BAB IV ALTERNATIF
E. Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan 1. Pencegahan dan Pengelolaan Ancaman
dan pemeliharaan koridor habitat. Pekerjaan ini akan penting bagi taman nasional kalau keinginan dari beberapa kelompok masyarakat untuk menghuni kembali beberapa desa yang sudah ditinggalkan bisa tercapai dan enclave bisa diciptakan, yang menambah pemisahan habitat.
Pengelola taman harus bekerja sama dengan Bappeda kabupaten dan propinsi untuk memelihara koridor habitat antara TNKM dan habitat di luar batasnya. Daerah kunci adalah Hutan Lindung, daerah Sebuku-Sembakung (terutama daerah apapun yang pada akhirnya dijadikan hutan lindung, cagar alam, atau taman nasional), dan bagian-bagian lain di Kalimantan Timur dan propinsi lain yang sudah direkomendasikan pada masa lalu sebagai kawasan konservasi keragaman hayati berprioritas tinggi, seperti Ulu Kayan, Ulan Kayan dan Apo Kayan (Gambar 25).
Keterlibatan Masyarakat Setempat dalam Penelitian
Disamping pengelola taman dan ilmuwan, masyarakat setempat sebaiknya juga dilibatkan di dalam merencanakan, melaksanakan dan interpretasi penelitian. Dengan menggunakan pengetahuan ekologi mereka akan meningkatkan hasil dan mengurangi biaya.
Satu aspek di mana mereka mungkin akan memberikan sumbangan adalah menggunakan sistem tradisional masyarakat untuk mengelompokkan vegetasi hutan untuk menentukan jenis dan lokasi tipe-tipe sub-vegetasi di dalam kategori utama vegetasi yaitu hutan dataran rendah, bukit, pegunungan rendah dan pegunungan tinggi. Sebagai contoh adalah Eugeissona utilis, atau palem sagu, yang tumbuh di daerah aliran sungai (DAS) Sungai Lurah. Prosedur yang paling sederhana adalah mengidentifikasi kategori vegetasi lokal bersama masyarakat, mengidentifikasi lokasi dari kategori ini pada peta dasar, dan sampel struktur vegetasi dan keragaman flora pada kategori yang berbeda. Pengambilan titik GPS di daerah yang berbeda juga akan memungkinkan untuk menentukan bagaimana kategori yang berbeda muncul pada citra penginderaan jarak jauh yang akan dapat digunakan untuk pengembangan lebih jauh dan memastikan lokasi kategori vegetasi lokal yang berbeda di seluruh kawasan.
Demikian juga, apabila inventarisasi keragaman hayati lebih lanjut dilaksanakan, informan lokal yang membantu harus ditanya mengenai klasifikasi lokal atas habitat yang dijumpai.
Topik yang berkaitan adalah menindak-lanjuti informasi pendahuluan yang sudah diberikan oleh masyarakat setempat tentang distribusi jenis yang jarang, terancam, dan/atau umum diambil. Masyarakat setempat sudah menyusun peta yang menunjukkan tempat banyak jenis terancam dan dilindungi dapat dijumpai dengan mudah di wilayah desa mereka.
Pembahasan lebih lanjut dengan masyarakat setempat tentang mengapa jenis-jenis tersebut menyukai habitatnya, juga survei di daerah tersebut akan membantu menjawab pertanyaan tentang mikro-habitat dan memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai kebutuhan habitat dan kesukaan dari banyak jenis.
Masyarakat dan lembaga setempat perlu selalu mendapatkan informasi tentang hasil- hasil penelitian biologi sebagai bagian dari proses pengelolaan bersama. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk ikut serta secara lebih efektif dalam pembuatan keputusan mengenai pengelolaan fauna dan flora, dan juga meningkatkan penerimaan masyarakat atas keputusan-keputusan pengelolaan. Keuntungan tambahannya adalah berkurangnya kecurigaan bahwa orang-orang atau lembaga yang melakukan penelitian menjadi kaya dari “pencurian” tumbuhan dan satwa yang bernilai ekonomi tinggi.
Sebelum memulai penelitian di suatu daerah, peneliti harus menjelaskan tujuan penelitian kepada masyarakat di daerah tersebut. Pemberian laporan pendahuluan sesudah penelitian selesai juga harus dilakukan, demikian pula dengan penyerahan laporan akhir.
