Sistem penyisipan: kearifan lokal dalam agroforestri karet 83 Laxman Joshi, Gerhard Manurung, Ratna Akiefnawati, Susilawati dan. Pengayaan jenis agroforestri karet dengan Meranti 222 Hesti Tata, Meine van Noordwijk, Saida Rasnovi dan Laxman Joshi.
SAmbUTAn bUpATI bUngo
ZULFIKAR ACHMAD
Andree Ekadinata
Cecep Kusmana
Damsir Chaniago
Deddy Irawan
Eddy Harfia Surma
Effi Permatasari
Elizabeth Linda Yuliani
Elok Mulyoutami
Endah Sulistyawati
Endri Martini
Gede Wibawa
Gerhard Manurung
Gregoire Vincent
Hasantoha Adnan
Heru Komarudin
Iman Budisetiawan
Ismal Dobesto
Kurniadi Suherman
Laxman Joshi
Mahendra Taher
Marzoni
Meine van Noordwijk
Monico Schagen
Mustafal Hadi
Neldysavrino
Novasyurahati Sukamto
Pariyanto
Ratna Akiefnawati
Rodiah
Saida Rasnovi
Soekisman Tjitrosemito
Susilawati
Umar Hasan
Trikurnianti (Yanti) Kusumanto
Yentirizal
Yuliana L. Siagian
Yurdi Yasmi
DAFTAR SIngKATAn
Izin Pengumpulan dan Penggunaan Kayu IPPK IRD Institut de Recherche pour le Developpement ITTO Organisasi Perdagangan Kayu Internasional. RLPS Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial RTRWK Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWP Rencana Tata Ruang Provinsi RTSF Rencana Teknis Perhutanan Sosial.
DARI KRISIS KE PERUBAHAN
Buku ini merupakan upaya untuk menjelaskan secara utuh bagaimana suatu daerah menerapkan kebijakan desentralisasi dan dampaknya terhadap pengelolaan sumber daya alam. Buku ini penting, terutama dalam konteks pengelolaan sumber daya alam di Indonesia, karena masih kurangnya buku yang mampu menjelaskan secara lengkap bagaimana desentralisasi bekerja dalam kehidupan sehari-hari di tingkat kabupaten.
KAbUpATen bUngo: Selayang pandang
Saidi (almarhum) sebagai Pj Bupati Muara Bungo Tebo Daerah Tingkat II berdasarkan UU No. 7/1965. Sejak itulah berdirilah Kabupaten Bungo dengan ibu kota di Muara Bungo dan dijuluki “Langkah Limbai Seayun Serentak”.
Wanatani Karet: Fondasi Ekonomi Bungo
Beberapa sektor pertambangan/penggalian potensial yang dikelola di Kabupaten Bungo antara lain batubara di Rantau Pandan (1.943 ha), Tanah Tumbuh (998 ha), Pelepat (2.573 ha), Jujuhan (100 ha) dan emas di Muara Bungo (400 ha). . Berbagai solusi ditawarkan, antara lain melalui program peremajaan karet baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bungo maupun Pemerintah Provinsi Jambi.
Hutan, Masyarakat dan Kearifan Lokal
Sementara itu, secara sosial budaya, perkebunan karet juga berperan dalam melestarikan budaya lokal sebagai wujud kearifan lokal. Selain itu, di beberapa wilayah di Rantau Pandan, masyarakat memanfaatkan tanaman karet sebagai kebun terlindung.
Hutan di Bungo dalam Tekanan Kebijakan
Hal yang menarik untuk diperhatikan adalah berbeda dengan pemerintah kabupaten lain di Provinsi Jambi14 dan kabupaten lain di Indonesia pada umumnya, Pemerintah Kabupaten Bungo tidak menerbitkan IPK di wilayahnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bungo antara lain melalui penyusunan tata ruang partisipatif, dimana kawasan yang berbatasan dengan TNKS dijadikan kawasan pembangunan berbasis konservasi, mengakui masyarakat lokal dalam berpartisipasi dalam konservasi hutan melalui Kecerdasan Peraturan Masyarakat Hukum Adat Datuk Sinaro, dan kebijakan yang mendorong efektivitas aksi kolektif dan penguatan hak milik masyarakat, seperti rekonstruksi batas hutan lindung, bantuan usaha produktif dan rehabilitasi hutan dan lahan.
Bab ini diakhiri dengan artikel Hasan dkk. pada Bagian 2.5.) yang menyoroti rencana Pemerintah Kabupaten Bungo untuk mengaktifkan kembali pemerintahan di tingkat desa adat. Namun demikian, Akiefnawati dkk., dari ICRAF (di bagian 3.4.), melihat perlunya meningkatkan produktivitas karet masyarakat melalui agroforestri karet.
POTRET SUMBERDAYA KABUPATEN BUNGO
Ilustrasi perbandingan jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dan yang terdapat pada lahan dapat dilihat pada Gambar 1. Empat jenis lahan di sekitar masyarakat (ladang, suspa muda, suspa tua dan hutan) mempunyai jenis tumbuhan yang beragam. digunakan oleh masyarakat.
Medang senduk dan meranti merah ditemukan dalam jumlah yang sangat terbatas di lahan sekitar pemukiman. Jumlah anakan (pohon yang diameter batangnya kurang dari 1 cm) dan tiang (pohon yang diameter batangnya 1-5 cm) pada lahan sekitar pemukiman sangat sedikit.
UcApAn TeRImA KASIh
Pemanfaatan sumber daya hutan di Desa Baru Pelepat Kabupaten Bungo Provinsi Jambi dan ketersediaan sumber daya pada lahan sekitar pemukiman.
Perekonomian Kabupaten Bungo sangat bergantung pada sektor perkebunan (kelapa sawit dan karet), kehutanan dan pertambangan. 6 Tahun 2000 Pertambangan Emas Rakyat (Kelas B) Kabupaten Bungo (Dicabut dan diganti dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2001) 13.
Pemberian Konsesi HPH
Menurut Sarbi dalam laporan teknis no. 4 ICDP-TNKS komponen C1 (2001) Situasi ini memicu maraknya pembalakan liar di areal PT HPH. Kawasan HPH ini terletak di empat lokasi di Kecamatan Tanah Tinggi, Pelepat, dan Rantau Pandan.
Pelepasan Kawasan Hutan untuk Perkebunan
Transmigrasi
Pada tahun 1990, jumlah transmigran meningkat menjadi 31.305 orang dan tersebar di wilayah Kuamang Kuning I-X dan Kuamang Kuning seluas kurang lebih 36.688 ha.
Perambahan Hutan dan Pembalakan Liar
Pada tahun 2002 jumlahnya bertambah lagi menjadi 39.754 orang dan sebarannya menyebar ke Jujuhan II-V, Baru Pelepat dan Rantau Pandan. Dengan demikian, program transmigrasi ini turut berkontribusi terhadap berkurangnya tutupan hutan di Kabupaten Bungo.
Pemberian Ijin Eksploitasi Hutan oleh PEMDA
Citra satelit Landsat MSS tahun 1973 menunjukkan kawasan hutan Kabupaten Bungo yang menghubungkan 3 kawasan taman nasional di Provinsi Jambi. Untuk Kabupaten Bungo, lima citra satelit Landsat digunakan untuk menganalisis dinamika tutupan lahan di Kabupaten Bungo dari tahun 1970–2002.
Deforestasi dan Ekspansi Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit
Secara keseluruhan, perkebunan monokultur (karet dan kelapa sawit) merupakan jenis tutupan lahan yang paling dominan di Kabupaten Bungo, yakni mencakup 41,4% dari total luas wilayah Kabupaten Bungo. Jika kita mengelompokkan tipe tutupan lahan di Kabupaten Bungo ke dalam tiga kelompok besar yaitu hutan, perkebunan (karet dan kelapa sawit) dan agroforestri karet, maka jika dibandingkan luas masing-masing kelompok selama kurun waktu 1973-2002 maka akan diperoleh gambaran seperti Gambar 11. didapat.
