14 BAB II
LANDASAN TEORI A. Variabel Penelitian
Definisi operasional merupakan batasan-batasan yang digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan variable yang akan diteliti. Adapun definisi operasional dalam penelitian, antara lain:
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat).25 Yang menjadi variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan gadget yang berlebihan.
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas. Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan interaksi sosial siswa MAN 3 Kediri tahun ajaran 2021/2022.
B. Kerangka Teoritis 1. Interaksi Sosial
Kesadaran adalah salah satu kunci dari interaksi sosial. Tanpa adanya kesadaran
25 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2014), 228.
Kemampuan interaksi siswa MAN 3 Kediri Penggunaan gadget
berlebihan dimasa pandemi
Teori interaksi sosial (George Simmel)
15
dan tujuan, manusia tidak mungkin berinteraksi dengan sesamanya. Menurut Blumer, interaksi sosial adalah proses di mana kemampuan berpikir dikembangkan dan diperlihatkan.26 Hal ini sesuai dengan salah satu kunci dari interaksi sosial yaitu kesadaran. Karena kesadaran dalam berinteraksi soial, manusia akan melibatkan dan mengembangkan pikiran mereka secara tidak langsung.
Interaksi sosial adalah tindakan sosial bersifat timbal balik bagi yang dilakuan dengan cara berkomunikasi dan kontak antara dua orang atau lebih. Kontak sosial tidak hanya berupa sentuhan langsung, tetapi juga dapat dilakukan melalui alat komunikasi seperti gadget yang ada di era modern seperti ini dan kontak mata antar individu. Tanpa adanya komunikasi interaksi sosial tidak akan pernah terjadi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksi sosial yang dikemukakan oleh George Simmel.
George Simmel adalah salah satu sosiolog kelahiran Berlin27, Jerman yang menyumbangkan berbagai pemikirannya guna perkembangan ilmu sosiologi di era modern ini. Simmel lebih mengutamakan masalah dengan skala kecil, terutama tindakan serta interaksi individu. Awal mula Simmel menjadi terkenal adalah karena pemikirannya mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial dan tipe-tipe manusia yang berinteraksi berdasarkan Filsafat Kant.28 Berdasarkan kacamata Simmel, tugas utama sosiologi yaitu memahami interaksi individu satu dengan individu yang lain, namun sebagian besar interaksi yang terjadi pada kehidupan sosial tidak mungkin dapat dimengerti tanpa adanya peralatan konseptual tertentu, Simmel merasa jika ia bisa mengklasifikasikan sebagian bentuk interaksi yang bisa ditemukan pada sebagian situasi sosial yang berskala besar.29Simmel dapat melakukan analisis serta mempelajari situasi interaksi yang berbeda dengan bekal peralatan konseptual.
26 George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 275.
27 David Frisby, Georg Simmel (Chicester: Ellis Horwood, 1984), 34.
28 George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Edisi Ketujuh, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), 43.
29Ibid., 44
16
Pengembangan berbagai jenis interaksi juga berdampak terhadap interaksionisme simbolik yang memberikan perhatian penuh pada interaksi sosial. Interaksi sosial terjadi sebab setiap individu sadar akan keberadaan individu lain yang dapat membuat terjadinya berbagai perubahan baik pada perasaan ataupun syaraf manusia.30
Dengan adanya kesadaran individu yang dikemukakan oleh George Simmel merupakan awal Simmel untuk memperlajari interaksi sosial lebih dalam. Adapula konflik beserta kritis kebudayaan modern yang digambarkan oleh Simmel dengan bentuk pemiskinan-subjektivitas yang disebut dengan endemi atrophy (terhentinya budaya subjektif) yang disebabkan oleh hypertrophy (penyuburan budaya objektif).31 Dari sini Simmel berusaha menunjukkan adanya ketimpangan budaya antar individu
Pemikiran Simmel yang paling terkenal adalah mengenai bentuk interaksi sosial yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: interaksi berdasarkan bentuk dan berdasarkan tipe. Dengan adanya interaksi sosial, tidak menutup kemungkinan akan terjadinya konflik baik antar individu maupun indivu dengan kelompok. Akan tetapi, Simmel tidak terlalu memikirkan adanya konflik dalam interaksi karena menurut Simmel konflik adalah dasar dari interaksi tersebut. Dengan adanya konflik dalam interaksi sosial memungkinkan interaksi tersebut akan berlangsung dan bertahan dalam suatu masyarakat. Semakin banyak manusia yang berinteraksi, hal tersebut dapat mempengaruhi bahkan mengubah pola interaksi serta dapat membuat bentuk pengelompokan dan keterlibatan sosial.
a. Syarat Interaksi Sosial 1) Kontak Sosial
30 George Ritzer, Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Postmodern (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014), 43.
