BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat, antara tahunn1970 dan 2000 kelompok umur 15-24 tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta (18%) menjadi 43 juta (21%) dari total jumlah populasi penduduk. Remaja mempunyai sifat yang unik, salah satunya adalah sifat ingin meniru sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan di sekitarnya. Di samping itu, remaja mempunyai kebutuhan akan kesehatan seksual, dimana pemenuhan kebutuhan kesehatan seksual tersebut sangat bervariasi. Adapun beberapa isu sosial dan klinis yang berkaitan dengan remaja antara lain terdiri atas peranan jenis kelamin, penyakait menular seksual, penggunaan KB pada usia remaja/diluar nikah, kurangnya informasi dan konseling mengenai pendidikan seksual, dan kehamilan dini pada remaja/diluar nikah. (Kusmiran, 2011).
Perilaku seksual pranikah remaja adalah segala tingkah laku seksual yang didorong oleh hasrat seksual lawan jenisnya, yang dilakukan oleh remaja sebelum mereka menikah. Bentuk-bentuk perilaku ini umumnya bertahap, mulai dari tingkat yang kurang intim sampai dengan hubungan seksual. (Soetjiningsih, 2012)
Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung pada perceraian, 1 dari 2 anak hasil perzinahan, 75 % gadis mengandung di luar nikah, setiap hari terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1 dari 3
kehamilan berakhir dengan aborsi, dan sejak tahun 1996 penyakit syphillis meningkat hingga 486%. (Adisbima, 2011).
Selama ini remaja seakan tidak pernah bisa terlepas dari persoalan yang ada.
Tapi sebenarnya ada 3 masalah remaja yang terlihat lebih menonjol. Masalah yang paling menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan seputar seks bebas, HIV- AIDS serta Napza, hal ini karena rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, sehingga perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya yang belum menikah cenderung meningkat. Penelitian yang dilakukan Australia National University dan Pusat Penelitian kesehatan UI tahun 2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi dengan jumlah partisipan 3006 (usia 17-24 tahun) menunjukkan 20,9 persen remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah serta 38,7 persen remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah. Sedangkan untuk kasus AIDS berdasarkan data dari Kemenkes RI 2011 sekitar 45,9 persen adalah kelompok usia 20-29 tahun. Jika dikaitkan dengan karakteristik AIDS yang gejalanya baru muncul setelah 3-10 tahun terinfeksi menunjukkan sebagian besar mereka terinfeksi pada usia muda.
(http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=16)
Hasil penelitian di SMU Negeri Kota Padang menunjukkan16,6% murid SMU berperilaku seksual berisiko, 4,3% telah melakukan hubungan seksual. Walaupun proporsinya kecil tetapi secara agama, budaya dan normatif menunjukkan telah terjadi penyimpangan perilaku seksual pada remaja (Nursal, 2007).
Sementara persepsi siswa SMA “X” Surabaya tentang perilaku seksual pranikah 61,4% berpengetahuan cukup tentang perilaku seksual, namun kenyataan
yang ada ditemukan beberapa siswa drop out karena didapati telah hamil dilar nihak (Rihardini, 2010).
Hasil penelitian terhadap perilaku seksual remaja SMA di Kota Pontianak didapatkan hasil 10,9% responden berniat berperilaku seksual berisiko terhadap KTD, PMS, HIV-AIDS, diantaranya 81,3% berniat tidak akn menggunakan kondom jika berhubungan seksual, 6,9% akan mengajak pacar berhubungan seks, 5,2%
menyalurkan hasrat seksual dengan pekerja seksual, dan 5,2% akan melakukan hubungan anal seks.
Hasil Penelitian Dasar & Evaluasi tentang kesehatan Reproduksi Remaja oleh Pusat Penelitian Kesehatan (Puslitkes) Universitas Indonesia bekerjasama dengan Skala PKBI Lampung yang di dukung oleh World Population Foundation (WPF) Indonesia terhadap 634 orang remaja di Kota Bandar Lampung tahun 2008 memberikan gambaran bahwa 13,1 % remaja pernah melakukan petting, (6,5%) remaja pernah melakukan hubungan seksual melalui oral, (4,6%) remaja melakukan hubungan seksual melalui vaginal, (3,5%) remaja melakukan masturbasi bersama dan (1,1 %) remaja pernah hubungan seksual melalui anal. (Hapsah, Laporan Skala PKBI, 2008).
Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2010, kasus HIV- AIDS sejak tahun 2002 berfluktuatif naik turun, jumlah kumulatif penderita AIDS sampai tahun 2010 sebanyak 222 kasus. (Profil Kesehatan Propinsi Lampung 2010).
Kota Bandar Lampung berdasarkan laporan bulanan KTS/VCT Setiap tahun ditemukan kasus HIV-AIDS, dan IMS dengan jumlah terus meningkat. Kasus meningkat pada tahun 2007 sebanyak 47 kasus dan tahun 2009 sebanyak 51 kasus,
tahun 2010 menurun menjadi 21 kasus. Tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin, penderita HIV Kota Bandar Lampung laki-laki 26 kasus (44,1%) dan perempuan sebanyak 33 kasus (55,9%). Distribusi kasus HIV-AIDS tahun 2011 berdasarkan golongan umur <4th ditemukan 3 kasus, 5-14th tidak ada, 15-19th sebanyak 5 kasus, 20-24th ada 6 kasus, 25-49 sebanyak 45 kasus. Sementara untuk kasus infeksi menular seksual tercatat 2.236 kasus, dengan proporsi terbesar berasal dari Puskesmas Panjang yaitu 1.286 kasus (57,5%). Kasus IMS pada dengan jumlah penderita usia remaja 15-19th ditemukan 45 kasus. Kondisi tahun 2012 sampai dengan bulan Agustus terjadi peningkatan kasus pada usia remaja yaitu 48 kasus dari 831 kasus yang ada. (Profil Dinkes Kota Bandar Lampung 2011)
Salah satu program pengendalian yang dilakukan adalah adanya klinik IMS di dua puskesmas yaitu Puskesmas Sukaraja dan Panjang. Selain itu juga adanya klinik VCT (Valountary Counseling and Testing) atau disebut juga KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela) yang dapat diakses di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandar Lampung (Laporan bulanan KTS/VCT, Dinkes Kota Bandar Lampung).