KeSImpUlAn DAn SARAn
KEARIFAN LOKAL DALAM
PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM
Sejarah Kampung Batu Kerbau bermula dengan kedatangan Datuk Sinaro Nan Putih dan rombongannya dari Kerajaan Minangkabau Pagaruyung. Hutan tradisional tersebar di dusun Batu Kerbau (388 ha), dusun Lubuk Tebat (360 ha), dusun Belukar Panjang (472 ha), manakala hutan lindung tersebar di Batu Kerbau (776 ha) dan dusun Belukar Panjang (361 ha). .
Dalam waktu sangat singkat, puluhan pabrik penggergajian kayu ilegal bermunculan di sekitar hutan desa hingga pinggiran ibu kota kabupaten. Para cukong kayu memanfaatkan momen ini untuk menawarkan jasa dan modal kepada masyarakat Desa Batu Kerbau.
AlTeRnATIF penyelAmATAn hUTAn
Ketentuan Adat tentang Hutan
Tujuan eksploitasi hutan dan sumber daya alam lainnya adalah untuk menunjang kelangsungan hidup dan keberlangsungan hidup anak cucu serta generasi mendatang. Ketentuan pelestarian sempadan sungai, pelarangan penebangan pohon tempat sarang lebah madu, penebangan pohon yang berbunga dan berbuah, penebangan pohon yang tumbuh di lereng atau daerah curam, dan menetapkan lebih banyak kawasan sebagai hutan larangan merupakan beberapa bentuk peraturan pengelolaan hutan. , diwariskan dari nenek nenek moyang masyarakat Batu Kerbau.
Pendokumentasian Aturan Adat
Berbagai fasilitas dan media tersedia bagi generasi muda di Batu Kerbau, misalnya saja media elektronik, televisi dengan menggunakan antena parabola yang lebih populer. Bahkan di kedalaman hutan sekitar desa, deru gergaji memanggil para pemuda Batu Kerbau untuk ikut bergabung.
Piagam Kesepakatan Sebagai Aturan Pengelolaan
Setelah beberapa kali musyawarah desa, masyarakat menyepakati Piagam Kesepakatan Pengelolaan Sumber Daya Alam Masyarakat Adat Batu Kerbau. Piagam tersebut menjadi landasan atau pedoman pengambilan segala keputusan mengenai pengelolaan hutan dan sumber daya alam lainnya di Batu Kerbau.
Memiliki Wilayah Kelola yang Jelas
Kepergian HPH dari Desa Batu Kerbau yang bertepatan dengan pelaksanaan reformasi, menambah semangat dan tekad masyarakat untuk kembali melestarikan sebagian kawasan hutan sebagai hutan umum dan hutan lindung. Fakta seperti ini mendorong masyarakat Batu Kerbau untuk menegaskan kembali batas wilayah pengelolaannya dengan pemetaan partisipatif.
Pemetaan Partisipatif Sebagai Penegasan Hak Kelola
Melalui kesepakatan hasil pemetaan tersebut akhirnya ditandatangani bersama sebagai bentuk kesepakatan dan pengakuan atas hasil pemetaan hutan biasa dan kawasan hutan lindung. Atas permintaan Sekda Bungo, diadakan pertemuan dan diskusi mengenai hasil pemetaan partisipatif Hutan Adat Batu Kerbau.
Kelompok Pengelola Hutan Adat Sebagai Lembaga Perwalian
Penguatan Kelompok Pengelola
DUKUngAn pARA-pIhAK
Masyarakat Sekitar
Pemerintah dan Pihak Lain
Bukan hanya perhatian kabupaten saja yang didapat dari upaya penyelamatan hutan yang dilakukan di Batu Kerbau. Penghargaan tersebut diterima langsung oleh Kepala Desa Batu Kerbau pada perayaan Hari Lingkungan Hidup di Istana Negara pada 5 Juni dari Presiden Megawati.
Sistem agroforestri karet merupakan sistem vegetasi berlapis-lapis kompleks yang umum ditemukan di Indonesia (Gouyon et al., 2000). Pada sistem agroforestri karet tradisional di Jambi terdapat dua metode peremajaan, yaitu sistem tebang dan bakar serta sistem penyisipan (Wibawa et al., 2005).