Anggota karyawan peningkatan kesadaran dan pendidikan dari taman national perlu menterjemahkan hasil penelitian ke dalam bentuk yang sesuai untuk masyarakat setempat.
Masalah 14. Apakah penangkaran dan penanaman merupakan kegiatan prioritas tinggi?.
Alternatif A. Tidak terlalu menekankan kegiatan ini pada awalnya, dan lebih berkonsentrasi pada penelitian dan pengelolaan yang berdasarkan keadaan lapangan (“field-based”).
Alternatif B. Memberikan penekanan awal yang tinggi pada penangkaran dan penanaman.
Alternatif A direkomendasikan, secara umum. Namun demikian, pengelola taman dapat mencoba mencari peneliti yang memiliki dana sendiri untuk bekerja di bidang tersebut.
Penangkaran Cucak Rawa di dalam kandang sebaiknya dijadikan prioritas tertinggi.
E. Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan
V-223 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)
lebih murah di bandingkan dengan hanya mengambil tindakan terhadap masalah, namun pencegahan tidak selalu berhasil.
Kegiatan khusus yang dianjurkan untuk menangani potensi ancaman yang berbeda adalah:
Penebangan
Mengingat pentingnya taman nasional, maka perusahaan penebangan yang beroperasi di sekitarnya, seharusnya dijadikan sasaran utama dalam pemberian pelatihan lanjutan dalam melaksanakan metode tebang pilih (seperti program “Reduced Impact Logging” yang sedang dikembangkan oleh CIFOR di daerah Malinau). Kehadiran perusahaan penebangan dalam program ini dan penerapan penuh metode tersebut harus diwajibkan. HPH juga harus menjadi prioritas utama dalam melaksanakan pemantauan dan pengkajian untuk memastikan pelaksanaan secara penuh. Telapak dan PLASMA adalah dua LSM yang telah memulai suatu program untuk memantau perusahaan penebangan di Kalimantan Timur, dan mereka dapat bekerjasama dengan masyarakat setempat untuk mendukung kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh petugas Departemen Kehutanan.
Usaha penebangan milik koperasi masyarakat harus dibekali dengan pelatihan dan perencanaan tata-guna lahan untuk meminimalkan dampak negatif dan memperbesar pemasukan ekonomi. Kegiatan penebangan dari koperasi masyarakat ini harus pula di pantau.
Potensi Ancaman dari Malaysia
Kurang lebih 50% dari daerah penyangga TNKM berada di negara lain, oleh karena batas bagian utara dan barat taman nasional bersebelahan dengan batas negara bagian Malaysia yaitu Sabah dan Serawak Jelas ini menimbulkan masalah dan tantangan khusus dalam pengelolaan daerah penyangga. Meskipun pengelola kawasan atau pemerintah Indonesia tidak dapat mengontrol kejadian yang terjadi di daerah Malaysia tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kerjasama dan memperkecil masalah dan konflik seperti:
• Menyajikan masalah-masalah pengelolaan kawasan untuk didiskusikan dalam pertemuan yang diadakan oleh badan perencanaan pemerintah daerah Sabah, Serawak dan Kalimantan. Tujuannya adalah supaya para perencana Malaysia mempertimbangkan TNKM ketika mereka merancang pembangunan ekonomi, konservasi alam serta rencana tata ruang wilayahnya.
• Pembuatan “Sister Park” antara TNKM dengan Taman Nasional Pulung Tau di Serawak dan Ulu Padas di Sabah bila kawasan ini ditunjuk sebagai kawasan lindung.
• Kontak secara teratur, kunjungan dan kerjasama antara PKA dengan lembaga mitra di Serawak dan Sabah.
• Memantau perusahaan penebangan Malaysia yang beroperasi di kawasan perbatasan.
Ada sejumlah perusahaan penebangan Malaysia yang beroperasi sampai di kawasan perbatasan TNKM. Meskipun ada laporan bahwa perusahaan tersebut memasuki taman
V-224
nasional untuk menebang pohon, hampir semua penebangan ilegal semacam ini terjadi di bagian timur taman nasional sepanjang perbatasan dengan Sabah. Batas taman nasional bagian barat dan utara berupa DAS diantara sungai-sungai di Indonesia dan Malaysia.
