• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belajar tentang makanan institusi

N/A
N/A
Blair Lily Noor

Academic year: 2023

Membagikan "Belajar tentang makanan institusi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini pelayanan jasa kesehatan mengalami peningkatan dan kemajuan pesat sesuai perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat. Salah satu jasa pelayanan yang cukup menonjol adalah jasa penyediaan makanan bagi masyarakat. Kegiatan jasa pelayanan ini sudah berkembang sejak abad ke 19, tetapi jangkauan dan lingkupnya mulai berkembang pesat seiring dengan kemajuan di berbagai bidang seperti iptek, pertanian, ekonomi, kesehatan dan sebagainya. Kondisi ini, ditunjang pula dengan pergeseran pola pangan masyarakat sebagai akibat perubahan gaya hidup mereka khususnya di negara-negara berkembang. Dewasa ini sebagian kelompok masyarakat memenuhi kebutuhan makanannya di luar rumah, sehingga pelayanan makanan massal merupakan tumpuan untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka dan harus tersedia segera(Anonim,2011).

Manajemen adalah Suatu kegiatan pengelolaan yang diawali dengan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.

Pangan adalah kebutuhan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or prepared form, which are part of human diet.”

Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan. Penyelenggaraan makanan institusi adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen. Dalam hal ini termasuk pencatatan, pelaporan, dan evaluasi dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diit yang tepat.

(2)

Di zaman dahulu tata laksana makanan tidak dikenal,manusia pada zaman itu memerlukan makanan hanya untuk menghilangkan rasa lapar dan mempertahankan hidup. Karena itu pengolahan dan penyajian makanan seperti sekarang tidak ada. Bahan makanan dimakan tanpa diolah, kecuali bila perlu. Misalnya bahan makanan yang berasal dari hewani, dimakan setelah dipanggang di atas bara (Maryati, 2000). Sesuai dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan, makanan kemudian dikenal sebagai kebutuhan mutlak, bukan saja untuk menghilangkan rasa lapar dan kelangsungan hidup, tetapi juga untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan badan yang pesat, baik jasmani maupun rohani.Karena itu bahan makanan dibuat dan diatur sedemikian rupa, sehingga tidak saja dapat dicerna tetapi juga dapat menimbulkan nafsu makan.Untuk maksud tersebut, kemudian mulai dilakukan penyusunan menu yang cocok untuk berbagai keperluan, pemilihan bahan makanan yang tepat dan baik, cara pengolahan dengan berbagai bumbu, kemudian cara penyajian hidangan yang menarik. Makin tinggi pengetahuan manusia, makin banyak usaha yang dilakukan dalam tata laksana makanan agar makanan menjadi lebih berguna untuk kepentingan tubuh (Maryati, 2000).

B. Rumusan Masalah

 Apa pengertian penyelenggara makanan institusi ?

 Pengertian jenis-jenis penyelenggara makananan institusi?

 Bagaimanan kebutuhan klien pada penyelenggaraan makanan institusi?

C. Tujuan

Untuk mengetahui pengertian jenis-jenis pengertian jenis-jenis institusi dan mengetahui identifikasi kebutuha klien berupa gizi, cita-rasa, social budaya dan ekonomi.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyelenggara Makanan Institusi

Penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi (Departemen Kesehatan,2003).

Penyelenggaraan makanan institusi bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat. Apabila manajemen pengelolaan gizi institusi baik maka pangan yang tersedia bagi seseorang atau sekelompok orang dapat tercukupi dengan baik pula (Setyowati, 2008).

Penyelenggaraan makanan institusi merupakan suatu rangkaian kerja yang melibatkan tenaga manusia, peralatan material, dan serta berbagai masukan lainnya. Selain itu di pengaruhi oleh aspek-aspek tradisi sosial budaya masyarakat, kemajuan teknologi, dan pemenuhan nilai biologis segolongan orang. Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, baik dilingkungan keluarga, maupun diluar lingkungan keluarga, salah satunya adalah penyelenggaraan makanan di institusi (Mukrie, 1983 dalam Utari, 2009).

Tata laksana makanan adalah cara menata atau mengatur melaksanakan pembuatan makanan sedemikian rupa, sehingga makanan menjadi kebutuhan yang sangat berarti untuk tubuh manusia. Menu disusun, bahan makanan dipilih kemudian diolah dan disajikan. Itulah antara lain kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam tata laksana makanan (Maryati, 2000).

