5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sabun
Sabun merupakan campuran dari senyawa asam lemak yang digunakan sebagai pembersih tubuh dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit (Cholifah, 2021). Sabun ialah campuran senyawa natrium dengan asam lemak yang bermanfat untuk pembersih tubuh, tidak menyebabkan iritasi pada kulit, dan berbusa (Tomi, 2020).
Sabun adalah campuran antara lemak nabati atau minyak hewani dengan garam natrium atau kalium. Sabun memiliki bentuk beragam yaitu padat, cair, dan lunak. Sabun padat atau keras adalah sabun yang sulit larut dalam air dan terbuat dari proses hidrogenasi antara lemak netral atau minyak dengan menggunakan alkali NaOH. Sabun cair yaitu sabun yang berbentuk cair dan pada suhu ruang tidak akan mengental yang terbuat dari minyak menggunakan alkali KOH. Sabun lunak ialah sabun dengan bentuk pasta tetapi akan larut dalam air yang terbuat dari minyak bersifat tidak jenuh (Fauzi, 2019). Jenis sabun yang sangat dikenali yaitu sabun padat dan sabun cair seperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Jenis Sabun (Dokumentasi Pribadi, 2021)
Sabun berfungsi sebagai pembersih dengan memiliki proses dalam penghilangan kotoran berdasarkan sifat molekunya yang hidrofobik dapat menghilangkan kotoran dengan cara mengikat molekul kotoran tersebut. Sabun memiliki molekul yang terdiri dari ion dan rantai hidrokarbon panjang yang mana awal hidrokarbon larut dalam zat non-polar dan bersifat hidrofobik (CH3(CH2)16) sementara ujung ion larut dalam air dan bersifat hidrofilik
(COONa+) (Fauzi, 2019).
Sabun ialah salah satu produk yang bertujuan untuk menghilangkan bakteri dan kotoran yang menempel pada kulit. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak atau minyak menggunakan larutan alkali yaitu NaOH atau KOH dimana terjadi reaksi hidrolisis minyak atau lemak sehingga menghasilkan sabun dan gliserin. Penggunaan alkali NaOH digunakan pada pembuatan sabun padat sedangkan sabun cair menggunakan larutan alkali KOH (Desmanova, 2019). Gambar proses saponifikasi sabun dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Proses reaksi saponifikasi (Sukeksi, 2018)
Pada pembuatan sabun dengan proses saponifikasi mempermudah pencampuran antara kedua rekatan pembentukan sabun yaitu alkali NaOH / KOH dengan trigliserida, kedua reaktan itu sukar untuk bercampur karena itu pada proses saponifikasi ini dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada kondisi tertentu yang mana pembentukan sabun mempengaruhi proses emulsi percepatan untuk kecepatan reaksi antara kedua reaktan tersebut. Pada proses saponifikasi ini menggunakan suhu antara 70-80˚C untuk menghasilkan sabun sesuai syarat mutu sabun (Sukeksi, 2018).
2.1.1 Standar Mutu Sabun Padat
Dalam memproduksi sabun harus memiliki karakteristik standar sesuai yang ditetapkan Dewan Standarisasi Nasional (DSN). Syarat mutu yang dibuat dimaksudkan sebagai acuan untuk berbagai pihak dalam menghasilkan sabun dengan mutu yang baik. Adanyan beberapa parameter penguji dilakukan sesuai prosedur yang telah ditentukan SNI. Sabun padat yang dapat dipasarkan juga harus memiliki sifat mutu yang sudah memenuhi standar mutu sabun tersebut
yaitu SNI 3532-2016. Syarat mutu sabun mandi padat menurut SNI 3532-2016 terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Syarat mutu Sabun
Kriteria uji Satuan Mutu
Kadar air % fraksi massa Maks. 15
Bahan tak larut dalam etanol % fraksi massa Maks. 5 Alkali bebas % fraksi massa Maks. 0,1 Asam lemak bebas % fraksi massa Maks. 2,5 Sumber: SNI 3532:2016
2.2 Bahan Pembuat Sabun Kertas
Berikut adalah pengertian dari bahan – bahan pembuatan sabun kertas beserta sifat – sifat yang dimilikinya.
2.2.1 Asam stearat (C17H35COOH)
Gambar 2.3 Asam stearat (Dokumentasi Pribadi, 2021)
Asam stearat merupakan salah satu asam lemak yang memiliki rantai hidrokarbon panjang dengan ujungnya berupa gugus karboksil dan ujung lainnya berupa gugus metil. Rumus molekul asam stearat ialah C18H36O2 dan meleleh saat suhu 69,6oC serta mendidih saat suhu 240oC. Asam stearat memiliki wujud padat dan berwarna putih kekuningan pada suhu ruangan (Sukeksi, 2018).