Medan yang curam di bagian hulu DAS ini akan menyulitkan dan mahal bagi perusahaan penebangan untuk masuk ke taman nasional dengan membangun jalan, pemakaian helikopter juga mahal. Sebuah survei udara pada bulan Oktober 1999 di sepanjang perbatasan dengan Serawak dari Kecamatan Krayan ke wilayah Apo Kayan tidak menemukan tanda-tanda penebangan liar dari Malaysia.
Sejumlah alternatif sudah diusulkan untuk mencegah perusahaan penebangan Malaysia memasuki TNKM. Hal ini termasuk rencana pembangunan jalan sepanjang ratusan kilometer di perbatasan antara TNKM dan Sabah dan Serawak, atau pembangunan pos patroli dilengkapi dengan helipad pada interval tertentu di sepanjang perbatasan. Kedua pilihan ini tidak praktis. Panjangnya perbatasan dan medan yang berbukit-bukit menyebabkan membangun jalan menjadi tidak ekonomis dan tidak praktis dari segi lingkungan. Pembangunan jalan malah akan memudahkan orang luar masuk ke taman nasional untuk mengambil hasil hutan. Membangun pos patroli dan pengadaan helipad juga akan merupakan upaya besar dan mahal, demikian juga upaya untuk mensuplai pos- pos tersebut. Berdasarkan pengalaman dari beberapa taman nasional, penempatan petugas yang dibayar murah dan merasa bosan akan menimbulkan kegiatan perusakan seperti perburuan liar atau menjadi perantara perdagangan hasil hutan.
Alternatif yang paling praktis adalah dengan melakukan survei udara secara teratur di perbatasan menggunakan pesawat terbang pemerintah dengan tim terdiri dari PKA, penegak hukum dan/atau anggota militer. Kalau pesawat terbang pemerintah tidak tersedia, menyewa pesawat “Missionary Aviation Fellowship (MAF)” yang relatif murah juga bisa dilakukan. Penerbangan ini dapat dilakukan dua kali setahun. Kalau terlihat adanya penebangan liar, penegak hukum dan/atau tentara dapat dikirim ke daerah tersebut dengan helikopter atau melalui sungai dan jalan kaki sementara Pemerintah Indonesia melaporkannya kepada Pemerintah Malaysia.
Pertambangan
Karena harga emas masih relatif murah, penting untuk mencoba membatalkan ijin eksplorasi mineral setidaknya pada lahan di dalam taman nasional, dan mungkin pula di daerah penyangga. Kalau upaya ini tidak berhasil, pengelola taman, LSM konservasi, dan masyarakat setempat yang mendukung taman nasional dan yang khawatir akan kerusakan pada lahannya harus berjuang untuk menghentikan setiap pengembangan pertambangan di dalam taman nasional. Untuk penambangan di daerah penyangga, tujuannya adalah bekerja dengan perusahaan penambang untuk mengurangi kerusakan lingkungan.
Kebakaran hutan
Walaupun kebakaran hutan belum merupakan masalah bagi TNKM, namun masalah ini berpotensi terjadi di masa mendatang. Rekomendasi untuk menghadapi ancaman ini adalah:
V-226 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)
• Menegakkan peraturan dan praktek lembaga adat yang biasanya menjaga api peladangan gilir balik agar tetap terkendali.
• Karyawan taman dan masyarakat setempat memantau api yang digunakan oleh perusahaan dan pendatang untuk membersihkan lahan di luar taman nasional.
• Melakukan survei udara selama musim kering untuk mendeteksi kebakaran secepatnya. Penerbangan ini dapat dilakukan bersama dengan survei perambahan atau masalah lain di dalam kawasan, seperti perambahan dari perusahaan penebangan.
• Mengusulkan kepada Proyek IFFM untuk melatih dan membekali masyarakat sekitar taman nasional mengenai pemadaman kebakaran, serta melaksanakan promosi peningkatan kesadaran dan pendidikan pencegahan kebakaran.
• Mengusulkan kepada pusat koordinasi keadaan darurat propinsi untuk memprioritaskan Kayan Mentarang dalam upaya pemadaman kebakaran.
