STIKes Dharma Husada Bandung
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Proses menua adalah suatu proses alami yang akan terjadi pada setiap makluk hidup. Laslett (Suardiman, 2011) menyatakan bahwa semua makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan proses kelahiran, tumbuh menjadi dewasa, berkembang biak, menjadi tua dan akhirnya tutup usia. Sedangkan usia lanjut adalah masa yang tidak bisa dielakkan bagi orang yang dikarunia umur panjang (Fitrie Uraningsari & M As’ad Djalali, 2016, hlm. 15).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Menua bukanlah sebuah penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering meghinggapi kaum lanjut lansia.
Penurunan fungsi penglihatan pada usia lanjut sudah banyak diketahui dan mendapat perhatian khusus pada populasi tua. Penurunan fungsi penglihatan ini disebut dengan presbiopia. Fungsi penglihatan yang dimaksud dalam hal ini adalah menurunnya amplitudo akomodasi yang mendukung proses akomodasi mata pada penglihatan jarak dekat.
Khan dan Usmanghani (2013, hlm. 24) mengatakan bahwa kelompok usia presbiopia menyerang lebih dari 1 milyar penduduk di
STIKes Dharma Husada Bandung
dunia. Sebanyak 517 juta penduduk tidak memiliki koreksi penglihatan dekat yang akurat, sedangkan 410 juta penduduk mengalami cacat penglihatan dekat yang signifikan karena presbiopia yang tidak pernah terkoreksi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Arif Munandar
& Khairani di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 60 orang lanjut usia (88,2%) mengalami penurunan akomodasi mata (Arief Munandar & Khairani, 2016).
Presbiopia bukan disebabkan oleh penyakit atau kondisi patologis apapun karena merupakan bagian proses penuaan yang normal. Presbiopia umumnya terjadi pada usia 40 – 45 tahun yang disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi secara bertahap yang dimulai dari usia muda, dan dikatakan presbiopia sampai muncul masalah praktis pada usia sekitar 40 tahun yaitu kebutuhan untuk addisi baca agar dapat melihat objek-objek dekat dengan jelas.
Presbiopia dapat dikoreksi dengan mengunakan lensa spheris plus.
Istilah addisi pada presbiopia adalah penambahan lensa spheris plus untuk koreksi jarak dekat. Untuk penentuan besar addisi pada presbiopia dapat menggunakan diantaranya metode tabel usia dan metode amplitudo akomodasi.
Dari hasil penelitian Beartiz Antona dkk. (2008). Tentang membandingkan 7 metode penentuan addisi (dynamic retinoscopy,
STIKes Dharma Husada Bandung
amplitudo akomodasi, tabel usia, cross cylinder, dukrom dekat, dan keseimbangan akomodasi relatif negatif dan positif), dengan 69 subjek sehat dengan usia rata-rata 51,0 tahun (kisaran 40 hingga 60 tahun).
Mengemukakan bahwa semua teknik yang digunakan memiliki kesamaan aturan dan menunjukkan bahwa hasil addisi tentatif serupa dengan addisi akhir.
Pada penelitian ini peneliti mengambil 2 metode dari penjelasan diatas, yaitu metode tabel usia dan amplitudo akomodasi. Karena pada amplitudo akomodasi melakukan pengukuran kemampuan lensa mata melakukan proses akomodasi untuk memfokuskan benda yang berjarak dekat dengan mata, sedangkan tabel usia tidak melakukan pengukuran kemampuan proses akomodasi lensa mata tetapi merupakan generalisasi dari amplitudo akomodasi.
Pada penelitian ini peneliti mengambil lokasi di kampung Cibitung 1 desa Ponggang, dikarenakan jumlah populasi dan sampel sudah mencukupi untuk dilakukan penelitian. Sehingga penulis tertarik untuk menelitinya, karena itu dibuatlah penelitian yang berjudul
“PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARA PENGGUNAAN METODE TABEL USIA DAN PERHITUNGAN METODE AMPLITUDO AKOMODASI DALAM PENENTUAN BESAR ADDISI PADA PRESBIOPIA DI KAMPUNG CIBITUNG 1 DESA PONGGANG TAHUN 2019”.
STIKes Dharma Husada Bandung
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka penulis merumuskan masalah penelitian mengenai “Metode mana yang lebih efektif untuk menentukan besar addisi antara metode tabel usia dan metode amplitudo akomodasi”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah umtuk mengetahui metode mana yang lebih efektif untuk menentukan besar addisi antara metode tabel usia dan metode amplitudo akomodasi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui efektivitas hasil pemeriksaan penentuan besar berdasarkan tabel usia.
b. Untuk mengetahui efektivitas hasil pemeriksaan penentuan addisi berdasarkan amplitudo akomodasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pengembangan keilmuan, khususnya dalam bidang keilmuan refraksi optisi mengenai pemeriksaan besar addisi pada presbiopia.
STIKes Dharma Husada Bandung
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi penulis
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu penentuan besar addisi pada pemeriksaan presbiopia.
b. Manfaat Bagi Profesi Refraksi Optisi
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam mengembangkan keilmuan atau skill di ruang lingkup profesi Refraksionist Optisi tentang pemeriksaan besar addisi pada presbiopia.
c. Manfaat Bagi Institusi
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat bagi mahasiswa refraksi optisi untuk menentukan besar addisi pada presbiopia dan menjadi salah satu referensi kepustakaan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Masalah
Penelitian ini dilakukan dengan topik mengenai perbandingan efektifitas keakuratan metode penentuan besar addisi pada pemeriksaan presbiopia.
2. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk ke dalam bidang keilmuan refraksi optisi khususnya ilmu refraksi klinik.
STIKes Dharma Husada Bandung
3. Lingkup Tempat dan Waktu
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di kampung Cibitung 1 desa Ponggang, pada bulan Januari – Juni tahun 2019.