Pada sistem insert, jenis benih yang dapat dimasukkan umumnya adalah bibit karet liar (benih lokal). Para petani mencoba membandingkannya dengan bibit karet muda yang ditanam di lahan dalam ruangan dan lahan tebang-bakar.
SISTem SISIPaN SebAgAI bAgIAn DARI SISTem WAnATAnI KAReT
Sebagaimana diketahui para petani, karet jenis premium hanya bisa ditanam dengan sistem intensif dengan input dan manajemen yang tinggi. Percobaan yang dilakukan di Jambi telah membuktikan hal ini: Klon karet yang ditanam di hutan karet campuran hampir tidak tumbuh.
Klasifikasi lokal Jenis Tanah
Variasi Jenis Karet Alam
Walaupun perbedaan jenis karet sudah diketahui oleh petani, namun petani tidak perlu repot melakukan seleksi untuk memilih jenis karet mana yang lebih baik. Para petani menyatakan bahwa cukup sulit membedakan benih mana yang berwarna merah atau kuning pada tahap pencarian benih.
Jenis-jenis Pohon Non-karet dalam Wanatani Karet
1-3 tahun Kayu ringan kelatSyzygium polyanthumVeterDaMemiliki banyak persaingan dengan karet dan tanaman lainnya Airiness Macaranga conifera 2 mingguTidak tahan angin Tidak ada kayu baru, akar dangkal, daya saing rendah, tidak berbahaya bagi karet, umur pendek - sekitar 15 tahun DurianDurio zibethinus Kemungkinan Tinggi pohon dengan tajuk lebat, umur panjang - 50 tahun, perakaran lebat dan daya saing tinggi, buah dengan nilai kegunaan tinggi Petay Parkia speciosa Toleran Tupai Kanopi ringan dengan daun kecil yang cepat membusuk dan mempunyai tingkat kesuburan tinggi, sangat kompetitif, dan buah mempunyai nilai kegunaan yang tinggi Manggis Garcinia mangostana Kanopi ringan, pohon pendek Cempeda Artocarpus integerLambatToleranMungkin Buah bermanfaat, mudah terbakar NangkaArtocarpus heterophyllusToleranBuah bermanfaat.
Hama di dalam Sistem Wanatani Karet
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa lubuklarang merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat sekitar sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan sikap tersebut mereka mampu menanamkan dan mengembangkan investasi modal sosial dalam sistem pengelolaan Lubuk Larang.
Berdasarkan pemikiran di atas, rasanya penting untuk menangkap secara utuh pesan masyarakat mengenai pengelolaan kawasan terlarang. Keberadaan Lubuk Larkana akan tetap terjaga jika hutan di kawasan tersebut juga terjaga, lahan tidak terganggu, jika sumber air masih bagus dan masyarakat mengelola kawasan tersebut secara lestari.
Diawali dengan Yasinan
Ditegaskannya, ada kendala dalam pelaksanaan kegiatan pembacaan Yasinan kali ini di Lubuk Larang Batu Sawan. Hamdan, Kepala Desa Baru Pelepat, dalam sambutannya merasa bangga dan menyambut baik inisiatif pembuatan lubuklarang sebagai upaya membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan sekolah.
Membentuk Lubuk Larang
Dengan begitu, seluruh masyarakat desa akan mengetahui keberadaan dan lokasi sumur terlarang tersebut. Ketiga, lubuklarang yang dikelola oleh kelompok perempuan Yasinan9, seperti di Desa Baru Pelepat dan Batu Kerbau.
Aturan dan Sanksi
Meski demikian, masyarakat tidak melihat denda dan sanksi sosial sebagai alasan untuk tidak memancing di lubang pemancingan. Masyarakat di sini masih percaya bahwa orang yang berani menangkap ikan di kawasan terlarang akan sakit dan dirugikan.
Membuka Lubuk Larang
Pembukaan Lubuk Larkan biasanya terjadi pada musim kemarau, saat air sungai surut dan ikan lebih banyak berkumpul di kolam. Cara membuka lubang terlarang ini ada beberapa cara, yang paling umum adalah dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh masyarakat desa (dusun, anggota) kelompok.