• Mengusulkan kepada pemerintah daerah propinsi dan kabupaten untuk melarang pembukaan hutan kurang dari lima kilometer dari taman nasional sebagai bagian dari Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) daerah.
Hama dan Penyakit
Ada potensi penularan penyakit dari satwa ternak ke satwa liar, seperti dari Lembu ke Banteng, Babi ke Babi Hutan, dan Ayam ke Ayam Hutan. Pengelola kawasan harus bekerja sama dengan erat dengan petugas pertanian untuk menseleksi usulan introduksi varitas baru dari jenis-jenis tersebut. Topik ini bisa dimasukkan ke dalam promosi pendidikan dengan sasaran orang-orang yang membawa masuk jenis-jenis satwa tersebut. Juga penting untuk mengembangkan layanan kedokteran hewan di daerah sekitar TNKM.
Polusi
Tidak seperti beberapa taman nasional di Indonesia, Taman Nasional Kayan Mentarang tidak terletak di hilir industri, penambanngan, perkebunan atau daerah perkotaan yang besar, sehingga bebas dari sumber pencemaran air, setidaknya sampai saat ini. Satu-satunya polutan yang ada di perairan sekitar Kayan Mentarang adalah kotoran manusia. Sejalan dengan pertumbuhan populasi, penting bagi perorangan, masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkan sistem sanitasi yang memadai. Apalagi mengingat administrasi taman dan fasilitas pariwisata akan berkembang dalam 25 tahun mendatang. Pos lapangan mungkin dapat membantu dengan mengadakan “pengujian lapangan” rancangan pengomposan yang berbeda atau tipe toilet sederhana yang aman lingkungan.
Salah satu alasan untuk meniadakan perkebunan di zona penyangga taman nasional adalah mereka akan menggunakan sejumlah besar herbisida, pestisida dan bahan kimia pertanian lainnya. Ini merupakan kekhawatiran taman nasional, karena beberapa daerah aliran sungai melalui kawasan taman nasional dan daerah penyangga. Perencanaan pengembangan yang buruk untuk daerah penyangga disertai dengan pelaksanaan dan kepatuhan pada hukum pencemaran yang buruk, akan menimbulkan masalah pencemaran bagi taman nasional.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-227
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)
Tingkat sedimentasi juga akan bertambah sebagai akibat dari pengembangan yang buruk pada daerah penyangga dan konstruksi serta pemeliharaan bangunan dan jalan setapak yang buruk di dalam taman nasional.
Pendidikan mengenai cara yang benar untuk membuang sisa oli motor, limbah rumah tangga dan bahan kimia pertanian dan produk industri lainnya akan diperlukan, demikian pula dengan bantuan untuk membangun sarananya.
Masalah 16. Bagaimana semestinya pengelola taman nasional merespon rencana pembuatan jalan di areal TNKM?.
Alternatif A. Membantu badan pemerintah menganalisis kemungkinan alternatif untuk jalan, misalnya meningkatkan transportasi sungai dan udara.
Alternatif B. Menerima jalan sebagai hal yang tidak bisa dihindarkan dan lebih mengkonsentrasikan untuk memilih rute yang akibat kerusakannya paling kecil.
Alternatif C. Mengkombinasikan kedua pendekatan.
Alternatif C direkomendasikan, walaupun PKA sebaiknya berusaha sekuat tenaga untuk mencegah agar tidak ada jalan yang dibangun di dalam atau memotong taman nasional.
Dapat dibahas agar pengelola kawasan dapat bekerjasama dengan stakeholder lainnya untuk menghentikan penggunaan jalan memasuki TNKM secara ilegal. Namun demikian, pemaksaan pengelolaan semacam ini belum pernah berhasil di Indonesia hingga saat ini.
Adanya jalan akan memudahkan manusia dalam pengambilan sumber daya alam dari taman nasional.