Penyelenggaraan makanan institusi dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan keadaan gizi warganya bila institusi tersebut dapat menyediakan makanan yang memenuhi prinsip- prinsip dasar penyelenggaraan makanan institusi. Prinsip-prinsip itu antara lain menyediakan makanan yang sesuai dengan macam dan jumlah zat gizi yang diperlukan konsumen, disiapkan dengan cita rasa yang tinggi serta memenuhi syarat hygiene dan sanitasi (Mukrie dkk, 1990).

(4)

B. Jenis-Jenis Penyelenggara Makanan Institusi

 Penyelenggara Makanan Institusi Semi – Komersial

Penyelenggaraan makanan institusi yang berorientasi untuk memberikan kesejahteraan kepada konsumen dengan cara memberikan makanan yang baik dan bergizi sehingga terpelihara kesehatan yang optimal, dan mendapat bantuan dari pemerintah), hanya saja produsen mengambil sedikit keuntungan sekitar 10-25% yang digunakan untuk mengembalikan modal, perbaikan atau penggantian alat, membayar sewa, gaji pegawai sehingga konsumen membayar dengan harga murah. Sebagai contoh kafetaria mahasiswa, kantin sekolah dan lain-lain.

Menurut Moehyi (1992), Penyelenggaraan makanan institusi terdiri atas dua macam, yaitu :

 Penyelenggara Makanan Institusi Komersial

Penyelenggaran makanan institusi yang berorientasi pada keuntungan (bersifat komersial).Penyelenggaraan makanan yang bersifat komersial contohnya adalah restoran, bar, cafetaria, dan catering.

 Penyelenggara Makanan Institusi Non – Komersial

Penyelenggaraan makanan institusi yang berorientasi pelayanan (bersifat non komersial).Penyelenggaraan makanan yang bersifat non komersial biasanya terdapat dalam suatu tempat seperti asrama, rumah sakit, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, dan sekolah

(5)

C. Ciri-ciri Penyelenggara Makanan Institusi

 Ciri PMI Komersial

o Pengelola adalah masyarakat umum ataupun kadang-kadang di bawah naungan pemerintah

o Manajemen pengelolanya sudah jelas menurut kesepakatan pemiliknya.

o Penyediaan makanan, macam, frekuensinya, tidak harus kontinue.

o Konsumen heterogen dan menuntut tanggung jawab kesehatan yang lebih luas

o Makanan yang disajikan, macam, variasi, tidak terikat oleh suatu peraturan termasuk mutu gizinya, namun harus aman bagi kliennya. Walaupun demikian sebagai wahana tempat berkumpul sekelompok masyarakat, maka dianjurkan makanan yang dihidangkan merupakan gambaran/cermin makanan yang memiliki ciri khas tersendiri misalnya sumber protein hewani, sayuran, dan sebagainya

o Konsumen bebas memilih macam dan jumlah hidangannya dengan harga yang bervariasi. Pemilik tetap dianjurkan untuk menyediakan hidangan yang cukup dapat memberikan informasi bagi klienya, baik dalam bentuk fisik ataupun tulisan.

o Pelayanan dapat self service/melayani makanan sendiri, dilayani di meja, dilayani dengan kereta makanan dan cara-cara lainya yang telah ditetapkan pengelola atau pemilik lembaga tersebut

o Dipersiapkan dengan standar sanitasi yang tinggi serta pelayanan yang maksimal menurut kemampuan lembaga tersebut

 Ciri PMI Non – Komersial

o Pengelolaannya oleh atau mendapat bantuan dari Departemen Sosial atau badan- badan amal lainnya.

o Melayani sekelompok masyarakat dari usia 0-75 tahun sehingga memerlukan kecukupan gizi yang berbeda-beda

(6)

o Mempertimbangkan bentuk makanan, suka dan tidak suka anak asuh/klien menurut kondisi klien (kecukupan gizi anak, dan kecukupan gizi orang dewasa/jompo)

o Harga makanan yang disajikan sewajarnya, dan tidak mengambil keuntungan, sesuai dengan keterbatasan dana. Dana makanan terbatas disediakan

o Konsumen mendapat makanan 2-3 kali ditambah makanan selingan 1-2 kali per hari, makanan disediakan dengan cara kontinue setiap hari.

o Macam konsumen yang dilayani, macam dan jumlahnya tetap o Susunan hidangan sederhana dan variasi terbatas

Pelayanan makanan lembaga sosial ini, sebagaian besar mendapat subsidi pemerintah pusat, daerah ataupun dari yayasan-yayasan amal yang ada. Disamping itu juga dari donatur tetap dan donatur tidak tetap, keadaan ini mengakibatkan pengelolaan makanan lembaga harus dapat diperhitungkannya secara tepat sehingga tidak mengganggu kelancaraan pelaksanaannya. Karena sifatnya sosial, disamping membantu orang-orang yang diasuh, juga keterlibatan anak-anak asuh dalam pengelolaan makanan lembaga akan banyak membantu kelancaran kegiatan ini.

