BAB II
LANDASAN TEORI
1.1. Landasan Teori 1.1.1. Teori Trade-Off
Teori trade-off menjelaskan bahwa perusahaan menentukan tingkat utang yang optimal dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat dari pendanaan utang (Fama dan French, 2002) dalam Novita. Analisis trade-off ini diawali dengan asumsi pendanaan hanya dengan ekuitas, kemudian dilakukan pengamatan terhadap perubahan nilai seiring tergantikannya ekuitas dengan utang secara progresif. Penggunaan utang sebagai sumber pendanaan memiliki manfaat dalam meningkatkan nilai perusahaan hingga titik tertentu (Basyaib, 2007) dalam Priska.
Trade-off menggambarkan suatu pengorbanan yang harus dilakukan untuk mendapatkan suatu hal yang lain. Pengorbanan di sini berarti kehilangan arus kas untuk membayar biaya yang timbul dari pendanaan utang. Sebaliknya, hal yang didapatkan atau yang ditukar dengan pengorbanan tersebut adalah manfaat dari pendanaan utang. Dengan pendanaan utang, perusahaan dapat memperoleh manfaat dari penghematan pajak (Modigliani dan Miller, 1963). Tarif pajak yang progresif mengakibatkan semakin tinggi laba suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula jumlah pajak yang harus dibayarkannya. Utang membuat perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar beban bunga setiap periode. Beban bunga adalah salah satu item pengurang laba kena pajak. Semakin tinggi beban bunga maka jumlah laba kena pajak akan semakin rendah. Oleh karena laba yang berfungsi sebagai
dasar pengenaan pajak ini jumlahnya lebih rendah, maka jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan pun menjadi lebih rendah.
Dengan demikian, laba bersih perusahaan menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak melakukan pendanaan utang, perusahaan tidak memiliki beban bunga yang berfungsi sebagai tax shield. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan membayar beban pajak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga mengurangi laba perusahaan secara signifikan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, pendanaan utang memiliki manfaat yang lebih besar dari pada biayanya. Dengan demikian, perusahaan dengan tingkat utang yang lebih tinggi dalam struktur modalnya akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi pula.
1.1.2. Struktur Modal
Struktur modal (capital structure) adalah perpaduan sumber dana jangka panjang long- term sources of funds yang digunakan perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan dalam memaksimalisasi kekayaan pemegang saham, manajer keuangan harus dapat menilai struktur modal dan memahami hubungannya dengan risiko, hasil atau pengembalian nilai (Triatmaja, Faisal and Husnah, 2015).
Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal merupakan tercermin pada unsur-unsur hutang dan unsur-unsur modal. Adapun struktur modal merupakan perimbangan antara pengguna modal pinjaman yang terdiri: hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham preferen dan saham biasa (Triatmaja, Faisal and Husnah, 2015).
Struktur modal mengacu pada sumber pendanaan perusahaan (Subramanyam dan Wild, 2010). Struktur modal merupakan kombinasi antara berbagai komponen pada sisi kanan neraca, yaitu utang dan ekuitas. Saat memperoleh pendanaan, perusahaan akan menginvestasikannya pada berbagai aset yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan, sehingga perusahaan dapat menghasilkan keuntungan lebih. Setiap sumber pendanaan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, manajer harus mengkombinasikan berbagai sumber pendanaan tersebut untuk memperoleh struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang dapat memaksimalkan keuntungan perusahaan.
Menurut Djohanputro (2008), sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari ekuitas dapat berupa laba ditahan dan penerbitan saham. Laba ditahan merupakan sumber dana yang paling aman. Namun, laba ditahan jumlahnya terbatas sehingga seringkali tidak mencukupi untuk pembiayaan investasi perusahaan. Pendanaan ekuitas lainnya adalah dengan penerbitan saham perusahaan. Pendanaan eksternal dengan penerbitan saham ini menyebabkan sebagian hak kepemilikan perusahaan berpindah ke tangan pihak lain. Di samping itu, penerbitan saham juga membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan biaya utang. Namun demikian, salah satu keuntungan dari penerbitan saham adalah perusahaan tidak perlu membayar dividen ketika sedang mengalami kerugian. Berbeda dengan pendanaan utang yang tetap mewajibkan perusahaan untuk membayar beban bunga, tidak peduli kondisi perusahaan sedang untung atau rugi.
