• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TAHAPAN PRA PRODUKSI, PRODUKSI, DAN PASCA PRODUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB IV TAHAPAN PRA PRODUKSI, PRODUKSI, DAN PASCA PRODUKSI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

27

BAB IV

TAHAPAN PRA PRODUKSI, PRODUKSI, DAN PASCA PRODUKSI

4.1. Tahapan Pra Produksi

Dalam tahapan ini, penulis melakukan riset, pemilihan rubrik, dan menggali dokumentasi yang berhubungan dengan tiap topik yang nantinya akan ditulis di majalah kelak.

4.1.1. Riset

Sebelum tahapan pemilihan narasumber, terlebih dahulu penulis melakukan riset dengan mewawancarai beberapa narasumber yang aktif dalam scene musik bawah tanah untuk menggali lebih dalam sejarah perkembangan musik hardcore punk di Salatiga yang akan menjadi topik utama di majalah ini. Selain untuk menggali informasi terkait sejarah perkembangan gerakan hardcore punk di Salatiga, riset ini juga bertujuan untuk menemukan urgensi dari keberadaan media musik dan budaya populer di Salatiga.

Dalam wawancara dengan salah satu penggiat musik bawah tanah yang telah aktif sejak akhir 90’an bernama Vincent Ari, penulis menggali beberapa informasi yang dibutuhkan dalam proses penulisan artikel kelak. Vincent memaparkan bahwa perkembangan musik hardcore punk di Salatiga diawali oleh salah satu band hardcore punk bernama Heat of Hate, yang mulanya merupakan band punk bernama Ramp to Ramp yang lahir pada 90’an akhir. Mengingat perkembangan musik bawah tanah pada awal kemunculannya, khususnya hardcore punk belum semasif sekarang sehingga keberdaan scene musik bawah tanah di Salatiga juga terbilang tak banyak. Terhitung, baru ada dua scene musik bawah tanah di Salatiga pada periode 90’an. Yakni scene metal Korps Bawah Tanah Salatiga (KBS) dan scene punk Salatiga Transit Bastard.

Keberadaan scene musik di Salatiga yang terhitung sedikit juga berbanding lurus dengan penyelenggaraan konser atau gigs yang tak begitu rutin diselenggarakan.

Kesulitan mencari panggung juga disebabkan oleh stereotipe yang melekat pada musik bawah tanah oleh khalayak umum, sehingga beberapa penyelenggara parade band di

(2)

28 Salatiga pada saat itu tidak menerima band-band beraliran metal, punk, dan sejenisnya untuk tampil. Selain panggung, penolakan juga dilontarakan oleh beberapa pengelola studio musik tempat para musisi hardcore punk di Salatiga berlatih, seperti yang diungkapkan oleh Prima Agung, mantan drummer Heat of Hate.

Selain akses pada panggung dan studio latihan yang minim, hambatan pada akses referensi juga menjadi masalah bagi para penggiat hardcore punk Salatiga pada saat itu.

Mengingat, akses internet dan rilisan di Salatiga belum begitu luas pada era 90’an.

Sehingga, informasi dan referensi terkait musik hardcore punk pada saat itu hanya bisa didapat melalui zine dan publikasi independen lain. Pun rilisan fisik, hanya bisa diakses lewat kegiatan bertukar koleksi antar individu.

Menginjak tahun 2002, dibentuklah Kartini Street Crew yang merupakan cikal bakal dari beberapa scene musik yang kini ada di Salatiga. Vincent menambahkan bahwa keberadaan Kartini Street Crew pada saat itu mampu mewadahi kegemaran para remaja di Salatiga pada musik hardcore, punk, hingga grindcore. Setelahnya, musik hardcore punk mulai punya tempat dan merambah ke pendengar yang lebih luas di Salatiga.

Dengan perkembangan nya yang begitu masif, keberadaan musik bawah tanah di Salatiga mulai diakui oleh khalayak ramai. Hingga pada tahun 2016-2017 para penggiat musik bawah tanah sempat dilibatkan dalan Dewan Kesenian Salatiga walau tak berlangsung lama, dikarenakan fokus Dewan Kesenian Salatiga yang pada akhirnya lebih banyak menyoroti kesenian tradisional.

