• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Kelembagaan

Dalam dokumen Buku II RPTN Taman Nasional Kayan Mentarang (Halaman 143-148)

BAB IV ALTERNATIF

F. Pengembangan Kelembagaan

V-230 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)

Alternatif G direkomendasikan, dengan penekanan pada pemanfaatan lembaga adat untuk mengatur sendiri pengambilan jenis tersebut dan jenis lainnya yang terancam oleh pengambilan berlebihan di masa depan. Kegiatan-kegiatan di bawah ini dapat digunakan untuk mengatasi kemungkinan pengambilan berlebihan pada jenis lainnya di masa depan.

Transmigrasi dan Pertambahan Penduduk

Pertambahan yang besar populasi penduduk yang hidup di dekat perbatasan TNKM berpotensi menimbulkan masalah. Mengendalikan populasi menyangkut masalah politik dan sosial yang sulit, dan sebagian besar aspeknya berada diluar kendali pemerintah. Namun demikian, kalau pemerintah memutuskan untuk mencegah populasi yang berlebihan di daerah sekitar taman nasional untuk lebih menjamin perlindungannya, langkah-langkah berikut patut dipertimbangkan:

• Mencari alternatif untuk jalan yang bisa mengurangi isolasi daerah tersebut. Jalan akan meningkatkan laju pertumbuhan penduduk bila dibandingkan dengan perbaikan transportasi sungai dan udara yang tidak seberapa.

• Tidak menempatkan pemukiman transmigrasi di 10 Wilayah Adat di sekeliling TNKM.

• Melanjutkan mendukung dan menyempurnakan program keluarga berencana.

• Meningkatkan pendidikan di daerah taman nasional untuk membekali masyarakat untuk mencari pekerjaan di tempat lain.

• Apabila upaya-upaya untuk memberdayakan desa dilanjutkan, harus meningkatkan kesehatan, pendidikan, pemilikan lahan dan jasa lainnya agar lebih banyak masyarakat mau dengan sendirinya berpindah tempat.

Dams: Sebuah dam pernah direncanakan untuk dibangun di Sungai Kayan di dekat jeram berbahaya di hulu Long Peso. Walaupun genangan airnya tidak akan mencapai TNKM, hal ini akan membawa pengaruh besar pada ekonomi dan ekologi di kawasan tersebut.

Suatu analisis mengenai dampak lingkungan harus dilakukan secara menyeluruh, dengan keikutsertaan UPT TNKM.

2. Koordinasi Perlindungan Taman Nasional dan Program Konservasi Masalah 18. Bagaimana kelembagaan lokal dapat dilibatkan dalam penegakan hukum?

Alternatif A. Tanggungjawab penegakan hukum harus dibagi antara PKA dan lembaga masyarakat setempat berdasarkan sebuah Nota Kesepakatan (Memorandum of Understanding).

Alternatif B. Penegakan hukum merupakan tanggungjawab penuh dari PKA.

Alternatif A direkomendasikan. Masyarakat setempat mendapatkan insentif untuk melindungi sumber daya alam dimana mereka menggantungkan hidupnya. Mereka ada dalam jumlah jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan PKA, dan mereka

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-231

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)

menjelajahi lebih banyak tempat di taman nasional dari pada karyawan dengan dana UPT terbatas yang dapat dicapai secara rutin. Oleh karena itu, pelibatan masyarakat setempat dalam penegakan hukum lebih masuk akal berdasarkan pertimbangan pengelolaan dan biaya.

Pada awalnya, sistem penegakan hukum harus dikembangkan pada saat kesepakatan pengelolaan bersama antara PKA dan lembaga-lembaga lokal diselesaikan. Aspek-aspek yang mungkin adalah:

• Penegakan peraturan taman nasional sebaiknya dimulai segera terhadap para pendatang.