Sistem Bagi Hasil
Yang empat artinya tiga bagian ikan yang ditangkap dijual ke kas desa atau kelompok dan satu bagian lagi untuk masyarakat yang menangkapnya. dijual untuk menggalang dana pembangunan desa (dusun, kelompok), kegiatan ini juga digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat setempat atau pihak lain yang sengaja diundang.
Pengawasan
Dampak Keberadaan Lubuk Larang
Di kawasan Tabir (Muara Kibul), wilayah Merangin, banyak dikembangkan lubuklarang yang bertujuan untuk memberikan hiburan memancing, khususnya bagi masyarakat luar desa yang diundang dan tertarik dengan kegiatan tersebut. Gambar di atas menunjukkan bahwa Lubuk Larangan di kawasan lain juga mengalami kemajuan, hanya saja sistem pengelolaannya terkadang sedikit berbeda dengan di sekitar kawasan Batang Pelepat.
Hal ini terlihat dari kegigihan mereka yang terus membangun sistem pengelolaan Lubuk Larkan yang relatif bebas dari 'campur tangan pihak berwenang'. Dengan begitu, mereka mampu menanamkan dan mengembangkan investasi modal sosial dalam sistem pengelolaan Lubuk Larang.
Pencantuman partisipasi bottom-up ini juga berlaku pada tahapan berikutnya yaitu pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pemanfaatan hasil, sehingga masyarakat merasa telah menemukan keadilan dalam pengelolaan Lubuklarang. Terdapat sejumlah sanksi (denda, sanksi sosial, sanksi magis dan sanksi agama, sampai batas tertentu sanksi hukum negara) yang ditetapkan, disosialisasikan dan ditegakkan untuk menjamin pengelolaan no-go hole on the rail yang disepakati bersama. .
DeSA bARU pelepAT
Tulisan ini mencoba menceritakan pengalaman masyarakat Desa Baru Pelepat dalam pengelolaan hutan dengan bantuan tim ACM. Lambat laun tim ACM keluar dari desa tersebut dan diharapkan desa tersebut mampu mengurus dirinya sendiri.
DInAmIKA eKonomI mASyARAKAT
Pembalakan Kayu
Abenhur juga mengatakan hal yang sama: “Tempat mencari kayu sangat jauh dari desa, dan hanya mengisi waktu luang daripada tidak bekerja sama sekali (idle).” Lokasi sawah yang jauh dari pemukiman dan biasanya dekat dengan hutan membuat perempuan takut sendirian di sawah.
Kembali ke Ladang
Namun sawah hanya dapat dibangun pada daerah tertentu yaitu rawa atau lahan datar yang masih dapat diairi. Pertama, selain menanam padi, masyarakat juga bisa menanam sayuran, hal yang tidak bisa dilakukan di sawah.
Pembagian Peran
Hal ini menyebabkan masyarakat berlomba-lomba membebaskan lahan untuk membangun ladang; dan ladangnya berkembang setiap tahun.
Usaha Lain
Anak-anak Harus Sekolah
Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan bersekolah, yang penting mau bersekolah. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk bersekolah, hanya tergantung pada keinginan dan kemauan anak untuk bersekolah.
Tingkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat
Mereka tidak lagi meminum air mentah, rajin berkonsultasi dengan tenaga medis yang ada dan menghidupkan kembali Posyandu. Dan hal itu ternyata membuat ibu dan anak menjadi lebih sehat karena makannya cukup.
Di tengah situasi ini, masyarakat diimbau untuk berobat ke tenaga medis dan mulai belajar hidup sehat. Posyandu digunakan untuk mengukur pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, serta kesehatan ibu hamil dan lansia.
Peningkatan Peran Perempuan
Aksi Kolektif
Kembali ke Nilai-nilai Lokal
Apabila ada tamu atau pejabat yang berkunjung ke desa, ikan boleh diambil dari sumur terlarang. Namun masyarakat percaya bahwa menangkap ikan secara ilegal dari kawasan terlarang akan membuat hidup mereka sengsara.