Gerakan hardcore punk yang mulai berkembang pada akhirnya memunculkan banyak band dan musisi. Walau demikian, banyak musisi yang mengeluhkan ketiadaan media musik yang mampu menjadi ruang apresiasi bagi mereka, khususnya di Salatiga.

Salah satu musisi hardcore punk, Naufal Tsanyan Rafi, memaparkan bahwa keberadaan ruang apresiasi berupa media musik di Salatiga cukup dibutuhkan. Sehingga pada akhirnya mampu mendongkrak daya kreatifitas para musisi dan band hardcore di Salatiga lewat ulasan dan kritik tentang karya mereka.

(3)

29 4.1.2. Rubrikasi dan Pemilihan Konten

Rubrik merupakan salah satu aspek fundamental yang ada dalam surat kabar, majalah, dan produk jurnalistik lainnya. Lebih lanjut, rubrik merupakan sarana pengelompokan materi tulisan atau artikel yang disajikan secara khusus, sesuai dengan masing-masing topik yang ada dalam sebuah produk jurnalistik. Menurut W.J.S Poerwadarminta, rubrik merupakan, “Kepala atau ruangan di surat kabar atau majalah, radio, tv dan film” (Poerwadarminta, 1985).

Dalam perancangan majalah ini, penulis akan menghadirkan enam rubrik yang berbeda, dimana masing-masing rubrik akan memuat artikel yang sesuai dengan topik utama di tiap rubrik. Dari mulai rubrik yang berisi liputan khusus, hingga rubrik yang berisi wawancara serta ulasan album musik.

b. Main Issue

Rubrik Main Issue berisi kumpulan tulisan yang menjadi tema utama majalah ini, yakni seputar geliat hardcore punk di Salatiga. Di dalamnya berisi enam artikel feature dan satu konten berisi daftar putar dari kumpulan lagu-lagu dari band hardcore punk di Salatiga yang bisa di dengarkan lewat aplikasi soundcloud dengan men-scan barcode yang terdapat di pojok bawah halaman.

c. Interview

Dalam rubrik Interview penulis akan menampilkan dua tulisan yang berisi wawancara dengan musisi dan jurnalis musik asal Bandung, yakni Herry Sutresna dan Fajar Nugraha. Rubrik Interview di majalah ini lebih berkutat di topik-topik di luar tema utama majalah sehingga nantinya konten yang dimuat diharapkan lebih bervariasi serta upaya penulis untuk memberikan referensi lebih jauh kepada pembaca.

d. Akar Rumput

Rubrik Akar Rumput memuat liputan tentang komunitas yang ada di Salatiga.

Kali ini, penulis menghadirkan liputan dari komunitas film Klub Sinema Sisifus,

(4)

30 sebuah klub film yang berfokus pada kegiatan pemutaran film-film independen baik dari sineas Salatiga maupun luar kota.

d. Opini

Dalam rubrik ini, penulis memuat satu tulisan opini tentang ekosistem hardcore punk di Salatiga. Lebih jauh, penulis berupaya untuk setidaknya memberikan kritik dan saran khususnya bagi perkembangan budaya hardcore punk di Salatiga.

Sehingga, harapanya majalah ini selain mampu memberikan informasi juga mampu memberikan sudut pandang dan gagasan bagi para pembaca, khsusunya para individu yang berkutat di scene hardcore punk di Salatiga.

e. Kultur

Rurbik Kultur berisi tulisan yang membahas tentang seni dan budaya yang masih beririsan dengan kultur hardcore punk itu sendiri. Mengingat, hardcore punk pada akhirnya juga dipengaruhi oleh beberapa aspek seni dan budaya lain yang selanjutnya mempengaruhi gaya artistik dari musik dan kultur hardcore punk itu sendiri. Dalam rubrik ini, penulis menghadirkan sebuah tulisan berisi rangkuman sejarah dari gerakan seni Dadasime yang menjadi cetak biru bagi gerakan punk yang meletus di Inggris dan Amerika Serikat pada periode 80’an.

f. Review Album

Pada rubrik terakhir, penulis menyajikan dua tulisan yang mengulas karya dari para musisi independen di Salatiga. Dua tulisan di rubrik Review Album masing-masing memuat ulasan dari album pendek milik band hardcore Savage dan band d-beat punk Galagation asal Salatiga.

