• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku II RPTN Taman Nasional Kayan Mentarang

N/A
N/A
Nugroho Sigit

Academic year: 2023

Membagikan "Buku II RPTN Taman Nasional Kayan Mentarang"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

Sebagian besar kawasan TNKM sebaiknya ditetapkan sebagai Kawasan Pemanfaatan Tradisional (ZPT), sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat setempat. Satu-satunya spesies yang menunjukkan tanda-tanda tekanan perburuan berlebihan di kawasan KMKM adalah Cucak Rawa.

KEADAAN UMUM

Fisik

  • Letak dan Luas
  • Aksesibilitas
  • Hidrologi
  • Iklim
  • Geologi

Jenis tanah yang terkait dengan setiap sistem lahan di taman nasional ditunjukkan pada Tabel 2. Di bagian lain taman nasional terdapat sumber air asin yang tidak dapat diolah menjadi garam.

Aspek Biologi 1. Ekosistem

  • Flora
  • Fauna Mamalia

Survei yang dilakukan para ahli botani tidak dapat mencakup seluruh vegetasi yang ada di Taman Nasional Kayan Mentarang. Burung langka dan/atau dilindungi dalam Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) TNKM I-40 Kayan Mentarang Periode Buku II).

Tabel 4. Tipe Vegetasi Berdasarkan Pada Ketinggian dan Sistem Lahan di  Area TNKM
Tabel 4. Tipe Vegetasi Berdasarkan Pada Ketinggian dan Sistem Lahan di Area TNKM

Potensi Wisata 1. Di Dalam Kawasan

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di lima wilayah DAS Kayan dan Sesayap di dalam dan sekitar TNKM, terdapat 74 jenis ikan (Soetikno 1999; Suhudi dan Limbong 2000; Tan & . Wowor 2000), termasuk beberapa jenis yang dianggap sebagai spesies baru (Lampiran 6). Dalam survei ini diharapkan akan lebih banyak ditemukan spesies ikan dan invertebrata air baru dan apabila dilakukan survei kembali diharapkan dapat menjangkau lebih banyak tempat terpencil di bagian hulu DAS.

Rafting dan Perjalanan Dengan Menggunakan Perahu

Survei khusus terhadap kumbang tinja juga dilakukan di Lalut Birai, baik sebagai indikator keanekaragaman seluruh serangga maupun sebagai perkiraan tidak langsung kepadatan mamalia besar. Meskipun peran kumbang kotoran sebagai indikator biologis tidak terlihat dalam pengamatan transek di Lalut Birai, hal ini dapat ditunjukkan melalui data keberhasilan perburuan di kawasan tersebut (Made, data tidak dipublikasikan).

Pengamatan Satwa Liar

Informasi mengenai dampak dan pentingnya perburuan yang dilakukan oleh masyarakat adat dibahas pada subbab “Perburuan” pada bagian I-D, “Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat Adat”. Namun bagi sebagian besar wisatawan, peristiwa ini mungkin tidak menyenangkan karena mereka menyaksikan penembakan atau penikaman babi oleh manusia atau sesama pelancong atau bahkan dari perahu.

Trekking dan Pendakian

  • Di Luar Kawasan

Keberadaan tempat wisata lain di Kalimantan, Sabah dan Sarawak berpotensi mengalihkan wisatawan dari Taman Nasional Kayan Mentarang dan memberikan kombinasi paket kegiatan yang dapat menarik wisatawan yang gemar berwisata dengan beragam destinasi dan aktivitas. Dengan dikembangkannya Taman Nasional Pulong Tau yang bersebelahan dengan Taman Nasional Kayan Mentarang mampu menarik wisatawan lintas negara.

Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat 1. Kependudukan

  • Pendidikan dan Kesehatan
  • Tataguna dan Pola Penggunaan Lahan
  • Ekonomi
  • Sosial dan Budaya

Pendapatan rumah tangga dari penjualan gaharu di beberapa desa yang berbatasan dengan Taman Nasional Kayan Mentarang. Penghuni asli kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang adalah masyarakat Dayak dari golongan: Kenyah, Lundayeh, Punan, Saben, Kayan dan Tagel.

Tabel 17. Jumlah Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, Guru dan Murid di TNKM
Tabel 17. Jumlah Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, Guru dan Murid di TNKM

Pengelolaan Taman Nasional

  • Sejarah Penetapan Sebagai Taman Nasional
  • Perencanaan Taman Nasional
  • Pengelolaan Sumber Daya Alam Taman Nasional
  • Pemanfaatan Taman Nasional
  • Penelitian dan Pengembangan
  • Perlindungan dan Pengamanan Kawasan
  • Pengembangan Kelembagaan
  • Koordinasi
  • Pengembangan Sarana dan Prasarana

Proyek Kayan Mentarang WWF Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kapasitas lembaga adat di kawasan taman nasional agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam pengelolaan taman nasional. Keberadaan FoMMA dimaksudkan sebagai sarana bagi masyarakat adat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan taman nasional.

Permasalahan

PHKA pada umumnya menentang penggunaan lahan seperti itu di taman nasional berdasarkan undang-undang yang berlaku saat ini dan keprihatinan terhadap konservasi keanekaragaman hayati. Kinabalu, dan terdapat taman nasional serta kawasan lindung lainnya di Indonesia dan Asia Tenggara yang menawarkan fasilitas yang sama namun lebih mudah untuk dikunjungi.

Kebijakan Nasional dan Regional Sektor Kehutanan

Lahan juga akan dialokasikan untuk lahan hutan yang dikelola masyarakat adat bersama HPH. Juga tidak ada indikasi bahwa pemerintah akan menerima dokumentasi masyarakat adat dan pengakuan masyarakat atas wilayah adat mereka (peta; peraturan; bukti sejarah; budaya, dll.).

Kebijakan Nasional dan Regional Sehubungan dengan PHKA

Pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat lokal dengan cara dan pola yang sesuai dengan fungsi utama pelestarian alam. Hal ini berlaku pada wilayah yang memiliki sejarah pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan (dalam kondisi stabil), kepadatan penduduk rendah, sedikit pembukaan lahan pertanian atau perburuan liar, dan dimana bahaya pemanfaatan berlebihan kemungkinan besar hanya terjadi di luar wilayah tersebut (pengumpul gaharu ilegal) .

Kebijakan Pengembangan Kawasan

Pengelola kawasan serta badan perencanaan dan pembangunan provinsi dan kabupaten harus bekerja sama untuk memastikan bahwa kebijakan dan kegiatan pembangunan di kawasan sekitar Kayan Mentarang tidak memberikan dampak buruk terhadap integritas fisik taman nasional atau sumber daya hayatinya. Hasil kegiatan pemetaan masyarakat adat di kawasan taman nasional dan WWF merupakan elemen kunci dalam penyusunan rencana tata ruang daerah.

Kebijakan Pengembangan Pariwisata

Perencanaan yang hati-hati diperlukan untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerusakan seperti pembangunan jalan, pemukiman transmigrasi dan perkebunan terletak pada jarak yang aman dari taman nasional. Selain itu, peta SK Taman Nasional Kayan Mentarang lebih banyak menunjukkan keberadaan Sungai Menabur di taman nasional dibandingkan peta RTR tahun 1992 dan peta INTAG yang digunakan untuk menentukan batas HPH di kawasan tersebut.

Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional

Keputusan Menteri tahun 1996 yang mengubah status Kayan Mentarang menjadi taman nasional menetapkan kebijakan umum bahwa penggunaan lahan dan sumber daya secara tradisional diperbolehkan di dalam taman. Kebijakan pengelolaan yang sesuai dengan kondisi Taman Nasional Kayan Mentarang akan menunjuk masyarakat adat sebagai pengelola lahannya dengan tujuan terpadu untuk melindungi hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Tujuan Pengelolaan Taman Nasional

Kebijakan ini menentukan nada dan arah kebijakan spesifik yang disajikan dalam Buku I Rencana Pengelolaan ini. Seperti disebutkan di tempat lain, lembaga adat setempat mempunyai kebijakan untuk melindungi sumber daya alam, seperti menetapkan lahan tertentu untuk status perlindungan khusus, melarang metode tertentu dalam mengekstraksi sumber daya alam, dan membatasi jumlah sumber daya alam yang dapat diekstraksi.

Aspek Kebijakan Dan Pengelolaan 1. Kebijakan

  • Masalah Kelembagaan a. Nama Taman Nasional
  • Penyusunan Masalah-masalah Kawasan a. Masalah Batas Luar
  • Manfaat Taman Nasional Kayan Mentarang
  • Ancaman Terhadap Taman Nasional Kayan Mentarang
  • Perlindungan dan Penegakan Hukum
  • Informasi, Kepedulian dan Pendidikan
  • Pemantauan dan Evaluasi

Pedoman khusus pengelolaan taman nasional (Lampiran keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Taman Nasional Buru, dan Hutan Lindung yang menyatakan pemanfaatan secara tradisional diperbolehkan di dalam Kawasan Pemanfaatan dan Kawasan Rimba). Pedoman Penetapan Zonasi Taman Nasional (1995) menyatakan bahwa masyarakat lokal diperbolehkan mengambil sumber daya alam untuk kebutuhan sehari-hari.

Gambar 14. Tingkat Keikutsertaan yang berbeda dari pihak-pihak Swastadalam Pengelolaan Kawasan Lindung (Dari  Borrini-Feyerbend 1999).
Gambar 14. Tingkat Keikutsertaan yang berbeda dari pihak-pihak Swastadalam Pengelolaan Kawasan Lindung (Dari Borrini-Feyerbend 1999).

Sumber Daya Hayati dan Ekosistem

  • Habitat dan Ekosistem
  • Flora dan Fauna a. Permasalahan Umum
  • Masalah Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Flora dan Fauna Bagian A4 di dalam bab ini menggambarkan keputusan pengelolaan yang harus diambil,
  • Masalah Penelitian Biologi Konservasi Lainnya
  • Aspek-aspek Sosial, Budaya dan Antropologis
  • Pengembangan Daerah Penyangga a. Perekonomian Lokal

Dalam jangka pendek, pengelola taman nasional harus bergantung pada tren populasi seperti yang dilihat oleh masyarakat lokal. Ada sejumlah potensi pengembangan pertanian organik, seperti yang saat ini sedang dikembangkan di kawasan penyangga Taman Nasional Leuser.

ALTERNATIF

Pengelolaan dan Kebijakan 1. Perencanaan

  • Batas luar
  • Zonasi Internal

Masyarakat di Kawasan Adat Krayan Tengah menyampaikan keinginannya agar kawasan tersebut tetap berada di luar taman nasional agar masyarakat lebih leluasa. Keuntungan terbesarnya adalah terdapat peluang yang lebih besar bagi taman nasional untuk terlindungi dengan lebih baik jika didukung lebih banyak oleh masyarakat lokal.

Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Dan Ekosistem 1. Flora, Fauna dan Ekosistem

Keuntungan terbesar dari pendekatan ini adalah kombinasi keterampilan dan kepedulian masyarakat dan pengelola taman nasional. Keunggulan pendekatan ini adalah didasarkan pada kondisi aktual di dalam dan sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang.

Pemanfaatan Kawasan 1. Wisata Alam

Setidaknya terdapat potensi eksploitasi berlebihan terhadap beberapa spesies, meskipun jika metode pengelolaan tradisional diterapkan pada spesies seperti gaharu, dampaknya tidak akan terlalu besar. Namun, jika peraturan ini diterapkan, maka wilayah yang disetujui oleh masyarakat untuk dimasukkan ke dalam taman nasional akan menjadi kecil, dan banyak wilayah adat yang akan meminta atau menuntut agar seluruh tanah mereka dikeluarkan dari taman nasional.

Penelitian Dan Pengembangan

Keuntungan alternatif ini adalah mengikuti aturan umum taman nasional, dan setidaknya di atas kertas, menawarkan perlindungan lebih. Keuntungan potensial dari alternatif ini adalah dapat membantu meningkatkan penghidupan beberapa spesies dan meningkatkan pembangunan ekonomi di wilayah tersebut.

Pencegahan Dan Pengamanan

Tanggung jawab penegakan hukum harus dibagi antara PHKA dan lembaga adat setempat, berdasarkan Nota Kesepahaman. Jika penegakan hukum tampaknya diterapkan pada masyarakat dan institusi lokal, resistensi terhadap taman nasional akan meningkat dan semua taman nasional akan gagal.

Pengembangan Institusi

  • Struktur Organisasi, Tugas, Tanggung jawab dan Wewenang
  • Personil Taman Nasional Karyawan TNKM

Keuntungan dari alternatif ini adalah adanya peluang lebih besar untuk menerapkan hukum secara merata di seluruh taman nasional. Staf lokal mungkin lebih lemah dalam menangani permasalahan di taman nasional dibandingkan dengan komunitas lokal lainnya.

Koordinasi

Alternatif Model B PKA, FoMMA, PKA Pemerintah Daerah Dewan Penetapan Kebijakan TNKM Tingkat Nasional Perwakilan PKA Perwakilan FoMMA Perwakilan Kota MOU Badan Pelaksana Kepala Seksi Badan Pelaksana Konservasi Sub. Alternatif A Model PKA Tradisional Tingkat Nasional UPT Balai Unit TN (memfasilitasi pembentukan FoMMA, melatih FoMMA dan merundingkan MOU dengan FoMMA.

Pengembangan Infrastruktur

  • Pengembangan Partisipasi Masyarakat Dan Daerah Penyangga 1. Intensifikasi Program Kesejahteraan Masyarakat

Apa cara terbaik untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan juga melindungi keanekaragaman hayati taman nasional? Oleh karena itu, masyarakat lokal akan terus menerima hasil hutan non-kayu dari taman nasional.

Pemantauan Dan Evaluasi

Keuntungan dari alternatif ini adalah adanya pos penjaga hutan yang akan meningkatkan kemampuan pengelola taman nasional dalam melindungi taman nasional dari perambahan dan pemanfaatan ilegal, atau setidaknya mengetahui kapan dan di mana kegiatan tersebut dilakukan. Mendirikan pos penjagaan dengan cara yang salah pada saat sebagian besar masyarakat lokal masih curiga terhadap taman nasional mungkin akan meningkatkan rasa tidak suka dan penolakan terhadap TNK.

Anggaran

  • Batas Luar Kawasan
  • Pembagian Zona Internal

Pertukaran hutang dengan alam dan program penyerapan karbon dapat digunakan untuk memberikan kompensasi kepada masyarakat atas pembebasan lahan yang termasuk dalam kawasan taman nasional. Hal ini juga mutlak diperlukan untuk mendapatkan keputusan akhir bahwa masyarakat setempat benar-benar ingin tinggal di kawasan taman nasional.

Mengelola Keragaman Hayati dan Ekosistem 1. Ekosistem Flora dan Fauna

  • Hidrologi
  • Rehabilitasi Taman

Masyarakat lokal diperbolehkan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan dari Zona Pemanfaatan Tradisional di dalam taman nasional. Kegiatan seperti ini belum menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi atau menghentikan ekstraksi sumber daya alam dari taman nasional.

Pemanfaatan Kawasan 1. Wisata Alam

  • Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan Lingkungan

3. Hasil penelitian di taman nasional 4. Bagaimana membuat daftar, memantau dan mengelola tumbuhan dan satwa yang penting bagi taman nasional. 3. Manfaat hubungan masyarakat untuk mengurangi dampak perusahaan terhadap taman nasional dan sumbangan keuangan atau lainnya.

Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan 1. Pencegahan dan Pengelolaan Ancaman

  • Koordinasi Perlindungan Taman Nasional dan Program Konservasi Masalah 18. Bagaimana kelembagaan lokal dapat dilibatkan dalam penegakan hukum?

Pembangunan jalan tersebut justru akan memudahkan orang asing masuk ke taman nasional untuk mengambil hasil hutan. Meningkatkan pendidikan di kawasan taman nasional untuk membekali masyarakat mencari pekerjaan di tempat lain.

Pengembangan Kelembagaan

  • Kepegawaian Taman Nasional

Kenyataannya, taman nasional memerlukan lebih banyak tenaga kerja untuk pengelolaan yang ideal dibandingkan yang disarankan. Staf taman nasional sesekali bertemu dengan masyarakat untuk mendiskusikan informasi yang tercatat dalam catatan harian.

Gambar 26. Usulan Struktur Pengelolaan Bersama Untuk TNKM
Gambar 26. Usulan Struktur Pengelolaan Bersama Untuk TNKM

Koordinasi (Menteri Kehutanan, Lembaga terkait, LSM)

  • Pengembangan Partisipasi Masyarakat dan Daerah Penyangga 1. Intensifikasi Program Kesejahteraan Masyarakat
    • Program Peningkatan Kesadaran Masyarakat a. Program Penyuluhan Terpadu

Menurut laporan mereka, Balai Konservasi Long Pujungan akan mengelola seluruh kawasan taman nasional di Distrik Pujungan dan Kayan. Kantor konservasi dan pos lapangan taman nasional lainnya dapat dilengkapi dengan peralatan pemantauan cuaca dan air, peralatan pengujian, dan sebagainya.

Pemantauan dan Evaluasi

Mengenai perkembangan LSM, khususnya perkembangan dan keterlibatan FoMMA dalam pengelolaan taman nasional, dibahas pada Bagian F bab ini. Staf Taman Nasional tidak perlu mengunjungi setiap desa setiap tahun untuk melakukan kegiatan seperti ini jika sumber daya keuangan terbatas.

Pendanaan

Rencana Pengelolaan Taman Nasional Komodo yang baru-baru ini diterbitkan mengakui hal ini dengan tidak memasukkan anggaran. Ketinting Walking Walk Ketinting Walking Walk Jalan Aman Nasional (RPTN)L-327.

Tabel 31.  Matrik Alternativ-alternativ untuk Taman Nasional Kayan Mentarang. Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)V-267 Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)
Tabel 31. Matrik Alternativ-alternativ untuk Taman Nasional Kayan Mentarang. Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)V-267 Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)

Gambar

Tabel 4. Tipe Vegetasi Berdasarkan Pada Ketinggian dan Sistem Lahan di  Area TNKM
Tabel 6. Perbandingan Karakteristik Umum Hutan Sekunder Muda, Hutan Sekunder Tua dan Hutan Primer di TNKM
Tabel 7. Jenis Tumbuhan Yang dilindungi dan Terancam Punah di TNKM
Tabel 8. Status Mamalia Endemik Borneo di Taman Nasional Kayan Mentarang Catatan: I.Status KM: C=dikoleksi; S=Terlihat; V=pengenalan suara; T=tropi teramati,; R=Dilaporkan, belum dikonfirmasi II.Status IUCN/RI :  Vu=Rawan; LR=Resiko rendah, hampir terancam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tipe vegetasi yang paling banyak digunakan oleh banteng dalam beraktifitas adalah hutan

Sedangkan jenis lainnya menunjukkan adanya kemampuan untuk dapat hidup di berbagai habitat sehingga dijumpai di hutan primer, hutan sekunder, belukar dan kebun pinus walaupun

Sedangkan jenis lainnya menunjukkan adanya kemampuan untuk dapat hidup di berbagai habitat sehingga dijumpai di hutan primer, hutan sekunder, belukar dan kebun pinus walaupun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ngengat genus Lymantria pada empat tipe habitat (pemukiman masyarakat, agroforest , hutan sekunder dan hutan

Pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat (BPTU) dan Balai Taman Nasional Kayan Mentarang secara umum sudah baik, namun dalam pelaksanaan di masyarakat memerlukan

Sedangkan jenis lainnya menunjukkan adanya kemampuan untuk dapat hidup di berbagai habitat sehingga dijumpai di hutan primer, hutan sekunder, belukar dan kebun pinus walaupun

berbagai spesies pohon primer secara simultan ikut masuk. Jika demikian halnya, spesies pohon primer ini lambat laun akan menggantikan pohon-pohon hutan sekunder yang

Dibandingkan de- ngan komposisi jenis semai ladang di Lempake (Soedjito 1978), pohon di hutan bekas kebun lada yang telah ditinggalkan ± 30 tahun (Riswan 1979) dan hutan