Pembuatan Hutan Adat
Karena ikan di akhir sudah membacakan Surah Yasin (bagian dari Alquran) sebanyak 40 kali.
Artikel ini menguraikan hasil analisis awal terhadap undang-undang dan peraturan yang ada, bagaimana para pihak memandang usulan untuk kembali ke sistem pemerintahan Rio, dan seperti apa struktur kelembagaan yang diusulkan. Tujuan dari penelitian yang hasilnya dipaparkan dalam makalah ini adalah untuk memperkuat institusi lokal melalui peran aksi kolektif dan mendorong proses yang terbuka dan partisipatif dalam pengambilan kebijakan, khususnya dalam penyiapan landasan hukum berupa undang-undang. peraturan daerah atau sejenisnya mengenai pelaksanaan sistem kembali ke Rio.
Dukungan juga diterima dari pemerintah provinsi dan kabupaten untuk menjadikan Bungo sebagai kabupaten percontohan dalam menghidupkan kembali tata kelola desa adat di Provinsi Jambi. Uraian ini menjelaskan proses perubahan sistem pemerintahan desa saat ini ke sistem pemerintahan Rio, tidak hanya mengenai struktur organisasi pemerintahan desa saja, namun yang lebih penting adalah bagaimana norma dan nilai adat setempat dengan nilai luhurnya ditaati. dan dilaksanakan, serta bagaimana hubungan atau interaksi antar komponen masyarakat yang keadaannya jelas berbeda dengan masa lalu dapat secara efektif mendorong tercapainya tujuan bersama.
DASAR hUKUm
Dengan demikian, konsep modal sosial menjadi penting dalam proses transformasi ini dan pengalaman di beberapa negara menunjukkan adanya keterkaitan antara modal sosial dengan potensi membangun masyarakat yang mandiri dan kuat (Anonymous, 2001). Dalam pertimbangannya, undang-undang tersebut menyatakan perlunya menyeragamkan kedudukan pemerintahan desa di seluruh wilayah dengan tetap memperhatikan keberagaman desa dan adat istiadat yang masih berlaku.
SeJARAh pemeRInTAhAnRIO 7
Meskipun Wilayah Adat Bungo terdiri dari beberapa marga, namun pemerintahan Rio tetap dipertahankan karena struktur Rio merupakan sub marga. Berpedoman pada peraturan perundang-undangan10, usulan susunan organisasi pemerintahan Rio di Kabupaten Bungo terdiri atas (1) seorang pemimpin bergelar Rio, Sekretaris Rio atau nama lain, serta beberapa kepala urusan (Kaur), yang terdiri dari seorang kepala pemerintahan, kepala Pembangunan dan kepala Urusan Umum (Gambar 16).
Syarat-syarat Pengangkatan Rio
Pengalaman di Sumatera Barat menunjukkan bahwa Sekretaris Wali Nagari yang diangkat dari pamong praja terbukti sangat efektif. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab moral kepala dusun terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.
Tugas dan Wewenang Pemerintahan Rio
Masa Jabatan Rio
Meski terdapat kebebasan dalam menentukan mandat Rio, namun diusulkan agar mandat Rio disesuaikan dengan ketentuan UU No. Dalam hal ini perlu dipikirkan beberapa aturan yang termasuk dalam peraturan daerah yang mengatur mekanisme pemberhentian seseorang dari jabatan Rio.
Sumber Keuangan Dusun
Kekhawatiran akan bangkitnya kekuasaan abadi yang cenderung otoriter dan tidak adanya kader tokoh akibat tidak diketahuinya batasan masa jabatan Rio menjadi alasan perlunya memadukan sifat kharismatik seorang pemimpin dengan persoalan batasan waktu dalam pemerintahan. kantor. Pasal 204 membatasi masa jabatan kepala desa selama enam tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan atau paling lama dua belas tahun.
Lembaga-lembaga dalam Sistem Pemerintahan Rio
Sumber pendapatan dan kekayaan desa dikelola oleh pemerintah Rio dan digunakan seluruhnya untuk kepentingan pengelolaan pemerintah Rio dan pengembangan masyarakat.