Alternatif khusus untuk daerah yang berbeda adalah:
Jalan dari Malinau ke Long Bawan:
Pemerintah saat ini sedang merencanakan untuk membangun jalan dari Malinau ke Long Bawan di sepanjang jalur seperti digambarkan dalam Gambar 19. Ada alternatif untuk pembangunan jalan ini, misalnya dengan meningkatkan pelabuhan udara yang ada di Long Bawan dan meningkatkan subsidi untuk transportasi udara. Namun demikian, Alternatif B, membantu pemerintah memilih jalur yang terbaik merupakan pilihan yang paling praktis untuk pembangunan jalan ini. Selama dua tahun terakhir ini, WWFI dan Dinas Pekerjaan Umum telah memilih jalur yang lebih disukai dari pada jalur di bagian selatan yang semula direncanakan (Gambar 19). Jalur WWFI dan PU lebih pendek, menghindari lebih banyak kawasan taman nasional, dan sebagaimana dianjurkan oleh WWFI, menggunakan jalan perusahaan yang dibangun oleh P.T. Susukan Agung (Momberg et al. 1998). BAPPEDA tampaknya setuju agar satu diantara dua jalur ini lebih disukai, tetapi peta Tata Ruang yang terbaru menunjukkan bahwa jalur yang direncanakan terdahulu masih tetap berlaku.
Pengelola taman nasional harus bekerjasama dengan BAPPEDA untuk mengubah jalur tersebut secara formal.
Bilamana jalan ini dibangun, PKA dan/atau mitra penegak hukum harus mencurahkan upayanya untuk menjaga agar jalan ini tidak disalah gunakan untuk pengambilan hasil hutan atau pemanfaatan TNKM secara ilegal. Hal tersebut memungkinkan beberapa kendaraan harus melakukan patroli secara reguler.
Jalan yang diusulkan dari Long Bawan ke Pa’ Raye dan kemudian ke utara melewati lembah Sungai Pa’ Raye ke Sabah tidak akan menjadi prioritas yang tinggi dalam 25 tahun mendatang. Tidak ada desa diantara Pa’ Raye dan perbatasan dengan Sabah. Jalan ini akan memasuki bagian yang jauh dari taman nasional di bagian utara, termasuk daerah yang kemungkinan besar merupakan habitat Badak, berdasarkan cerita lokal serta kemungkinan adanya Badak di daerah Sabah dan Serawak yang berdekatan.
Jalan dari Malinau ke Hulu Sungai Tubu, Long Pujungan dan ke Apo Kayan:
Ada usulan jalan yang melintas dari Malinau ke Sungai Malinau, menyeberang ke hulu Sungai Tubu, dan kemudian menyeberang ke lembah hulu Sungai Bahau dan turun ke Long Pujungan. Dari sana jalur yang diusulkan melalui taman nasional ke Data Dian, Long Nawang dan akhirnya sampai ke lembah hulu Sungai Mahakam. Pemekaran Kabupaten Bulungan menjadi tiga kabupaten yang menempatkan Kecamatan Pujungan dan Kecamatan Kayan (Hulu dan Hilir) di dalam Kabupaten Malinau mungkin akan menambah tekanan untuk membangun jalan ini. Pihak yang mendukung pembangunan jalan ini akan beralasan bahwa tidak ada jalan lain disamping mahalnya transportasi udara ke daerah yang secara politik dan ekonomi berhubungan yaitu Malinau dengan Long Pujungan dan Sungai Kayan, karena kabupaten terbagi dalam jaringan sungai yang berbeda.
Namun demikian, daerah ini bukan merupakan prioritas tinggi untuk pembangunan jalan karena populasinya lebih rendah dari pada daerah Krayan, dan ada transportasi sungai melalui Sungai Bahau dan Kayan sampai ke pantai. Jalan ini akan sangat mahal untuk dibangun dan dipelihara dan mempunyai potensi yang tinggi untuk merusak taman nasional.
Pemerintah dapat memperbaiki transportasi dengan mengupayakan jeram-jeram yang berbahaya menjadi lebih aman. Serangkaian jeram terutama di antara Long Alango dan Long Kemuat tidak bisa dilalui oleh perahu. Pemerintah juga bisa memperbaiki lapangan udara di Long Alango dengan memperpanjang lapangan sehingga dapat digunakan untuk pesawat yang lebih besar yang sudah diidentifikasi sebagai alternatif.
Meskipun akan sulit untuk mengubah keputusan DPR mengenai pembagian Kabupaten Bulungan, beberapa pihak yang berkepentingan menginginkan agar keputusan tersebut ditinjau kembali karena mereka yakin bahwa keputusan itu didasarkan atas analisis biaya dan keuntungan dari alternatif yang kurang lengkap.
