BAB I KEADAAN UMUM
C. Trekking dan Pendakian
Berjalan kaki di hutan dengan waktu kurang dari satu hari hingga dua minggu atau lebih sangat dimungkinkan. Daya tarik yang dapat dilihat pada saat perjalanan adalah pemandangan alam seperti sungai, gunung dan air terjun, batu unik yang menjadi legenda setempat, sumber air asin yang merupakan air minum bagi sebagian binatang seperti Rusa, Babi hutan, Monyet, Burung dan lain-lain. Pengunjung juga dapat merasakan kehidupan pedesaan dan mengikuti acara tradisional. Pada masa penjajahan Belanda di setiap wilayah adat dibuat dan dipelihara jaringan jalan setapak yang menghubungkan desa-desa. Pada saat ini jalan setapak tersebut mungkin merupakan jaringan penghubung yang terbaik di wilayah Krayan dan dipergunakan untuk perjalanan dari ibu kota Kecamatan Long Bawan ke desa-desa lain. Sebagian besar jalan setapak tersebut dapat pula dilalui dengan bersepeda motor.
Beberapa jalan setapak dipergunakan sebagai penghubung antara wilayah-wilayah adat, desa-desa dan kecamatan, serta penyeberangan menuju Malaysia (secara ilegal). Jalan–
jalan setapak tersebut sangat jarang digunakan, dan bahkan beberapa jalan tidak lagi digunakan karena sangat jelek dan sulit dilalui. Beberapa jalan setapak jarak jauh yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan disesuaikan bagi keperluan para petualang (Anventurous traveller) yang suka akan tantangan seperti panas, hujan, lintah, jalan licin, tanjakan, dan rintangan-rintangan lain adalah sebagai berikut:
• Dari Apau Ping ke Malaysia (lintas batas belum diperbolehkan disini).
• Dari Apau Ping ke wilayah Kecamatan Krayan.Dari desa di sekitar hulu Sungai Bahau ke lembah Sungai Tubu dan Sungai Malinau.
• Dari Sungai Bahau ke Sungai Kayan, kemudian ke desa Data Dian dan daerah di hulu sungai Apo Kayan.
• Dari wilayah Krayan arah timur laut ke desa Tau Lumbis kemudian ke arah timur dan tenggara melalui jalan darat tradisional sampai ke dataran rendah, karena perjalanan dengan perahu di sungai yang dangkal, berbatu dan berarus deras tidak memungkinkan.
Sejak tahun 1993 ada beberapa kelompok wisatawan yang pernah melakukan perjalanan dari Sungai Bahau dekat desa Long Aran melintasi DAS, kemudian masuk ke Sungai Ploera sampai ke muaranya di Sungai Kayan. Dari tempat ini, mereka menuju ke Data Dian dan Long Nawang dengan mencarter perahu.
Sejarah dan Budaya
Daya tarik sejarah dan budaya mencakup tempat-tempat bersejarah dan arkeologi serta kehidupan pedesaan setempat. Kuburan batu yang berumur +350 tahun dapat ditemukan dengan mudah di sekitar hulu Bahau dekat Sungai Long Berini dan desa Long Bra’a yang telah ditinggalkan serta di daerah lebih hulu dekat perbatasan Sarawak. Di daerah hulu Sungai Pujungan terdapat pula beberapa kuburan di dalam goa di atas tebing batu kapur yang telah digunakan lebih dari sekitar 150 tahun yang lalu. Di dekat desa Long Rungan ada batu ukiran berbentuk manusia. Di daerah Apo Kayan, dekat desa Data Dian terdapat sebuah makam berbentuk kendi/guci besar, yang menurut legenda ada hubungannya dengan Uyang Lahai, dan makam lain dengan ukiran berbentuk manusia dapat ditemukan pula di dekat desa Nawang Baru dan desa Lidung Payau (lihat dokumentasi Sellato 1999).
Kehidupan desa masa kini menawarkan budaya dan keramah-tamahan penduduknya kepada wisatawan. Wisatawan juga dapat menyaksikan dan ikut serta dalam kegiatan perladangan gilir balik dan bercocok tanam padi, menangkap ikan dengan menggunakan jala dan pancing serta kebiasaan tradisional lainnya yang dilakukan oleh penduduk setempat, seperti berburu atau mengambil hasil hutan non kayu, belajar cara membuat kerajinan tangan, membuat garam dari sumber air asin di Krayan dan lain-lain. Perayaan khusus biasa diadakan oleh masyarakat desa-desa yang berada di pedalaman, terutama pada saat peringatan hari kemerdekaan RI (tanggal 17 Agustus), pesta tahun baru, pesta musim panen (April sampai dengan Juni), pernikahan, acara kematian pada masyarakat Tagel serta acara Festival budaya dan Musyawarah Adat suku Lundaye atau Erau setiap dua tahun dan festival budaya Bulungan (Irau) yang diadakan setiap bulan Oktober di Tanjung Selor. Festival tersebut biasanya menampilkan seni tari, permainan, olah raga, musik tradisional, pameran, dan penjualan hasil kerajinan tangan.
Wisatawan dapat juga memiliki kesempatan untuk belajar lebih jauh tentang hutan dan ekosistemnya dengan mengunjungi Stasiun Penelitian Lalut Birai yang terletak di dekat desa Long Alango Kecamatan Pujungan. Daftar atraksi wisata dalam setiap wilayah di Taman Nasional Kayan Mentarang ditunjukkan pada tabel dan peta di lampiran 8.
Kendala Dalam Pengembangan Wisata
Pengembangan wisata di TNKM menghadapi beberapa kendala seperti kurang memadainya transportasi, kurangnya prasarana wisata, kurangnya daya tarik fisik atau satwa karismatik yang dapat menarik perhatian wisatawan mancanegara dalam jumlah besar, kurang kompetitif dibanding dengan daerah lain yang sama tetapi lebih berkembang dan lebih mudah dijangkau. Selain itu Pariwisata juga memiliki potensi untuk merusak lingkungan dan kehidupan penduduk setempat, jika pengembangannya tidak dikendalikan oleh masyarakat itu sendiri dengan dukungan orang yang ahli dalam bidang pariwisata.
2. Di Luar Kawasan
Keberadaan objek wisata lain di Kalimantan, Sabah dan Sarawak memiliki potensi, baik untuk mengalihkan wisatawan dari Taman Nasional Kayan Mentarang, maupun memberikan kombinasi paket-paket kegiatan yang dapat menarik wisatawan yang menyukai perjalanan dengan berbagai variasi tujuan dan kegiatan.
Atraksi wisata di Kalimantan meliputi:
• Perjalanan dengan kapal menyusuri sungai Mahakam
• Menyelam di pantai karang (atol) dekat Berau (Tanjung Redeb)
• Pengamatan satwa liar, khususnya Bekantan, Orang utan dan mamalia di dataran rendah lain, burung di kawasan konservasi Sebuku- Sembakung, Taman Nasional Kutai dan Stasiun Wanariset di Balikpapan Kalimantan Timur.
• Perjalanan lintas Kalimantan dari hulu sungai Mahakam melalui pegunungan sampai ke Sungai Kapuas di Kalimantan Barat.
• Rafting di Sungai Boh.
• Formasi batu kapur kapur di Semenanjung Sangkulirang.
Secara umum Ekowisata lebih berkembang di Sabah dan Sarawak. Kedatangan wisatawan ditempat-tempat seperti Taman Nasional Gunung Kinabalu, areal konservasi Lembah Danum, bentuk-bentuk batu gamping/kapur di Mulu sudah cukup banyak.
Taman Nasional Gunung Kinabalu mampu menarik wisatawan lebih dari 170.000 pengunjung setiap tahunnya. Wisatawan ini merupakan pasar potensial bagi Taman Nasional Kayan Mentarang. Dengan adanya pengembangan Taman Nasional Pulong Tau di sebelah Taman Nasional Kayan Mentarang, sangatlah memungkinkan untuk menarik wisatawan melalui lintas batas. Adanya rencana WWF Malaysia untuk mengembangkan hutan konservasi dan proyek wisata alam bersama-sama masyarakat setempat di hulu Padas dan daerah perbatasan lain di Sabah dan Sarawak juga akan sangat membantu usaha pengembangan pariwisata TNKM.
Kalimantan Timur mendapat kunjungan wisatawan sebanyak 19.590 orang pada tahun 1998 dan 42.817 orang pada tahun 1997. Adanya kebakaran hutan serta krisis politik dan ekonomi merupakan penyebab utama penurunan kunjungan wisatawan tersebut.
Jumlah wisatawan sebanyak 19.590 orang itu berasal dari :
Asean 6.360
Eropa 5.829
Asia Timur 5.265
Amerika Utara 1.219
Oceania 839
Afrika 78
I-48 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku II)
I-49
D. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat