• Tidak ada hasil yang ditemukan

BE1 Ahmad Fahmi Nur Irfani Materi 2

N/A
N/A
AHMAD FAHMI NUR IRFANI

Academic year: 2025

Membagikan "BE1 Ahmad Fahmi Nur Irfani Materi 2"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH

Pemetaan Situasi dan Topografi Menggunakan Theodolit

Oleh

NAMA : Ahmad Fahmi Nur Irfani NIM : 215100200111021 KELOMPOK : BE1

ASISTEN : Alifia Rossa Amelia

Alifia Rossa Amelia Hafizh Razan Hidayat Amanda Hannysa Putri D Isma Syawla Lazuardy Ariya Ratana Teja G Kanaya Putri Hardanti Choirunnisa Hamidah A Randi Ilham Rahmandita Diva Al Khansa Wulandari Putri Budiyono Edi Suranta Sembiring Yuandini Kartika Wening

LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2024

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran beda tinggi dapat diperoleh dengan dua pendekatan yaitu dengan metode sipatdatar menggunakan alat waterpass (WP) dan metode trigonometris menggunakan alat total Station (TS) atau theodolite. Kedua metode ini masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Metode sipatdatar menghasilkan ketelitian lebih tinggi namun kurang praktis dan kurang ekonomis digunakan pada area yang tidak datar, dibandingkan dengan pengukuran beda tinggi secara trigonometris. Prinsip trigonometris menghasilkan ketelitian yang lebih rendah namun memiliki kelebihan karena alat TS sangat praktis digunakan di lapangan baik pada kondisi daerah pengukuran yang datar maupun yang bervariasi sehingga waktu dan biaya yang dibutuhkan menjadi lebih efisien dan ekonomis.

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolite, sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan second (detik). Seiring perkembangannya alat theodholite berganti dengan kombinasi digital sehingga tidak perlu membaca sudut horizontal dan vertical karena telah tercatat dalam layar digital alat tersebut disebut digital theodholite. Digital theodolite merupakan alat yang cukup canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survey sebelum adanya alat yang terbarukan yaitu total station (TS)

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kerangka horizontal (jarak) b. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dan perhitungan beda tinggi

c. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran titik detail (arah, beda tinggi, dan jarak) d. Mahasiswa mampu menentukan tingkat kesalahan pengukuran theodolit

e. Mahasiswa mampu melakukan visualisasi kontur hasil perhitungan beda tinggi (2D) f. Mahasiswa mampu memvisualisasikan kontur dalam bentuk 3D (DEM)

(3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Theodolit

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar (horizontal angel) dan sudut tegak (vertikal angel). Berbeda dengan waterpass yang hanya 55 memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat dibaca bisa sampai satuan sekon (detik). Theodolit merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan lain yang digunakan dalam survei. Dengan berpedoman pada posisi dan pergerakan benda-benda langit misalnya Matahari sebagai acuan atau dengan bantuan satelit-satelit GPS maka theodolit akan menjadi alat yang dapat mengetahi arah secara presisi hingga skala detik busur. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horizontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertical untuk dibaca (Suwandi, 2015).

Theodolit merupakan alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan ketinggian tanah dengan sudut mendatar dan sudut yang tegak. Dalam alat ukur theodolit ini, dapat dilakukan pengukuran dengan pembacaan sudut dapat hingga satuan detik atau sekon.

Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi semakin berkembang begitu juga dengan theodolit. Theodolit dikembangkan dengan mengkombinasikan dengan digital yaitu pengukuran sudut secara horizontal dan vertikal dapat otomatis terbaca pada layar digital yang telah terkoneksi dengan alat sehingga merupakan alat canggih yang mana disebut dengan digital theodolit. Theodolit pada dasarnya merupakan alat yang berupa teleskop yang diposiskan pada suatu piringan yang berbentuk membulat dan dapat diputar secara vertical sehingga juga dapat membaca sudut secara horizontal. Alat yang rupanya seperti teleskop ini juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar secara horizontal sehingga juga dapat berputar secara vertical. Dengan menggunakan alat ini, maka pembacaan sudut dapat dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Theodolit memiliki syarat-syarat khusus yang perlu disesuaikan agar alat dapat berfungsi dengan baik. Syarat-syarat theodolit adalah sumbu kesatu harus benar–benar tegak atau vertical, sumbu kedua harus mendatar, garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua atau mendatar, dan tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu (Wardhana, 2015).

2.2 Pengertian Titik Elevasi

Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum. Sebuah bidang datar acuan, atau datum, ditetapkan dan elevasi diukur terhadap bidang tersebut. Beda elevasi yang ditentukan dikurangkan dari atau ditambah dengan nilai yang ditetapkan tersebut, dan hasilnya adalah elevasi titik-titik tadi (Wardhana, 2015).

Elevasi adalah suatu posisi vertikal yaitu ketinggian suatu objek terhadap titik tertentu atau datum. Pada umumnya datum tersebut digunakan untuk mengacu pada tinggi permukaan air laut yang biasanya dinyatakan sebagai ketinggian di atas permukaan laut (dpl). Datum tersebut mengacu pada titik benchmark yang mana titik elevasinya telah ditentukan dari alat yaitu GPS (Priyoadi dan Budi, 2020).

(4)

2.3 Pengertian Peta Topografi

Peta topografi menampilkan gambaran permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, berupa ketinggian atau elevasi permukaan tanah. Peta topografi menyajikan obyek-obyek dipermukaan bumi dengan ketinggian yang dihitung dari permukaan air laut dan digambarkan dalam bentuk garisgaris kontur, dengan setiap satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi memiliki dua unsur utama yaitu ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar) dan ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi). Ukuran planimetrik pada peta topografi digambarkan dengan koordinat X dan Y, sedangkan ukuran relief digambarkan dalam koordinat Z. Elevasi pada peta topografi ditampilkan dalam bentuk garis-garis kontur yang menghubungkan titiktitik di permukaan bumi yang memiliki ketinggian yang sama (Afani et al., 2019).

Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi pada suatu bidang datar yang dilengkapi simbol dan legenda. Terdapat berbagai jenis klasifikasi benda yang dibuat berdasarkan dengan keperluannya. Salah satu klasifikasi peta adalah peta topografi.

Berdasarkan dengan literatur, peta topografi adalah peta yang tampilannya memperlihatkan unsur alam dan unsur buatan manusia yang terlihat dari atas permukaan bumi. Peta ini digambarkan pada bidang yang datar menggunakan metode dan skala tertentu. Pada umumnya seri peta topografi dibuat berdasarkan dengan skala peta. Nomor seri peta dapat terjadi perubahan jika terjadi perubahan yang bersifat menyeluruh dalam gaga atau dalam isi peta. Peta topografi menyajikan dari permukaan bumi dengan memperlihatkan kebudayaan, hidrografi, relief, dan tumbuh-tumbuhan. Maksud dari kebudayaan tersebut adalah hal dari buatan manusia seperti jalan, jembatan, saluran, bendungan, dan garis batas. Peta topografi digunakan oleh para ahli untuk menentukan lokasi yang paling tepat dan ekonomis untuk berbagai kepentingannya. Metode yang dapat digunakan untuk membuat peta topografi adalah metode teristris, metode fotografi, dan metode remote sensing (Sobatnu, 2018).

2.4 Pengertian Peta Situasi

Pemetaan merupakan gambaran dari situasi pada suatu wilayah tertentu di muka bumi.

Salah satu jenis pemetaan yang dilakukan adalah pemetaan situasi. Berdasarkan dengan referensi lainnya, pemetaan situasi juga dapat dibilang pemetaan detail. Pemetaan situasi merupkan pemetaan yang dilakukan pada suatu daerah atau wilayah ukur yang mencakup penyajian dalam dimensi horizontal dalam gambar peta. Untuk memperoleh peta situasi, pengukuran yang perlu dilakukan adalah pengukuran kerangka dasar horizontal yaitu pada sudut dan jarak, pengukuran kerangka dasar vertikal yaitu pada beda tinggi, dan pengukuran pada titik detail yaitu pengukuran arah, beda tinggi, dan jarak terhadap titik detail yang ditentukan berdasarkan dengan permintaan skala. Pengukuran detil situasi merupakan salah satu proses pembuatan peta topografi. Detil situasi sendiri mengukur planimetrik dan ketinggian suatu wilayah atau tempat di permukaan bumi. Cara pengukuran ini dilakukan dengan menentukan posisi semua titik yang merepresentasikan objek dan relief di lapangan.

Data koordinat titik diperlukan untuk mengukur posisi titik detil planimetrik dan ketinggian.

Sehingga, ketelitian dari titik kotrol akan berpengaruh pada ketelitian titik detil situasi yang dihasilkan (Prasidya dan Rahardjo, 2019).

Peta situasi adalah peta topografi skala besar yang merupakan penyajian dari gambaran permukaan bumi baik detil alam maupun buatan manusia yang digambar pada bidang datar (kertas) dengan sistem proyeksi dan skala tertentu. Peta situasi dapat diperoleh dengan pemetaan teristris, yaitu proses pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan ukur tertentu. Dalam pemetaan terestris, gambaran objek- objek yang berada di permukaan bumi dipresentasikan dalam titik-titik detil. Detil adalah segala objek yang ada di lapangan, baik yang bersifat alamiah, maupun hasil budaya manusia yang akan dijadikan isi dari peta yang akan dibuat (Rassarandi, 2016)

(5)

2.5 Pengertian Peta DEM (Digital Elevation Model)

DEM merupakan singkatan dari digital elevation model yang merupakan model digital yang memberikan informasi bentuk permukaan bumi atau topografi dalam bentuk data raster, vector atau bentuk data lainnya. DEM berperan sebagai data digital yang menginterpretasikan permukaan bumi atau bagian yang terdiri dari himpunan titik-titik koordinat hasil sampling dari permukaan dengan algoritma yang mendefinisikan permukaan tersebut menggunakan himpunan koordinat. DEM digunakan untuk mempermudah dan mendukung kegiatan dalam membuatan peta topografi, koreksi geometrik citra, pemetaan daerah rawan bencana, dan rencana tata ruang wilayah. DEM dapat memberikan info mengenai ketinggian dan koordinat posisi ketinggian tersebut di permukaan bumi. Maksud dari data koordinat posisi ketinggian tersebut adalah data DEM berisi data X, Y, dan Z dari suatu titik. Dalam DEM terdapat DSM dan DTM. DSM (Digital Surface Model) menggambarkan kenampakan muka tanah sebagai komponen yang tumpang tindih seperti bangunan dan topografi bumi sebenarnya. DTM (Digital Terrain Model) merupakan definisi atau deskripsi digital dari permukaan bumi yang tidak hanya dari representasi permukaan tanah saja (Arfaini, 2016).

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Theodolit

Alat theodolit merupakan termasuk alat yang canggih dalam melakukan pengukuran yang berkaitan dengan ilmu tanah. Theodolit dikenal sebagai alat yang memiliki banyak fungsi yang dapat mem back-up alat lainnya jika terjadi hambatan atau kerusakan. Hal ini merupakan suatu kelebihan dari alat ini yang mana akan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Fungsi pertama theodolit adalag untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut vertikal atau horizontal.

Pembacaan sudut theodolit dapat mencapai satuan detik atau sekon yang mana tidak dapat dilakukan pada alat waterpass. Dasarnya yang merupakan teropong yang dipasangkan dengan piringan, theodolit mampu melakukan pengukuran sudut dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Referensi juga menyatakan bahwa dengan menggunakan alat ini maka keseluruhan kenampakan atau gejala dapat dipetakan dengan cepat dan efisien. Selain itu, theodolit juga dapat merubah fungsinya sebagai alat pengukur beda tinggi yaitu seperti pesawat penyipat datar jika sudutnya diganti menjadi 90 0C. Dengan penambahan teropong, dapat memudahkan alat untuk dapat membidik ke segala arah (Barus, 2016).

Theodolit juga mempunyai kekurangan dalam penggunaanya. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa theodolite terdapat 2 jenis yaitu yang manual dan digital. Kedua jenis theodolit ini memiliki kekurangan dan kelebihanna masing-masing. Mengenai kekurangan dari alat pengukur ini adalah kurangnya efektifitas. Pengukuran dengan menggunakan theodolit kurang efektif karena saat pembacaan sudut –alat teodolit manual relatif kurang efektif karena diperlukan ketelitian dalam pembacaan sudut karena satuannya detik atau sekon. Pemula disarankan menggunakan theodolit manual karena yang digital memiliki tidak kesensitifan yang tinggi (Suhendra, 2014).

(6)

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat, Bahan, Fungsi, Serta Gambar

No. Alat dan Bahan Fungsi

1. Helm Kerja Sebagai alat pelingdung kepala

2. Pesawat Pengunting Sebagai alat pengukut ketinggian tanah berdasarkan sudut horizontal dan sudut vertikal

3. Kaki 3 atau Tripod Sebagai penyangga pesawat penggunting 4. Unting-unting Sebagai indikator tegak lurus alat

5. Roll Meter Sebagai pengukur jarak pesawat dengan bidikan 6. Rambu Sebagai penentu nilai batas atas, batas tengah dan

batas bawah

No. Alat dan Bahan Gambar

1. Helm Kerja

2. Pesawat Pengunting

3. Kaki 3 atau Tripod

(7)

4. Unting-unting

5. Roll Meter

6. Rambu

3.2 Cara kerja

3.2.1 Pengoperasian Theodolit

Sekrup Pengunci Perpanjangan

Siapkan

Kendurkan dan tinggikan setinggi dada, kencangkan lagi

Tripod

- Dipasang di titik penembakan

- Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi

- Kuatkan (injak pedal kaki tripod

Theodolit Alat dan Bahan

(8)

Theodolit

Diletakkan pada titik penembakan dan dikunci dengan pengunci

Diarahkan ke utara

Nivo Kotak

Nivo Tabung

Diatur menggunakan skrup ABC hingga gelembung udara dalam nivo kotak berada di tengah

Diatur menggunakan skrup sebelah hingga gelembung udara dalam nivo tabung berada di tengah

Theodolit

Posisikan alat dengan mengendurkan sekrup pengunci kemudian geser ke kiri atau ke kanan sehingga tepat pada tengah-tengah titik ikat

Theodolit

- Dinyalakan dengan menekan tombol power - Diarahkan ke arah sudut

0

- Tekan 0 set 2 kali

(9)

3.2.2 Cara Pembacaan

Theodolit

Lakukan pembidikan dan tembak rambu pada titik yang ingin diketahui ketinggiannya Display

Lihat hasil yang tertera pada display dan catat hasilnya

Hasil

Pembacaan Horizontal Teropong pembacaan

Dibuka hingga sinar dapat langsung masuk

Dilihat dua skala bertuliskan (V) pada bagian atas dan pada bagian bawah.

1. Pada sudut bawah terlihat adanya tanda panah kanan pada bagian bawah dan tanda panah ke kiri pada bagian atas

2. Jika ingin membaca sesuai dengan arah panah baca bagian bawah

3. Sudut 0-360, tiap derajat dibagi 60 skala

Pembacaan Vertikal Penutup lensa

pesawat

(10)

Membuat polygon tertutup berulang

Baca sudut bagian atas, mulai dari 0-3600, tiap-tiap derajat terbagi menjadi 60 skala kecil, tiap sudut besarnya 1 menit sedangkan untuk detik diperkirakan

Lakukan pengolahan dan perhitungan data

(11)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum 4.1.1 Data Hasil Lapang

Tabel 4.1 Data hasil Lapang

Jarak Pembacaan Rambu Tinggi Alat

(m)

Jarak

(m) V HR

BA BT BB

1 2 3 4 5 6 7 8

*A – C 93,5 88,5 83,5 1,41 9,8 92° 35' 10" 296° 16' 20"

A – B 84,5 78,5 72,5 1,41 12,1 92° 34' 25" 237° 58' 40"

*B – A 80 74 68 1,38 12,05 92° 34' 25" 77° 31' 10"

B – C 88,5 83 77,5 1,38 10,85 92° 34' 25" 27° 15' 20"

*C – B 89,5 84 78,5 1,33 10,95 92° 34' 25" 20° 40' 25"

C – A 89,5 84,5 79,5 1,33 9,95 92° 34' 25" 134° 5' 20"

4.1.2 Data Hasil Perhitungan

Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan

TITIK TARGET Pembacaan Rambu V HR

BA BT BB ° ' " ° ' "

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

A *A – C 93,5 88,5 83,5 92 35 10 296 16 20

A – B 84,5 78,5 72,5 92 34 25 237 58 40

B *B – A 80 74 68 92 34 25 77 31 10

B – C 88,5 83 77,5 92 34 25 27 15 20

C *C – B 89,5 84 78,5 92 34 25 20 40 25

C – A 89,5 84,5 79,5 92 34 25 134 5 20

Titik Acuan A

Koordinat X Koordinat

Y elevasi 678037 9120384 508

(12)

Tanα D Tanα

H1 (tinggi

alat)

H2 (m) Kenaikan (∆H)

Rata2 Naik/

Turun

H titik TITIK

21 22 23 24 25 26 27 28

*A – C - 0,04517

-

0,45167 1,41 0,885 0,07333

515,00 A A – B -

0,04495 -

0,53938 1,41 0,785 0,08562

-0,00750

*B – A -

0,04495 -

0,53938 1,38 0,74 0,10062

514,99 B

B – C -

0,04495 -

0,49443 1,38 0,83 0,05557

0,03000

*C – B - 0,04495

-

0,49443 1,33 0,84 -0,00443

515,02 C

C – A -

0,04495 -

0,44948 1,33 0,845 0,03552

-0,01891

515,00 A Zenith

(V) HR

Sudut Dalam (β)

sudut elevasi

(α)

D

obs Cosα Cosα2 D Horz Rata2 D horz

12 13 14 15 16 17 18 19 20

*A – C 92,58611 296,272222

301,7056 -2,5861 10 0,99898 0,99796 9,97964 A – B 92,57361 237,977778 -2,5736 12 0,99899 0,99798 11,97580

11,98

*B – A 92,57361 77,5194444

309,7361 -2,5736 12 0,99899 0,99798 11,97580 B – C 92,57361 27,2555556 -2,5736 11 0,99899 0,99798 10,97782

10,98

*C – B 92,57361 20,6736111

113,4153 -2,5736 11 0,99899 0,99798 10,97782 C – A 92,57361 134,088889 -2,5736 10 0,99899 0,99798 9,97984

9,98

(13)

TITIK TARGET Rata2 D horz (D)

Koreksi Elevasi Sudut Dalam

Rata2

naik/turun Koreksi Terkoreksi H titik Sudut Dalam Koreksi Terkoreksi Azimut (A)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

A *A – G

515,00 301,7055556 -

181,62 120,09 238,0 A – B

11,976 -0,008 -0,001 -0,009 B *B – A

514,99 309,7361111 -

181,62 128,12 186,0949 B – C

10,978 0,030 -0,001 0,029 C *C – B

515,02 113,4152778 -

181,62 -68,20 297,8912 C – D

9,980 -0,019 -0,001 -0,020

A 515,00

Jumlah 32,933 0,004 0,00 724,8569444 180,00

syarat nilai 0 0,000 180

Selisih -32,933 -0,004 -544,8569444

Koreksi setiap titik (K)

-

10,97778834 -0,001 -181,6189815

(14)

Koreksi Sb X&Y Koordinat

∆X ∆Y

D.sin A Koreksi Terkoreksi D.cos

A Koreksi Terkoreksi X Y Z

12 13 14 15 16 17 18 19 20

678043 9120380 515 -10,15 7,3 -2,8 -6,4 4,6 -1,8

678040,2 9120378,2 514,99 -1,17 6,7 5,5 -10,9 4,2 -6,7

678045,7 9120371,5 515,02 -8,82 6,1 -2,7 4,7 3,8 8,5

678043,0 9120380,0 515,00

-20,14 0,00 -12,60 0,00

0 0

20,14 12,60

(15)

4.2 Analisis Prosedur Praktikum

4.2.1 Penembakan Menggunakan Theodolit

Langkah awal yang harus dilakukan adalah tentukan jumlah dan jarak titik yang akan dilakukan penembakan. Setelah itu, theodolite dipasang pada tripot. Salah satu cara cepat dalam pemasangan tripot untuk alat theodolit ini dengan mendorong salah satu kaki tripot sehingga tripot dapat terbuka dengan baik dan tepat. Setelah itu pada pesawat theodolit diletakkan bagian atas tripot secara perlahan. Lalu kunci alat tersebut pada tripot dengan pengunci yang terletak di bawahnya. Selanjutnya pada unting – unting dipasang dan diatur tepat berada titik penembakan yang telat diatur. Setelah rangkaian alat terpasang, alat diarahkan ke utara. Setelah diarahkan ke utara, pada bagian theodolit yaitu nivo kotak dengan menggunakan skrup ABC hingga gelembung udara berada di tengah. Selain nivo kotak, pada nivo tabung juga harus diatur agar gelembung udara berada tepat di tengah. Pada nivo kotak dan nivo tabung ini berguna untuk mengetahui apakah pesawat sudah benar – benar datar. Cara cepat agar gelembung udara nivo kotak maupun nivo tabung tepat berada di tengah ini dengan mengatur nivo tabung terlebih dahulu dan diatur sampai gelembung udara pada nivo kotak berada di tengah juga. Gelembung udara ini harus berada di tempat yang lebih tinggi, sehingga pada skrup ABC harus diputar hingga ketinggian pada nivo kotak maupun nivo tabung berada di tengah. Setelah kedua nivo sudah diatur, selanjutnya nyalakan theodolit dengsn menekan tombol power dan arahkan pesawat theodolit ke sudut 0 derajat. Dalam mengarahkan ini dapat menggunakan bantuan kompas. Setelah berada pada 0 derajat, tekan 0 set sebanyak dua kali. Selanjutnya lakukan pemegangan rambu dengan bantuan manusia pada titik dengan jarak yang sudah ditentukan di awal.

Setelah itu lakukan pembidikan dan tembak rambu pada titik yang ingin diketahui ketinggiannya. Pada pencarian nilai benang pada rambu ini harus dilakukan dengan teliti. Dalam pencarian BA, BT, dan BB dilakukan dengan memutar skrup agar lensa okuler dan objektifnya. Setelah didapatkan benang pada rambu maka kunci teropong dengan menggunakan skrup pengunci. Pada BA, BT, dan BB ini perlu dilakukan pengecekan pada data yang diambil ini, dimana dapat dilakukan dengan persamaan BA – BB = BB – BT. Dalam hal ini jika mendapatkan selisih yang benar maka data yang didapatkan benar. Pada display akan tertera nilai V dan nilai HR dengan menekan tombol V dan HR pada tombol pengaturan. Setelah itu, catat hasil BA, BT, dan BB pada lembar data. Dalam hal ini pada data dilakukan pada 10 titik dari titik A – J yang dimana pada penembakannya dilakukan 20 kali, dengan target penembakan ke depan dan ke belakang. Dimana meliputi *A – J ; A – B ; *B – A ; B – C ; *C – B ; C – D ; *D – C ; D – E ; *E – D ; E – F ; *F – E ; F – G ; *G – F ; G – A ; *H – G ; H – I ; *I – H ; I – J ; *J – I ; J – A.

4.2.2 Pembuatan Poligon, Peta Situasi, dan Peta Kontur

Pada pembuatan poligon dilakukan dengan memasukkan data titik serta koordinat pada excel. Pada data tersebut diberi border dan file tersebut disimpan. Setelah itu, buka software ArcGIS dan masukkan file excel yang sudah dibuat dengan Add data yang telah disimpan dan tambahkan koordinat Z. Selanjutnya, klik edit untuk memasukkan koordinat sistem dan pilih koordinat malang yang telah disediakan. Lalu dilakukan pengubahan soft file dengan export data. Setelah itu tambahkan juga layer baru. Lalu klik kanan dan pilih properties serta pilih label untuk menambahkan nama titiknya. Lalu pada pembuatan peta kontur untuk memunculkan garis konturnya dilakukan dengan memilih search dan ketik interpolation lalu mencari krimis spatial analist tool sehingga akan muncul interfacenya. Setelah itu, masukkan titik pembidikan yang sudah diatur sesuai keinginan sehingga dapat memunculkan hasil kringing. Lalu cari lagi kontur dan

(16)

3D analist dan input rasternya yang kringing. Dalam hal ini juga diatur ouputnya.

Nantinya setelah diatur akan memunculkan hasil garis kontur, sehingga dapat membuat poligon dimana dengan membuka katalog dan membuka file dan new lalu mengeklik shape file dan isi dengan beberapa file. Dalam hal ini pada file poligon katalog di klik kanan dan pilih edit features dan start editing. Lalu pada editor klik editing windows dan features. Setelah peta telah siap dapat disimpan sesuai tempat penyimpanan.

4.3 Analisis Data Praktikum 4.3.1 Analisis Poligon

Gambar 4.1 Grafik Poligon Sumber : Data Diolah, 2024

Data hasil praktikum yang dipeeleh dapat dijadikan grafik dengan bentuk bentuk poligon. Pada data hasil yang didapatkan ini berupa koordinat X, Y, dan Z pada titik A sampai C. Pada titik A koordinat X sebesar 678043, koordinat Y sebesar 9120380, koordinat Z nya sebesar 515. Lalu pada titik B koordinat X sebesar 678040,2, koordinat Y sebesar 9120378,2 dan koordinat Z sebesar 514,99. Titik C koordinat X sebesar 678045,7, koordinat Y sebesar 9120371,5 dan koordinat Z sebesar 515,02. Dengan adanya data hasil yang didapatkan tersebut maka akan dapat menentukan titik penting sehingga dapat membentuk poligon yang ditarik oleh garis dari 3 titik. Bentuk poligon yang diperoleh menyerupai segitiga.

4.3.2 Analisis Peta Situasi

Gambar 4.2 Peta Situasi Sumber : Data Diolah, 2024

9120370 9120372 9120374 9120376 9120378 9120380 9120382

678038 678040 678042 678044 678046

Gambar Polygon

(17)

Peta situasi didapatkan dalam aplikasi arcview. Setelah dilakukan pengamatan terdapat garis-garis dalam peta tersebut. Apabila garis tersebut semakin rapat maka menunjukan permukaan memiliki perbedaan ketinggian yang curam. Sedangkan apabila garis tersebut lebih renggang maka menggambarkan permukaan yang landai. Pada keterangan elevation range atau batas elevasi adalah menunjukan berapa elevasi yang didapatkan. Titik yang digunakan berjumlah 3 yang dimana dimulai dari A dan akan kembali ke titik A. Dalam pengukuran ini didapatkan peta situasi dengan skala 1 : 8.000 yang dimana digunakan dalam pengukuran sehingga terbentuk peta situasi yang menggambarkan wilayah yang diukur.

4.3.3 Analisis Peta Kontur

Gambar 4.3 Peta Kontur Sumber : Data Diolah, 2024

Pada praktikum yang telah dilakukan, diperoleh peta kontur. Pembuatan peta kontur menggunakan skala 1 : 48,81. Pada peta ini terlihat garis-garis kontur yang menunjukkan ketinggian yang sama. Dalam hal ini ketinggian dari suatu wilayah yang dapat diamati melalui kerapatan dari garis-garis kontur, dimana semakin rapat garis- garis kontur maka pada wilayah tersebut memiliki ketinggian yang sama. Dapat dikatakan adanya pembuatan peta ini digunakan mengetahui kondisi pada suatu wilayah serta ketinggian pada suatu tempat tersebut berdasarkan garis kontur yang terlihat oleh peta.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Perbandingan Hasil Praktikum dengan Literatur

Definisi dari topografi adalah gambaran mengenai ketinggian permukaan bumi yang dibuat dan disajikan dalam 3 dimensi. Pembuatan topografi wilayah dibuat pada peta topografi. Peta topografi adalah peta yang berisikan mengenai informasi dari keadaan ketinggian suatu lahan yang mana digambarkan dengan garis kontur. Garis kontur yang dimaksud pada peta ini adalah garis pembatas bidang tempat keberadaan titik dengan ketinggian yang sama pada bidang referensi. Sebelum membuat peta topografi, hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data untuk membuat peta yang dapat diperolh dari hail pengukuran dengan menggunakan alat khusus yaitu theodolit. Metode yang digunakan adalah metode tachimetry. Metode ini digambarkan dengan sebuat grafik polygon dimana titiknya adalah titik koordinat tempat alat membidik dari 1 titik ke titik yang lainnya. Hal yang telah dijelaskan pada referensi telah sesuai dengan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, yaitu dilakukan pengukuran,

(18)

perhitungan dalam membuat peta topografi dengan menggunakan teknologi computer yaitu ArcGIS yang menghasilkan peta kontur dan peta situasi (Maryam et al., 2019).

Alat yang digunakan dalam mengukur ketinggian suatu wilayah adalah dengan menggunakan alat theodolite. Dalam melakukan pengukuran dengan theodolite, maka perlu diketahui hal yang ada pada theodolite. Pada alat ini terdapat nilai dari sudut vertikal yang diperoleh dari nilai Vr yang diubah menjadi nilai desimal. Definisi sudat vertikal itu sendiri adalah sudut perpotongan 2 bidang vertikal. Salah satu bidang vertikal yang digunakan adalah bidang horizontal, dimana sudat vertikalnya adalah sudut yang garis yang melalui titik antara bidang vertikal dan horizontal. Sudut vertikal ini juga disebut dengan sudut elevasi jika nilai garis bidik diatas bidang horizontal, dan disebut dengan sudut depresi jika nilai sudut vertikalnya negative (Maulana, 2019).

4.4.2 Faktor Kesalahan yang Mempengaruhi Hasil Praktikum

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi hasil praktikum adalah dalam pengukuran ketinggian menggunakan theodolite. Berdasarkan dengan referensi, terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pengukuran theodolite yaitu faktor alam dan alat theodolite itu sendiri. Kesalahan yang dapat ditimbulkan oleh faktor alam adalah lengkungan permukaan bumi, melengkungnya cahaya matahari atau refraksi, statif tempat alat yang masuk ke dalam tanah, dan getaran udara. Faktor alatnya adalah dari nivo kotak sebagai indikator kesejajaran alat yang tidak sesuai dengan garis bidik, sehingga alat akan tidak sejajar dan proses pengukuran akan otomatis salah. Hal ini perlu diatas dengan meletakkan jarak penguntingan agar sama dengan penggaris yang ada di depan dan belakang. Selain nivo kotak, penempatan garis nol pada mistar juga dapat mempengaruhi pengukuran sehingga dapat dilakukan dengan membagi jarak antara 2 titik ujung dalam jarak jumlah yang genap. Dan perlu diingatkan untuk selalu memperhatikan nivo kotak agar gelembungnya selalu tepat pada lingkaran (Rahayu, 2015).

4.4.3 Perbandingan Titik Elevasi Perhitungan Theodolit dengan Literatur

Pada peta topografi, terdapat yang namanya elevasi. Titik elevasi ini digambarkan berupa garis kontur yang menghubungkan titik titik permukaan bumi yang memiliki ketinggian yang sama. Berdasarkan dengan literatur, membahas bahwa titik elevasi ini diperoleh dari titik acuan yaitu diatas permukaan laut dan dapat diukur dengan menggunakan GPS. Dalam pembuatan peta topografi yang terdapat titik elevasi, erdapat unsur utama yaitu ukuran relief dan ukuran planimetrik. Ukuran relief merupakan ukuran ukuran yang beradasarkan dengan variasi elevasi. Ukuran planimetric merupakan ukuran dari permukaan yang bidangnya datar. Pada peta topografi, ukuran planimetrik di tampilkan pada koordinat sumbu X dan Y, dan ukuran relief ditampilkan pada sumbu Z pada peta ini (Afani et al., 2019).

Berdasarkan dengan referensi lainnya, definisi dari elevasi adalah titik ketinggian yang sama yang mana dapat diketahui dari suatu bidang datum tertentu atau suatu bidang khayal dari permukaan air laut. Dalam melakukan pengukuran, titik acuan yang digunakan adalah pusat bumi. Pengukuran elevasi sangat mempengaruhi pengukuran lainnya, sehingga dalam pengukuran harus dilaksanakan dengan teliti untuk mendapatkan nilai yang akurat dan presisi. Dengan demikian, data dan penggambaran peta topografi akan maksimal (Krisdanto et al., 2017).

(19)

4.5 Aplikasi Theodolit di Bidang Teknik Pertanian

Salah satu pengapalikasi theodolite dalam bidang keteknikana pertanian adalah melakukan pemetaan guna mengukur perbedaan ketinggian antar pompa, bak tampung, dan tendon air sebagai saran penyediaan air bersih bagi kelompok tani mawar. Penggunaanya diharapkan agar penempatan pompaa, bak tampung, dan tendon air agar sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh para petani mawar. Selain itu juga dapat digunakan untuk pemetaan sebagai sarana membuat drainasi atau irigasi pada lahan (Choirotin et al., 2019).

Disamping itu dalam bidang Teknik Pertanian, theodolit diperlukan dalam pengukuran bidang tanah dengan cara terrestrial untuk pendaftaran tanah sistimatik maupun sporadic.

Kegiatan ini meliputi pengukuran secara langsung dilapangan dengan cara mengambil data berupa ukuran sudut dan atau jarak. Sudut dan jarak yang dimaksudkan disini adalah sudut dan jarak yang terdapat pada bidang datar, jadi apabila ada hal-hal akibat dari keadaan lapangan yang akan mempengaruhi pelaksanaan untuk mendapatkan ukuran dalam bidang datar, dikerjakan dengan teknik-teknik pengambilan data yang benar. Dimana pengukuran bidang tanah ini dapat dilakukan dengan beberapa metoda pengukuran, tergantung dari metode mana yang paling praktis digunakan dikaitkan dengan keadaan lapangan yang dihadapi dan juga keperluan data ukur yang harus diperoleh (Mango, 2019).

(20)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar (horizontal angel) dan sudut tegak (vertikal angel). Berbeda dengan waterpass yang hanya 55 memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat dibaca bisa sampai satuan second (detik). Tujuan dalam praktikum ini telah tercapai, dimana mahasiswa mampu melakukan pengukuran kerangka horizontal (jarak), mahasiswa mampu melakukan pengukuran dan perhitungan beda tinggi, mahasiswa mampu melakukan pengukuran titik detail (arah, beda tinggi, dan jarak terhadap titik detail sesuai skala yang ditentukan), mahasiswa mampu menentukan tingkat kesalahan pengukuran theodolite, mahasiswa mampu melakukan visualisasi kontur hasil perhitungan beda tinggi (2D), dan mahasiswa mampu memvisualisasikan kontur dalam bentuk 3D (DEM). Praktikum dilakukan menggunakan theodolite sebagai alat utama dan alat lainnya dan dilakukan pengukuran pada 10 titik utama yaitu A hingga Z. Praktikum dlakukan untuk membuat peta situasi, peta kontur, dan grafik polygon. Pengukuran diperoleh nilai batas atas, tengah dan bawah, nilai jarak alat dengan bidikan, dan elevasi. Perhitungan dilakukan untuk memperoleh nilai nilai V, HR, Sudut dalam, sudut elevasi, dobs, Cos² α, D Horz, Rata-Rata, D Horz, Tan α, D Tan α, H1 (Tinggi alat), H2, Kenaikan, Rata-Rata Naik/Turun (∆H), H titik, nilai D Sin A ∆X, Koreksi∆X, Terkoreksi

∆X, D Cos A∆y, Koreksi ∆y, Terkoreksi ∆y. Nilai lainnya telah dicantumkan pada data hasil praktikum yang mana berguna dalam pembuatan peta situasi, peta kontur, dan grafik polygon.

Peta yang diperlukan dibuat dengan menggunakan teknologi computer yaitu dengan menggunakan aplikasi ArcGIS dan Microsoft Excel. Pembuatan dilakukan sesuai dengan arahan dan ketentuan sehinga diperoleh peta dan grafik yang sesuai dan tepat.

5.2 Saran

Praktikum yang dilakukan sudah berjalan dengan lancar dan baik. Praktikan sudah dapat memenuhi tujuan dari praktikum yang dilaksanakan. Saran yang dapat dilakukan adalah dilakukan pengamatan dan perhitungan yang lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan hasil.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Afani IYN, Yuwono BD, Bashit N. 2019. Optimalisasi pembuatan peta kontur skala besar menggunakan kombinasi data pengukuran terestris dan foto udara format kecil. Jurnal Geodesi Undip 8(1): 180-189.

Arfaini J. 2016. Pembuatan DEM (Digital rlevation model) Menggunakan Metode tin, idw, dan kriging dari Data Foto Udara. Skripsi. Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November

Prasidya AS, Rahardjo U. 2019. Analisis ketelitian titik kontrol dalam rangka pemetaan topografi skala besar di lahan field research center (FRC) Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. Jurnal Geografi 11(2): 193-205.

Priyoadi BR, Budi IS. 2020. Pemetaan topografi calon lokasi embung di kampus IPB Darmaga, Bogor. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan 5(1): 51-58.

Rassarandi FD. 2016. Pemetaan situasi dengan metode koordinat kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Jurnal Integrasi 8(1): 50 -55.

Sobatnu. 2018. Survei Terrestris. Poliban Press. Banjarmasin.

Suhendra A. 2014. Studi perbandingan hasil pengukuran alat teodolit digital dan manual: studi kasus pemetaan situasi kampus kijang. ComTech: Computer, Mathematics and Engineering Applications 2(2): 1013-1022.

Suwandi. 2015. Analisis Penggunaan Theodolit Nikon Ne-102 Dengan Metode Dua Titik Sebagai Penentu Arah Kiblat. Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang Wardhana YPK. 2015. Pembaruan Peta dan SIG Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

(22)

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Choirotin I, Dewi CP Robbi N. 2019. Penyediaan sarana air bersih kelompok tani mawar maju III Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang 4(2): 56-59.

Krisdianto B, Tistro R, Ashadi P. 2017. Pengukuran dan pemetaan perumahan pegawai Politeknik Negeri Samarinda di Kawasan Bukit Pinang Bahari Samarinda. Jurnal Inersia 9(2): 20-30.

Mango CA. 2019. Pembuatan Sistem Informasi Geografis Peta Bidang Tanah Berbasis Web Mapping. Skripsi. ITN Malang. Malang.

Maryam, Muliddin, Nurgiantoro, Salihin LMI. 2019. Analisis kelayakan pelabuhan pengumpan lokal berbasis sistem informasi geografis Di Pelabuhan Bambaea.

Maulana PF. 2017. Penggunaan Model Pembelajaran Direct Instruction Untuk Meningkatkan Keterampilan Pengoperasian Alat Ukur Tanah dan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas X Jurusan Gambar Bangunan SMKN 5 Semarang Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi.

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

Rahayu LP. 2015. Studi Perbandingan Perhitungan Volume Menggunakan Data Total Station dengan dan Tanpa Prisma. Skripsi. Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

(23)

LAMPIRAN

(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

LAMPIRAN TAMBAHAN

(34)

(35)
(36)
(37)

(38)
(39)
(40)

LAMPIRAN ACC DHP

(41)
(42)

REVIEW VIDEO MATERI

Terdapat beberapa alat dan bahan dalam praktikum materi theodolit seperti meteran, rambu, tripod, pesawat theodolit, payung, dan unting-unting. Meteran berfungsi untuk mengukur jarak antar dua titik. Rambu yang berfungsi sebagai pembacan benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Tripod berfungsi untuk meletakkan pesawat theodolit.

Pesawat theodolit berfungsi untuk mengukur ketinggian tanah berdasarkan sudut horizontal dan sudut vertikal. Payung berfungsi melindungi alat dari panas matahari dan hujan. Unting- unting berfungsi sebagi indikator tegak lurusnya alat.

Komponen-komponen pada pesawat theodolit yaitu handle yang berfungsi sebagai pegangan ketika pesawat diangkat dari kotak alat. Teropong berfungsi untuk membidik obje pengukuran. Tempat baterai dan baterai berfungsi sebagai daya untuk menyalakan LCD pembacaan. Visir berfungsi sebagai alat bantu bidikan kasar untuk mempercepat bidikan objek. Sekrup ABC berfungsi untuk mengatur nivo kotak maupun nivo tabung. Nivo tabung dan Nivo kotak berfungsi untuk mengetahui apakah pesawat benar-benar datar. LCD pembacaan berfungsi sebagai monitor untuk pembacaan hasil pengukuran. Tombol pengaturan berfungsi untuk mengatur pengoprasian pesawat. Lensa okuler berfungsi untuk mengatur objek bidik dan mengamati bacaan benang pada rambu ukur. Lensa objektif berfungsi untuk menangkap objek atau benda yang diamati. Base plate berfungsi sebagai dudukan pesawat pada statif. Sekrup penggerak halus vertikal berfungsi untuk menempatkan bacaan benang pada objek secara halus. Sekrup pengunci vertikal berfungsi mengunci perputaran teropong arah vertikal secara halus. Sekrup penggerak halus horizontal berfungsi untuk menempatkan bacaan benang objek secara halus. Sekrup pengunci horizontal berfungsi untuk mengunci perputaran teropong pada arah horizontal secara halus.

Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum materi theodolit, yang pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Kedua, meletakkan tripod di titik penembakan.

Ketiga, memasang theodolit pada tripod. Keempat unting-unting dipasang dan diatur sedemikian rupa hingga tepat berada di titik penembakan yang telah diatur. Kelima, setelah rangkaian terpasang alat diarahkan ke arah utara. Keenam, nivo kotak diatur menggunakan sekrup ABC hingga gelembung udara berada di tengah. Ketujuh, mengatur nivo tabung pada masing-masing sisi menggunakan salah satu sekrup yaitu sekrup yang berada di sebelah kanan. Kedelapan, setelah seluruh nivo sudah diatur nyalakan theodolit dengan menekan tombol power. Kesembilan, mengarahkan pesawat theodolit ke sudut 0o. Kesepuluh, setelah didapatkan sudut 0o maka tekan 0 set dua kali. Kesebelas, bidik dan tembak rambu pada rambu yang ingin diketahui ketinggiannya dan catat hasil yang ada pada layar display. Lalu ulangi penembakan pada titik selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji statistik nilai rata-rata dari dua sampel, jarak dan beda tinggi yang diper- oleh dari pengukuran Total Station dengan berba- gai variasi sudut

Selanjutnya menentukan toleransi yang akan digunakan, misalnya toleransi salah penutup sudut pada pengukuran sudut kerangka dasar horizontal adalah 10” √n ; n=jumlah

Keterangan pada Gambar 6 adalah (1) nilai kedalaman dari lintasan akustik, (2) sudut beam vertikal, (3) jarak akustik maksimum, (4) lebar sapuan lintasan dasar laut, (5) jarak

Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris

dfLAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PKM) Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PDGK 4209) S1 PGSD Universitas Terbuka DISUSUN OLEH : NAMA : .....................NIM : .....................SEMESTER: IV (EMPAT) UPBJJ : UT PANGKAL PINANG POKJAR : MUNTOK MASA REGISTRASI : 2015.1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA PANGKAL PINANG TAHUN 2015 2 / 9 ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PELAKSNAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PDGK 4209) Oleh ..................... telah diketahui dan disahkan oleh Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok sebagai salah satu tugas akhir semester IV (Empat). Tempat : Muntok Hari : Minggu Tanggal : Mei 2015 Pembimbing Mahasiswa Sarbudiono, S.Pd ..................... NIP. 19680528 199103 1 005 NIM. ..................... 3 / 9 iii KATA PENGANTAR Alhamdullilah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini dengan baik. Melalui mata kuliah ini, penulis berlatih untuk menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari dalam kegiatan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga penulis dapat mengoreksi diri agar menjadi seorang guru yang profesional. Penyusunan laporan tugas akhir semester IV ini tentu tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya : 1.Bapak Drs. Syarif Fadillah, M.Si, selaku kepala UPBJJ UT Pangkal Pinang; 2.Bapak Hermansyah selaku pengelolah UT pangkal Pinang Pokjar Muntok; 3.Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok; 4.Bapak Mulkan selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 4 Jebus; 5.Bapak Sarmin selaku Kepala sekolah Dasar Negeri 5 Simpang Teritip; 6.Bapak Jhoni Darma Putra, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 6 Parittiga; 7.Bapak Parjana, S.Pd.SD selaku Supervisor 2 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar; 8.Kedua orang tua dan teman Mahasiswa yang telah memberi bantuan baik moral, maupun materi dan juga semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis telah bekerja dengan maksimal. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan, selanjutnya penulis berharap Laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini akan memberi manfaat bagi pembaca, dan semua pihak yang berkepentingan. Muntok, Mei 2015 Penulis, 4 / 9 iv DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ........................................................................................ iv BAB I. PENDAHULUAN......................................................................1 A.Latar Belakang ...........................................................................1 B.Deskripsi Profil Mahasiswa .............................................................2 BAB II. PELAKSANAAN PKM.......................................................................... 3 A.Manfaat Mengikuti PKM ...............................................................3 B.Tempat Pelaksanaan PKM ..............................................................3 C.Waktu Pelaksanaan PKM ...............................................................3 BAB III. ULASAN PROSES SELAMA PELAKSANAAN PKM .....................5 A.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Eksakta ........................5 B.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Non Eksakta ..................5 BAB IV. PENUTUP.............................................................................6 A.Kesimpulan ................................................................................. 6 B.Saran ......................................................................................... LAMPIRAN ............................................................................................. oLembar Kelengkapan Berkas Laporan Praktek PKM ...............................oSurat Rekomendasi Kepaka Sekolah ...................................................oSurat Kesediaan Teman Sejawat .......................................................o10 (Sepuluh) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... o3 (Tiga) APKG 1 dan APKG 2 .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Refleksi .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Observasi .......................................................oJurnal Pembimbingan .................................................................... 5 / 9 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Mengajar pada hakekatnya ialah membelajarkan siswa, dalam arti mendorong dan membimbing siswa belajar. Membelajarkan siswa mengandung maksud agar guru berupaya mengaktifkan siswa belajar. Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran guru menggunakan berbagai strategi dan media semata-mata supaya siswa belajar (Sri Anitah W, dkk, 2009:1.3). Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ketegasan di atas menjelaskan bahwa guru harus memiliki sikap keprofesionalisme yang harus dimiliki. Profesional sendiri adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) yang telah dilaksanakan, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dan untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemammpuan Mengajar (PKM) maka perlu disusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan tersebut guna dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Kegiatan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar dilaksanakan di SD Negeri 4 Jebus yang beralamat di Desa Limbung, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat. SD Negeri 4 Jebus dikepalai oleh bapak Mulkan memiliki 7 tenaga pendidik dan 2 tenaga kependidikan. Sekolah ini memiliki 6 rombel dengan jumlah siswa 108 orang yang kebanyakan merupakan penduduk setempat.