(5)

31 4.1.3. Jenis Tulisan

Ada berbagai jenis tulisan yang penulis sajikan di majalah ini, antara lain bentuk feature, artikel tanya jawab atau interview, opini, dan artikel ulasan. Dimana penentuan jenis tulisan yang ada dalam majalah ini sendiri ditentukan lewat masing-masing rubrik.

Lebih lanjut, jenis tulisan yang ada dalam majalah ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Feature

Feature merupakan jenis tulisan karangan yang mampu menyajikan sebuah pernyataan menjadi lebih rinci. Karangan di sini maksudnya adalah bumbu yang disajikan penulis dalam sebuah tulisan berita. Feature sendiri berbeda dengan straight news atau berita langsung yang lebih mengedepankan fakta tinimbang opini, sehingga tulisan Feature bisa dibuat lebih panjang karena memuat fakta dan opini yang disajikan bersama. Lebih lanjut, Bruce Garrison dalam Professional Feature Writing (2009) menjelaskan bahwa feature ialah sebuah jenis tulisan non-fiksi yang dapat diaktegorikan sebagai soft news, dimana mempunyai tipe turunan yakni tulisan humaniora dan berita feature

b. Artikel Tanya Jawab

Artikel wawancara tanya jawab merupakan bentuk dan teknik penulisan berita yang disajikan dengan bentuk dialog antara wartawan dan narasumber yang telah ditranskrip ke dalam teks. Karena isi artikel merupakan jawaban atau pernyataan langsung dari narasumber, wartawan tidak diperbolehkan untuk memberikan bumbu penulisan di dalamnya. Sehingga, teknik wawancara dan pemilihan pertanyaan yang tepat adalah kunci utamanya.

c. Opini

Tulisan opini merupakan tulisan yang berisi opini pribadi penulis terhadap fenomena dan isu terkini yang terjadi dalam sebuah ruang dan waktu tertentu.

Menurut Dan Nimmo, opini personal dijabarkan secara luas sebagai kegiatan

(6)

32 yang mempunyai bentuk verbal dan non verbal. Dimana di dalamnya disajikan interpretasi individu atas sebuah objek atau isu yang sedang diperdebatkan.

d. Artikel Ulasan

Tulisan ulasan merupakan sebuah produk jurnalistik yang bertujuan untuk mengulas dan menilai sebuah karya yang bisa berupa novel, film, dan album musik. Menurut Gerot & Wignell (1995), tulisan ulasan merupakan tulisan yang bermaksud untuk memberi kritik terhadap sebuah karya seni atau kegiatan yang berlangsung dalam sebuah acara publik. Tulisan ulasan bisa dibilang cukup menantang, karena memfokusan diri pada objek yang ada dan digunakan atau dinikmati sehari-hari.

4.1.4. Gaya Penulisan

Dalam majalah ini, penulis menggunakan gaya penulisan yang lebih lugas dan ringan mengingat target pembaca nya adalah anak muda. Selain itu, dalam menyajikan tiap artikel, penulis lebih banyak menggunakan bentuk tulisan jurnalisme naratif yang bertujuan untuk memaparkan liputan yang lebih mendalam dan mampu melibatkan pembaca dalam narasi yang penulis buat. Gaya penulisan semacam itu lebih banyak penulis sajikan dalam rubrik liputan khusus mengingat tulisan-tulisan yang ada di dalam nya lebih mendalam.