Badan Permusyawaratan Dusun (BPD)
Musyawarah Adat Dusun (MAD), Kabupaten Adat Dusun (KAD), Lembaga Adat Dusun (LAD)
Lembaga Kemasyarakatan Dusun (LKD)
Insentif Pengurus Lembaga
Penerapan sistem pemerintahan Rio harus adaptif terhadap perubahan sepanjang tidak bertentangan dengan hukum dan nilai-nilai adat yang ada. Dari segi keterbukaan, sistem pemerintahan Rio tetap terbuka terhadap berbagai perubahan sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku.
POTENSI EKONOMI BERBASIS LINGKUNGAN
Bahkan bisa menjadi sumber pendapatan utama karena hasil hutan non kayu tersedia melimpah dan belum dimanfaatkan secara maksimal untuk kebutuhan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun masyarakat luar, sehingga akan membawa manfaat bagi masyarakat Desa Baru Pelepat. . Apabila pemanfaatan hasil hutan non kayu dapat dioptimalkan maka akan banyak manfaat yang dapat diperoleh masyarakat.
Faktanya, hutan banyak menghasilkan hasil hutan non kayu seperti rotan, manau, bambu, pandan dan lain-lain yang tidak dimanfaatkan masyarakat untuk dijual. Tujuannya antara lain pemanfaatan hasil hutan bukan kayu untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat, memperoleh pengetahuan tentang cara menghasilkan hasil hutan yang tersedia, dan memenuhi keinginan masyarakat untuk kembali ke hutan.
Guna meningkatkan keterampilannya, para perempuan kemudian sepakat untuk menyusun rencana bersama dengan mengunjungi sentra kerajinan di Kerinci. Pembelajaran lainnya, melalui kelompok kerajinan ini, perempuan dapat membangun jaringan penyuluhan dan pemasaran hingga ke tingkat kecamatan dan kabupaten.
Rotan
Dari kunjungan tersebut, para ibu-ibu belajar mengolah bahan bambu menjadi produk yang bernilai jual tinggi, seperti wadah tisu, kotak kue, lampu samping tempat tidur, petromaks, dan bingkai foto. Terakhir, berkat keberhasilan yang diraih, perempuan kini mempunyai daya tawar yang cukup tinggi, sebanding dengan laki-laki, khususnya dalam pengambilan keputusan di tingkat desa.
Manau
Bambu
Pandan
Menganyam
Prinsip Menganyam
Produk Anyaman
Pemilihan Bambu
Bambu yang paling baik untuk dianyam dipanen pada musim kemarau, karena tenunnya lebih kuat dan bebas debu serta tidak keropos. Selain itu, produk tenunan akan lebih mudah rusak karena lebih mudah diserang rayap dan menjadi keropos.
Pengolahan Bahan
Masyarakat Desa Baru Pelepat memasak di luar rumah atau di samping kebun. Niat masyarakat agar terhindar dari kesulitan dalam memasak. Pengawetan secara kimia biasanya digunakan oleh masyarakat yang tinggal di perkotaan karena lebih sederhana dan ringkas.
Industri Strategis
Yang pertama adalah pengairan yang dilakukan di ruang pengairan di rumah atau di sungai selama dua hari.
Pelestarian Bahan
Pemasaran
Pelatihan
Perwakilan perempuan di Desa Baru Pelepat mencoba menyalurkan pengalamannya kepada masyarakat Sungai Telang, Kecamatan Rantau Pandan, Kabupaten Bungo. Di sana, para ibu-ibu Desa Baru Pelepat mencoba berbagi ilmu yang didapat dari berbagai pelatihan yang mereka ikuti.
Penguatan Kelompok
Wanita Sungai Telang merespon dengan baik dan mereka ingin belajar lebih serius lagi dan akan datang ke Desa Baru Pelepat untuk mempelajari berbagai ilmu tentang tenun. Saat ini masyarakat Desa Baru Pelepat sudah berani membuat produk mebel bambu, meski pemasarannya hanya terbatas di dalam dan sekitar desa.