BAB IV ALTERNATIF
A. Pengelolaan dan Kebijakan 1. Perencanaan
Masalah 1. Apakah nama Taman Nasional Kayan Mentarang mencerminkan dengan tepat geografis, wilayah dan lingkup kawasan tersebut?
Terdapat dua kemungkinan alternatif untuk menanggapi kritik yang sering dilontarkan bahwa nama Taman Nasional Kayan Mentarang kurang tepat.
Alternatif A. Melibatkan masyarakat setempat untuk mencari nama baru yang lebih tepat untuk taman nasional tersebut.
Keuntungan yang terbesar adalah, nama yang dipilih oleh masyarakat setempat akan lebih meningkatkan dukungan mereka terhadap taman nasional, terutama bagi orang- orang yang memberikan saran atau yang daerahnya tercermin dengan nyata di dalam nama tersebut. Kerugian terbesarnya adalah pergantian nama akan dapat menimbulkan kebingungan atas kawasan tersebut untuk sementara waktu sampai semua peta tercetak ulang dengan nama yang benar dan masyarakat mengetahui adanya perubahan tersebut.
Mencetak peta baru yang menggunakan nama baru akan sedikit meningkatkan biaya.
Kalau nama baru tersebut menghilangkan atau mengurangi makna dari “Kayan” atau
“Mentarang”, beberapa pihak mungkin akan menolaknya.
Alternatif B. Mempertahankan nama yang sama.
Mempertahankan nama yang sekarang berlaku mudah dilakukan, tidak akan menimbulkan kebingungan pada pengguna peta karena adanya perbedaan nama pada peta yang berbeda, dan mungkin lebih murah, karena tidak memerlukan pencetakan ulang peta yang ada dengan nama baru. Kerugian terbesarnya adalah, banyak di antara masyarakat setempat yang tidak menyukainya. Mereka berpendapat bahwa nama yang ada tidak mencerminkan secara tepat wilayah geografis atau daerah keseluruhan setiap sungai utama atau Wilayah Adat yang termasuk dalam TNKM.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) IV-158
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)
2. Batas luar
Masalah 2. Apakah tapal batas yang ada dapat menjamin perlindungan jangka panjang atas keanekaragaman hayati serta dukungan lokal terhadap taman nasional?
Alternatifnya adalah:
Alternatif A. Mengubah batas luar taman nasional untuk memberikan perlindungan jangka panjang yang lebih mantap terhadap keanekaragaman hayati yang ada di dalam taman nasional dan meningkatkan dukungan dari masyarakat setempat.
Alternatif B. Mempertahankan batas luar seperti adanya saat ini, karena batas luar yang ada sudah memberikan jaminan yang cukup untuk perlindungan jangka panjang atas keanekaragaman hayati serta dukungan lokal yang memadai terhadap TNKM.
Kedua alternatif ini mengacu kepada dua tipe dasar perubahan batas luar - penambahan lahan yang saat ini tidak berada di dalam kawasan taman nasional dan mengeluarkan lahan yang saat ini berada di dalam kawasan TNKM menurut batas luar yang resmi.
Penambahan Lahan yang saat ini tidak termasuk dalam batas resmi TNKM:
Kemungkinan penambahan pada tiga kawasan berikut ke dalam taman nasional di kemukakan dalam Bab III, Analisis dan Proyeksi:
Perluasan Kayan - Memindahkan batas dari DAS (Daerah Aliran Sungai) yang membelah antara sungai Long Pujungan dan Kayan di selatan ke tepian utara Sungai Kayan dari dekat Desa Data Dian di sebelah barat ke titik di mana Sungai Kayan membelok hampir 90 derajat ke arah selatan di sebelah timur, pada kira-kira 2 derajat 15’ LU: 116 derajat 00’ BT, dan khususnya memasukkan seluruh DAS Sungai Kat (Gambar 15). Sebagian besar lahan ini dikuasai oleh HPH, PT. Gama Mulya Raya dan PT. Giri Ekawana, dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk pengambilan hasil hutan non kayu.
Perluasan Sungai Tubu - Sebagian besar dari kawasan ini merupakan Hutan Penelitian Bulungan CIFOR, yang sebagian hutannya diusahakan oleh PT INHUTANI II, sebagian lagi Hutan Lindung, dan kemungkinan seluruhnya dihuni dan/atau dimanfaatkan oleh masyarakat adat Punan dari desa seperti Long Pada, di pinggiran Sungai Tubu, dan masyarakat di desa-desa di bagian hulu Sungai Bahau.
Krayan ke Koridor Mentarang - Menambahkan ke dalam taman nasional, lahan yang di kategorikan Hutan Lindung di sebelah timur daerah Long Bawan, di antara tepian sebelah timur Sungai Krayan sampai perbukitan di atas tepian barat Sungai Mentarang.
Keuntungan secara umum dari upaya penambahan lahan-lahan tersebut kalau berhasil adalah, kawasan yang lebih luas dengan lebih banyak jenis habitat akan dapat dilindungi, keduanya merupakan hal penting dalam pelestarian jangka panjang keanekaragaman
hayati. Kerugian secara umum adalah tata-guna lahan yang lebih rinci akan lebih mahal dan prosesnya memakan waktu yang lama.
Keuntungan secara umum dari tidak menambah lahan adalah tidak akan memerlukan tambahan waktu dan dana, keduanya dapat dicurahkan untuk melindungi lahan yang ada di dalam taman nasional. Kerugiannya adalah, kawasan yang lebih kecil dengan tipe habitat yang lebih sedikit tidak akan effektif untuk perlindungan keanekaragaman hayati jangka panjang.
Keuntungan dan kerugian yang lebih spesifik dari penambahan setiap lahan tersebut ke taman nasional adalah:
Perluasan Kayan - Memindahkan batas ke tepian utara Sungai Kayan akan meningkatkan taman nasional dengan penambahan habitat hutan dataran rendah yang sudah jarang. Keuntungan lain dari penambahan lahan ini ke dalam taman nasional adalah akan berkurangnya pengaruh “pinggiran” (“edge” effect), meningkatnya perlindungan DAS, dan membantu melindungi nilai-nilai keindahan alam lembah Sungai Kayan untuk tujuan pariwisata.
Masyarakat setempat saat ini memanfaatkan kawasan ini untuk berburu dan mengumpulkan hasil hutan. Masyarakat setempat masih ragu-ragu, apakah mereka lebih suka kalau kawasan ini dijadikan Zona Pemanfaatan Tradisional di dalam TNKM di bawah pengelolaan FoMMA, atau mereka ingin memanfaatkan sebagian besar kawasan sebagai suatu hak pengusahaan hutan masyarakat.
Tata-guna lahan juga akan dievaluasi kembali, khususnya mengenai seberapa luas lahan yang sesuai untuk pembalakan berdasarkan peraturan yang ada, dan juga apakah kawasan ini mengandung kayu komersial dalam jumlah yang pantas. Kalau analisis ini menunjukan bahwa lahan ini tidak sesuai untuk pembalakan, akan lebih mudah untuk membatalkan lahan tersebut dari HPH.
Apabila lahan tersebut ternyata sesuai untuk pembalakan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan mungkin masih bisa memutuskan untuk menjadikan lahan tersebut bagian dari taman nasional berdasarkan tingginya nilai keanekaragaman hayati. Hutan produksi di bawah hak pengusahaan hutan yang aktif dapat diserahkan untuk konservasi sebagaimana di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Sumatra. Dua program yang baru saja dimulai yaitu “Debt for Nature” atau “Carbon Sequestration”, khususnya dikembangkan oleh USAID NRM II, CIFOR dan The Nature Conservancy, merupakan sarana yang memungkinkan untuk mengambil-alih hak pengusahaan yang dipegang oleh perusahaan HPH di kawasan ini. Kalau penebangan tetap diijinkan di kawasan ini, bisa saja dibatasi hanya pada penebangan pertama dan selanjutnya kawasan tersebut menjadi bagian dari taman nasional.
Perluasan Tubu - Posisi masyarakat setempat di Wilayah Adat Tubu pada saat ini adalah, bahwa mereka tidak ingin lahan mereka berada di dalam TNKM, yang akan mempersulit penambahan lahan baru. Masyarakat Punan sangat tertarik pada kegiatan
pembangunan ekonomi, termasuk kemungkinan penambangan emas, dan mengelola wilayah adat mereka secara mandiri.
Tim CIFOR sudah menyatakan bahwa lahan tersebut terlalu curam untuk penebangan, tidak mengandung kayu dalam jumlah komersial, dan mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi (CIFOR 1998, O’Brien 1997). Salah satu laporan merekomendasikan untuk menambahkan lahan tersebut ke TNKM untuk meningkatkan jumlah hutan dataran rendah yang terancam di bawah perlindungan di Kalimantan dan mengijinkan pengembangan ekowisata di dalam ekosistem yang sumber daya hayatinya beranekaragam ini (O’Brien 1997). CIFOR sudah menunjukkan bahwa pengalihan lahan ini ke dalam TNKM mungkin bisa terjadi dalam jangka waktu yang lama, namun hal tersebut memerlukan pengkajian dan pembahasan lebih lanjut (Sayer, komunikasi pribadi). Keuntungan lain dari penambahan ini adalah hal ini akan melindungi seluruh bagian hulu Sungai Tubu. Karena bagian hulu berada di luar taman nasional, penerapan tata-guna yang buruk di bagian hulu akan mengganggu sungai yang mengalir di dalam taman nasional.
Keuntungan dari membiarkan kawasan ini di luar taman nasional adalah memudahkan pemeliharaan pengaturan lahan yang saat ini berlaku dengan pihak INHUTANI II dan CIFOR. Pemanfaatan dana hibah “Debt-for-Nature” atau “Carbon Sequestration”
untuk mendapatkan INHUTANI II dapat dimungkinkan.
Koridor Krayan - Mentarang: Keuntungan terbesar dari penambahan koridor ini ke dalam taman nasional adalah bahwa daerah ini kaya akan keanekaragaman hayati dan akan merupakan koridor habitat yang menghubungkan dua bagian utama dari taman nasional. Koridor yang ada di sepanjang perbatasan dengan Serawak mungkin terlalu sempit untuk bisa efektif. Karena daerah ini penting bagi taman nasional, maka akan sangat baik kalau taman nasional mempunyai wewenang langsung atas daerah ini.
Kalau tetap menjadi Hutan Lindung, daerah ini akan dikelola oleh instansi lain di bawah Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Komunikasi dan kerjasama antar institusi selalu menemui kesulitan untuk dilaksanakan secara efektif.
Namun demikian, menambahkan daerah ini ke dalam taman nasional akan sangat sulit dan kelanjutannya sebagai koridor habitat juga patut dipertanyakan, mengingat alasan-alasan berikut:
• Masyarakat Wilayah Adat Krayan Tengah tetap menentang dimasukannya lahan mereka ke dalam taman nasional. Masih belum jelas pula apakah jaminan PHKA atas pengelolaan TNKM oleh FoMMA serta pemanfaatan taman nasional secara berkelanjutan oleh masyarakat adat di dalam pengambilan sumber daya alam untuk keperluan sehari-hari dan untuk mendapatkan penghasilan akan mengubah keputusan mereka.
• Kabupaten Malinau yang baru dibentuk, yang berwenang atas Hutan Lindung, mungkin akan menginginkan agar daerah tersebut tetap berada di bawah wewenangnya.
• Masyarakat di Wilayah Adat Krayan Tengah menyatakan keinginannya agar daerah tersebut tetap berada di luar taman nasional agar masyarakat lebih bebas untuk
IV-161 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)
memanfaatkan lahan seperti yang diinginkan oleh masyarakat sendiri. Namun demikian, masyarakat tidak mengetahui sepenuhnya bahwa pemanfaatan atas Hutan Lindung juga dibatasi oleh peraturan dan undang-undang. Masyarakat juga menyampaikan kemungkinan bahwa mereka mungkin akan mempertimbangkan menambahkan lahannya ke dalam taman nasional bila masyarakat mendapatkan jaminan yang memuaskan dari Pemerintah bahwa masyarakat setempat mempunyai wewenang untuk mengelola dan mengendalikan daerah tersebut.
• Daerah ini mungkin akan dilewati oleh jalan yang akan dibangun dari Malinau ke Long Bawan pada masa mendatang. Selain itu dengan kondisi Sungai Kayan Hulu yang lebar dengan kecepatan arus yang tinggi, menjadikan daerah ini sulit untuk dipelihara sebagai koridor yang efektif bagi beberapa jenis.
Mengeluarkan Lahan yang saat ini berada di dalam batas resmi TNKM
Pada bulan Maret 1997, Dirjen Kehutanan dan Perkebunan setuju untuk menunggu hasil pemetaan partisipatif masyarakat dan permintaan dari masyarakat untuk mengeluarkan lahan dari TNKM. Pemetaan partisipatif masyarakat sudah diselesaikan dan rekomendasi yang diperoleh dari masyarakat adalah sebagai berikut:
Wilayah Adat Apo Kayan, Long Pujungan, Mentarang dan Lumbis:
Masyarakat dari Wilayah Adat tersebut sudah meminta perubahan yang relatif kecil pada batas TNKM. Masyarakat hanya meminta agar lahan-lahan yang dimanfaatkan secara intensif seperti lahan di dalam desa, lahan pertanian (termasuk ladang dan bekas ladang) dan hutan yang digunakan sehari-hari di sekitar desa dikeluarkan dari TNKM dan disediakan untuk keperluan ekonomi pada saat sekarang dan masa yang akan datang.
Keuntungan terbesar dari menyetujui permintaan tersebut adalah bahwa masyarakat setempat akan melihat PHKA sebagai instansi yang bijak dan adil di dalam mengatasi kebutuhan dan aspirasi mereka. Oleh karena itu, dukungan masyarakat kepada taman nasional akan meningkat. Karena lahan-lahan tersebut digunakan secara intensif, nilai konservasi keanekaragaman hayatinya rendah. Namun demikian, konversi atas lahan yang saat ini digunakan sebagai ladang gilir balik menjadi lahan pertanian permanen atau perkebunan mungkin akan mengurangi populasi beberapa jenis. Tidak akan ada biaya untuk menyetujui permintaan ini.
Di wilayah Adat Hulu Bahau, beberapa kelompok masyarakat Saben telah menyatakan minat untuk bermukim kembali di wilayah tradisional mereka di bagian barat dan selatan desa Apau Ping dan mengeluarkan lahan dari TNKM. Meskipun demikian pada akhir tahun 2000, minat untuk bermukim kembali tampak berkurang.
Wilayah Adat Punan Tubu, Krayan Hulu, Krayan Hilir, Krayan Tengah dan Krayan Darat:
Masyarakat Punan Tubu dan Wilayah Adat Krayan Tengah meminta agar seluruh lahan mereka dikeluarkan dari TNKM untuk keperluan ekonomi pada saat ini dan masa mendatang,
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) IV-162
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)
sedangkan masyarakat Krayan Hulu, Krayan Darat dan Krayan Hilir meminta agar hampir semua lahan mereka dikeluarkan dengan alasan yang sama.
Keuntungan dari menyetujui permintaan tersebut adalah bawa PHKA tidak perlu lagi mengeluarkan banyak waktu dan dana dalam upaya mempertahankan sebagian kecil dari lahan-lahan tersebut di dalam TNKM. Akan lebih mudah untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat. Kerugiannya adalah bahwa upaya pelestarian keanekaragaman hayati jangka panjang akan terganggu karena habitat yang terpisah-pisah dan dalam ukuran yang lebih kecil. Taman nasional akan terbagi dua, dengan bagian utara mempunyai luasan sekitar 85.000 hektar dan bagian selatan yang lebih luas. Dua habitat akan hilang dari TNKM.
Masalah yang berkaitan adalah, kebanyakan, kalau tidak sebagian besar, masyarakat yang wilayah adatnya masuk di dalam TNKM sudah menyatakan mereka ingin tetap punya hak untuk mengubah pikiran di masa mendatang tentang lahan mana yang diinginkan oleh masyarakat untuk berada di dalam maupun di luar taman nasional. Bila masyarakat dipaksa untuk memilih agar lahan yang mereka inginkan tetap berada di dalam taman nasional selamanya, beberapa di antaranya mungkin akan meminta atau bahkan menuntut agar sebagian besar atau seluruh wilayah adatnya dikeluarkan saja dari taman nasional. Di beberapa negara lain, pemerintah memecahkan masalah ini dengan jalan menanda-tangani persetujuan jangka panjang dengan masyarakat setempat, misalnya selama 100 tahun, untuk menjaga agar lahan tetap berada di dalam taman nasional. Pada akhir dari persetujuan tersebut, masyarakat setempat dan pemerintah akan merundingkan kembali persetujuan yang baru.
Kerugian terbesar dari persetujuan jangka panjang adalah biaya, waktu dan resiko kehilangan lebih banyak lahan pada saat berakhirnya masa persetujuan dan persetujuan baru harus dirundingkan kembali. Keuntungan terbesarnya adalah adanya peluang yang lebih besar bahwa taman nasional akan lebih terlindungi dengan meningkatnya dukungan dari masyarakat setempat. Ada pula periode yang panjang dimana masyarakat setempat dan pemerintah daerah mungkin akan membina pemahaman atas berbagai keuntungan dari taman nasional dan meningkatkan dukungannya kepada TNKM. Ada pula waktu yang banyak bagi pemerintah pusat dan daerah untuk menggalang dana guna mengembangkan dan mengelola taman nasional dengan cara yang dapat meningkatkan dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan. Sejalan dengan pengembangan seluruh Kalimantan di masa mendatang, keuntungan nyata serta pentingnya TNKM akan meningkat.
3. Zonasi Internal
Masalah 3. Jenis-jenis zona apakah yang sesuai untuk TNKM pada permulaan fase pelaksanaan rencana pengelolaan 25 tahun?
Alternatif dasarnya adalah:
Alternatif A. Pertama, membentuk Zona Inti, Zona Pemanfaatan dan Zona Pemanfaatan Tradisional, kemudian ditambah dengan zona-zona lain bilamana diperlukan di masa depan.
Keuntungan terbesar dari Alternatif A adalah sistem zonasi di taman nasional mengacu sepenuhnya kepada sistem zonasi dasar normal dari Taman Nasional Indonesia. Beberapa pengelola taman nasional mungkin akan mempertimbangkan juga bahwa tidak adanya Zona Rimba sebagai “penyangga” di antara Zona Pemanfaatan Tradisional dan Zona Inti merupakan kerugian lain.
Alternatif B. Mulai dengan Zona Pemanfaatan Tradisional dan Zona Inti, kemudian ditambah dengan zona-zona lain bilamana diperlukan di masa depan.
Keuntungan terbesarnya adalah, zonasi sederhana dan mudah dipahami, menyederhanakan pengelolaan awal ketika karyawan dan dananya masih terbatas, dan zona-zona itulah yang benar-benar diperlukan di dalam taman nasional pada saat ini. Pengelolaan taman serta infrastruktur wisata mungkin akan terbatas pada tahap-tahap awal rencana pengelolaan, dan apa yang dibangun dapat dilakukan di desa-desa atau Zona Pemanfaatan Tradisional. Kerugian terbesarnya adalah TNKM tidak sepenuhnya mengikuti sistem zonasi yang resmi. Beberapa pengelola taman nasional mungkin juga akan merasa khawatir karena tidak adanya zona rimba sebagai “penyangga” antara zona pemanfaatan tradisional dan zona inti.
Masalah 4. Sejauh mana penekanan awal seharusnya diberikan dengan adanya Zona Inti yang luas?
Taman nasional di Indonesia sering mempunyai Zona Inti yang luas. Sebagai contoh, Taman Nasional Betung Kerihun hampir 50% dari wilayahnya berada di Zona Inti. Sudah disinggung dalam bab Analisis dan Proyeksi bahwa masyarakat setempat lebih menyukai Zona Inti yang lebih kecil.
Alternatif dasarnya adalah:
Alternatif A. Menerima luas total Zona Inti yang kecil pada awalnya, dan bekerja dengan masyarakat untuk menambah lebih banyak zona-zona di masa mendatang, bilamana diperlukan.
Keuntungan paling besar dari alternatif ini adalah bahwa ini adalah satu-satunya alternatif yang bisa diterima oleh masyarakat setempat saat ini, dan oleh karenanya dapat meningkatkan dukungan mereka terhadap taman nasional.
Kemungkinan kerugiannya adalah resiko kecil karena hanya mempunyai daerah perlindungan formal yang lebih kecil untuk beberapa jenis atau habitat, walaupun sudah terlihat bahwa hampir seluruh bagian taman sudah dimodifikasi oleh masyarakat selama penghuniannya paling kurang 350 tahun.
Alternatif B. Membentuk Zona Inti yang besar secepatnya.
Keuntungan terbesar dari adanya Zona Inti yang besar sejak awal adalah akan terlihat di atas kertas tersedianya perlindungan jangka panjang yang lebih baik bagi keanekaragaman
hayati di dalam taman nasional. Kerugian terbesarnya adalah bahwa perlindungan yang dijanjikan mungkin tidak terlaksana karena tidaklah mungkin untuk memaksakan Zona Inti dalam beberapa tahun mendatang sementara masyarakat setempat sepertinya tidak akan mnghiraukan zona tersebut. Pembuatan Zona Inti yang besar secepatnya akan meningkatkan penolakan lokal terhadap taman nasional dan mengakibatkan kegagalan, sehingga menempatkan jenis-jenis dan habitat dalam bahaya yang lebih besar dari pada yang dihadapi pada Alternatif A.
B. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Dan Ekosistem