2.2.2 Natrium Hidroksida (NaOH)
\
Gambar 2.4 Natrium Hidroksida (Dokumentasi Pribadi, 2021)
NaOH adalah jenis basa yang sering digunakan untuk pembuatan sabun padat dan sebagai bahan utama pada proses saponifikasi yang berperan dalam pengubahan lemak menjadi sabun. Alkali sangat penting dalam pembuatan sabun karena proses kimiawi sabun tidak akan terjadi apabila tidak adanya alkali (Colifah, 2021). Sifat fisik dan kimia yang dimiliki NaOH dapat ditunjukkan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Sifat fisik dan kimia NaOH
Karakteristik Nilai
Warna Putih
Masa molar 39,9971 gr/mol
Densitas dan fase 2,1 gr/cm3, padat dan cair
Bentuk Butiran, serpihan, butiran, larutan jenuh 50%
Titik leleh 318oC atau 591oK
Titik didih 1360o
Sumber: Fauzi, 2019
2.2.3 Air (H2O)
Gambar 2.5 Air (Dokumentasi Pribadi, 2021)
Air adalah slah satu zat kimia dengan rumus molekul yaitu H2O. Air terdiri dari dua atom hidrogen yang secara kovalen terikat dengan satu atom oksigen. Air memiliki beberapa karakteristik yaitu tidak berwarna, berasa, dan berbau. Air memilili tekanan 100 kPa dan suhunya yaitu 273,15 K dalam keadaan standar (Fauzi, 2019).
2.2.4 Gliserin (C3H8O3)
Gambar 2.6 Gliserin (Dokumentasi Pribadi, 2021)
Gliserin atau gliserol merupakan senyawa gliserida yang sederhana, dengan rumus molekul C3H8O3. Gliserin termasuk suatu komponen penyusun berbagai macam lipid, salah satunya trigliserida. Gliserin dapat digunakan sebagai salah satu bahan campuran pada pembuatan sabun kertas sebagai plasticizer karena dapat membuat tekstur sabun menjadi elastis Widyasanti (2018). Gliserin dapat sebagai humektan dalam pegunaanya di produk kosmetik terutama dalam sabun(Sukmawati, 2017).
2.2.5 Etanol (C2H5OH)
Gambar 2.7 Etanol (Dokumentasi Pribadi, 2021)
Etanol ialah senyawa kimia yang memiliki wujud cair berwarna bening, mudah menguap, dan disusun oleh molekul polar. Etanol memiliki titik didih 78,3ºC dan titik beku -144oC. Etanol larut dalam air karena memiliki molekul penyusun yang rendah sebab itulah etanol berfungsi sebagai pelarut serta berguna sebagai efek pengawet yang bisa mencegah timbulnya bau pada produk yang bahan bakunya lemak atau minyak (Sukeksi, 2018).
2.2.6 Virgin Coconut Oil (VCO)
Virgin Coconut Oil (VCO) ialah minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa segar yang dibuat tanpa proses kimiawi dan suhu tinggi (Oktari, 2017).
Minyak kelapa murni (VCO) adalah minyak nabati yang didapat dari daging kelapa segar (Cocos nucifera L.) dan banyak digunakan untuk kesehatan seperti anti bakteri, anti virus dan anti jamur, sebab VCO mengandung banyak Asam lemak jenuh dan tak jenuh dengan kandungan asam laurat (65,84%), asam miristat (13,16%) dan asam kaprilat (7,08%) (Mena, 2020). Gambar minyak kelapa (VCO) dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.8 Virgin Coconut Oil (Dokumentasi Pribadi, 2021)
Asam lemak VCO memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli dan bakteri S. Aureus sehingga produk turunan VCO berpotensi menjadi bahan kimia yang baik karena dihasilkan dari bahan yang mudah ditemukan dan tidak beracun. VCO memiliki nilai saponifikasi tertinggi yang menunjukkan bahwa kandungan trigliserida dalam VCO paling tinggi dibandingkan dengan asam lemak hasil sintesis dan metil ester. Untuk nilai ester, VCO menunjukkan angka tertinggi karena VCO mengandung ester yang cukup tinggi (Mena, 2020).
2.2.7 Kemangi (Ocimumamericanum L.)
Kemangi adalah salah satu jenis tanaman yang mudah ditemukan disekitar pinggir jalan. Kemangi memiliki batang yang pendek dan daun berbentuk runcing.
Kemangi dapat tumbuh pada suhu antara 5-300oC dan memiliki banyak manfaat (Surahmaida dan Umarudin, 2019).
