil pengujian dapat mendukung salah satu dari kedua hipotesis ini, dan kesimpulan dapat diambil berdasarkan tingkat signifikansi yang ditentukan sebelumnya.
1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Pendekatan Dan Metode Penelitian
Jenis metode penelitian ini mencakup pendekatan kuantitatif dan deskriptif.
Pendekatan kuantitatif melibatkan pengumpulan data berupa angka-angka yang dihasilkan dari tes atau pengukuran. Penelitian deskriptif, di sisi lain, bertujuan untuk menggambarkan secara objektif suatu objek atau subjek yang diteliti, sesuai dengan fakta secara sistematis, termasuk karakteristik objek dan frekuensi yang dianalisis dengan teliti. Metode penelitian yang digunakan dalam konteks ini adalah metode eksperimen.
Penelitian eksperimen dapat dijelaskan sebagai suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki apakah terdapat akibat dari pemberian suatu stimulus tertentu kepada subjek penelitian. Jenis penelitian ini diterapkan dalam bentuk True Eksperimental dengan desain two group only posttest, yang melibatkan dua kelas, yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tujuan utamanya adalah untuk mengukur dampak atau perubahan yang timbul sebagai hasil dari perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen, dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan serupa.
Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada materi volume bangun ruang.
Dalam kelas ini, guru menyampaikan materi volume bangun ruang dengan
menggunakan pendekatan RME, memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dan eksploratif dalam pembelajaran. Sebagai perbandingan, kelas kontrol menerima penjelasan materi menggunakan model konvensional tanpa penerapan pendekatan RME. Setelah itu, peserta didik dari kedua kelas diberikan post test untuk mengukur hasil belajar mereka. Post test ini terdiri dari 20 soal seputar volume bangun ruang, terkait dengan kegiatan eksperimen yang dilakukan di kelas eksperimen. Tujuan dari postes ini adalah untuk mengumpulkan data yang dapat menggambarkan sejauh mana penerapan pendekatan RME memengaruhi pemahaman siswa terhadap materi volume bangun ruang.
Adapun desain penelitiannya dapat dilihat sebagai berikut:
kelas perlakuan Postest
eksperimen Y T1
kontrol X T1
Keterangan : T1 = Postest
Y = Penerapan Pendekatan RME X = Pembelajaran Konvensional
1) Desain ini mencakup kelompok eksperimen (menerima pembelajaran berbasis RME) dan kelompok kontrol (menerima pembelajaran konvensional).
2) Postest(T1) dilakukan setelah kedua kelompok menerima perlakuan masing- masing untuk mengukur hasil belajar.
3) Variabel tambahan, yaitu motivasi belajar, diukur sebelum perlakuan untuk memahami hubungannya dengan hasil belajar. Desain ini dirancang untuk
mengevaluasi efektivitas pembelajaran berbasis RME pada materi volume bangun ruang dan untuk melihat bagaimana motivasi belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar dalam konteks tersebut.
1.6.2. Lokasi dan sampel Penelitian
Penelitian dilakukan didalam kelas V SDN Semandung 1 Bandung yang berjumlah 55 siswa. Sebagain informan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yaitu kepala sekolah dan guru kelas V.
Populasai adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya disebut studi populasi atau studi sensus.18populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah keseluruhan kelas V SDN Sekemandung 1 Bandung. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 55 siswa.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Mengenai berapa banyaknya subjek yang diambil, atau dengan kata lain besar sampel, maka peneliti perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.
2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
3) Besar kecil resiko yang ditanggung oleh peneliti.
18Suharsimi Arikunto,2017.prosedur penelitian suatu pendekatan praktik,jakarta : PT Rineka Cipta, H 173
Menurut Suharsimi Arikunto jika jumlah subjek penelitian besar (lebih dari seratus) maka sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasi.19 Dalam penelitian ini jumlah populasi kurang dari seratus atau lebih tepatnya 55 siswa, maka peneliti mengambil sampel dari keseluruhan populasi.
Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah berjumlah 55 siswa dari 2 kelas yaitu kelas V A yang berjumlah 27 siswa, dan kelas IV B yang berjumlah 28 siswa. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representative (mewakili) keadaan populasi yang sebenarnya, maka agar dapat diperoleh sampel yang cukup representatif, digunakan teknik cluster random sampling menurut Salim. Pengambilan sampel dilakukan secara random agar semua siswa sebagai subjek peneliti memiliki kesempatan yang sama untuk dapat dipilih menjadi sampel penelitian.
Teknik sampling dengan menggunakan teknik cluster random sampling digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster.20 Sampel yang diteliti ada dua kelas, yaitu kelas V A yang menjadi kelas eksperimen dan diberikan tindakan model Realistik Mathematic Education, dan kelas V B menjadi kelas kontrol (pembanding) yang menggunakan model pembelajaran konvensional di SDN Sekemandung 1 Bandung.
19uharsimi Arikunto,2017.prosedur penelitian suatu pendekatan praktik,………….H 175 - 177
20Salim, 2018. metodologi penelitian kuantitatif.Bandung : Citapustaka Media hal. 116