• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku III RPTN Taman Nasional Kayan Mentarang

N/A
N/A
Nugroho Sigit

Academic year: 2023

Membagikan "Buku III RPTN Taman Nasional Kayan Mentarang"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

Beberapa daerah adat lainnya telah mengajukan tuntutan agar seluruh atau hampir seluruh tanah adatnya dikeluarkan dari kawasan TNKM. Sebagian besar kawasan TNKM harus ditetapkan sebagai Kawasan Pemanfaatan Tradisional (TUA) agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat lokal.

Pengelolaan Tumbuhan, Satwa dan Ekosistemnya

Pemanfaatan TNKM

Sasaran utama peserta adalah masyarakat setempat, instansi pemerintah, sekolah, swasta, pegawai pemerintah dan pengunjung TNKM; Masyarakat lokal, lembaga kemasyarakatan setempat, dan Pemerintah Daerah akan mendapatkan manfaat yang besar dari program pelatihan dan studi banding, karena meningkatkan kemampuannya untuk berpartisipasi secara efektif dalam pengelolaan TNKM;

Penelitian dan Pengembangan

Ekowisata harus berbasis masyarakat, dikembangkan secara perlahan dan dikelola oleh masyarakat lokal bekerja sama dengan pengelola TNKM dan perusahaan pariwisata asing;

Perlindungan & Pengelolaan Sumber Daya TNKM

Pendekatan awal yang dilakukan terhadap masyarakat lokal adalah dimulai dengan peningkatan kesadaran dan pendidikan tentang peraturan perundang-undangan serta alasan dilakukannya konservasi, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran sukarela dan/atau terlebih dahulu dilaksanakannya undang-undang tersebut oleh lembaga adat berdasarkan Perjanjian Konservasi dan Nota Kesepahaman, sebelum dilanjutkan dengan bentuk penegakan hukum lainnya, jika diperlukan;. PHKA, KSDA dan Pemerintah Daerah harus memberikan dukungan kepada masyarakat lokal yang saat ini berinisiatif menghentikan pengambilan sumber daya alam TNKM secara ilegal oleh pihak luar.

Pengembangan Kelembagaan

Namun disarankan agar PHKA dan KSDA segera menunjuk staf seniornya sebagai petugas penghubung penuh TNKM, sehingga pelatihan bagi FoMMA dan masyarakat lokal dapat segera dimulai, sehingga mereka dapat segera menjadi bagian dari Badan Pelaksana. Mempekerjakan masyarakat sebagai staf lembaga pelaksana bila memungkinkan akan sangat membantu dalam membangun dan mempertahankan dukungan masyarakat terhadap TNKM.

Koordinasi

Pengelolaan TNKM sehari-hari menjadi tanggung jawab Badan Pelaksana (BP) TNKM yang bertanggung jawab dan diarahkan oleh DPK TNKM. Kemajuan dalam mencapai tujuan ini akan bergantung pada hasil program pelatihan pengelolaan lokasi dan perlindungan keanekaragaman hayati yang diberikan oleh PHKA, KSDA, WWFI dan lainnya untuk melengkapi pengetahuan lokal (kearifan lokal) yang sudah dimiliki FoMMA dan masyarakat lokal tentang tumbuhan dan satwa. dan ekosistem, ketersediaan pendanaan untuk FoMMA dan seberapa baik FoMMA menunjukkan tanggung jawabnya untuk melindungi lingkungan TNK dan menghormati perjanjian pengelolaan;

Pengembangan Sarana dan Infrastruktur

Pengembangan Peran Serta Masyarakat

Monitoring dan Evaluasi

Pendanaan

Jim Schweithelm memimpin lokakarya staf tentang pengembangan rencana pengelolaan dan ikut menulis serta mengedit rencana pengelolaan. Agus Sriyadi Padmo Wiyoso Infrastruktur Taman Nasional (KSDA) Infrastruktur Taman Nasional Sadar dan Edukasi Elizabeth Fox. Selain itu, para kepala adat dan masyarakat adat di 10 kawasan adat yang tanah adatnya masuk dalam Keputusan Menteri Penunjukan Kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang telah banyak memberikan informasi yang dimasukkan dalam Rencana Pengelolaan ini.

Akhirnya pengesahan Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang hanya dapat terwujud berkat kerja keras, sumbangsih, bantuan, upaya dan dukungan dari pihak-pihak berikut. Rekomendasi yang disampaikan dalam buku ini adalah memberikan dukungan terhadap tujuan taman nasional dalam hal penatausahaan, pengelolaan, penelitian, pengelolaan sumber daya hayati, wilayah adat serta pemanfaatan sumber daya, pariwisata dan penegakan hukum sebagaimana diamanatkan dalam Buku I dan II. Rencana tata ruang, sarana dan prasarana yang diuraikan dalam buku ini dirancang sesuai dengan peruntukan kawasan taman nasional yang diinginkan.

Dj-VI/1993 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Taman Nasional dimaksudkan untuk pengembangan kawasan taman nasional yang mempunyai akses masyarakat yang baik, kebutuhan wisata yang tinggi, perlunya sarana dan prasarana pengelolaan yang luas, atau bertujuan untuk mencegah ancaman bencana alam. penggunaan ilegal sumber daya taman nasional rendah. Rendahnya jumlah kunjungan ini disebabkan karena letak taman nasional yang sulit dijangkau dan mahalnya biaya untuk mencapainya, minimnya fauna dan pemandangan yang spektakuler, serta belum dipromosikan secara nasional dan internasional. Kedekatan desa-desa dengan perbatasan taman nasional memberikan peluang untuk mengembangkan pengelolaan dan infrastruktur pengunjung di desa-desa tersebut dibandingkan membangun lahan baru di dalam taman nasional.

Potensi Bentang Alam

Cara hidup semi mandiri di desa-desa ini nampaknya cukup menarik dan diminati pengunjung. Pembangunan infrastruktur pengunjung harus diarahkan secara proporsional dengan kecepatan dan volume peningkatan kunjungan dan harus memperhatikan gaya hidup masyarakat adat dan mendukung pengembangan masyarakat. Selama lanskap hutan berada di kawasan yang sulit diakses dan tidak dapat dilihat dari jalan-jalan utama atau transportasi darat lainnya, maka lanskap tersebut mempunyai kapasitas yang besar untuk menyerap pembangunan skala kecil tanpa mengurangi penampilan alaminya.

Bangunan dan pembukaan lahan harus berada di dalam hutan dan bukan pada lereng yang curam untuk memastikan bangunan tersebut tidak terlihat dari koridor lalu lintas seperti sungai. Dampak visual dari pembangunan di lanskap ini bukanlah sesuatu yang dianggap serius.

Fasilitas dan Kegiatan Pembangunan

Alternatif lokasi fasilitas pengelolaan taman nasional dijelaskan pada Analisis, Proyeksi dan Alternatif pada Buku II. Kantor pusat taman nasional yang relatif kecil harus didirikan di Malinau dengan jumlah staf administratif yang minimal agar dapat berfungsi secara efektif. Karena sulitnya mengelola seluruh taman nasional dari satu lokasi, maka porsi terbesar dana pengelolaan dan pembangunan harus dialokasikan ke Kantor Subbagian Wilayah.

Kalaupun pembangunan Kantor Subbagian Taman Nasional di Tau Lumbis tidak bisa segera dilaksanakan, namun pembangunan kantor pos lapangan harus diprioritaskan. Pada tahap pengelolaan 5 tahun ke-2, akan dibangun kantor subdivisi regional tambahan di Data Dian untuk mencakup bagian selatan taman nasional. Lalut Birai akan tetap menjadi lokasi utama penelitian ilmiah dan pendidikan sains lanjutan di Taman Nasional Kayan Mentarang.

Langkah pertama dalam perencanaan tata ruang adalah memperoleh pemahaman menyeluruh tentang lanskap taman nasional dalam hal ciri fisik dan biologis serta pemanfaatan tradisionalnya (saat ini dan sejarah). Pemahaman mengenai lanskap ini, dikombinasikan dengan tujuan pengelolaan taman nasional dan penilaian kebutuhan yang dijelaskan di bawah ini, akan memungkinkan para perencana untuk mengembangkan rencana tata ruang awal. Langkah kedua dalam perencanaan tata ruang adalah menentukan kegiatan dan fungsi apa yang harus diakomodasi di taman nasional.

Perencanaan Bentang Alam

Pemantauan pembangunan dan kegiatan pertanian di zona penyangga taman nasional juga perlu dilakukan, karena hal ini dapat mempengaruhi sumber daya di taman nasional melalui ancaman langsung atau gangguan transportasi biologis dan fisik antara taman nasional dan sekitarnya. Tujuan pengelolaan taman nasional yang dibahas dalam Buku I memberikan panduan umum, namun kebutuhan spesifik harus diidentifikasi dan ditinjau secara berkala. Proposal infrastruktur juga dapat diajukan oleh operator pariwisata atau peneliti sebagai bagian dari permohonan izin penggunaan taman nasional.

Analisis ini harus melibatkan staf taman nasional yang relevan, pakar teknis eksternal, dan masyarakat lokal yang menggunakan lahan tersebut. Dampak kumulatif yang dihasilkan dari penggunaan kawasan dalam jangka panjang atau dampak gabungan dari infrastruktur tambahan di kawasan yang sudah dikembangkan. Dalam hal jalan setapak, perhatian khusus harus diberikan pada rute jalan tersebut untuk menghindari tanah yang mudah terkikis dan daerah yang sensitif secara biologis. Bagian-bagian kawasan Taman Nasional akan dibangun di desa-desa di zona penyangga, sehingga warganya menjadi peserta penting dalam perencanaan lanskap.

Penyelenggara pariwisata dan peneliti harus didorong untuk mengajukan proposal untuk melaksanakan kegiatan dan membangun infrastruktur pendukung di taman nasional. Kembangkan dua jalur pendakian melingkar, satu di setiap sisi sungai, untuk menyediakan akses ke kawasan hutan di seberangnya dan untuk melihat satwa liar. Pembuatan jalur harus menggunakan kontur tanah saat mendaki dan melintasi hutan pada ketinggian tertentu untuk memberikan akses yang lebih mudah dan aman serta perjalanan yang lebih santai.

Perencanaan Tata Ruang

Daripada mencoba mengakomodasi seluruh kebutuhan kantor divisi taman nasional regional dalam satu rumah panjang yang besar, para pengawas sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan rumah panjang yang lebih kecil untuk menyediakan informasi, kerajinan tangan, dan ruang kerja umum bagi pegawai taman nasional. Sebagian ruang kantor departemen kawasan taman nasional akan digunakan sebagai pusat informasi dan interpretasi bagi pengunjung. Bangunan dan infrastruktur yang lebih kecil seperti rambu dan gerbang harus menggunakan ukiran kayu dan desain khas gaya Dayak.

Secara umum, bangunan yang dibangun di taman nasional tidak boleh mempunyai luas lebih dari 20 meter persegi, kecuali ada alasan yang kuat untuk melebihi luas tersebut; Minyak dan limbah beracun lainnya harus dibuang ke luar taman nasional melalui fasilitas pembuangan. Jika diperlukan lebih dari satu bangunan di suatu lokasi, bangunan tersebut harus dikelompokkan untuk meminimalkan munculnya ruang terbuang dan dampak lainnya, namun cukup berjauhan untuk menghindari pandangan yang terhalang.

Bangunan harus dirancang sedemikian rupa sehingga menjamin keamanan dan kenyamanan pengunjung dan karyawan yang akan menggunakannya. Bangunan yang dirancang untuk masa tinggal jangka panjang oleh peneliti atau pengunjung harus memiliki kenyamanan lebih dibandingkan bangunan yang dirancang untuk penggunaan musiman atau jangka pendek. Pos penjagaan atau bangunan kosong yang berisi peralatan komunikasi, kotak P3K dan ransum darurat.

Perencanaan Sirkulasi

Makalah dipresentasikan pada Konferensi Internasional Dewan Penelitian Kalimantan Kedua, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Laporan disiapkan untuk Proyek WWF Indonesia Taman Nasional Kayan Mentarang, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia. Pengelolaan hutan adat dan konservasi keanekaragaman hayati di Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur, Indonesia.

Ecology of Upper Bahau Grasslands in East Kalimantan: Traditional Ecosystem Management for Pest Management. Taban Kenyah: A Preliminary Look at the Medicinal Plants and Paradigms of the Kenyah Dayak People of Kayan Mentarang in PPKM. Paper presented at the Second Borneo Research Council International Conference, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.

Small forest products as common property resources in East Kalimantan, Indonesia.” Proceedings of the Conference on Common Property Resource Management. AMammalia of Mount Murud and the Kelabit country.@ Annals of the Magazine of Natural History. On the horns of a dilemma: Is long-term conservation of the Sumatran rhinoceros (Dicerorhinus sumatrensis) in Kalimantan, Indonesia still feasible.

Result of rapid biodiversity survey around Pua' River, Mount Lunjut and Mount Mencah in Kayan Mentarang National Park. Management plan for the herpetofauna of the Lanjak-Entimau Wildlife Reserve as a fully protected area.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret s/d Mei 2010 di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah VI Besitang dan di desa-desa yang

Di Pulau Kalimantan terdapat Taman Nasional: Betung Kerihun, Kayan Mentarang, Bukit Baka Bukit Raya, Gunung Palung, Danau Sentarum, Sebangau dan Kutai.. Sementara di

Setiap jenis primata menunjukkan sebaran yang khas melalui aktivitas hariannya. Lutung di Taman Nasional Baluran memulai aktivitas hariannya dari pukul 05.30 dari lokasi tempat

Masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser sudah berpuluh tahun memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai tanaman obat, hutan alam tempat tanaman obat terdapat

Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) merupakan salah satu TN dengan potensi jumlah pengunjung cukup besar dan sudah menerapkan tarif masuk pengunjung sesuai dengan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap pengaruh tekanan masyarakat terhadap kekayaan jenis pohon dan struktur vegetasi hutan di sebagian tempat dalam

Sasaran yang ingin dicapai adalah terbentuknya zonasi dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu yang dapat menjadi salah satu pedoman pengelolaan dan

BAGUS ARY WIBOWO. Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di Taman Nasional. Studi Kasus di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Dibimbing oleh LAILAN SYAUFINA.