 Ciri PMI Semi – Komersial

Ciri penyelenggara makanan institusi komersial sama dengan PMI non-komersial yang berorientasi untuk memberikan kesejahteraan kepada konsumen dengan cara memberikan makanan yang baik dan bergizi sehingga terpelihara kesehatan yang optimal, dan mendapat bantuan dari pemerintah), hanya saja produsen mengambil sedikit keuntungan sekitar 10-25% yang digunakan untuk mengembalikan modal, perbaikan atau penggantian alat, membayar sewa, gaji pegawai sehingga konsumen membayar dengan harga murah.

(7)

D. Pola Penyelenggara Makanan Institusi

Menurut Djuarni (1998:273) yang dikuti oleh Deden (2010) mengemukakan bahwa penyelenggaraan makanan sebagai proses pengolahan makanan, mulai dari perencanaan menu, pengadaan bahan makanan dan perawatannya, persiapan dan pengolahan serta pelayanan.

 Perencanan menu

Perencanan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen pasien dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Merencanakan menu untuk suatu pelayanan makanan kepada orang banyak adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah, karena setiap orang mempunyai kebiasaan dan kesukaan makan yang saling berbeda. Oleh karena itu, susunan menu harus disesuaikan kebiasaan makan dan selera umum (Ratna, 2009)

Tahap penyusunan menu khususnya untuk sebuah penyelenggaraan makanan yang diperuntukkan bagi orang banyak sesuai dengan penjelasan soekresno (2000:76) harus memperhatikan :

a. keadaan keuangan,

b. ketersediaan bahan sesuai musim, c. usia orang yang akan makan, d. agama,

e. latar belakang kebudayaan / adat istiadat, dan lain sebagainya yang dianggap akan mempengaruhi proses penyelenggaraan makanan yang dilakukan.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1991) dalam perencanaan menu menyebutkan bahwa :

o Perencanaan suatu menu makanan hendaknya menggunakan bahan makanan yang mengandung gizi secara lengkap. Penganekaragaman selain meningkatkan mutu gizi hidangan juga mempermudah perencanaan menu makanan

(8)

o Pada waktu perencanaan menu makanan perlu pula diperhatikan katersediaan bahan makanan disamping faktor selera dan nilai gizi. Daftar padanan bahan makanan dapat digunakan untuk membantu menyusun menu makanan yang padat zat gizi

o Pada bahan makanan berisi daftar bahan makanan yang dalam kelompoknya dapat menggantukan satu sama lain karena mempumyai nilai gizi yang kurang lebih sama.

 Penghitungan Kebutuhan Bahan Makanan

Penghitungan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan penyusunan kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan. Penghitungan bahan makanan merupakan suatu langkah penting dalam upaya pengendalian harga makanan konsumen.

Cara penghitungan bahan makanan adalah mengalikan jumlah konsumen dengan standar porsi dengan memperhitungkan bagian yang tidak dapat dimakan dan dikalikan dengan jumlah hari dalam kurun waktu yang ditetapkan. Hasil akhir dari penghitungan ini dapat pula dibandingkan dengan sebelumnya sebagai pengecekan ulang. Apabila telah disepakati dalam pembelian bahan makanan, maka perhitungan ini perlu juga dinilai untuk dua sampai tiga kali putara menu, agar pesanan bahan makanan selanjutnya lancer dan cukup (Oktrizanita, 2005)

 Perencanaan Anggaran Belanja Makanan

Utari (2009) yang mengutip pedoman teknis proses penyediaan makanan dalam sistem penyelenggaraan makanan institusi (Depkes RI, 2003),bahwa prasyarat perencanaan kebutuhan bahan makanan adalah:

1.Adanya kebijakan institusi.

2.Tersedianya data peraturan pemberian makanan institusi.

3.Tersedianya data standar makanan untuk konsumen.

4.Tersedianya data standar harga bahan makanan.

5.Tersedianya siklus menu.

6.Tersedianya data jumlah konsumen yang dilayani.

 Pemesanan dan Pembelian Makanan

Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan, pencatatan dan pelapporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang

(9)

diterima sesuai dengan pesanan yang telah ditetapkan.Institusi membuat daftar pesananbahan makanan sesuai dengan menu yang akan disajikan (Moehyi, 1992).

Utari (2009) yang mengutip pedoman teknis proses penyediaan makanan dalam sistem penyelenggaraan makanan institusi (Depkes RI, 2003),prasyarat pemesanan dan pembelian bahan makanan adalah:

1. Adanya kebijakan institusi tentang pengadaan bahan makanan.

2. Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan.

3. Adanya spesifikasi bahan makanan.

4. Adanya daftar pesanan bahan makanan.

5. Tersedianya dana

 Penerimaan Bahan Makanan

Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan, pencatatan dan pelapporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan yang telah ditetapkan.Institusi membuat daftar pesanan bahan makanan sesuai dengan menu yang akan disajikan (Moehyi, 1992)

Utari (2009) yang mengutip pedoman teknis proses penyediaan makanan dalam sistem penyelenggaraan makanan institusi (Depkes RI, 2003), prasyarat penerimaan bahan makanan adalah:

1. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan jumlah bahan makanan yang akan diterima.

2. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan.

 Penyimpanan dan Penyaluran Makanan

Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpen, memlihara bahan makanan kering dan basah serta mencatat serta pelaporannya. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima harus segera dibawa ke ruangan penyimpanan, gudang atau ruangan pendingin. Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah ditimbang dan diawasi oleh bagian penyimpanan bahan makanan dibawa ke ruangan persiapan bahan makanan (Moehyi, 1992).

(10)

Utari (2009) yang mengutip pedoman teknis proses penyediaan makanan dalam sistem penyelenggaraan makanan institusi (Depkes RI, 2003), prasyarat penyimpanan bahan makanan adalah:

1. Adanya sistem penyimpanan barang.

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

3. Tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya bahan makanan

Penyaluran bahan makanan adalah tatacara mendistribusikan bahan makanan berdasarkan pemintaan harian. Tujuan daripada penyaluran bahan makanan adalah tersedianya bahan makanan yang siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan pesanan. Untuk melaksanakan kegiatan penyaluran bahan makanan ada beberapa syarat yang harus diperhatikan yaitu adanya bon permintaan bahan makanan dan tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuknya bahan makanan (Moehyi, 1992)

 Persiapan dan Pengolahan Makanan

Menyiapkan makanan meliputi kegiatan membersihkan dan menghilangkan bagian–bagian yang tidak dimakan, memotong, menghaluskan, menggiling, mencampur, membentuk serta kegiatan lainnya yang harus dikerjakan sebelum bahan makanan siap diolah. Persiapan yang sempurna terhadap bahan makanan sangat penting dan tidak hanya ditinjau dari segi gizi, tetapi juga dari segi biaya operasionalnya. Selain itu, bagian ini perlu diawasi untuk mencegah terjadinya pembuangan bahan makanan, misalnya pengupasan yang terlalu tebal

Pengolahan bahan makanan adalah merupakan suatu kegiatan memasak bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan,berkualitas dan aman dikonsumsi.Tujuan :

1. Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan 2. Meningkatkan nilai cerna

3. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan makanan

 Pendistribusian Makanan

Pendsitribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani (makanan biasa maupun khusus) (Depkes RI, 2003)

(11)

Setelah bahan makanan mengalami proses pemasakan, selanjutnya bahan makanan tersebut disalurkan untuk disampaikan kepada konsumen. System penyaluran yang digunakan sangat mempengaruhi makanan yang disajikan, tergantung pada jenis dan jumlah tenaga, perlengkapan dan peralatan yang ada.

E. Identifikasi kebutuhan Klien

 Penyelenggara Makanan Institusi Komersial Contoh kasus :

Jurnal STUDI KASUS : Black Pepper Steak Resto & Café o Gizi

Black Pepper Steak Resto & Café menyediakan banyak pilihan menu makanan dan kesegaran bahan makanan yang disajikan serta kebersihan makanan yang disajikan sesui target (Jenis kelamin : Pria dan wanita serta Usia : 17-35 tahun ).