Di daerah Apo Kayan, lapangan udara Long Ampung cukup besar dan mempunyai penerbangan komersial rutin ke Samarinda. Dari Long Ampung ada transportasi perahu yang teratur di Sungai Kayan ke Long Nawan dan Data Dian, yang bisa disubsidi. Kalau jalan yang menghubungkan daerah Apo Kayan ke pantai bisa disetujui berdasarkan
pertimbangan ekonomi dan memang sangat diperlukan, sebaiknya mengikuti jalan perusahaan kayu dari Long Bangun di DAS Sungai Mahakam menyusuri Sungai Boh ke Long Sungai Barang dan terus ke Long Nawang. Karena adanya transportasi yang lebih besar di sepanjang lembah Sungai Mahakam dan pasar yang lebih besar di Samarinda dan Balikpapan, akan lebih ekonomis untuk menghubungkan wilayah Apo Kayan dengan kawasan ini daripada ke Malinau atau Tanjung Selor.
Untuk hulu Sungai Tubu, pilihan terbaik adalah memperbaiki transportasi sungai dan membangun landasan kecil yang dapat digunakan oleh pesawat MAF dan mensubsidi biaya transportasi udara. Populasi masyarakat di daerah ini cukup kecil, sehingga pembangunan jalan tidak bisa diterima karena alasan ekonomi. Karena tidak terlalu jauh dari Malinau, sebuah jalan akan memudahkan orang luar untuk masuk ke taman nasional dan tinggal secara permanen atau mengumpulkan hasil hutan. Karena daerah sekitar Malinau akan menjadi lebih berkembang dengan perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri dan pemukiman transmigrasi, hal-hal ini menjadi ancaman yang serius.
Kalau upaya untuk mengembangkan alternatif jalan menemui kegagalan, pengelola taman harus mencoba memastikan agar jalur yang dampak kerusakannya paling kecil dipilih dan prosedur pembangunan dan pemeliharaan jalan yang sesuai diikuti.
Masalah 17. Apakah yang seharusnya dilakukan terhadap penangkapan burung Cucak Rawa secara berlebihan?.
Alternatif A. Menggunakan lembaga adat untuk membatasi atau melarang penangkapan, memperkuat inisiatif yang telah dilakukan di beberapa Wilayah Adat.
Alternatif B. Mempelajari dinamika populasi dan ekologis jenis tersebut untuk mengembangkan rencana pengelolaannya.
Alternatif C. Mendidik masyarakat tentang perlunya melestarikan jenis ini serta lainnya, dan tentang statusnya yang terancam.
Alternatif D. Memulai program percontohan bagi masyarakat untuk menangkarkan dan menjual burung kalau dana khusus dapat diperoleh.
Alternatif E. Mengusulkan kepada pemerintah agar menempatkan jenis ini ke dalam daftar yang dilindungi dan memantau pasar burung untuk memastikan agar hanya burung hasil penangkaran yang dijual.
Alternatif F. Menjadikan jenis ini sebagai prioritas dalam program pemantauan yang dilaksanakan oleh PKA, masyarakat dan mitra lainnya.
Alternatif G. Menggabungkan semua alternatif di atas.
V-230 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)
Alternatif G direkomendasikan, dengan penekanan pada pemanfaatan lembaga adat untuk mengatur sendiri pengambilan jenis tersebut dan jenis lainnya yang terancam oleh pengambilan berlebihan di masa depan. Kegiatan-kegiatan di bawah ini dapat digunakan untuk mengatasi kemungkinan pengambilan berlebihan pada jenis lainnya di masa depan.
Transmigrasi dan Pertambahan Penduduk
Pertambahan yang besar populasi penduduk yang hidup di dekat perbatasan TNKM berpotensi menimbulkan masalah. Mengendalikan populasi menyangkut masalah politik dan sosial yang sulit, dan sebagian besar aspeknya berada diluar kendali pemerintah. Namun demikian, kalau pemerintah memutuskan untuk mencegah populasi yang berlebihan di daerah sekitar taman nasional untuk lebih menjamin perlindungannya, langkah-langkah berikut patut dipertimbangkan:
• Mencari alternatif untuk jalan yang bisa mengurangi isolasi daerah tersebut. Jalan akan meningkatkan laju pertumbuhan penduduk bila dibandingkan dengan perbaikan transportasi sungai dan udara yang tidak seberapa.
• Tidak menempatkan pemukiman transmigrasi di 10 Wilayah Adat di sekeliling TNKM.
• Melanjutkan mendukung dan menyempurnakan program keluarga berencana.
• Meningkatkan pendidikan di daerah taman nasional untuk membekali masyarakat untuk mencari pekerjaan di tempat lain.
• Apabila upaya-upaya untuk memberdayakan desa dilanjutkan, harus meningkatkan kesehatan, pendidikan, pemilikan lahan dan jasa lainnya agar lebih banyak masyarakat mau dengan sendirinya berpindah tempat.
Dams: Sebuah dam pernah direncanakan untuk dibangun di Sungai Kayan di dekat jeram berbahaya di hulu Long Peso. Walaupun genangan airnya tidak akan mencapai TNKM, hal ini akan membawa pengaruh besar pada ekonomi dan ekologi di kawasan tersebut.
Suatu analisis mengenai dampak lingkungan harus dilakukan secara menyeluruh, dengan keikutsertaan UPT TNKM.
2. Koordinasi Perlindungan Taman Nasional dan Program Konservasi Masalah 18. Bagaimana kelembagaan lokal dapat dilibatkan dalam penegakan hukum?
Alternatif A. Tanggungjawab penegakan hukum harus dibagi antara PKA dan lembaga masyarakat setempat berdasarkan sebuah Nota Kesepakatan (Memorandum of Understanding).
Alternatif B. Penegakan hukum merupakan tanggungjawab penuh dari PKA.
Alternatif A direkomendasikan. Masyarakat setempat mendapatkan insentif untuk melindungi sumber daya alam dimana mereka menggantungkan hidupnya. Mereka ada dalam jumlah jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan PKA, dan mereka
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-231
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)
menjelajahi lebih banyak tempat di taman nasional dari pada karyawan dengan dana UPT terbatas yang dapat dicapai secara rutin. Oleh karena itu, pelibatan masyarakat setempat dalam penegakan hukum lebih masuk akal berdasarkan pertimbangan pengelolaan dan biaya.
Pada awalnya, sistem penegakan hukum harus dikembangkan pada saat kesepakatan pengelolaan bersama antara PKA dan lembaga-lembaga lokal diselesaikan. Aspek-aspek yang mungkin adalah:
• Penegakan peraturan taman nasional sebaiknya dimulai segera terhadap para pendatang.
Ini sebaiknya merupakan tanggung jawab utama FoMMA/Lembaga Adat dan KSDA dan/atau karyawan PKA yang ditugaskan di TNKM. Lembaga Adat dapat mencoba memperingatkan perambah di lapangan bahwa mereka melanggar hukum. Bila para pendatang tersebut tetap bertahan, keberadaan mereka dapat dilaporkan kepada petugas PKA/KSDA, yang akan bertanggung jawab untuk berkerja dengan aparat penegak hukum untuk menangkap dan menuntut mereka.
• Penegakan peraturan terhadap masyarakat setempat pertama kali akan dilakukan oleh Lembaga Adat. Lembaga Adat dapat bekerja dengan pengelola taman untuk mengembangkan sistem denda untuk berbagai bentuk pelanggaran terhadap taman nasional dan keragaman hayatinya, dengan denda yang lebih besar untuk pelanggaran yang serius, misalnya membunuh satwa yang sangat terancam. Segala bentuk pelanggaran peraturan, nama-nama pelanggar, dan jumlah denda yang dikenakan sebaiknya dilaporkan ke PKA. Seluruh uang denda dapat disimpan sepenuhnya oleh Lembaga Adat untuk membayar pemantauan atau kegiatan lain yang menyangkut taman nasional, atau untuk proyek pembangunan desa. Orang-orang yang melanggar peraturan taman nasional(dan Wilayah Adat) secara terus-menerus, akan diserahkan ke pihak yang berwenang, mungkin setelah tiga kali pelanggaran dalam dua tahun. Kehadiran petugas taman nasional secara rutin dan pengamatan pada perdagangan hasil hutan dan kegiatan masyarakat akan menunjukkan apakah peraturan taman nasional ditegakkan.