Ini sebaiknya merupakan tanggung jawab utama FoMMA/Lembaga Adat dan KSDA dan/atau karyawan PKA yang ditugaskan di TNKM. Lembaga Adat dapat mencoba memperingatkan perambah di lapangan bahwa mereka melanggar hukum. Bila para pendatang tersebut tetap bertahan, keberadaan mereka dapat dilaporkan kepada petugas PKA/KSDA, yang akan bertanggung jawab untuk berkerja dengan aparat penegak hukum untuk menangkap dan menuntut mereka.

• Penegakan peraturan terhadap masyarakat setempat pertama kali akan dilakukan oleh Lembaga Adat. Lembaga Adat dapat bekerja dengan pengelola taman untuk mengembangkan sistem denda untuk berbagai bentuk pelanggaran terhadap taman nasional dan keragaman hayatinya, dengan denda yang lebih besar untuk pelanggaran yang serius, misalnya membunuh satwa yang sangat terancam. Segala bentuk pelanggaran peraturan, nama-nama pelanggar, dan jumlah denda yang dikenakan sebaiknya dilaporkan ke PKA. Seluruh uang denda dapat disimpan sepenuhnya oleh Lembaga Adat untuk membayar pemantauan atau kegiatan lain yang menyangkut taman nasional, atau untuk proyek pembangunan desa. Orang-orang yang melanggar peraturan taman nasional(dan Wilayah Adat) secara terus-menerus, akan diserahkan ke pihak yang berwenang, mungkin setelah tiga kali pelanggaran dalam dua tahun. Kehadiran petugas taman nasional secara rutin dan pengamatan pada perdagangan hasil hutan dan kegiatan masyarakat akan menunjukkan apakah peraturan taman nasional ditegakkan.

Sementara ini, kedua alternatif yang paling mungkin dalam kerangka kerja perundangan dan kebijaksanaan yang berlaku adalah :

• Alternatif A. Taman dikelola oleh sebuah Dewan Penentu Kebijakan dengan anggota mewakili PKA/KSDA, masyarakat adat melalui FoMMA dan Pemerintah daerah, dengan Badan Pelaksana pengelolaan yang melaksanakan pengelolaan sehari-hari.

• Alternatif B. Sebuah UPT tradisional bertanggung jawab untuk keseluruhan pengelolaan taman nasional, juga bertanggung jawab untuk mengembangkan Nota Kesepakatan dengan FoMMA yang menentukan bagaimana FoMMA akan ikut serta dalam kegiatan pengelolaan, juga membantu melatih FoMMA untuk memenuhi tanggung jawab pengelolaan taman nasional.

Hanya alternatif A yang realistis, pilihan yang mungkin, karena dipastikan bahwa taman mendapat dukungan yang cukup dari masyarakat setempat dan Pemerintah Daerah. Borrini- Feyerabend (1999) membuat garis besar tahap/langkah dalam proses pengelolaan bersama (Gambar 26). Pada bulan Oktober 2000, proses TNKM berada di antara fase I dan fase II. Prioritas kegiatan tertinggi untuk dilengkapi adalah:

• Mendapatkan SK Bupati Kabupaten Malinau dan Nunukan yang memberi status legal kepada FoMMA dan perannya sebagai organisasi masyarakat ikut terlibat dalam pengelolaan sumber daya alam dalam wilayah adat di dalam dan di luar TNKM.

• Membentuk Dewan Penentu Kebijakan TNKM dan Badan Pelaksana (fase IIIa), dan Nota Kesepakatan yang menentukan peran tiga pihak bersama (PKA/KSDA, FoMMA, dan Pemerintah Daerah pada masing-masing badan). Sebuah kelompok kerja yang terdiri dari wakil-wakil dari masing-masing pihak berkepentingan harus mengembangkan Nota Kesepakatan tersebut pada mekanisme pemecahan masalah dan prosedur kerja sesuai hukum. WWF I ikut sebagai peserta dalam proses ini, terutama karena akan terlibat dalam Badan Pelaksana pengelolaan pada tahun-tahun pertama atau sebagai fasilitator jika ketiga pihak yang berkepentingan setuju bahwa WWFI dapat memenuhi peran penting secara independen. Surat Keputusan dari Menteri Kehutanan &

Perkebunan akan diperlukan untuk melegitimasi DPK TNKM dan Badan Pelaksana dan juga Nota Kesepakatan.