Sumber pendanaan utang dapat berasal dari utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Utang jangka pendek adalah utang yang waktu jatuh temponya kurang dari satu tahun. Sementara utang jangka panjang adalah utang yang waktu jatuh temponya lebih dari satu tahun. Menurut Subramanyam dan Wild (2010), utang merupakan sumber pendanaan yang lebih disukai dari pada penerbitan saham karena dua alasan:
1. Bunga atas sebagian besar utang jumlahnya tetap, dan jika bunga lebih kecil daripada pengembalian atas aset operasi bersih, selisih pengembalian tersebut akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas.
2. Bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak, sedangkan deviden tidak.
Dengan tambahan dana dari utang, perusahaan dapat menjadi lebih produktif sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Namun demikian, utang juga harus diimbangi dengan produktivitas yang baik. Sebab jika tidak, perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan karena jumlah utang yang harus dibayar berikut dengan bunganya melampaui jumlah laba yang dihasilkan perusahaan.
Dalam mengukur struktur modal terdapat ketentuan yang dapat dijadikan acuan/pedoman. Dalam mengukur struktur modal, dimana ukuran variabel struktur modal dapat dijadikan sebagai indikator. Berdasarkan teori struktur modal, maka dalam penelitian ini struktur modal diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm debt to Asset Ratio (LDAR), dan Longterm debt to Equity Ratio (LDER). Menurut Sutrisno (2012) rasio leverage menunjukan
seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Rasio leverage terdiri dari:
1. Debt to Assets (DAR)
Debt to Assets (DAR) digunakan untuk mengukur presentase besarnya dana atau modal yang disediakan oleh kreditur. Selain itu rasio ini juga digunakan untuk mengukur seberapa besar investasi aktiva dibiayai dengan total hutang.
Semakin tinggi rasio DAR berarti semakin besar jumla modal pinjaman yag digunakan untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Perhitungan DAR dilakukan dengan menggunakan rumus :
𝐷𝐴𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 × 100%
2. Longterm debt to Asset Ratio (LDAR)
Rasio LDAR dugunakan untuk mengukur seberapa besar hutang jangka panjang digunakan untuk investasi pada sektor aktiva. Hal ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh kreditur dengan jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang jangka panjang.
Perhitungan LDAR dengan rumus:
𝐿𝐷𝐴𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 × 100%
3. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio DER untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri. Selain itu rasio ini juga bisa digunakan untuk mengukur perimbangan antara kewajiaban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio DER berarti modal sendiri yang digunakan semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Rumus yang digunakan adalah:
𝐷𝐸𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 × 100%
4. Longterm debt to Equity Ratio (LDER)
Radio LDER menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur seberapa besar perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri atau seberapa besar hutang jangka panjang dijamin oleh modal sendiri. Perhitungan LDER dilakukan dengan menggunakan rumus:
𝐿𝐷𝐸𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 × 100%
1.1.3. Kinerja Keuangan
Kinerja adalah tingkat pencapaian tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual. Kinerja dapat diartikan juga sebagai prestasi yang dapat dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahan tersebut (Susanti, Mintarti and Asmapane, 2018). Standar Akuntansi Keuangan (2007) mengartikan kinerja perusahaan terkait dengan tujuan laporan keuangan, yaitu : “Penghasilan bersih (laba) sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investement) atau penghasilan per saham (earnings per share). Dari pengertian di atas, maka kinerja adalah pencapaian perusahaan dalam memenuhi target perusahaan sepanjang waktu tertentu yang menggambarkan kualitas perusahaan.
Kinerja perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau pengembalian atas sumber daya yang diinvestasikan di dalamnya.
Pengembalian atas investasi modal merupakan indikator penting atas kekuatan perusahaan dalam jangka panjang (Subramanyam dan Wild, 2010) dalam Novita.
Perusahaan melakukan evaluasi kinerja di setiap akhir periode akuntansi. Kinerja perusahaan yang meningkat dari periode ke periode menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek masa depan yang baik. Kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas dihitung menggunakan ukuran ringkasan utama dari laporan laba rugi (laba dan penjualan) dan neraca (aset dan ekuitas). Rasio profitabilitas diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi (Husnan 1992) dalam Novita.
Berkaitan dengan penjualan, rasio profitabilitas dapat diukur dengan Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), dan Net Profit Margin (NPM).
GPM menunjukkan rasio laba kotor terhadap penjualan. Berkaitan dengan biaya pokok produksi, GPM berguna untuk menganalisis efisiensi biaya pada bagian produksi. Semakin tinggi rasio GPM menunjukkan bahwa laba kotor perusahaan tinggi, disebabkan oleh biaya pokok produksi yang semakin efisien. Sebaliknya, apabila GPM bernilai negatif maka mengindikasikan bahwa terjadi pemborosan di bagian produksi. OPM menunjukkan rasio laba operasi terhadap penjualan. OPM berguna untuk menganalisis apakah perusahaan masih bisa going concern atau tidak. Apabila nilai GPM positif sedangkan nilai OPM negatif, maka mengindikasikan bahwa beban operasi yang ditanggung perusahaan lebih besar dari laba yang dihasilkannya. Dengan kondisi yang demikian, sangat sulit bagi perusahaan untuk tetap mempertahankan aktivitas operasinya. NPM menunjukkan rasio laba bersih terhadap penjualan. NPM berkaitan dengan kebijakan pendanaan
perusahaan. Apabila nilai OPM positif sementara nilai NPM negatif, maka mengindikasikan bahwa terjadi kesalahan dalam penentuan kebijakan perusahaan sehingga menimbulkan biaya modal yang tinggi dan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Berikutnya, berkaitan dengan investasi, rasio profitabilitas dapat diukur dengan Return on Asset (ROA). ROA menunjukkan rasio laba bersih terhadap total aset. ROA berguna untuk mengetahui tingkat keuntungan yang didapatkan perusahaan dari aset yang dimilikinya (Subramanyam dan Wild, 2010).
Menurut Susanti, Mintarti and Asmapane (2018) mendefenisikan kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh sesorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Harjito (2008) berpendapat bahwa kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak stakeholders seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak manajemen sendiri.
Menurut Fitriani, (2015) beberapa rasio keuangan yang sering digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan:
1. Rasio Likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyeleseikan kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Aktivitas adalah rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam penjualan, pembelian atau kegiatan lainnya.
3. Rasio Profitabilitas adalah ratio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan dan sebagainya.
4. Rasio Solvabilitas adalah ratio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi.
5. Rasio pasar Rasio ini meunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis per saham Ada dua macam kinerja yang diukur dalam berbagai penelitian, yaitu kinerja operasi perusahaan dan kinerja pasar (Rahayu, 2017). Kinerja operasi perusahaan diukur dengan melihat kemampuan perusahaan yang tampak pada laporan keuangannya. Untuk mengukur kinerja operasi perusahaan biasanya digunakan rasio profitabiitas.
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan 20 keuangan di tingkat penjualan, aset, modal saham tertentu. Rasio yang sering digunakan adalah sebgai berikut:
1. Return on Asset (ROA)
Return on Assets (ROA) adalah rasio keuangan yang digunakan sebagai alat analisis untuk mengukur kinerja perusahaan untuk mendapatkan laba secara menyeluruh. Semakin tinggi (besar) nilai ROA, maka semakin baik dan efektif perusahaan dalam menggunakan asset. ROA di hitung dengan rumus sebgai berikut:
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚𝑥100%
1.2. Tinjauan Pusataka dan Hipotesis 1.2.1. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelitian yang dilakukan berikuti ini adalah penelitian terdahulu yang telah dilakukan yaitu dapat dilihat pada Tabel 2.1 :
Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka
No Judul Penulis
(Tahun)
Metode Hasil
1 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Consumer Goods Di BEI.
(Sinta 2)
(Ritonga, Effendi and Prayudi, 2021)
Metode kualitatif
Hasil penelitian menunjukan Variabel Struktur Modal
berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan.
2 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor
Makanan Dan Minuman Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013- 2016.
(Sinta 2)
(Romadhoni and Sunaryo, 2016)
Metode purposive sampling
Hasil penelitian menunjukan Variabel
Struktur Modal berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan.
3 Pengaruh Struktur Modal
(Putra and Mawardi, 2021)
Metode purposive sampling
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TDTA
No Judul Penulis (Tahun)
Metode Hasil
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dengan Likuiditas Sebagai Variabel Moderasi.
(Sinta 1)
berpengaruh negatif terhadap ROA dan ROE, TDTE
berpengaruh positif terhadap ROA dan ROE, likuiditas
memoderasi TDTA terhadap ROA dan ROE, likuiditas
memoderasi TDTE terhadap ROE, likuiditas tidak memoderasi TDTE terhadap ROE.
4 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur.
(Sinta 2)
(Taqwa, 2016) Metode purposive sampling
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal yang diukur dengan DER memiliki pengaruh yang negatif terhadap kinerja
perusahaan yang diukur dengan ROA.
Peningkatan pembiayaan dari utang akan menurunkan kinerja perusahaan.
Sedangkan
variabel kontrol yang merupakan struktur
kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan manajerial dan
No Judul Penulis (Tahun)
Metode Hasil
kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhdap kinerja perusahaan 5 Analisis
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Properti dan Real estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012- 2016).
(Sinta 2)
(Mandasari and Mukaram, 2017)
Metode purposive sampling
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal
berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
6 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan (Return On Equity) Pada Pt Perkebunan Nusantara.
(Sinta 2)
(Sugiharto and Agustina, 2020)
Purposive sampling
Hasil uji
menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio dan Long Term Debt Equity Ratio secara simultan berpengaruh yang signifikan dengan arah positif terhadap Return on Equity
7 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.
(Sinta 2)
(Nini and Patrisia, 2021)
Regresi Berganda
Hasil analisis menunjukan bahwa struktur modal
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan
No Judul Penulis (Tahun)
Metode Hasil
perusahaan disetiap model.
8 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT.
Indofood Sukses
Makmur, Tbk.
(Sinta 2)
(Yulandari and Akbar, 2020)
Purposive sampling.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan ukuran
perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
9 Profitability, Capital Structure And Dividend Policy Effect On Firm Value Using Company Size As A
Moderating Variable
(In The
Consumer Goods Industry Sector Companies Listed On The Indonesia Stock Exchange (Idx) During 2015 - 2019 Periods).
(Sinta 1)
(Rahmawati et al., 2021)
Purposive sampling
Hasil penelitian
ini juga
menunjukan bahwa ukuran perusahaan secara lemah
memoderasi pengaruh
kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, tetapi ukuran
perusahaan tidak dapat
memoderasi pengaruh
profitabilitas dan structural modal terhadap nilai perusahaan.
No Judul Penulis (Tahun)
Metode Hasil
10 The Effect Of Capital
Structure, Eraning Per Share, Return On Assets And Devident Policies On The Value Of Companies Registered In Stock
Exchange 2014 – 2019.
(Sinta 1)
(Pasaribu and Maksudi, 2019)
Purposive sampling
Hasil penelitian secara parsial menunjukan bahwa struktur
modal dan
kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan ukuran perusahaan kepemilikan public berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan dan penelitian secara similtan menunjukan bahwastruktur modal, ukuran perusahaan, kepemilikan public, dan dividen kebijakan memiliki efek positif pada nilai perusahaan.
11 The Effect Of Liquidity, Company Size, And Asset Structure On Structure Trading Company Capital In The Idx.
(Sinta 1)
(Pardanawati, 2021)
Purposive sampling
Laporan keuangan perusahaan dagang yang terdaftar di BEI termasuk dalam analisis ini sebgai bukti sekunder.
Uji regresi linier berganda
digunakan untuk menganalisis hasil. Variable likuiditas
memiliki dampak besar pada
No Judul Penulis (Tahun)
Metode Hasil
struktur
modal,menurut temuan struktur modal tidak dipengaruhi oleh aspek skala perusahaan, struktur modal dipengaruhi oleh vektor struktur asset. Struktur modal
dipengaruhi oleh factor likuiditas, skala perusahaan, dan struktur asset secara
bersamaan.
12 The Effect of Capital
Structure on Firm Value ( Case Study on Mining Sector Companies Listed On the Indonesia Stock
Exchange ( Period 2014- 2018 ).
(Sinta 1)
(Hendiarto et al., 2021)
Purposive sampling
Dengan menggunakan eviews,
ditemukan bahwa DER berpengaruh signifikan
terhadap PBV.
Berdasarkan penelitian ini perusahaan yang dijadikan sampel masih terbatas pada perusahaan yang terdaftar dibidang
pertambangan sehingga perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel penelitian yang berbeda dalam waktu pengamatan yang lebih lama agar
No Judul Penulis (Tahun)
Metode Hasil
hasil yang diperoleh dapat digeneralisasikan.
1.2.2. Hipotesis
1. Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal merupakan tercermin pada unsur-unsur hutang dan unsur-unsur modal. Adapun struktur modal merupakan perimbangan antara pengguna modal pinjaman yang terdiri: hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham preferen dan saham biasa (Mandasari and Mukaram, 2017). Pada penelitian ini variabel yang digunakan dalam struktur modal adalah Debt to Assets (DAR) digunakan untuk mengukur presentase besarnya dana atau modal yang disediakan oleh kreditur. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Longterm debt to Asset Ratio (LDAR) digunakan untuk mengukur seberapa besar hutang jangka panjang digunakan untuk investasi pada sektor aktiva. Sedangkan Longterm debt to Equity Ratio (LDER) menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.
Kinerja perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau pengembalian atas sumber daya yang diinvestasikan di dalamnya.
Kinerja dapat diukur dengan Return on Asset (ROA). ROA menunjukkan rasio laba
bersih terhadap total aset. ROA berguna untuk mengetahui tingkat keuntungan yang didapatkan perusahaan dari aset yang dimilikinya (Subramanyam dan Wild, 2010).
Struktur modal akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan dimana investor akan memilih nilai perusahaan yang rendah karena menunjukan kecilnya risiko keuangan yang ditanggung perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ritonga, Effendi and Prayudi (2021) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal perusahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan penelitian Putra and Mawardi (2021) menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh positif sinigfikan terhadap kinerja keuangan (ROA).
Berdasarkan teori trade off, apabila posisi struktur modal berada di atas target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan utang akan meningkatkan kinerja keuangan. Penentuan target struktur modal optimal adalah salah satu dari tugas utama manajemen perusahaan. Struktur modal adalah proporsi pendanaan dengan utang (debt financing) perusahaan, yaitu rasio laverage (pengungkit) perusahaan. Dengan demikian, utang adalah unsur dari struktur modal perusahaan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Subagyo (2015) menunjukkan bahwa efektifitas struktur modal ditentukan oleh peluang investasi yang tersedia.
Penggunaan utang efektif meningkatkan kinerja keuangan ketika peluang investasi rendah, apabila peluang investasi tinggi penggunaan utang akan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Temuan ini mengindikasikan adanya kecenderungan investasi yang berlebih yang dilakukan oleh manajemen pada saat peluang investasinya tinggi. Sebaliknya penggunaan utang dapat membatasi
manajemen melakukan investasi yang berlebih. Oleh sebab itu berdasarkan pengulasan diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Struktur Modal (DAR) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan (ROA).
2. Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal merupakan tercermin pada unsur-unsur hutang dan unsur-unsur modal. Adapun struktur modal merupakan perimbangan antara pengguna modal pinjaman yang terdiri: hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham preferen dan saham biasa (Mandasari and Mukaram, 2017). Pada penelitian ini variabel yang digunakan dalam struktur modal adalah Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Longterm debt to Asset Ratio
Kinerja perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau pengembalian atas sumber daya yang diinvestasikan di dalamnya.
Kinerja dapat diukur dengan Return on Asset (ROA). ROA menunjukkan rasio laba bersih terhadap total aset. ROA berguna untuk mengetahui tingkat keuntungan yang didapatkan perusahaan dari aset yang dimilikinya (Subramanyam dan Wild, 2010).
Struktur modal akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan dimana investor akan memilih nilai perusahaan yang rendah karena menunjukan kecilnya risiko keuangan yang ditanggung perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ritonga, Effendi and Prayudi (2021) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal perusahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan penelitian Putra and Mawardi (2021)
menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh positif sinigfikan terhadap kinerja keuangan (ROA).
Berdasarkan teori trade off, apabila posisi struktur modal berada di atas target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan utang akan meningkatkan kinerja keuangan. Penentuan target struktur modal optimal adalah salah satu dari tugas utama manajemen perusahaan. Struktur modal adalah proporsi pendanaan dengan utang (debt financing) perusahaan, yaitu rasio laverage (pengungkit) perusahaan. Dengan demikian, utang adalah unsur dari struktur modal perusahaan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Subagyo (2015) menunjukkan bahwa efektifitas struktur modal ditentukan oleh peluang investasi yang tersedia.
Penggunaan utang efektif meningkatkan kinerja keuangan ketika peluang investasi rendah, apabila peluang investasi tinggi penggunaan utang akan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Temuan ini mengindikasikan adanya kecenderungan investasi yang berlebih yang dilakukan oleh manajemen pada saat peluang investasinya tinggi. Sebaliknya penggunaan utang dapat membatasi manajemen melakukan investasi yang berlebih. Oleh sebab itu berdasarkan pengulasan diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
H2 : Struktur Modal (DER) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan (ROA).
3. Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal merupakan tercermin pada unsur-unsur hutang dan unsur-unsur modal. Adapun struktur modal merupakan perimbangan antara pengguna modal pinjaman yang terdiri: hutang jangka pendek
yang bersifat permanen, hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham preferen dan saham biasa (Mandasari and Mukaram, 2017). Pada penelitian ini variabel yang digunakan dalam struktur modal adalah (LDAR) digunakan untuk mengukur seberapa besar hutang jangka panjang digunakan untuk investasi pada sektor aktiva.
Kinerja perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau pengembalian atas sumber daya yang diinvestasikan di dalamnya.
Kinerja dapat diukur dengan Return on Asset (ROA). ROA menunjukkan rasio laba bersih terhadap total aset. ROA berguna untuk mengetahui tingkat keuntungan yang didapatkan perusahaan dari aset yang dimilikinya (Subramanyam dan Wild, 2010).
Struktur modal akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan dimana investor akan memilih nilai perusahaan yang rendah karena menunjukan kecilnya risiko keuangan yang ditanggung perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ritonga, Effendi and Prayudi (2021) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal perusahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan penelitian Putra and Mawardi (2021) menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh positif sinigfikan terhadap kinerja keuangan (ROA).
Berdasarkan teori trade off, apabila posisi struktur modal berada di atas target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan utang akan meningkatkan kinerja keuangan. Penentuan target struktur modal optimal adalah salah satu dari tugas utama manajemen perusahaan. Struktur modal adalah proporsi pendanaan dengan utang (debt financing) perusahaan, yaitu rasio laverage (pengungkit) perusahaan. Dengan demikian, utang adalah unsur dari struktur modal perusahaan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Subagyo (2015) menunjukkan bahwa efektifitas struktur modal ditentukan oleh peluang investasi yang tersedia.
Penggunaan utang efektif meningkatkan kinerja keuangan ketika peluang investasi rendah, apabila peluang investasi tinggi penggunaan utang akan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Temuan ini mengindikasikan adanya kecenderungan investasi yang berlebih yang dilakukan oleh manajemen pada saat peluang investasinya tinggi. Sebaliknya penggunaan utang dapat membatasi manajemen melakukan investasi yang berlebih. Oleh sebab itu berdasarkan pengulasan diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
H3 : Struktur Modal (LDAR) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan (ROA).
4. Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal merupakan tercermin pada unsur-unsur hutang dan unsur-unsur modal. Adapun struktur modal merupakan perimbangan antara pengguna modal pinjaman yang terdiri: hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham preferen dan saham biasa (Mandasari and Mukaram, 2017). Pada penelitian ini variabel yang digunakan dalam struktur modal adalah Longterm debt to Equity Ratio (LDER) menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.
Kinerja perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau pengembalian atas sumber daya yang diinvestasikan di dalamnya.
Kinerja dapat diukur dengan Return on Asset (ROA). ROA menunjukkan rasio laba bersih terhadap total aset. ROA berguna untuk mengetahui tingkat keuntungan yang didapatkan perusahaan dari aset yang dimilikinya (Subramanyam dan Wild, 2010).
Struktur modal akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan dimana investor akan memilih nilai perusahaan yang rendah karena menunjukan kecilnya risiko keuangan yang ditanggung perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ritonga, Effendi and Prayudi (2021) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal perusahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan penelitian Putra and Mawardi (2021) menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh positif sinigfikan terhadap kinerja keuangan (ROA).
Berdasarkan teori trade off, apabila posisi struktur modal berada di atas target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan utang akan meningkatkan kinerja keuangan. Penentuan target struktur modal optimal adalah salah satu dari tugas utama manajemen perusahaan. Struktur modal adalah proporsi pendanaan dengan utang (debt financing) perusahaan, yaitu rasio laverage (pengungkit) perusahaan. Dengan demikian, utang adalah unsur dari struktur modal perusahaan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Subagyo (2015) menunjukkan bahwa efektifitas struktur modal ditentukan oleh peluang investasi yang tersedia.
Penggunaan utang efektif meningkatkan kinerja keuangan ketika peluang investasi rendah, apabila peluang investasi tinggi penggunaan utang akan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Temuan ini mengindikasikan adanya kecenderungan investasi yang berlebih yang dilakukan oleh manajemen pada saat peluang investasinya tinggi. Sebaliknya penggunaan utang dapat membatasi
manajemen melakukan investasi yang berlebih. Oleh sebab itu berdasarkan pengulasan diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
H4 : Struktur Modal (LDER) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan (ROA).
1.2.3. Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Pada landasan teori menjelaskan beberapa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk itu perlu dianalisis masing-masing pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penilitian ini adalah Struktur modal yang diukur dengan DAR, DER, LDAR, dan LDER. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja Keuangan yang diukur dengan ROA. Untuk memberikan gambaran dalam kerangka konsep pada bagian ini dapat dikembangkan sebagai berikut:
STRUKTUR MODAL KINERJA KEUANGAN
DAR (X1)
DER (X2)
LDAR (X3)
LDER (X4)
ROA (Y) KERANGKA KONSEPTUAL
Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian