MAKALAH
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Perpajakan Dosen pengampu :
Arie Rachma Putri, SE., M.Si.
Disusun oleh :
Fossetta Ivana Chandra (202308008)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA PROGRAM STUDI D III AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
2024
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu Arie Rachma Putri, SE. M.Si.
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pengantar Perpajakan dan untuk menambah wawasan, khususnya bagi mahasiswa D3 Akuntansi Universitas Muhammadiyah Klaten mengenai Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Ibu Arie Rachma Putri, SE., M.Si.
yang telah memberikan pengajaran, serta kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya, dan kritik konstruktif dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Klaten, 03 Juni 2024
Fossetta Ivana Chandra
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan ... 2
BAB II ... 3
PEMBAHASAN ... 3
2.1 Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) ... 3
2.2 Undang-Undang yang Mengatur Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) ... 3
2.3 Subjek dan Objek Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) ... 4
2.4 Dasar Pengenaan dan Pengenaan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) ... 5
2.5 Cara Penghitungan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) ... 6
BAB III ... 7
PENUTUP ... 7
3.1 Kesimpulan... 7
3.2 Saran ... 7
DAFTAR PUSTAKA ... 8
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketentuan mengenai Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) diatur dalam UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebagaimana terakhir diubah dengan UU No. 2000.
Undang-undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007.
Pajak adalah iuran atau pungutan wajib yang dipungut oleh pemerintah dan masyarakat untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa dan dapat ditunjuk secara langsung. Namun, secara logika pajak yang dibayar masyarakat tersebut mempunyai dampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat seperti pembangunan jalan, jembatan, dan tempat umum lainnya. (Effy Efrianti, 2020)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)?
2. Apa saja Undang-Undang yang mengatur tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)?
3. Apa saja subjek dan objek dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)?
4. Bagaimana cara penghitungan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)?
2 1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
2. Untuk memahami Undang-Undang serta subjek dan objek apa saja yang terkait dengan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penghitungan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah bea yang dikenakan pada setiap pemindahan haka tau hibah wasiat atas harta tetap dan hak-hak kebendaan atas tanah yang pemindahan haknya dilakukan dengan akta.
Menurut peraturan perundang-undangan BPHTB, dijelaskan bahwa Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas tanah atau bangunan, yang selanjutnya disebut dengan pajak, sedangkan pengertian Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Hak atas tanah adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya sebagaimana dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang No. 16 tentang Rumah Susun dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lainnya. (Akbara Sanubari, 2021)
2.2 Undang-Undang yang Mengatur Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Mengenai Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) telah diatur dalan UU No. 21 Tahun 1997 dan telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2000 (selanjutnya hanya disebut dengan UU BPHTB).
Peraturan lain terkait BPHTB adalah :
1. Peraturan pemerintah Nomor 111 s.d 114 Tahun 2000
2. Keputusan Menteri Keuangan No. 561/KMK.04/2004 tentang Tata Pemberian Pengurangan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.03/2006.
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 516/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Penentuan Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Bea Perolehan
4
Hak Atas Tanah dan Bangunan sebagaimana terakhir diubah dengan PMK Nomor 14/PMK.03/2009.
2.3 Subjek dan Objek Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Subjek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan dengan kata lain adalah pihak yang menerima pengalihan hak baik itu badan maupun orang pribadi. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak.
Objek pajak BPHTB adalah perolehan ha katas tanah dan bangunan. Perolehan ha katas tanah dan bangunan adalah perbuatan (disengaja) atau peristiwa hukum (otomatis/tidak disengaja) yang mengakibatkan perolehannya hak atas tanah dan bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah objek pajak yang diperoleh :
1. Perwakilan diplomatik, konsultant berdasarkan asas perlakuan timbal balik.
2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintah dan atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum. Yaitu tanah dan bangunan yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah baik pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah dan kegiatan yang semata-mata tidak ditunjukkan untuk mencari keuntungan, misalnya : tanah dan bangunan yang digunakan untuk instalasi pemerintah, rumah sakit, dan jalan umum.
3. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain diluar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut.
4. Orang pribadi atau badan atau karena konversi gak dan perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama.
5. Objek pajak yang dieproleh orang pribadi atau badan karena wakaf. Yaitu perbuatan hukum orang pribadi atau badan yang memisahkan sebagian dari kekayaannya yang berupa hak milik tanah dan bangunan dan utuk melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau kepentingan umum tanpa imbalan apapun.
5
6. Objek pajak yang diperoleh orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
2.4 Dasar Pengenaan dan Pengenaan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Sesuai dengan pasal 5 UU BPHTB, tarif Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) merupakan tarif Tunggal sebesar 5%. Penentuan tarif Tunggal ini dimaksudkan untuk kesederhanaan dan kemudahan penghitungan. Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NJOP), yaitu :
1. Jual beli adalah harga transaksi 2. Tukar menukar adalah nilai pasar 3. Waris adalah nilai pasar
4. Pemasukan dalam Perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar
5. Pemisahan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum adalah nilai pasar
6. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai pasar
7. Pemberian hak baru atas tanah dalam pelepasan hak adalah nilai pasar 8. Penggabungan usaha adalah nilai pasar
9. Pemekaran usaha adalah nilai pasar 10. Peleburan usaha adalah nilai pasar 11. Hadiah adalah nilai pasar
12. Penunjukkan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam Risalah Lelang.
Dalam hal NPOP tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) PBB pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan BPHTB yang dipakai adalah NJOP PBB. Yang dimaksud dengan harga transaksi adalah harga yang terjadi dan telah disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam hal NJOP PBB pada tahun terjadinya perolehan belum ditetapkan, besarnya NJOP PBB ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Mengenai pengenaan BPHTB, ada beberapa kondisi Dimana seorang wajib pajak harus dikenakan BPHTB diantaranya :
6
1. Pengenaan BPHTB karena waris dan hibah wasiat BPHTB yang terutama atas perolehan hak karena waris dan hibah wasiat adalah sebesar 50% dari BPHTB yang seharusnya terutang
2. Pengenaan BPHTB karena pemberian hak pengelolaan. Besarnya BPHTB karena pemberian Hak Pengelolaan adalah sebagai berikut :
a. 0% dari BPHTB yang seharusnya terutang dalam hal penerimaan hak pengelolaan adalah Departemen, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Lembaga Pemerintahan Nasional (Perum Perumnas) b. 50% dari BPHTB yang seharusnya terutang dalam hal penerimaan hak
pengelolaan selain dimaksudkan diatas.
2.5 Cara Penghitungan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Besarnya BPHTB terutang adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) dikalikan 5%.
Penjabaran secara matematisnya adalah :
BPHTR = 5% x ( NPOP – NPOPTKP )
7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah bea yang dikenakan pada setiap pemindahan haka tau hibah wasiat atas harta tetap dan hak- hak kebendaan atas tanah yang pemindahan haknya dilakukan dengan akta.
Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak BPHTB adalah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan mengenai Wajib Pajak.
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami mengenai Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) termasuk dapat memahami subjek, objek, dasar pengenaan dan cara penghitungannya.
Dengan makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan pembaca mengenai Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
8
DAFTAR PUSTAKA
Akbara Sanubari. (2021). MAKALAH PERPAJAKAN.
https://123dok.com/document/zpnl26n4-makalah-perpajakan-perolehan-atas-tanah- bangunan-andhika-wahyudiono.html
Effy Efrianti. (2020). Makalah_BPHTB.
https://www.academia.edu/33142050/Makalah_BPHTB
Makalah BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) ~ Yuk Belajar Ilmu Ekonomi (fernandomtp.blogspot.com)