Perilaku seksual pranikah dapat terjadi karena pengaruh personal dan lingkungan, misalnya remaja SLTA di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang yang terletak satu kecamatan dengan lokalisasi, sehingga memungkinkan siswanya untuk terpengaruh melakukan perilaku seksual. Hasil penelusuran data skunder di Klinik IMS Mentari Puskesmas Panjang menunjukkan bahwa dari beberapa penderita yang berasal dari wilayah kerja Puskesmas Panjang yang melakukan pengobatan terdapat seorang remaja SLTA laki-laki usia 17 tahun yang menjadi pelanggan seksual dan menderita IMS, dan beberapa remaja putri usia 16-20 tahun yang terkena IMS sudah
melakukan hubungan seksual sejak SLTA, bahkan ada seorang remaja masih berhubungan seksual bebas hingga menjadi mahasiswa saat ini. Ditemukan pula seorang remaja putri usia 19 tahun yang merupakan alumni SLTA di wilayah kerja Panjang yang melakukan hubungan seksual bebas yang diawali menonton film blue bersama-sama dan berpasangan kemudian mencoba-coba sampai saat ini dan terkena IMS. Kasus kehamilan dan melahirkan juga ditemukan di wilayah ini pada remaja usia 17-19 tahun sebanyak 11 kasus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku seksual bebas pada remaja dapat berisiko terutama terkena penyakit IMS dan kehamilan dini. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja di SLTA wilayah kerja Puskesmas Panjang Tahun 2012.
B. RUMUSAN MASALAH
Remaja di Kota Bandar Lampung tahun 2008 sebanyak 13,1 % pernah melakukan petting, (6,5%) remaja pernah melakukan hubungan seksual melalui oral, (4,6%) remaja melakukan hubungan seksual melalui vaginal, (3,5%) remaja melakukan masturbasi bersama dan (1,1 %) remaja pernah hubungan seksual melalui anal.
Di wilayah kerja Puskesmas Panjang ditemukan seorang remaja pria usia 17 tahun yang menjadi pelanggan pekerja seks dan mengidap penyakit IMS, ditemukan beberapa kasus IMS dan 11 kehamilan pada remaja putri usia 16-17 tahun.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini
adalah belum diketahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja di SLTA di wilayah kerja puskesmas Panjang.
C. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana gambaran perilaku seksual remaja SLTA di wilayah kerja Puskesmas Panjang Bandar Lampung ?
2. Apakah ada hubungan antara faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS ?
3. Apakah ada hubungan antara faktor sikap terhadap seksualitas dengan perilaku seksual pada remaja SLTA di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2012 ?
4. Apakah ada hubungan antara faktor pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual pada remaja SLTA di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2012?
5. Apakah ada hubungan antara faktor pengaruh orang tua dengan perilaku seksual pada remaja SLTA di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2012?
6. Apakah ada hubungan antara faktor sumber informasi dengan perilaku seksual pada remaja SLTA di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2012?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku dan faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pada remaja SLTA di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran perilaku seksual remaja SLTA di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2012.
b. Diketahui hubungan antara faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS dengan perilaku seksual pada remaja SLTA di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2012
c. Diketahui hubungan antara faktor sikap dengan perilaku seksual pada remaja SLTA di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2012
d. Diketahui hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual pada remaja SLTA di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2012
e. Diketahui hubungan antara pengaruh orang tua dengan perilaku seksual pada remaja SLTA di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2012
f. Diketahui keterpaparan media dengan perilaku seksual pada remaja SLTA di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2012.
E. Manfaat
1. Bagi kepentingan program
Hasil penelitian diharapkan sebagai masukan dan pertimbangan bagi pembuat kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan upaya peningkatan penyuluhan perilaku seksual pada remaja khususnya siswa SLTA di wilayah kerja puskesmas Panjang.
2. Bagi LSM terkait
Hasil penelitian diharapkan sebagai masukan dan pertimbangan bagi LSM terkait terutama KPA Bandar Lampung dalam upaya pencegahan penyakit menular seksual di Kota Bandar Lampung
3. Bagi Institusi/sekolah
Sebagai bahan tambahan informasi bagi sekolah tentang perilaku seksual yang ada di sekolahnya dan upaya penanganannya.
4. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian, serta menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam melaksanakan penelitian di lapangan.
F. Ruang lingkup
Penelitian ini dilakukan di 3 SLTA (1 SMA dan 2 SMK) di wilayah kerja Puskesmas Panjang dengan batasan penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja pada tahun 2012. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 dengan subyek penelitian adalah siswa SLTA dan variabel
yang diteliti adalah faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap), faktor enabling (akses dan keterpaparan media), faktor reinforcing (pengaruh orangtua, pengaruh teman sebaya) dengan menggunakan kuesioner.