Dari segi gizi Black Pepper Steak Resto & Café sudah sesuai dengan ciri-ciri PMI komersial yaitu akanan yang disajikan, macam, variasi, tidak terikat oleh suatu peraturan termasuk mutu gizinya, namun harus aman bagi kliennya.

Pihak manajemen sebaiknya lebih memperhatikan ketersediaan bahan pelengkap seperti saus, sambal, garam, merica di setiap meja makan serta selalu mengawasi persediaannya di setiap meja agar saat habis selalu terisi kembali. Pelayan sebaiknya selalu mengecek ketersediaan bahan pelengkap di meja makan pada saat pelayan membersihkan meja makan

o Cita-rasa

Black Pepper Steak Resto & Café memberikan cita rasa makanan dan minuman yang lezat dan hasilnya klien puas sesuai dengan Prinsip-prinsip PMI antara lain menyediakan makanan yang sesuai dengan macam dan jumlah zat gizi yang

(12)

diperlukan konsumen, disiapkan dengan cita rasa yang tinggi serta memenuhi syarat hygiene dan sanitasi

o Sosial-budaya

Tujuan mengunjungi Black Pepper Steak Resto & Café kebanyakan untuk bersosialisasi seperti acara makan, menikmati suasana café, ulang tahun kerabat, acara kantor, arisan, mencoba suasana baru,bersosialisasi/ngobrol dengan kerabat jadi Black Pepper Steak Resto & Café membuat suasana dengan suhu udara di dalam café cukup sejuk perlu tetap dipertahankan, pencahayaan di dalam café juga cukup terang sehingga perlu tetap dipertahankan karena kedua hal ini mempengaruhi kenyamanan konsumen yang berkunjung

o Ekonomi

Target pasar Black Pepper Steak Resto & Café di mana café berada tingkat ekonomi menengah dan memiliki pekerjaan pelajar/mahasiswa, pegawai swasta serta wiraswasta sehingga strategi pemasaran saat ini dimana pihak manajemen menyediakan makanan dengan harga terjangkau perlu dipertahankan.

Dari segi ekonomi Black Pepper Steak Resto & Café sudah sesuai dengan ciri-ciri PMI komersial yaitu konsumen bebas memilih macam dan jumlah hidangannya dengan harga yang bervariasi.

Karena target pasar salah satunya adalah pelajar/mahasiswa, maka sebaiknya Black Pepper Steak Resto & Café memberikan discount khusus bagi pemegang kartu pelajar/mahasiswa.

 Penyelenggara Makanan Institusi Non – Komersial Contoh kasus :

Hubungan kepuasan pelayanan makanan rumah sakit dan asupan makanan dengan perubahan status gizi pasien ( Studi di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak ) o Gizi

Tingkat kecukupan energi dan protein makanan luar RS untuk energi dengan median 4,5±6,7%, mean 6,5% dengan kisaran 0,28 – 34,5% dan Median tingkat kecukupan protein 4,42 ± 6,88%, mean 6,68% dengan kisaran 0.41- 37.28%.

(13)

Hal ini menandakan bahwa kepuasan pelayanan makanan RS sudah cukup baik karena pasien mempercayakan kebutuhan gizinya didapatkan dari makanan RS.

Daya terima pasien terhadap makanan yang disajikan dapat dilihat dari sisa makanan. Bila makanan yang disajikan dengan baik dapat dihabiskan oleh pasien berarti pelayanan gizi RS tersebut sudah tercapai (Depkes, 2001)

o Cita-rasa

Pasien yang merasa puas dengan pelayanan makanan RS, mempunyai dampak terhadap asupan makan yang tinggi dan sisa makanan yang sedikit. Menurut Lisdiana (1998) : terapi diit memegang peran penting dalam proses penyembuhan penyakit, jenis diit, penampilan dan rasa makanan yang disajikan akan berdampak pada asupan makan. Variasi makanan yang disajikan merupakan salah satu upaya untuk menghilangkan rasa bosan. Orang sakit akan merasa bosan apabila menu yang dihidangkan tidak menarik sehingga mengurangi nafsu makan. Akibatnya makanan yang dikonsumsi sedikit atau asupan zat gizi berkurang (Lisdiana, 1998)

o Sosial-budaya

Dalam jurnal ini tidak dijelaskan hubungan social-budaya dengan penyelenggara makanan institusi.

o Ekonomi

Pasien mendapat makanan dalam bentuk makanan biasa atau lunak , pasien rawat inap dengan penyakit kronis, mampu berkomunikasi, kesadaran baik, berusia ≥17 – 60 tahun, ruang perawatan wanita dan pria kelas I, II dan III, dapat berdiri sehingga dapat ditimbang dan bersedia berpartisipasi sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah pasien yang dirawat kurang dari 4 hari.

Harga makanan yang disajikan sewajarnya, dan tidak mengambil keuntungan, sesuai dengan keterbatasan dana. Dana makanan terbatas disediakan. Sesuai dengan ciri penyelenggara institusi non-komersial yaitu mempertimbangkan bentuk makanan, suka dan tidak suka anak asuh/klien menurut kondisi klien (kecukupan gizi anak, dan kecukupan gizi orang dewasa/jompo)

 Penyelenggara Makanan Institusi Semi – Komersial

(14)

PENGARUH MATA KULIAH BERBASIS GIZI PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

TATA BOGA Oleh: Ai Nurhayati,

Elly Lasmanawati, dan Cica Yulia

Dosen Jurusan PKK FPTK Universitas Pendidikan Indonesia

o Gizi

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Boga pada umumnya kadang-kadang mengkonsumsi jajanan sebagai makanan pokok,lauk pauk sumber protein hewani, lauk pauk sumber protein nabati, sayur dan buah-buahan serta kudapan. Sesuai untuk memenuhi kebutuhan klien.

BAB III PEMBAHASAN

 Kesimpulan

Penyelenggaraan makanan institusi merupakan suatu rangkaian kerja yang melibatkan tenaga manusia, peralatan material, dan serta berbagai masukan lainnya.

Selain itu di pengaruhi oleh aspek-aspek tradisi sosial budaya masyarakat, kemajuan teknologi, dan pemenuhan nilai biologis segolongan orang. Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, baik dilingkungan keluarga, maupun diluar lingkungan keluarga, salah satunya adalah penyelenggaraan makanan di institusi.

Jenis-Jenis Penyelenggara Makanan Institusi seperti : 1) Penyelenggara Makanan Institusi Semi – Komersial yaitu penyelenggaraan makanan institusi yang berorientasi untuk memberikan kesejahteraan kepada konsumen dengan cara memberikan makanan yang baik dan bergizi sehingga terpelihara kesehatan yang optimal, dan mendapat bantuan dari pemerintah), hanya saja produsen mengambil sedikit keuntungan sekitar 10- 25% yang digunakan untuk mengembalikan modal, perbaikan atau penggantian alat, membayar sewa, gaji pegawai sehingga konsumen membayar dengan harga murah.

(15)

Sebagai contoh kafetaria mahasiswa, kantin sekolah dan lain-lain. 2)Penyelenggara Makanan Institusi Komersial yaitu penyelenggaran makanan institusi yang berorientasi pada keuntungan (bersifat komersial).Penyelenggaraan makanan yang bersifat komersial contohnya adalah restoran, bar, cafetaria, dan catering dan 3)Penyelenggara Makanan Institusi Non – Komersial yaitu penyelenggaraan makanan institusi yang berorientasi pelayanan (bersifat non komersial).Penyelenggaraan makanan yang bersifat non komersial biasanya terdapat dalam suatu tempat seperti asrama, rumah sakit, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, dan sekolah.

Daftar Pustaka

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30755/4/Chapter%20II.pdf diakses tanggal 15 april 2015

http://psbtik.smkn1cms.net/multi_media/restoran/modul19/ch1/03/index.html diakses tanggal 15 april 2015

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/196710051 993022-AI_NURHAYATI/Handout_1._KPL.pdf diakses tanggal 15 april 2015

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sucirahmaw-5251-3-bab2.pdf diakses tanggal 16 april 2015

http://repository.maranatha.edu/4580/10/0323060_Journal.pdf diakses tanggal 17 april 2015 Hubungan kepuasan pelayanan makanan rumah sakit dan asupan makanan dengan perubahan status gizi pasien ( Studi di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak ).pdf diakses tanggal 17 april 2015

(16)

http://sabrinashetyeducation.blogspot.com/2013/04/pengelolaan-usaha.html diakses tanggal 17 april 2015

http://nuramauliza.blogspot.com/2014/03/perkembangan-sistem-penyelenggaraan.html diakses tanggal 17 april 2015

http://jurnal.upi.edu/file/1-ai.pdf diakses tanggal 17 april 2015

Referensi

Dokumen terkait

Arini Rahyuwati,