A. Klasifikasi Kemangi
Kemangi termasuk kelas dikotil, ordo amaranthaceae, genus ocimum, divisi spermatophyta, dan spesies Ocimum Basilicum. Daun kemangi berwarna hijau yang berbentuk bulat panjang dengan ujung yang runcing dan saling berhadapan silang, serta memiliki bulu halus pada permukaannya. Panjang daun sekitar 2,5-7,5 cm dengan lebar daun mencapai 2,5 cm. Batang kemangi berdiameter 1-2 cm, berbentuk bulat dengan warna hijau. Bunga kemangi terdiri dari dua bagian yaitu bunga tunggal yang berbentuk bulat seperti telur, mahkota berwarna putih sampai keunguan, dan bunga majemuk yang memiliki kelopak
bunga berurat berwarna putih keungguan dan dilapisi rambut halus. Akar kemangi termasuk jenis akar tunggang dengan bentuk bulat, berdiameter 1-2 mm dengan panjang mencapai 25-30 cm (Surahmaida dan Umarudin, 2019). Gambar tanaman kemangi dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.9 Kemangi (Ocimum Basilicum L) (Dokumentasi Pribadi, 2021) B. Manfaat Kemangi
Kemangi termasuk salah satu tanaman sebagai penyedap makanan, baik daun yang dikeringkan atau daun segar digunakan untuk memberikan keharuman, rasa manis, panas, pedas asam pada masakan. Kemangi juga digunakan sebagai bahan baku dalam industri kosmetik karena menghasilkan minyak atsiri serta sebagai obat tradisional untuk beberapa penyakit (Silalahi, 2018). Kandungan nutrisi yang ada dalam kemangi dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kandungan Nutrisi yang terdapat dalam Kemangi
Nutrisi Jumlah
Kalori (kal) 4,3
Protein (g) 3,3
Lemak (g) 1,2
Karbohidrat (g) 7
Kalsium (g) 320
Fosfor (g) 38
Besi (mg) 4,8
B-karoten (µg) 4500
Thiamin (mg) 0,08
Riboflavin (mg) 0,35
Niasin (mg) 0,008
Asam askorbat (mg) 27
Air (%) 86,5
Sumber: Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 13 No. 1 Juni 2018: 11-18
Minyak yang dihasilkan kemangi dapat berguna dalam menghambat pertumbuhan jamur dan sebagai antibakteri, yaitu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcusauylococcus mutans Salmonellatyphi, Bacillussubtillis, Eschericia coli, Pseudomonas aeruginaosa dan vibrocoma. karena mengandung komponen kimia eugenol, α bisabol, α pinen, β pinen, Z-β osimen, geraniol, sabinem, metileugenol dan lainya. Biji kemangi mengandung zat kimia yaitu saponin, flavonoid, dan polifenol (Agustianto, 2016).
2.3 Analisa Sabun Kertas 2.3.1 Kadar Air
Kadar air merupakan jumlah banyaknya air yang terkandung dalam sabun.
Kadar air yang terkandung dalam sabun mempengaruhi daya tengik sabun dimana semakin tinggi kandungan air yang ada pada sabun maka daya tengik sabun juga akan mengingkat (Nugroho, 2017). Analisa kadar air dilakukan untuk mengetahui apakah sabun yang dihasilkan sesuai syarat mutu sabun berdasarkan SNI 3532- 2016 jumlah kadar air yang diperbolehkan maksimal 15%.
2.3.2 Bahan Tidak Larut Dalam Etanol
Bahan tidak larut dalam etanol merupakan lemak netral atau trigliserida yang tidak bereaksi pada proses penyabunan (SNI, 2016). Berdasarkan SNI 3532- 2016 salah satu parameter syarat mutu sabun yaitu bahan tidak larut dalam etanol tidak boleh lebih dari 5%.
2.3.3 Alkali Bebas
Alkali bebas merupakan alkali dalam sabun yang tidak beraksi dalam pembengtukan sabun. Alkali bebas yang harus dimiliki sabun tidak boleh melebihi 0,1% (SNI, 2016).
2.3.4 Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas ialah asam lemak bebas yang ada pada sabun tidak terikat sebagai senyawa natrium ataupun lemak netral. Sabun dengan asam lemak bebas yang tinggi dapat mengurangi daya pembersih sabun (Qisti, 2009). Analisa asam lemak bebas menurut SNI 3532-2016 maksimal 2,5% .
2.3.5 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter yang penting dalam penguji sabun karena memiliki tujuan untuk mengetahui pH yang ada pada sabun agar tidak menimbulkan iritasi kulit. Berdasarkan SNI 3532-2016 pH sabun padat tidak ditetapkan tetapi pH yang baik memiliki kisaran nilai antara 9-11 tidak membuat kulit iritasi.
2.3.6 Organoleptik
Analisa organoleptik dilakukan dengan mengamati fisik dari sedaiaan sabun dengan menggunakan pancaindera. Variasi analisa meliputi warna, bentuk, dan bau.
2.3.7 Pengujian Antibakteri
Pengujian antibakteri bertujuan untuk mengetahui apakah sabun yang telah dibuat dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang ada. Pengujian dilakukan untuk mengetahui kemampuan kemangi sebagai antibaketri dengan dilakukan pada media agar. Dimana sabun yang mengandung ekstrak kemangi digoresan pada media agar dan juga sebagai pembanding media agar digoreskan tanpa menggunakan sabun yang mengandung ekstraksi kemangi. Pertumbuhan bakteri diamati selama tiga hari.