Proyek WWFI Kayan Mentarang telah menghasilkan draft panduan untuk beberapa aspek Nota Kesepahaman DPK TNKM yang dapat dikaji oleh tim pihak berkepentingan sebelum membuat keputusan akhirnya. Dalam hal keanggotaan DPK TNKM, tim WWFI mengusulkan agar jumlah total keanggotaan tetap kecil untuk mengurangi biaya dan lebih mudah memfasilitasi rapat. Keanggotaan diusulkan 13, terdiri dari:

• Lima (5) dari FoMMA, dengan anggota-anggota terpilih oleh Badan Musyawarah FoMMA.

• Empat (4) dari Pemerintah Daerah Kabupaten , termasuk wakil Bappeda Malinau, dan Nunukan, serta wakil Pemda Malinau dan Nunukan.

• Dua (2) dari PKA, termasuk wakil Direktorat Konservasi Kawasan dan wakil direktorat Perlindungan hutan.

• Dua (2) dari Pemerintah Daerah Propinsi, termasuk wakil KSDA dan wakil dari Bappeda.

Rekomendasi fungsi DPK TNKM adalah:

• Persetujuan akhir Rencana Pengelolaan dan revisi pada masa mendatang, juga persetujuan akhir rencana tahunan dan lima tahunan.

• Membuat keputusan pengelolaan dan perkembangan TNKM masa mendatang,memastikan konsistensi dengan rencana pengelolaan.

• Memantau, mengevaluasi dan mengelola langsung TNKM oleh Badan Pelaksana.

• Melapor bersama Ketua Badan Pelaksana, kepada Direktorat Jenderal PKA akan status dan pengembangan TNKM

• Berkoordinasi dengan lembaga lain dalam kegiatan di daerah penyangga TNKM dan areal lain yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh TNKM

Idealnya, DPK akan melakukan pertemuan sampai 4 kali setiap tahun untuk memastikan agar DPK merupakan badan pelaksana yang aktif, bukan hanya sebagai badan penasihat.

Bagaimanapun, masalah anggaran akan membatasi pertemuan minimal 2 kali setahun.

Badan pelaksana akan bertanggung jawab untuk pengelolaan TNKM sehari-hari. Badan Pelaksana akan melapor kepada Dewan Penentu Kebijakan TNKM. Tergantung pada dana,tingkat kemampuan dan ketersediaan personil, kegiatan–kegiatan Badan Pelaksana dapat dilaksanakan oleh PKA/KSDA, FoMMA, instansi Pemerintah dan/atau LSM seperti WWFI rencana memberikan pelatihan kepada FoMMA untuk memampukannya memainkan peran pelaksanaan lebih besar pada masa mendatang. Areal utama di mana FoMMA dapat mengawali keterlibatannya adalah dalam hal pengelolaan lokal sumber daya alam yang selama ini dipanen (masalah 8), penegakan peraturan lokal (masalah 18), beberapa aspek pemantauan dan evaluasi (masalah 31), beberapa aspek penelitian (masalah 13), dan pengembangan wisata alam (malasah 12). Yang terakhir, PKA/KSDA direkomendasikan untuk menugaskan seorang penghubung penuh waktu dalam Badan Pelaksana. Jika tersedia tambahan staf PKA, areal di mana kontribusi terbesar yang dapat dibuat termasuk penelitian, pemantauan flora, fauna dan ekosistem serta perlindungan/

penegakan terhadap ancaman dari luar.

Sebagai bagian dari pengembangan MoU yang efektif untuk DPK dan Badan Pelaksana, tim WWF merekomendasikan agar pihak berkepentingan mengkaji bagaimana kesepakatan serupa telah dikembangkan dan dilaksanakan di negara lain. Di Asia Tenggara, kasus dari Philipina dapat dikaji bagaimana kesepakatan dapat diadaptasikan pada situasi TNKM.

Di Australia, institusi taman nasional telah mengembangkan dan melaksanakan pengelolaan bersama dengan masyarakat Aborogin untuk taman nasional Kakadu dan taman nasional lain, dan kemitraan konservasi yang telah berdiri untuk tanah tradisional di mana beberapa kelompok masyarakat Aborigin telah memutuskan perlindungan mereka sendiri. Di New Zealand, pemerintah dan lembaga Maori juga telah mengembangkan kesepakatan pengelolaan bersama untuk areal berhutan dan taman nasional.

V-234 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)

Studi wisata ke areal ini merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan kemampuan stakeholder TNKM, belajar dari keberhasilan dan masalah yang dihadapi oleh yang lain.

Alternatif lain untuk masyarakat dari area-area ini mengunjungi Kalimantan Timur untuk membantu stakeholder menghindari masalah dan mempercepat perkembangannya.

Kedutaan besar New Zealand untuk Indonesia menunjukkan minat untuk mendukung bantuan semacam ini.

2. Kepegawaian Taman Nasional

Masalah 20. Kualifikasi dan pengalaman apa yang dibutuhkan oleh karyawan senior TNKM ?

Alternatif A. Hanya ada satu alternatif untuk masalah ini. Karena masalah yang menyangkut pendanaan akan membatasi jumlah karyawan, maka adalah sangat penting agar karyawan senior TNKM harus mempunyai kualifikasi yang sesuai, termasuk pendidikan, pengalaman, dan komitmen kepada pengelolaan bersama dengan masyarakat setempat dan stakeholder lain.

Tampaknya karyawan Badan Pelaksana awalnya akan merupakan campuran dari PKA/

KSDA, FoMMA dan WWFI. PKA sudah meminta WWFI untuk terus bekerja mengembangkan TNKM selama paling kurang 5 tahun pertama dari Tahap Pelaksanaan Rencana Pengelolaan. WWFI sudah mengembangkan rencana kepegawaian intern berdasarkan dana yang diharapkan akan tersedia dan pekerjaan yang diperlukan. Rencana ini dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan karyawan Badan Pelaksana, tanpa memperhatikan apakah posisi karyawan masing-masing dipegang oleh Karyawan dari FoMMA, WWF atau PKA/KSDA.

Rencana itu termasuk tim kecil di kantor pusat dengan seorang Pemimpin Proyek dan koordinator untuk biologi konservasi, pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, kepedulian dan pendidikan, kebijakan dan hubungan keluar, Sistem Informasi Geografis dan bagian administrasi (Gambar 24). Semua karyawan senior, harus memiliki tingkat pendidikan yang sesuai, lebih baik bila tingkat Sarjana atau pasca Sarjana dan pengalaman beberapa tahun dan atau pengetahuan bahasa dan budaya lokal, flora fauna dan habitat TNKM.

Beberapa anggota karyawan ditugaskan di kantor pusat. Sebagian besar karyawan lainnya ditugaskan di empat pos lapangan dan di Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai. Petugas pos lapangan harus memiliki pendidikan dan/atau pengalaman yang berkaitan dengan masalah pengelolaan dan/atau studi pemanenan flora, fauna dan ekosistem atau masalah masyarakat. Karyawan kantor pusat diharapkan untuk menggunakan sepertiga dari waktunya untuk mendukung petugas pos lapangan, yang juga diharapkan untuk menggunakan sepertiga dari waktunya untuk bekerja di desa-desa selain desa di mana pos lapangan didirikan.

Rencana kepegawaian ini bisa dipertimbangkan sebagai yang mendasar, minimum, atau pola kepegawaian inti yang meliputi seluas mungkin kunci spesialisasi teknis dan wilayah

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-235

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)

Gambar 26. Usulan Struktur Pengelolaan Bersama Untuk TNKM

Dewan Penentu Kebijakan

Badan Pelaksana

Keterangan : Kegiatan Pengelolaan oleh Badan Pelaksana yang sesungguhnya dapat dilakukan oleh tiga mitra dalam Dewan Penentu Kebijakan TNKM melalui kontrak dan prosedur tender untuk mendapatkan kemampuan teknis lebih baik bagi pengelolaan yang diperlukan.