Jurnalisme naratif, atau biasa disebut sebagai jurnalisme sastrawi, adalah sebuah jenis tulisan yang menggunakan gaya penulisan sastrawi guna menciptakan narasi yang akurat. Berbeda dengan teknik jurnalisme pada umumnya, walau sama-sama merupakan jenis tulisan non fiksi dan berakar pada fakta, jurnalisme naratif lebih condong kepada fungsi menghibur pembaca dengan menyajikan tulisan-tulisan dengan gaya prosa. Lee Gutkind (2007) menjelaskan bahwa, pada akhirnya, tujuan dari penulisan jurnalisme naratif atau non fiksi kreatif bertujuan untuk mengkomunikasikan informasi layaknya reporter, namun menyajikannya dalam bentuk seperti halnya karya non fiksi.

(7)

33 4.1.5. Pemilihan Narasumber

Dalam pemilihan narasumber, penulis terlebih dahulu melakukan riset untuk mengetaui keterlibatan dan pengaruh narasumber dalam ekosistem subkultur hardcore punk di Salatiga. Selain itu, penulis juga memilih narasumber dari luar Salatiga yang mempunyai kompetensi di bidang-bidang yang masih berhubungan dengan subkultur hardcore punk dan musik dalam artian yang lebih luas. Berikut penulis akan memaparkan narasumber-narasumber sesuai dengan topik yang diangkat, yakni:

1. Liputan Khusus

a. Prima Agung. Merupakan penggiat hardcore punk di Salatiga yang juga merupakan mantan drummer dari band hardcore pertama di Salatiga yakni Heat of Hate, serta vokalis dari band hardcore punk The Red Army.

b. Alpha Tony. Merupakan penggiat hardcore punk dan gitaris dari band Heat of Hate sejak awal dibentuknya pada akhir 90’an.

c. Josan Ade Ramadhan. Adalah gitaris dari band hardcore Under Estimate yang juga merupakan generasi gelombang kedua kancah subkultur hardcore punk di Salatiga.

d. Naufal Tsanyan Rafi. Adalah gitaris band hardcore punk Bless Off dan sekaligus merupan penggiat hardcore punk yang aktif sejak era gelombang ketiga subkultur hardcore punk di Salatiga.

e. Mario. Merupakan penggiat hardcore punk di Salatiga sekaligus pendiri dari label hardcore punk Salatiga Torop Conz Records.

2. Interview

a. Herry Sutresna. Adalah seorang rapper, aktivis, dan penulis asal Bandung yang juga merupakan pendiri dari label Grimloc Records di Bandung, Jawa Barat.

b. Fajar Nugraha. Merupakan jurnalis musik dan penulis buku berjudul Demi Massa, Kapsul Waktu dan Nostalgia Radikal asal Bandung yang juga merupakan jurnalis investigasi di Project Multatuli.

(8)

34 3. Liputan Komunitas

a. Gerry Junus. Merupakan seorang penggiat film independen dan salah satu pendiri dari sebuah komunitas film independen di Salatiga bernama Klub Sinema Sisifus.

4.2. Tahapan Produksi 4.2.1. Desain Cover

Dalam tahapan produksi, mulanya penulis membuat desain yang akan dijadikan cover beserta nama dan isi majalah. Dalam pembuatannya, penulis menggunakan teknik digital dan manual mulai dari pembuatan sketsa hingga pewarnaan.

Gambar 4.1 Sketsa Cover Majalah

Penulis memilih konsep sebuah suasana konser dengan gambar manusia berkepala Ganesha yang diangkat oleh banyak orang sebagai representasi dari sub kultur hardcore

(9)

35 punk Salatiga. Selanjutnya, dalam proses pewarnaan dan finishing, penulis memilih untuk menggunakan warna terang dan minimalis agar konsep zine secara visual dapat menonjol.

Gambar 4.2 Hasil Akhir Cover Majalah

4.2.2. Wawancara dan Penulisan

Selanjutnya, penulis melakukan sesi wawancara dengan berbagai narasumber di waktu dan tempat yang berbeda baik offline maupun online. Semua wawancara offline penulis lakukan di Salatiga sedangkan untuk wawancara online penulis lakukan lewat aplikasi Whatsapp mengingat domisili beberapa narasumber yang berada di luar kota.

(10)

36 Tabel Waktu Wawancara

No. Nama Narasumber Topik Tanggal Lokasi

1. Prima Agung Sejarah Hardcore Punk di Salatiga

10 Januari 2022 Jln. Somopuro Lor, Salatiga 2. Alpha Tony Interview band Heat of

Hate

14 Januari 2022 Jln. Kh. Ahmad Dahlan, Salatiga.

3. Josan Ade Ramadhan Interview band Under Estimate

15 Januari 2022 Jln. Kemiri Candi, Salatiga.

4. Naufal Tsanyan Rafi Interview band Bless Off 23 Januari 2022 Jln. Imam Bonjol, Salatiga.

5. Mario Interview Torop Conz

Record

25 Januari 2022 Jln. KH Wahid Hasyim, Salatiga.

6. Herry Sutresna Profil Herry Sutresna 10 Agustus 2021

Whatsapp

7. Fajar Nugraha Profil Herry Sutresna 12 Agustus 2021

Whatsapp

8. Gerry Junus Interview Klub Sinema Sisifus

15 Oktober 2021

Jln. Patimura, Salatiga

Tabel 4.1 Tabel Waktu Wawancara

Setelah melakukan wawancara dengan berbagai narasumber, penulis kemudian masuk ke dalam tahap penulisan artikel sesuai dengan topik masing-masing. Selain itu, penulis juga membuat beberapa tulisan yang ada di beberapa rubrik. Artikel-artikel tersebut yang akan masuk ke dalam rubrik, yakni rubrik Opini, Kultur, dan Review Album.

(11)

37 Daftar Artikel

No. Judul Topik Narasumber Jumlah

Halaman

Bentuk Tulisan

1. Wake the Dead:

Menggali Kembali Hardcore Salatiga

di Reruntuhan

Sejarah sub kultur hardcore punk di

Salatiga

Prima Agung 8 halaman Feature

2. Heat of Hate: The Pioneer

Profil, sejarah perjalanan, dan serba-serbi band

Heat of Hate

Alpha Tony 4 halaman Feature

3. Under Estimate dan Putaran Waktu

yang Terhenti

Profil, sejarah perjalanan, dan serba-serbi band

Under Estimate

Josan Ade Ramadhan

8 halaman Feature

4. Bless Off:

Hardcore Punk yang Menolak

Dewasa

Profil, sejarah perjalanan, dan serba-serbi band

Bless Off

Naufal Tsanyan Rafi

6 halaman Feature

5. Torop Conz Record dan Memorabilia Bawah Tanah

Sejarah, dan proses kerja record label

Torop Conz

Mario 2 halaman Feature

6. Tentang Musik, Isu Sosial, dan

Profil dan pemikiran Herry

Herry Sutresna 6 Halaman Artikel tanya jawab

(12)

38 Herry Sutresna

yang Tetap Membara

Sutresna

7. Suara dalam Bait- Bait Aksara Fajar

Nugraha

Profil dan pemikiran Fajar

Nugraha

Fajar Nugraha 7 halaman Artikel tanya jawab

8. Klub Sinema Sisifus dan Ekosistem Film

Salatiga yang Bertumbuh

Sejarah dan aktifitas Klub Sinema Sisifus

Gerry Junus 4 halaman Feature

9. Harapan Dalam Reruntuhan:

Sebuah Kritik Atas Dekadensi

Opini tentang ekosistem hardcore

punk di Salatiga kini

- 5 halaman Opini

10. Dadaisme?

Makhluk Apa Lagi Itu

Sejarah munculnya gerakan seni

Dadaisme

- 4 halaman Feature

11. Galagation – Humanimal (EP)

Ulasan album band Galagation

- 2 halaman Ulasan

12 Savage – Be Right Back (EP)

Ulasan album band Savage

- 2 halaman Ulasan

Tabel 4.2 Daftar Artikel

(13)

39 4.3. Tahapan Pasca Produksi

Setelah selesai melengkapi artikel dan konten yang dimuat di majalah, penulis masuk ke dalam tahap pasca produksi. Di sini penulis melakukan layouting terhadap tulisan artikel dan konten yang akan dimuat di majalah dengan menggunakan aplikasi Adobe Indesign dan Adobe Photoshop.

Mulanya penulis melakukan editing terlebih dahulu terhadap foto-foto yang akan dimuat lewat aplikasi Adobe Photoshop. Tujuan editing foto tak lain agar tone dan aspek lainnya dalam foto bisa sesuai dengan gaya artistik majalah. Dimana penulis berusaha menonjolkan gaya artistik publikasi mandiri khas fanzine. Dengan pemilihan warna yang lebih cerah dan penambahan tekstur kasar layaknya hasil cetak mesin fotokopi.

Gambar 4.3 Proses Editing Foto

Agar foto bisa lebih terlihat lawas, pertama-tama penulis menerapkan beberapa efek di aplikasi Adobe Photoshop, yakni efek grain untuk memunculkan tekstur noise dalam foto.

(14)

40 Gambar 4.4 Efek Grain

Setelah itu, penulis menerapkan efek halftone pattern untuk menonjolkan efek layaknya mesin cetak atau fotokopi. Selain memberikan efek tekstur, penulis juga memberi efek duo tone pada setiap foto dengan color pallete yang sudah penulis atur sebagai patokan.

Gambar 4.5 Efek Halftone

Color pallete ini merupakan patokan penulis untuk memberi warna font, ornamen halaman, serta foto yang ada dalam majalah ini. Dalam menentukan warna, penulis sengaja memilih warna yang tak begitu banyak dan punya karakteristik cerah.

(15)

41 Gambar 4.6 Palet Warna Majalah

Setelah melakukan editing pada foto-foto yang akan ditampilkan di tiap halaman, penulis kemudian mulai melakukan layouting. Pertama, penulis mengatur tata letak judul dan lead, serta mengatur isi artikel dengan membaginya menjadi dua kolom dengan jarak antar kolom selebar 1 cm , serta jarak antar baris selebar 18 pt. Penulis sengaja mengatur ukuran dan jarak kolom dengan cukup besar dan lebar agar memudahkan pembaca, mengingat majalah ini adalah majalah digital.

Setelah selesai mengatur tata letak, kemudian penulis mulai mengatur masing-masing jenis font yang akan diterapkan pada tiap bagian artikel. Penulis menggunakan font Harbour untuk judul, karena karakteristik font ini yang cukup tebal namun juga fleksibel, sehingga cocok diterapkan pada judul agar terlihat menonjol. Selain itu, penulis juga memberi warna merah pada font judul, hal ini dilakukan agar selain menonjol, tampilan halaman juga tidak terlihat membosankan. Mengingat desain tata letak yang diterapkan lebih minimalis tinimbang majalah pada umumnya. Sehingga penggunaan warna cerah pada tiap font dan isi artikel mampu

(16)

42 mengurangi kesan membosankan oleh pembaca dan mampu menopang konsep artistik majalah ini.

Gambar 4.7 Desain Font Header

Kemudian untuk lead dan isi artikel, penulis menggunakan font yang sama pada keduanya, yakni Cambria yang diatur lebih tebal agar mempunyai tingkat keterbacaan yang jelas bagi pembaca. Untuk warna font sendiri, penulis sengaja mengatur warna yang berbeda pada tiap artikel, yakni antara warna biru dan hijau.

Gambar 4.8 Desain Font Isi Berita

Selanjutnya, penulis juga memasukan desain ornamen yang berbeda pada tiap-tiap halaman.

Hal ini dilakukan selain untuk menunjang konsep artistik, juga untuk mengurangi negative space atau ruang kosong yang ada di tiap halaman. Ornamen yang dipilih sengaja disesuaikan dengan

(17)

43 karkateristik tema dan konsep yang diangkat pada majalah ini, yakni subkultur hardcore punk itu sendiri.

Gambar 4.9 Ornamen Halaman

Setelah melakukan layouting, penulis kemudian membuat pemisah halaman untuk diletakan pada akhir rubrik, yang juga berfungsi sebagai transisi pergantian rubrik. Pemisah halaman yang penulis buat berupa gambar dan tulisan yang penulis rancang sedemikian rupa, dengan gaya dan ciri yang penulis sesuaikan dengan konsep artistik majalah ini.

Gambar 4.10 Desain Pemisah Halaman

4.4. Uji Publik

Dalam upaya memastikan kelayakan dan keberhasilan majalah ini, maka penulis melakukan uji publik yang dilakukan pada 8 -24 Juni 2022, dengan menyebarkan produk ini kepada target audiens yang berjumlah 20 orang, terdiri dari penikmat musik independent, penggiat scene, dan

(18)

44 musisi independen yang ada di Salatiga dan sekitarnya. Berikut hasil dari uji publik yang telah penulis selenggarakan:

Rekapitulasi Hasil Uji Publik

NO ASPEK YANG DINILAI

PENILAIAN SB B CB KB TB 1. Apakah judul naskah ini menarik untuk anda? 16 4 0 0 0 2. Apakah pesan dalam naskah ini sesuai untuk anda? 15 4 1 0 0 3. Apakah anda dapat memahami dengan jelas pesan

yang disampaikan penulis dalam naskah ini?

18 2 0 0 0

4. Apakah jumlah halaman naskah ini sudah sesuai untuk anda?

14 6 0 0 0

5. Apakah gaya bercerita dalam naskah ini menarik bagi anda?

14 6 0 0 0

6. Apakah anda dapat memahami isu yang diangkat dalam naskah ini?

14 5 1 0 0

7. Apakah menurut anda naskah ini sudah memenuhi etika penulisan jurnalistik?

11 8 1 0 0

8. Apakah anda dapat memahami bahasa yang digunakan dalam naskah ini?

15 5 0 0 0

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Uji Publik

Melalui hasil rekapitulasi di atas yang telah dilakukan oleh penulis, dengan hasil “sangat baik,” maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari adanya majalah ini sudah tercapai, dan pesan yang ada dalam majalah ini sudah mampu memberikan pemahaman dan referensi bagi target audiens sebagai upaya memajukan ekosistem musik dan budaya populer di Salatiga kedepannya.

Referensi

Dokumen terkait

Deteksi dini sebenarnya hampir sama dengan pola hidup sehat, sehingga sebaiknya dilakukan sejak sedini mungkin, karena jika melihat Batasan usia, maka usia menjadi factor

Pada akhirnya penulis bertemu dengan beberapa pihak terkait untuk dijadikan sebagai narasumber utama dalam film documenter ini, seperti BMKG, Peneliti Simitro UKSW dan

1. Melakukan riset atau brainstorming terlebih dahulu untuk mengetahui video konten behind the scene ulang tahun yang sesuai dengan konsep Restoran Seafood Pondok

Dalam tahapan riset isu sebuah pembuatan film dokumenter dapat dilakukan lewat pencarian suatu fonomena atau isu terlebih dulu, baik dilakukan melalui internet ataupun

a. Pemilik Dapur Semusim Listya melakukan riset terlebih dahulu terhadap minat atau tren mengenai konsumsi roti 3 tahun terakhir serta menentukan target calon

Shoot yang digunakan Scene ini adalah Establishing Shoot yang berisi tentang kegiatan Limitless Learning Center dan Little Hope Indonesia serta Full Shot yang mengucapkan

Agar PAM dapat menggambarkan seluruh tahapan yang harus dilalui pasien poli penyakit dalam , maka terlebih dahulu harus dipahami tahapan yang pada instalasi rawat jalan

3. Dan tamu diwajibkan memberikan uang muka 50 % terlebih dahulu sebagai jaminan awal bukti pesan kamar. Dari bukti pesan kamar maka akan dilakukan registrasi tamu