31 Widyanta, Problem Modernitas dalam Kerangka Sosiologi Kebudayaan Georg Simmel (Yogyakarta:
Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2002), 16.
17
Kontak sosial adalah hal yang harus terjadi dalam interaksi sosial. Kontak sosial tidak harus terjadi secara fisik seperti berjabat tangan dan sejenisnya, melainkan juga bisa terjadi walaupun tanpa harus bersentuhan secara fisik seperti pandangan seseorang pada seseorang yang lain selama interaksi berlangsung atau seseorang yang tengah melakukan panggilan telepon.
Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan bahwa kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing-masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak saling bersentuhan secara fisik.32
2) Komunikasi
Komunikasi merupakan hubungan antar individu yang saling mempengaruhi. Dengan adanya komunikasi, seseorang dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan agar bisa dipahami orang lain. Tanpa adanya komunikasi, tidak akan terjadi interaksi sosial.
b. Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu kerja sama, persaingan, dan konflik.
Berikut ini merupakan bentuk interaksi sosial yang muncul sebagai akibat dilakukannya interaksi sosial:
1) Interaksi Asosiatif
a) Akomodasi, merupakan upaya yang dilakukan bersama-sama antar individu ataupun kelompok agar dapat mecapai tujuan bersama. Oleh karena itu, akomodasi sebagai suatu proses lebih merujuk pada berbagai usaha manusia
32 Suryati, Sosiologi, (Palembang: Noer Fikri Offset, 2017), 76.
18
untuk menghentikan pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.33
b) Asimilasi, adalah proses sosial pada taraf lebih lanjut. Hal ini dapat diketahui melalui usaha masyarakat yang ada untuk mengurangi perbedaan yang ada antar individu maupun kelompok dan meningkatkan kesatuan sikap, tindakan, serta proses-proses mental dengan mewujudkan tujuan dan kepentingan bersama yang telah disepakati sebelumnya.
c) Akulturasi, merupakan proses sosial yang muncul saat masyarakat dengan kebudayaan tertentu berhapan dengan budaya asing. Dengan perlahan, kebudayaan asing tersebut akan diterima serta diolah pada kebudayaannya tanpa menghilangkan unsur asli dari kebudayaan masyarakat tersebut.
2) Interaksi Disosiatif
Berikut ini merupakan jenis-jenis dari interaksi disosiatif, antara lain:34
a) Persaingan, merupakan bentuk interaksi antar kelompok atau individu melalui persaingan agar memperoleh suatu keuntungan untuk diri mereka dengan cara mengasah prasangka yang sudah ada sebelumnya atau menarik perhatian tanpa menggunakan kekerasan,35
b) Kontravensi, merupakan salah satu bentuk interaksi yang ditandai dengan ketidakpastian pada seseorang, rasa tidak suka yang disembunyikan, serta rasa benci pada kepribadian seseorang, namun tidak sampai terjadinya pertikaian atau pertentangan,36
33Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 73.
34 Slamet Santoso, Dinamika Kelompok, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 69.
35Ibid., 83
36Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 82-83.
19
c) Pertentangan, yaitu salah satu bentuk interaksi sosial antar individu atau kelompok dengan tujuan memperoleh keuntungan atau mencapai tujuan dengan melalui pertentangan disertai dengan kekerasan.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Menurut Floyd Allport, perilaku pada interaksi sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk individu lain yang berada disekitarnya dengan perilaku mereka yang khas atau unik. Dibawah ini merupakan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap interaksi sosial:
1) Imitasi
Para ahli sosial banyak yang berpendapat bahwa sebenarnya kehidupan sosial hanya berlandaskan faktor imitasi. Meskipun pendapat tersebut berat sebelah, imitasi memiliki peran yang tidak kecil dalam interaksi sosial. Di bawah ini merupakan beberapa syarat yang wajib dipenuhi sebelum mengimitasi sesuatu:37
a) Memiliki minat cukup besar mengenai suatu hal tersebut, b) Memiliki sikap menghargai hal-hal yang akan diimitasi,
c) Seseorang dapat melakukan imitasi paradigma maupun perilaku seseorang karena hal itu dianggap memiliki penghargaan dan nilai sosial yang tinggi, kemungkinan seseorang tersebut melakukan imitasi agar mendapatkan penghargaan atau reward di lingkungan sosialnya.
2) Sugesti
Sugesti adalah ketika individu memberi pendapat maupun contoh sikap atau perilaku dirinya sendiri yang kemudian diterima oleh individu yang lain. Sugesti
37Ibid.,90
20
memiliki peranan yaitu membentuk prasangka sosial, norma dan nilai kelompok, norma susila, dan lain-lain.38 Oleh karena itu, kaidah-kaidah tingkah laku yang berasal dari adat kebiasaan digeser begitu saja tanpa memikirkan orang-orang di sekitarnya. Dibawah ini merupakan syarat-syarat yang mempermudah terjadinya sugesti:
a) Sugesti yang disebabkan oleh disosiasi,
b) Sugesti yang disebabkan oleh kekuasaan atau otoritas, c) Sugesti yang disebabkan oleh mayoritas,
d) Sugesti yang disebabkan oleh rasa ingin percaya atau will to believe e) Sugesti yang disebabkan oleh hambatan berfikir.
Sugesti adalah psikis yang bisa berasal dari individu lain yang secara umum langsung disetujui tanpa dipilah-pilah terlebih dahulu. Oleh sebab itu sugesti dikategorikan menjadi dua bagian, antara lain:
1. Auto suggestion, adalah sugesti yang berasal dari diri sendiri, 2. Hetero suggestion, adalah sugesti yang berasal dari orang lain.
3) Identifikasi
Identifikasi merupakan sugesti dengan tujuan menyerupai orang lain atau menjadi identik (sama). Identifikasi ini dilakukan seseorang dengan tujuan mendapatkan sesuatu seperti sikap, nilai, dan norma yang dianggap ideal untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada dirinya. Proses ini otomatis terjadi pada seseorang di alam bawah sadarnya. Objek dari identifikasi ini dipilih secara subjektif berdasarkan perasaan bukan secara rasional. Ada dua cara untuk melakukan identifikasi, yaitu:
38Ibid.,76
21
a) Menerima dan mempelajari norma-norma sosial yang diajarkan orang tua, b) Mengidentifikasi orang tua. Karena orang tua adalah panutan dari anak-anak,
sehingga orang tua akan lebih berhati-hati saat bertindak agar selalu menjadi contoh yang baik.
4) Simpati
Simpati adalah rasa ketertarikan seseorang pada orang lain. Rasa simpati timbul dari kesadaran diri sendiri yang memiliki rasa simpati pada orang lain.
Simpati mempersatukan seseorang dengan orang lain, sedangkan antipati lebih condong ke arah menghambat bahkan memutus hubungan antar individu. Menurut Adam Smith simpati dua bentuk dasar, antara lain:
a) Simpati yang menumbuhkan respon cepat,
b) Simpati yang sifatnya condong ke arah intelektual sehingga seseorang bersimpati pada orang lain walaupun tanpa merasakan apa yang dirasakan orang tersebut.
d. Interaksi Sosial Berdasarkan Bentuk 1) Superordinasi dan Subordinasi
Subordinasi adalah wujud dari ketaatan pada superordinasi, superordinasi memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan subordinasi. Superordinasi dan subordinasi mempunyai relasi timbal balik. Hal ini menunjukkan semua bentuk interaksi selalu mempunyai hubungan timbal balik. Simmel menyatakan pola ini memiliki tiga variasi, antara lain: subordinasi di bawah seorang individu, subordinasi di bawah kelompok, dan yang terakhir subordinasi di bawah prinsip umum atau peraturan yang memiliki sifat impersonal.
22
Pertama, subordinasi di bawah individu dapat dicontohkan dengan buruh sebagai subordinasi dan pemilik pabrik sebagai superordinasi, gaji atau pendapatan adalah bentuk timbal balik dari pemilik pabrik terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh buruh pabrik. Interaksi keduanya terjadi saat pemilik pabrik memberi perintah atau masukan pada buruh, walaupun jawaban buruh pabrik hanya anggukan kepala atau satu kata “baik”, hal tersebut sudah dapat dikatakan interaksi sosial.
Kedua, subordinasi di bawah kelompok. Interaksi terjalin tidak intens disebabkan oleh subordinasi di bawah kelompok yang melibatkan lebih dari satu orang. Subordinasi di bawah kelompok dapat dicontohkan dengan sekelompok masyarakat sebagai superordinasi, dan peternak ayam sebagai subordinasi.
Sekelompok masyarakat melakukan demo pada peternak ayam karena bau kotoran dan pakan ayam yang menyengat hingga tercium warga desa sehingga masyarakat terganggu dengan bau tersebut. Pada hal ini interaksi sosial menimbulkan timbal balik terhadap peternak ayam sebagai subordinasi yaitu tertekan secara emosional dan pikiran.
Ketiga, subordinasi di bawah prinsip umum atau peraturan bersifat impersonal atau bentuk kepatuhan pada hukum dan norma yang ada dalam masyarakat. Subordinasi atas peraturan bersifat impersonal seperti ini dapat diibaratkan sebagai bentuk kebebasan paling tinggi. Simmel mencontohkan dengan subordinasi individu terhadap prinsip moral yang memiliki peran dalam terbentuknya norma dan nilai yang tertuang pada Undang-Undang.
Menurut Simmelsuperordinasi dan subordinasi itu tidak dapat total, karena tidak seluruh diri individu masuk atau diisap ke dalam relasi antara pemimpin dan
23
pengikut itu. Yang berarti, setiap individu masih mempunyai kebebasan, juga kalau itu sedikit saja, karena manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki perbedaan dan berdiri baik di dalam maupun di luar masyarakatnya.39
2) Konflik
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, Simmel mengatakan jika konflik bukanlah ancaman akan kebersamaan. Melainkan konflik adalah dasar dari interaksi tersebut. Dengan adanya konflik dalam interaksi sosial memungkinkan interaksi tersebut akan berlangsung dan bertahan dalam suatu masyarakat. Ketika masyarakat terlibat konflik, tanpa sadar mereka tengah melakukan interaksi karena dalam konflik suatu masyarakat pasti terjadi komunikasi dan kontak sosial yang merupakan syarat dari interaksi sosial. Menurut Simmel konflik dibutuhkan dengan harapan agar masyarakat dapat menjadi lebih baik dan hidup dengan harmonis.
Konflik sosial ada dimana-mana. Setiap manusia mempunyai tujuan dan kepentingan yang berbeda, perbedaan itulah yang menyebabkan konflik tidak akan berakhir dan akan tetap ada selama masih perbedaan itu masih ada.
Adapula pandangan konflik menurut George Simmel yang telah dikembangkan dan dikaji lebih dalam oleh Coser memandang bahwa, konflik adalah salah satu bentuk penyakit bagi kelompok sosial. Walaupun begitu, Coser tetap memperlihatkan kegunaan-kegunaan positif dari adanya konflik yaitu bisa membangun dan melindungi struktur suatu kelompok tertentu.40
3) Pertukaran
39 Georg Simmel, Soziologie, Untershucungen uber Die Formen der Vergesellscaftung (Frankfurt: Suhrkamp, 1995), 164. Lihat pula dalam Budi Hardiman, “Georg Simmel dan Relasionisme; Sebuah Tinajuan Filosofis atas Hubungan Individu dan Masyarakat”, Studia Philosopica et Theologica, Vol. 10 No. 1 Maret 2010, 11.
40 Georg Simmel, Soziologie, Untershucungen uber Die Formen der Vergesellscaftung, 284-286.
24
Menurut Simmel, pertukaran merupakan jenis imteraksi sosial yang murni dan maju. Simmel beranggapan bahwa pertukaran merupakan jenis interaksi yang paling murni dan maju.41 Ciri-ciri dari pertukaran adalah jumlah nilai dari masyarakat yang berinteraksi lebih besar sesudah melakukan interaksi dibandingkan sebelum melakukan interaksi. Setiap pihak memberikan lebih selain yang mereka miliki. Memberikan informasi pada orang lain ataupun sebaliknya juga termasuk pertukaran informasi. Penilaian dari hal ini adalah sejauh mana pemberi dan penerima memahami informasi yang disampaikan. Simmel beranggapan jika ada untung dan rugi dalam pertukaran sosial.
4) Hubungan Seksual
Hubungan perempuan dengan lawan jenisnya yang melakukan interaksi dengan saling memberikan rangsangan seksual sebagai kesan serta daya tarik.
Dengan cara itu pasangan tersebut bisa menikmati hubungan sosial seksual yang menarik tanpa harus menuangkan isi dari hubungan yang seperti itu. Selain itu, hubungan seksual atau pelacuran juga disebut sebagai tempat yang mematikan, karena merekalah yang ditengarai menyebarkan penyakit AIDS yang disebabkan oleh kegiatan melakukan seks bebas dan sering berganti pasangan tanpa memakai pengaman.42
5) Gaya
Gaya merupakan struktur hubungan sosial sebagai usaha setiap individu guna beradaptasi dengan keinginan kelompok. Gaya mengikut sertakan mode historis: pada langkah pertama, semua orang memperoleh berbagai hal yang cocok dengan diri sendiri beserta status sosialnya; tidak heran jika orang-orang mulai
41Ibid, 187.
42George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, 190.
25
menyimpang darinya; dan berakhir dengan proses penyimpangan ini, bisa saja orang-orang tersebut melakukan adopsi perspektif yang sama mengenai berbagai hal yang ada pada gaya itu.43
Selain itu, gaya juga memiliki sifat dialektis yang berarti jika suatu keberhasilan serta persebaran gaya tertentu semuanya akan berakhir dengan kegagalan. Hal tersebut disebabkan adanya suatu perbedaan yang membuatnya cocok untuk dipandang, akan tetapi saat orang-orang menerimanya, gaya tidak lagi memiliki perbedaan dan berakhir gaya kehilangan daya tariknya. Dualitas lain yaitu tugas seorang pemimpin pada gerakan gaya tersebut. Seseorang yang memimpin kelompok itu, harus memiliki gaya yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain dengan cara melakukan adopsi dengan keinginan yang lebih jelas.44
Simmel berpendapat jika dengan mengikuti berbagai hal yang ada dalam dalam gaya itu tidak selalu mengandung dualitas, melainkan juga mengandung usaha yang dilakukan orang-orang guna berhenti dari gaya. Beberapa orang yang tidak mengikuti gaya berpendapat jika orang-orang yang mengikuti gaya itu ibarat seorang peniru serta melihat diri sendiri sebagai orang independen, akan tetapi Simmel berpendapat jika orang yang tidak mengikuti gaya itu hanya melangsungkan susunan plagiasi dengan bentuk sebaliknya.45
e. Interaksi Sosial Berdasarkan Tipe 1) Orang Asing
43Ibid., 175.
44Ibid., 178.
45Ibid, 193.
26
George Simmel menulis esai dengan judul The Stranger. Esai itu berisi tentang tipe aktor yang tidak terlalu jauh dan dekat. Sebab menurut George Simmel, jika terlalu dekat, seseorang tidak lagi ingin menjadi orang asing, namun apabila terlalu jauh, orang tersebut akan kehilangan kontak dengan kelompok. Oleh karena itu, bisa dipahami jika interaksi yang dilakukan orang asing dengan kelompok terdiri dari gabungan antara kedekatan dengan jarak.46
2) Pemboros
Perilaku hidup boros merupakan gaya hidup yang berlebihan, terutama berlebihan pada penggunaan baik harta, uang atau sumber daya yang ada hanya demi memenuhi nafsu kesenangan semata. Seseorang yang terbiasa hidup boros dapat menjadi kehilangan rasa empati dan simpati pada orang-orang di sekitarnya yang membutuhkan (apatis).
3) Pengelana
Pengelana merupakan orang yang hidup dengan cara nomaden atau menjelajah dari satu tempat ke tempat yang lain selama beberapa waktu. Pengelana hidup di suatu daerah selama beberapa saat, dan kembali meneruskan perjalanan mereka. Saat pengelana menetap beberapa saat di suatu wilayah, mereka harus berinteraksi serta beradaptasi dengan masyarakat setempat dan lingkungan barunya. Pada saat itu juga, berlangsung suatu pertukaran budaya. Proses tersebut terus berlanjut sampai salah satu budaya dari satu tempat menyebar dengan baik entah sengaja maupun tidak sengaja. Apabila pengelana tersebut memiliki tujuan menyebarkan suatu budaya hal itu dinilai berjalan lancar sesuai tujuan. Akan tetapi,
46Ibid, 182.
27
apabila hal tersebut bukan tujuan utama maka hanya sebagian budaya yang tertukar.
4) Bangsawan
Bangsawan adalah gelar bagi orang-orang yang berada di kelas sosial tertinggi pada masyarakat pra-modern. Seperti pada sistem feodalisme yang ada di Eropa, mayoritas bangsawan merupakan orang-orang yang mendapatkan hak tanah dari seorang peguasa yang biasanya memiliki tugas ataupun tanggung jawab pada pemerintahan, dinas militer merupakan salah satunya. Di Eropa, kebanyakan bangsawan merupakan keluarga raja dan keluarga tuan tanah yang memiliki kekuasaan atas keputusannya sendiri. Selain itu, seorang raja maupun tuan tanah bisa menjadikan seorang tuan tanah menjadi bawahannya, hal itu merupakan suatu penghargaan jasa bagi yang bersangkutan. Lalu, kekuasaan seutuhnya berada dalam genggaman raja, selanjutnya tuan tanah yang berdaulat, dimana keduanya memilik hak untuk mengangkat kasta orang lain untuk menjadi seorang bangsawan.47
5) Orang Miskin
Orang miskin adalah manusia yang mempunyai pekerjaan dan berpenghasilan, namun tidak berkemampuan secara ekonomi yang disebabkan oleh gaji atau penghasilannya tidak dapat mencukupi kebutuhan primer manusia.
George Simmel mendeskripsikan orang miskin sebagai hubungan sosial yaitu orang yang dibantu orang lain. Menurut perspektif Simmel miskin tidaknya seseorang dapat dilihat dari ada atau tidaknya uang di tangan seseorang.48 Dalam kondisi yang sama yaitu kehidupan dengan interaksi dan komunikasi bisa
47Ibid., 80.
48Ibid, 183.
28
menciptakan berbagai kemungkinan tertentu, dimana memiliki dampak positif maupun negatif, dapat dilihat pada saat seseorang merasakan kedekatan, kekompakan, dan kebersamaan baik secara pribadi atau kelompok.
f. Macam-Macam Interaksi Sosial 1) Interaksi Sosial Antar Individu
Interaksi antar individu adalah interaksi yang melibatkan dua orang yang sama-sama memiliki tujuan. Contohnya adalah dua orang asing yang bertemu di halte bus, salah satu dari mereka berasal dari luar kota sehingga tidak tahu bus mana yang akan mengantar ke tujuannya dan bertanya pada orang yang ada di sebelahnya. Kedua orang tersebut terus berkomunikasi hingga bus dari salah satu orang tersebut tiba. Kedua orang tersebut dapat dikatakan telah berinteraksi sosial antar individu karena telah memenuhi syarat dari interaksi sosial, yaitu komunikasi dan kontak sosial. Tujuan dari interaksi sosial yang dilakukan oleh orang luar kota adalah untuk mengetahui informasi bus yang akan di tumpanginya, sedangkan orang di sebelahnya adalah untuk memberi informasi orang yang bertanya agar tidak lagi kebingungan.
2) Interaksi Sosial Antara Individu dengan Kelompok
Interaksi antara individu dengan kelompok adalah interaksi yang dilakukan oleh seseorang dengan beberapa orang atau kelompok. Contohnya adalah dosen yang menyampaikan materi perkuliahan pada mahasiswa dalam satu kelas yang berjumlah 45 orang. Komunikasi terjadi saat penyampaian materi berlangsung dan sesi tanya jawab antara dosen dan mahasiswa. Sedangkan kontak sosial berbentuk pandangan dosen pada mahasiswanya selama pembelajaran berlangsung.
3) Interaksi Sosial Antara Kelompok dengan Individu
29
Interaksi sosial antara kelompok dengan individu bersifat saling mempengaruhi. Contohnya adalah demo yang dilakukan oleh sekumpulan buruh pabrik kepada pemilik perusahaan. Para buruh menuntut kenaikan gaji dan pengurangan jam kerja karena dirasa tidak sesuai dengan upah yang diterimanya.
Demo ditujukan pada pemilik pabrik sebagai pemilik kedudukan paling tinggi agar kebijakan segera diambil.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori interaksi sosial yang dikemukakan oleh George Simmel dengan fokus bentuk interaksi sosial. Sumber data penelitian ini memuat interaksi sosial menurut bentuknya, yaitu: konflik, pertukaran, dan interaksi sosial berdasarkan tipe (interaksi antara individu satu dengan individu lain, interaksi antara kelompok dengan individu, dan interaksi antara individu dengan kelompok).
2. Intensitas Penggunaan Gadget
Teknologi merupakan salah satu faktor utama dalam kehidupan manusia.
Perkembangan teknologi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kelangsungan hidup manusia setiap harinya, terutama di era modern seperti saat ini.
Contoh nyata kehidupan manusia modern yaitu munculnya berbagai kemajuan teknologi, salah satunya adalah Gadget. Keberadaan gadget sudah bukan hal asing di semua kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua.
Kecanggihan dari gadget tersebut berhasil menarik perhatian banyak orang. Di rumah, kantor, sekolah, dan masih banyak tempat lainnya, banyak orang yang sudah menggunakan gadget dalam aktivitasnya. Diantara mereka semua yang menggunakan gadget salah satunya adalah anak usia sekolah, hal tersebut dapat kita
30
amati dalam kehidupan sehari-hari.49 Hal tersebut tidak hanya dapat dijumpai di kota- kota, melainkan saat ini di desa pun banyak ditemukan.
Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Remaja,50 mengenai Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Remaja yang menyatakan jika penggunaan gadget memiliki pengaruh pada kemampuan bersosialisasi remaja dengan hasil Y = 130,635 – 1,505X. Tanda negatif pada nilai b = -1,505X yang membuktikan jika adanya penurunan terhadap variabel kemampuan bersosialisasi. Dengan keberadaan alat komunikasi yang kian canggih dinilai berpengaruh terhadap pola interaksi sosial seseorang yang akan menjadi kebiasaan serta kebudayaan baru yang akan mempengaruhi perkembangan interaksi sosial seseorang.
Masa perkembangan sosial anak akan terus terjadi pada anak-anak yang berusia 7-10 tahun, dan puncak kurva akan terjadi pada anak berusia antara 9-15 tahun.51 Akan kembali terjadi penurunan perkembangan sosial di usia remaja yang disebabkan oleh tingginya rasa penasaran dan keinginan untuk mencoba hal-hal baru serta keinginan untuk mencari jati diri dan menjadi lebih baik. Hal tersebut menyebabkan terjadinya benturan dengan usaha mencapai kemandirian atau individuasi.52 Menurut Marheni, Intensitas penggunaan gadget dapat diketahui melalui tingkatan frekuensi beserta durasi saat melakukan suatu hal. Anak yang memiliki ketertarikan tinggi dengan gadget nya berpotensi malas melakukan interaksi dan komunikasi baik dengan keluarga maupun masyarakat sekitar yang
49 Frahasini dkk, “The Impact of The Use of Gadgets in School of School Age Towards Children's Social Behavior in Semata Village”, Journal of Educational Social Studies, Vol. 7, No. 2 Desember 2018, 162.
50 Jaka Irawan, dkk,” Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Remaja” An-Nafs, Vol.8 No.2, 2013, 29-38.
51 Tiurlan. M dan Julya Valentine, Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial Siswa/I Kelas VIII di SMP Swasta Pencawan Medan Tahun 2019, (Medan: Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, 2019), 7.
52 Ali. M dkk, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011)
31
akan berdampak buruk bagi perkembangan sosial.
Jurnal Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial Siswa/i Kelas VIII Di SMP Swasta Pencawan Medan53menunjukkan jika responden dengan durasi penggunaan gadget tinggi mempunyai kemampuan interaksi sosial yang kurang baik. Hal tersebut dapat ditarik kesimpulan jika intensitas penggunaan gadget mempengaruhi kualitas interaksi sosial seseorang.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas jika semua responden yang menggunakan gadget secara berlebihan memiliki kemampuan interaksi yang buruk dan yang tidak berlebihan memiliki kemampuan interaksi yang baik, walaupun ada juga beberapa yang memiliki kemampuan berinteraksi yang kurang. Hal tersebut didukung oleh teori yang menyatakan bahwa penggunaan gadget berlebihan membawa dampak negatif terhadap kemampuan interaksi sosial siswa yang nantinya dapat menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah masalah psikologis dan sosial.
Penyesuaian sosial yang buruk dapat berakibat pada terganggunya fungsi psikologis, sosial, dan hubungan masyarakat satu sama lain. Penyesuaian sosial yang buruk terjadi karena individu gagal menghadapi konflik yang tengah dihadapi atau tidak dapat menemukan cara yang tepat guna menyelesaikan masalah tersebut, menyebabkan banyak gejolak emosi dan konflik yang menyebabkan putus asa.54 Seseorang yang menggunakan gadget secara berlebihan pikirannya hanya akan terfokus pada gadget saja dan akan merasa cemas jika tidak memainkannya.
Seseorang yang kecanduan gadget akan merasa keren dan terus menambah waktu
53 Tiurlan M., Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial Siswa/i Kelas VIII Di SMP Swasta Pencawan Medan, (Medan: Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, 2019).
54 Musaidah, “The Influence of Gadget on Wards Social Interaction of Adolescents at SMK Gunung Sari 1 Makassar”, Journal of Health Science and Prevention, Special Issue Desember 2019, 98.
32 untuk memainkan gadget tersebut.
Saat ini, banyak ditemukan orang yang menggunakan gadget di daerah pedesaan, salah satunya adalah Desa Kandangan. Salah satu pengguna gadget terbanyak di Desa Kandangan adalah anak usia sekolah, khususnya siswa sekolah menengah atas. Mereka terlihat seolah berlomba-lomba dalam penggunaan gadget.
Ada berbagai macam fitur dan aplikasi yang ditawarkan oleh gadget sehingga membuat para pengguna bebas mencari ataupun melakukan hal-hal yang mereka inginkan. Oleh karena itu, banyak dari pengguna gadget yang menikmati kegiatan tersebut sehingga melupakan orang-orang di sekitar mereka.55 Pendampingan dan pengawasan orang tua sangat diperlukan dalam penggunaan gadget pada anak usia sekolah. Andrianto menyatakan “Penggunaan gadget yang berlebihan dapat menyebabkan dampak yang tidak diinginkan atau negatif bagi perkembangan anak”.56 Dalam tumbuh kembang anak, orang tua memiliki peranan yang sangat penting, khususnya pada anak yang menginjak usia remaja karena masa tersebut merupakan masa-masa penting, masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa.
Sumarno menyatakan bahwa “orang tua merupakan sosok yang harus mengetahui dan bertanggung jawab atas potensi anak. Karena anak lahir, tumbuh, dan berkembang bersama orang tua”.57 Penggunaan gadget oleh anak usia sekolah perlu pengawasan dari orang tua sebagai salah satu sosok yang berperan penting dalam pendidikan anak termasuk kemampuan interaksi sosial di lingkungannya. Penjelasan tersebut menunjukkan jika terdapat keterkaitan antara intensitas penggunaan gadget dengan kemampuan interaksi sosial anak, baik usia anak yang berada di tingkat Sekolah Dasar (SD/Sederajat), Sekolah Menengah Pertama (SMP/Sederajat),
55Ibid.,
56 Andrianto, T. T. Meningkatkan Karakter Sukses Anak di Era Cyber, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011)
57 Ma’mur, A. J. Kiat Mengembangkan Bakat Anak di Sekolah, (Yogyakarta: Diva Press, 2012), 56.
33 Sekolah Menengah Atas (SMA/Sederajat).
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan terhadap rumusan masalah dari suatu penelitian, dimana rumusan masalah tersebut telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Maka hipotesis disebut bersifat sementara sebab jawaban yang dipaparkan baru didasarkan pada teori.
Sehingga bisa disimpulkan hipotesis penelitian merupakan suatu pernyataan yang bersifat sementara yang bisa diuji. Sesuai dengan kajian pustaka serta kerangka berpikir tersebut, sehingga hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini, antara lain:
Ha: Terdapat pengaruh penggunaan gadget berlebihan terhadap kemampuan interaksi sosial siswa MAN 3 Kediri di masa pandemi Covid-19.
Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan gadget berlebihan terhadap kemampuan interaksi sosial siswa MAN 3 Kediri di masa pandemi Covid-19.