PHKA Tingkat Nasional

Wakil PHKA

Wakil FoMMA

Wakil Pemda

MoU

Kepala Badan Pelaksana Seksi Konservasi

Sub. Bag. TU Ten. Fung

Teknis Sub Seksi

Wilayah Konservasi

geografis. Kenyataannya untuk pengelolaan yang ideal, taman nasional memerlukan lebih banyak lagi tenaga daripada yang diusulkan tersebut. Orang-orang ini akan bekerja melampaui batas dan harus menangani banyak tugas di luar keahlian utamanya. Kalau lebih banyak dana bisa didapatkan, tenaga tambahan bisa direkrut untuk sektor teknis yang sudah didaftar dan untuk meliputi kawasan yang lebih luas secara lebih efektif.

Dari perhitungan WWFI, tambahan tenaga konsultan ahli di bagian berikut akan dipertimbangkan bila dananya tersedia:

• Biologi Konservasi: Ahli di berbagai bidang seperti pemantauan keragaman hayati, mamalogi, ornithologi, botani, herpetologi, primatologi, entomologi, pengelolaan kawasan, dan pengelolaan hidupan liar.

• Penguatan Masyarakat: Ahli di dalam pengembangan ekowisata berbasis masyarakat, agroforestri, penyuluhan pertanian, “participatory rural appraisal”, pemasaran, pengembangan usaha kecil, pengembangan kelembagaan, dan perkreditan.

• Pengelolaan dan Administrasi Proyek: Seorang wakil pemimpin proyek, petugas kekaryawanan, dan pembantu administrasi/perlengkapan di pos-pos lapangan dan Lalut Birai kalau stasiun ini tumbuh cukup besar.

• Sistem Informasi Geografis: Spesialis database dan pembantu umum.

• Kepedulian dan Pendidikan: Spesialis pelatihan/pendidikan masyarakat, pendidikan formal melalui sekolah, pengembangan kurikulum, dan media seperti film, web sites, dsb.

Mungkin juga untuk mendapatkan keahlian tambahan dengan mengkontrak konsultan jangka pendek, perusahaan atau LSM. Akan sangat mahal bagi WWFI, PKA atau FoMMA untuk mengelola dan mendukung tenaga permanen yang berjumlah besar, dan juga sulit untuk tidak memperbarui kontrak tenaga penuh, yang keahliannya tidak lagi dibutuhkan sementara dana untuknya sudah tidak tersedia lagi.

PKA mempunyai pilihan untuk menugaskan karyawannya sendiri pada setiap bidang untuk melengkapi karyawan WWFI di awal masa pelaksanaan Rencana Pengelolaan, selama anggarannya tersedia. Paling tidak, direkomendasikan agar PKA menugaskan seorang petugas penghubung untuk proyek WWFI. Bidang dimana bantuan PKA akan sesuai adalah koordinasi dengan instansi pemerintah lainnya, kegiatan penegakan hukum terhadap orang dan perusahaan luar, termasuk mendatangkan polisi dan/atau tentara, dan pemantauan keragaman hayati.

Dari tinjauan geografik, tambahan tenaga akan diperlukan nantinya untuk:

• Tambahan pos lapangan di tempat-tempat seperti Tau Lumbis, hulu Sungai Tubu, dan lokasi baru di Kecamatan Krayan.

• Pos jaga di 10 sampai 15 lokasi di sekitar taman nasional.

Juga penting untuk PKA, WWFI, dan FoMMA untuk menjajagi cara-cara inovatif agar mendapatkan pencapaian lebih, dengan jumlah karyawan yang terbatas. Salah satu contoh adalah pemantauan populasi atau kecenderungan populasi hidupan liar yang penting

Pola Ketenagakerjaan Badan Pelaksana TNKM yang diipikan oleh WWF Proyek Kayan Mentarang Pada 5 Tahun Pertama Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Pimpinan Proyek TarakanStaf PHKA Penghubung TNKM Direktur Pengembangan Masyarakat Tarakan

Administrasi TarakanKoordinator SIG TarakanPendidikan Konservasi TarakanBiologi Konservasi TarakanKebijakan Tarakan Asisten Administrasi & Logistik, Tarakan Kebersihan Tarakan Penjaga Malam Tarakan Pos Lapangan Long Pujungan Direkstur & Dua Asisten

Pos Lapangan Long Bawan Direktur & Dua Asisten Pos Lapangan Data Dian Direktur & Dua Asisten Pos Lapangan Malinau / Tau Lumbis Direktur & Dua Asisten

Direktur Stasiun Penelitian LB 6 Asisten Peneliti & 2 Tukang MasakAsisten Direktur aman Nasional (RPTN)V-237

seperti yang terancam punah secara sistematis. Populasi kuantitatif hidupan liar dan data kepadatan kurang penting bila dibandingkan dengan informasi mengenai keberadaan, ketiadaan, distribusi dan kecenderungan. Mengingat luasnya TNKM dan tersebarnya habitat yang berbeda, sehingga untuk memperoleh data kualitatif untuk mengikuti kecenderungan memerlukan transek yang lebih jauh dari kemampuan jalan karyawan taman nasional, baik dari PKA atau FoMMA.

Juga akan mahal untuk menyediakan peralatan, perlengkapan lapangan dan perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk perjalanan tersebut. Pekerjaan seperti ini biasanya hanya menghasilkan gambaran singkat keadaan pada saat tertentu, dan mengabaikan pengaruh musiman dan historis atau kecenderungan.

Anggota masyarakat yang berbeda mungkin lebih banyak mengunjungi kawasan secara teratur. Pengetahuan ekologi lokal juga akan memahami perubahan pada ekologi masyarakat dan seluruh kawasan dari waktu ke waktu.

Di Laos cara pemantauan yang memadukan pengalaman masyarakat sedang di kembangkan untuk digunakan di daerah-daerah yang dilindungi (Steinmetz 2000). Buku catatan harian desa mencatat informasi tentang jenis-jenis satwa yang dianggap paling penting oleh masyarakat dan karyawan taman nasional. Informasi yang dicatat meliputi jenis, lokasi, habitat, jumlah satwa yang terlihat, perkiraan jumlah kalau hanya jejak atau tanda lain yang terlihat, pengamat, tanggal, dan catatan jenis kelamin dan

umur individu kalau diketahui. Informasi tersebut dicatat di dalam buku catatan harian didalam pertemuan bulanan. Karyawan taman nasional menemui masyarakat secara berkala untuk membahas informasi yang tercatat di dalam buku catatan harian. Cara ini akan memberikan data yang bisa dibandingkan menurut waktu dan tempat yang berbeda, dan dipandang penting oleh pengelola taman nasional. Informasi tersebut dilengkapi dengan hasil pelaksanaan kegiatan pemantauan di lapangan yang dilakukan oleh tim gabungan antara karyawan taman nasional dan masyarakat.

Karena “upaya survei” dari banyak masyarakat yang pergi ke wilayah adatnya untuk tujuannya sendiri, paling tidak menggantikan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh jagawana, pertanyaan yang timbul adalah apakah pekerjaan pengelolaan ini seharusnya dihargai dan bagaimana caranya. Membayar masyarakat untuk membantu mengelola taman kelihatannya cukup adil. Kalau dana pemerintah tidak tersedia, hibah dapat diperoleh dari donor. Akan sangat sulit bagi pengelola taman untuk merencanakan perjalanan pemantauan ini, menugaskan orang-orang yang berbeda untuk mengerjakannya, dan membayar masing- masing setelah perjalanan dilakukan. Salah satu alternatif adalah memberikan “hibah penjagaan dan pemantauan masyarakat” yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk proyek infrastruktur kecil seperti jembatan, perbaikan sekolah dan gereja, dsb., atau keperluan seperti biaya pertemuan yang berkaitan dengan kegiatan partisipatif dalam kegiatan pemantauan, dsb.

Hibah yang lebih besar akan diberikan kepada desa yang memiliki lebih banyak lahan di dalam taman nasional, yang bisa membatu meningkatkan dukungan lokal kepada TNKM.

V-238 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-239

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)

Dalam sistem seperti ini, akan penting agar tugas aktual masyarakat, tanggung jawab dan kebutuhan pelaporan, diterangkan dengan jelas dan rinci, agar supaya pembayaran dipahami sebagai penukar pekerjaan nyata yang menguntungkan masyarakat dan TNKM.

Masalah 21. Sebaiknya karyawan TNKM lokal atau non-lokal?.

Alternatif A. Mengangkat karyawan dari masyarakat setempat.

Alternatif B. Mengangkat karyawan dari luar daerah.

Alternatif C. Mengkombinasikan Alternatif A&B.

Alternatif yang direkomendasikan adalah Alternatif C, meskipun masyarakat setempat sebaiknya menjadi bagian terbesar dari karyawan yang ditugaskan di Badan Pelaksana.

Masyarakat setempat tanpa tingkat pendidikan atau pelatihan yang diperlukan dapat diberi latihan tambahan dan dianjurkan untuk mengerahkan kemampuan agar mencapai tingkat yang lebih senior di Badan Pelaksana. Awalnya, karyawan senior sebaiknya dicari dari tingkat nasional, namun masyarakat setempat juga dapat diterima untuk mengisi posisi tersebut dan prioritas harus diberikan kepada calon yang memenuhi kualifikasi. Pada tingkat pos lapangan sebaiknya diisi oleh campuran antara karyawan lokal dan non-lokal untuk membantu menekankan keuntungan dari masing-masing kelompok dan mengatasi kelemahannya.

Pendidikan dan Pelatihan

WWF sedang mencoba merekrut untuk Badan Pelaksana, calon dengan gelar master atau doktor dan beberapa tahun pengalaman untuk posisi Pimpinan proyek, pemberdayaan masyarakat, GIS, kepedulian dan pendidikan, kebijakan/hubungan luar, serta Direktur Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai. Calon-calon dengan tingkat S1 ditambah dengan beberapa tahun pengalaman juga bisa diterima. Kepala bagian administrasi dan keuangan proyek sekurang-kurangnya harus mempunyai S1. Karyawan pos lapangan juga diharapkan mempunyai S1. Calon lokal dengan ijasah SLTA dan beberapa tahun pengalaman di LSM juga bisa dipilih. Pembantu peneliti di Lalut Birai hanya perlu mempunyai ijasah SLTP ditambah dengan pengetahuan ekologi setempat.

Direkomendasikan agar panduan umum untuk kualifikasi karyawan diikuti oleh instansi lain yang akan menugaskan karyawan untuk Badan Pelaksana seperti PKA/KSDA dan FoMMA.

Sebagai tambahan, karyawan Badan Pelaksana memerlukan paling tidak pelatihan dasar dalam bidang:

• Identifikasi flora dan fauna menggunakan kunci asli atau terjemahan.

• Pengenalan dengan penamaan biologi.

• Penyiapan dan pemeliharaan spesimen.

• Ketrampilan komputer tingkat dasar dan lanjutan.

• Teknik telemetri dan radio tracking.

• DAT atau Mini-Disk sound recording.

• “Camera Trapping”.

• “Participatory Rural Appraisal Methods”.

• Penyelesaian konflik.

• Inventarisasi sumber daya alam secara partisipatif.

• Metoda pengelolaan hidupan liar.

• Metoda kepedulian dan pendidikan.

• Pengembangan wisata alam berbasis masyarakat.

• Pengembangan usaha kecil.

• Peraturan dan perundangan taman nasional.

Dalam dokumen Buku II RPTN Taman Nasional Kayan Mentarang (Halaman 143-148)