• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

N/A
N/A
ZAHRUL FUADI

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Aktivitas Belajar IPA a. Aktivitas Belajar

Diedrich dalam Nasution (1995) mengelompokkan aktivitas siswa ke dalam 8 kategori, yaitu 1) visual activities seperti membaca, memperhatikan:

gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, dan sebagainya; 2) oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviuw, diskusi, interaksi, dan sebagainya; 3) listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya; 4) writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, dan sebagainya; 5) drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan lain sebagainya; 6) motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya; 7) mental activities seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan lain sebagainya; dan 8) emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan lain sebagainya.

(2)

b. Aktivitas Belajar IPA

Aktivitas belajar IPA pada materi kepadatan populasi hubungannya dengan lingkungan dan materi pencemaran dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktifitas manusia adalah: 1) aktivitas visual meliputi membaca dan memperhatikan; 2) aktivitas oral meliputi bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi, dan interaksi; 3) aktivitas mendengarkan meliputi mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, dan jawaban; 4) aktivitas motorik meliputi bermain; 5) aktivitas mental meliputi menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

Aktivitas belajar IPA pada materi kepadatan populasi hubungannya dengan lingkungan dan materi pencemaran dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktifitas manusia yang meliputi membaca, memperhatikan gambar, menyatakan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi, interaksi, menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, termasuk menganalisis materi pada kelompoknya dan kelompok lain,serta member jawaban yang harus diberikan. Aktivitas belajar IPA difokuskan pada keaktifan, interaksi/kerjasama dan diskusi.

2. Hasil Belajar IPA a. Hasil Belajar

Hilgard dalam Nasution (1995) mengatakan belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dari laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari

(3)

perubahan-perubahan oleh faktor yang tidak termasuk latihan. Sedangkan Hilgard dan Brower dalam Hamalik (2004) mengemukakan belajar sebagai perubahan melalui aktivitas, praktik dan pengalaman.

Hasil belajar siswa yang diharapkan adalah kemampuan lulusan yang utuh yang mencakup kemampuan kognitif, kemampuan psikomotor dan kemampuan afektif atau perilaku. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir. Kemampuan kognitif siswa secara hirarkhis terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Kemampuan psikomotor berkaitan dengan keterampilan. Kemampuan psikomotor siswa dikembangkan melalui kegiatan praktik. Kemampuan afektif meliputi perilaku sosial, minat, sikap, disiplin dan sejenisnya.

b. Hasil Belajar IPA

Hasil belajar IPA dikelompokkan menjadi dua aspek yaitu aspek pemahaman dan penerapan konsep serta aspek kinerja ilmiah. Aspek pemahaman dan penerapan konsep mencakup semua sub ranah dalam ranah kognitif. Aspek kinerja ilmiah mencerminkan semua aktivitas IPA yang melatih dan mengembangkan keterampilan proses IPA dan sikap ilmiah, aspek ini mencakup ranah psikomotor dan afektif.

3. Berjubel (Belajar dengan bermain Jual Beli) a. Hakekat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu

(4)

Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Sikap ilmiah yang dikembangkan meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahayul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.

(Depdiknas, 2006). Bahan kajian IPA untuk SMP/MTs meliputi aspek- aspek: makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.

b. PAIKEM

PAIKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif,kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, berpikir kritis, dan kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi, dan pencarian ilmiah.

Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian dan ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.

(5)

Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. (Unnes, 2011).

PAIKEM memiliki karakteristik mengalami, komunikasi, interaksi, dan refleksi. Tanggung jawab belajar berada pada siswa, guru bertanggung jawab memberikan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.

Terdapat beberapa jenis pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik PAIKEM, diantaranya adalah CTL (Contextual Teaching and Learning). Model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan CTL adalah model pembelajaran langsung (direct instruction), model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), dan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada siswa unuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa

(6)

belajar dalam kelompok secara kooperatif; 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras , suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula;

dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

c. Model Pembelajaran Round Club atau Keliling Kelompok

Model pembelajaran Round Club adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif),tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta meminta tanggungjawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok mendapat pengetahuan dan pemikiran anggota lain dan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Dalam model pembelajaran Round Club, ada keuntungan-keuntungan yang dapat dipetik. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain: adanya tanggung jawab setiap kelompok, adanya pemberian sumbangan ide pada kelompoknya, lebih sekedar belajar kelompok, bisa saling mendengarkan

(7)

dan mengutarakan pendapat dan pemikiran, hasil pemikiran lebih kaya, dan dapat membina dan memperkaya emosional.

d. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Dari segi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa Inggris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle,yaitu sebuah teka-teki yang menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie (1993), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggungjawab secara mandiri.

Menurut Rusman (2008), dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggungjawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.

(8)

e. Berjubel (Belajar dengan bermain Jual Beli)

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada metode Berjubel adalah pengembangan, modifikasi dan gabungan dari model pembelajaran Round club dan jigsaw. Pada metode Berjubel, secara garis besar terdapat kegiatan belajar kelompok (tim), mendeskripsikan permasalahan, menyampaikan ke kelompok lain, mengumpulkan pemikiran dari kelompok lain dan menyusun kesimpulan dari bahan pembelajaran secara keseluruhan.

Kegiatan ini diawali guru menjelaskan cara kerja metode Berjubel.

Langkah awal adalah membentuk kelompok kerja. Selanjutnya guru membagi bahan/ materi yang pelajaran yang dibahas pada masing-masing kelompok. Guru menyuruh tiap kelompok membagi tugas pada tiap anggota, ada yang menjadi penjual dan pembeli. Penjual bertugas menjelaskan materi kelompoknya kepada pembeli dari kelompok lain. Pembeli adalah anggota kelompok yang diberi tugas membeli ( mencari informasi) dari materi kelompok lain.

Belajar kelompok dilakukan dalam kelompok yang heterogen. Siswa saling membantu untuk mendalami materi bersama teman sekelompoknya.

Tiap anggota kelompok bekerja sama yang aktif untuk membuat alat/ media sebagai dagangan yang akan dijual dalam dua bentuk, yaitu materi yang dijual disajikan dalam tulisan besar pada kertas ukuran besar, hal ini disiapkan seolah-olah seperti dagangan pada etalase toko. Tiap kelompok juga membuat salinan materi tadi pada kertas kecil sebanyak 2 kali kelompok yang ada. Salinan materi pada kertas kecil adalah sebagai barang yang dijual dan ketika anggota kelompok yang bertindak sebagai pembeli,

(9)

maka kertas kecil ini akan dipakai untuk membeli.Tiap kelompok bersama- sama berdiskusi untuk merancang strategi dalam mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik saat menjual dan membeli dagangan (materi).

Berjubel dimainkan antar kelompok. Tiap kelompok harus betul-betul menguasai bahan materi bagiannya. Penjual akan menerangkan materinya kepada pembeli, dengan cara pembeli menawar dan membeli dengan menjelaskan materi kelompoknya. Pada tiap kelompok,tiap siswa mengadakan relasi dan bekerja sama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama. Manfaat kerja kelompok menurut Nasution (1995) adalah (1) mempertinggi hasil belajar baik secara kuantitatif atau kualitatif, (2) keputusan kelompok lebih mudah diterima oleh setiap anggota bila mereka turut memikirkan dan memutuskan bersama-sama, (3) mengembangkan perasaan sosial dan pergaulan sosial yang baik, serta (4) individu dalam kelompok saling membantu mengkoreksi kesalahan, ada toleransi satu sama lain dan saling membangkitkan minat.

Berjubel mengajak siswa belajar melalui komunikasi dengan bermain jual beli, bermain sambil belajar, belajar sambil bermain. Richford (2010) menyebutkan keterampilan yang dapat dikembangkan dari permainan, yaitu keterampilan verbal dan komunikasi, keterampilan matematika, serta keterampilan sosial. Keterampilan verbal dan komunikasi dikembangkan ketika siswa belajar untuk mengikuti arahan, melengkapi tugas, dan mengekspresikan dirinya selama permainan. Siswa menyusun strategi dan menghitung langkah dalam permainan, mempertajam kemampuan dan

(10)

belajar untuk bertanggungjawab pada tugasnya. Keterampilan sosial dikembangkan sebagai hasil dari bermain, ketika siswa belajar menyampaikan/menjelaskan materi kelompoknya dan membeli materi kelompok lain. Belajar untuk menjual dan membeli materi secara perlahan mengembangkan keterampilan sosial yang penting. Interaksi sosial juga mengembangkan keterampilan bercakap-cakap dan negosiasi.

Davis (2009) menyimpulkan bahwa permainan merupakan alat yang efektif. Permainan dapat digunakan untuk pelengkap dari metode tradisional, bukan sebagai pengganti. Permainan memungkinkan siswa bekerja dalam kelompok, berkompetisi, kreatif dan bersenang-senang sambil belajar.

Permainan membuat proses belajar lebih menyenangkan. Haun (Davis, 2009) melaporkan sejumlah manfaat menggunakan permainan dalam kelas, meliputi mengajar siswa teknik alternatif untuk belajar, mempengaruhi perkembangan kognitif, memotivasi siswa untuk belajar, memudahkan mengingat dan memacu kepercayaan diri siswa ketika mereka mendapatkan respon yang tepat. Dorn (Davis, 2009) mengatakan bahwa permainan dapat mengusir kebosanan dalam metode pembelajaran tradisional, menciptakan atmosfer kelas yang lebih relaks dan ramah.

Berjubel (Belajar dengan bermain Jual Beli) merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan dari model pembelajaran Kooperatif Round club dan Jigsaw. Berjubel digunakan pada standar kompetensi 7.

Memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya , pada kompetensi dasar 7.3. (memprediksi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan) dan 7.4. (mengaplikasikan peran manusia

(11)

dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan).

Pada materi pokok kepadatan populasi hubungannya dengan lingkungan, sebagai materi pada siklus I, kelompok kerja siswa merupakan kelompok besar. Kelompok besar terdiri 7 (tujuh) anggota.Tiap kelompok mendapat materi yang harus disiapkan sebagai bahan yang akan dijual , disajikan pada lembaran kertas ukuran besar. Pemilihan materi dilakukan dengan pengambilan undian. Tiap kelompok menentukan anggotanya yang bertugas yaitu 4 anak sebagai penjual dan 3 anak sebagai pembeli. Penjual dan pembeli akan melakukan transaksi selama 6 menit. Pada transaksi ,penjual menjelaskan materi dagangannya kepada pembeli dan pembeli menawar dan membeli dengan menjelaskan materi kelompoknya. Dagangan yang disajikan pada kertas besar seolah-olah etalase sehingga tidak boleh dibawa pembeli, sebagai gantinya maka penjual mengambilkan kertas kecil berisi materi yang sama dari gudang. Pembeli membayar dengan uang- uangan berupa kertas kecil berisi materi kelompoknya. Jika waktu habis, lalu pembeli pindah ke kelompok lain. Setelah semua kelompok sudah dikunjungi dan selesai jual beli materi, maka pembeli kembali ke kelompoknya dan membuat kesimpulan materi dari semua kelompok.

Pada materi pokok pencemaran dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktifitas manusia , sebagai materi pada siklus II, kelompok kerja siswa merupakan kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri 4 (empat) anggota.Tiap kelompok mendapat materi yang harus disiapkan sebagai bahan yang akan dijual , disajikan pada lembaran kertas ukuran

(12)

besar seolah-olah berupa etalase di toko. Pemilihan materi dilakukan dengan pengambilan undian. Tiap kelompok menentukan anggotanya yang bertugas yaitu 2 anak sebagai penjual dan 2 anak sebagai pembeli. Penjual dan pembeli akan melakukan transaksi selama 6 menit. Pada transaksi ,penjual menjelaskan materi dagangannya kepada pembeli dan pembeli menawar dan membeli dengan menjelaskan materi kelompoknya. Dagangan yang disajikan pada kertas besar seolah-olah etalase sehingga tidak boleh dibawa pembeli, sebagai gantinya maka penjual mengambilkan kertas kecil berisi materi yang sama dari gudang. Pembeli membayar dengan uang-uangan berupa kertas kecil berisi materi kelompoknya. Jika waktu habis, lalu pembeli pindah ke kelompok lain. Setelah semua kelompok sudah dikunjungi dan selesai jual beli materi, maka pembeli kembali ke kelompoknya dan membuat kesimpulan materi dari semua kelompok.

B. Kerangka berpikir

Pada kondisi awal guru belum menggunakan metode pembelajaran, aktivitas dan hasil belajar IPA rendah. Agar hasil belajar IPA materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan meningkat maka diperlukan adanya tindakan yang dilakukan guru, yaitu guru menggunakan metode Berjubel.

Siklus pertama adalah penggunaan metode Berjubel di kelompok besar , dilanjutkan dengan siklus kedua penggunaan metode Berjubel di kelompok kecil pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan. Dari siklus I dan siklus II diharapkan aktivitas dan hasil belajar meningkat.

(13)

Pada kondisi akhir diduga melalui penggunaan metode Berjubel maka aktivitas dan hasil belajar IPA materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan pada siswa kelas VII H SMP Negeri 10 Salatiga pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 dapat meningkat.

Gambar 1. Kerangka berpikir Guru belum

menggunakan metode Berjubel

Aktivitas dan hasil belajar IPA rendah

Guru menggunakan metode Berjubel

Siklus I:

Penggunaan metode Berjubel di kelompok besar pada materi pokok kepadat-

an populasi hubungannya dengan lingkungan

Siklus II:

Penggunaan metode Berjubel di kelompok kecil pada materi

pokok pencemaran dan kerusakan ling-kungan hubungannya dengan aktifitas

manusia manusia dalam pengelolaan lingkungan Diduga melalui

Berjubel maka aktivitas dan hasil belajar IPA materi pokok pencemar-an

dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktifitas manusia manusia Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

(14)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut, hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Penggunaan metode Berjubel dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA materi pokok kepadatan populasi hubungannya dengan lingkungan dan materi pokok pencemaran dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktifitas manusia bagi siswa kelas VII H SMP Negeri 10 Salatiga pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014.

2. Penggunaan metode Berjubel dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi kepadatan populasi hubungannya dengan lingkungan dan materi pokok pencemaran dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktifitas manusia bagi siswa kelas VII H SMP Negeri 10 Salatiga pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014.

Referensi

Dokumen terkait

Rusman menggatakan pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian

hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa adalah: (1)

Menurut Anita Lie (2008:70) menyebutkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

Slavin (1995: 51) menjelaskan bahwa “Pembelajaran kooperatif dengan model STAD, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang siswa

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5

yang akan segera di bahas, di rumah masing-masing. 2) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota

1) Discovery learning, Jerome Bruner menurut Slavin dalam Baharuddin dan Wahyuni (2015:180) yaitu model pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar dengan

Sedangkan menurut Slavin, cooperative learning adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas yang setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan