• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB III"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

64 BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan penelitian yakni mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap istri yang tidak diikutsertakan dalam pengikatan perjanjian kredit dengan jaminan hak tangggungan harta bersama.

Ketentuan hukum terkait jaminan hak tanggungan harta bersama suami dan istri tidak bisa melakukan perjanjian jaminan terhadap harta bersama apabila tidak mendapat persetujuan antara kedua belah pihak suami/istri, dimana masing- masing pihak masih memiliki hak atas harta benda tersebut. Suami ataupun istri dalam melakukan perbuatan hukum terhadap harta bersama wajib memberikan persetujuan secara bersama-sama. Jika salah satu diantara suami ataupun istri melakukan pengikatan perjanjian jaminan harta bersama dan kedua belah pihak tidak ada kata setuju, maka perbuatan tersebut merupakan perbuatan melawan hukum dan tentu perjanjiannya merupakan perjanjian yang tidak sah karena tidak ada kata sepakat untuk saling mengikatkan diri dan juga tidak memenuhi kecakapan membuat suatu perjanjian.

Validitas perjanjian jaminan menggenapi tuntutan sah nya perikatan yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPer ialah adanya kata setuju bagi pihak yang mengikatkan diri dengan pihak lain yang berarti adanya kesepakatan antara suami istri dengan pihak ketiga dalam suatu perjanjian. Akibat hukum dari perjanjian jaminan harta bersama tanpa persetujuan kedua belah antara suami maupun istri

(2)

65

yaitu tidak autentiknya suatu perjanjian di muka notaris serta penyelesaian hukumnya yaitu dalam hal ini dikatakan perjanjian melanggar syarat subjektif yaitu kesepakatan dan melakukan perbuatan melawan hukum. Efek hukum yang tampak pada tidak adanya syarat subjektif akan menimbulkan perjanjian itu tidak sah atas undang-undang.

B. Saran

Dari semua pembahasan dan kesimpulan yang telah disampaikan, ada beberapa saran yang ingin disampaikan dalam penelitian ini, sebaiknya komunikasikan dengan suami atau istri tentang jaminan harta bersama agar tidak menimbulkan konflik di kemudian hari. Oleh karena itu, segala perbuatan hukum yang timbul dari penggunaan harta bersama selama perkawinan harus ditanggung bersama oleh kedua belah pihak dan harus disepakati oleh kedua belah pihak.

Bank juga harus memberikan pemahaman dan tahapan sebelum debitur mengadakan perjanjian penjaminan kredit atas harta bersama. Lebih baik lagi jika ada masalah di antara kreditur dan debitur, dapat diselesaikan dengan cara damai.

Berharap masyarakat lebih memperhatikan dan memahami pengetahuan dasar tentang harta perkawinan.

Serta jika akan melakukan suatu kegiatan kredit sebaiknya dapat menanyakan kejelasan alur penyelesaian oleh pihak bank, dan lembaga dapat memberikan saran dan pemahaman kepada masyarakat tentang peraturan pemisahan harta bersama.

Referensi

Dokumen terkait

1 Tahun 1974 apabila harta benda suami istri tersebut dibuat perjanjian kawin maka terjadi kebersamaan harta yang menyeluruh yaitu kebersamaan harta bersama dan

Jika sebelumnya perjanjian perkawinan hanya mengatur mengenai harta kekayaan calon pasangan suami-istri yang tujuannya agar para pihak bisa mengatur sendiri harta

Menurut masyarakat Osing bahwa jika belum melakukan hubungan suami istri (Jima>’) dan suaminya meninggal maka janda tersebut tidak mendapatkan harta waris, hal

karena bila harta tersebut didapat sebelum suami melakukan poligami maka harta bersama menjadi hak antara suami dengan istri pertama, sedangkan bila harta tersebut didapat setelah

Oleh karena itu, terjadinya kebolehan perbuatan hukum yang berupa poligami, yaitu seorang suami diperbolehkan mempunyai istri lebih dari seorang istri, sedangkan si

Pada Pasal 86 ayat (2) menyatakan bahwa harta istri tetap menjadi hak istri dan dikuasi penuh olehnya, demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami dan dikuasi penuh

Perjanjian perkawinan menurut KHI bukan hanya terbatas tentang harta yang didapat selama perkawinan, akan tetapi mencakup harta bawaan masing-masing suami

Dari uraian sebelumnya telah diketahui bahwa perjanjian kawin merupakan suatu persetujuan atau perikatan antara calon suami-istri yang mengatur mengenai harta