PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengusaha agroindustri berusaha membeli bahan baku dalam jumlah yang relatif lebih besar pada musim panen ketika harga sedang rendah. Namun pengusaha agroindustri tidak bisa membeli bahan baku sebanyak-banyaknya pada saat musim panen atau saat harga sedang rendah.
Pengertian Agroindustri
Industri pertanian adalah suatu kegiatan yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Oleh karena itu, industri pertanian meliputi Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri Alat dan Mesin Pertanian (IPMP) dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) (Badar dkk, 2012).
Peran Agroindustri
Menurut Assauri (1981) dalam Budiman dan Hakimi (2004) ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam perolehan bahan baku pada agroindustri, yaitu: (1) kuantitas bahan baku, (2) kualitas bahan baku. , (3) waktu kedatangan bahan baku, (4) biaya perolehan bahan baku, dan (5) penyelenggaraan perolehan bahan baku di perusahaan. Dalam analisis pengadaan bahan baku perlu memperhatikan: (1) jenis dan asal bahan baku, (2) identifikasi kebutuhan bahan baku, (3) tata cara pembelian dan spesifikasi bahan baku, syarat dan waktu penyerahan. , syarat pelayanan dan syarat pembayaran, (4) pemilihan pasokan bahan baku, dan (5) pemantauan kualitas bahan baku (Budiman dan Hakimi, 2004).
KARAKTERISTIK AGROINDUSTRI
Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan yang termasuk dalam barang jadi dan merupakan pengeluaran terbesar dalam proses produksi (Budiman dan Hakimi, 2004). Umumnya persediaan bahan baku suatu perusahaan akan digunakan untuk menunjang pelaksanaan proses produksi.
Pengolahan
Menurut Austin (1992) dalam Suprapt (2010), agroindustri pertanian benar-benar dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan di sebagian besar negara berkembang karena empat alasan yaitu. Teknologi alternatif yang tersedia dalam pengolahan hasil pertanian bervariasi, mulai dari teknologi tradisional yang digunakan oleh industri skala kecil (perumahan) hingga teknologi canggih yang biasa digunakan oleh industri skala besar.
Pemasaran Produk
Sebelum kegiatan pembelian dilakukan dilakukan penilaian terhadap konsumsi bahan baku yang digunakan dalam proses produksi produk tersebut. Strategi Pengadaan Bahan Baku Pada Agroindustri Ubi Jalar Untuk Memenuhi Permintaan Pasar (Studi Kasus PT Galih Estetika Indonesia, Desa Bandorasa, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat).
TANTANGAN DAN PELUANG AGROINDUSTRI
Tantangan Agroindustri
Tantangan dan harapan bagi pengembangan industri pertanian di Indonesia adalah bagaimana meningkatkan keunggulan komparatif produk pertanian secara kompetitif agar menjadi produk unggulan yang mampu bersaing di pasar dunia. Oleh karena itu perencanaan pengembangan industri pertanian didasarkan pada keunggulan komparatif daerah, sehingga tercermin dalam pengembangan industri pertanian daerah bahkan perdesaan yang berbasis pada komoditas unggulan.
Peluang Agroindustri
Hal ini menyangkut kebutuhan perusahaan agroindustri akan pasokan bahan baku dan bahan penolong lainnya di masa depan. Hal ini tidak mudah karena produk pertanian yang dijadikan bahan baku bersifat musiman. Agroindustri berbasis pangan lokal memerlukan bahan baku berupa hasil pertanian yang layak untuk diolah menjadi pangan.
Pelaksanaan persediaan bahan baku suatu perusahaan akan ditentukan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan bahan baku. Perkiraan kebutuhan bahan baku ini merupakan perkiraan jumlah bahan baku yang akan digunakan perusahaan untuk proses produksi di masa yang akan datang.
PRINSIP PENGOLAHAN PRODUK
Pengolahan Agroindustri Hasil Pertanian
Industri pertanian pengolahan hasil pertanian merupakan kegiatan pengubahan wujud hasil pertanian segar dan asli menjadi wujud yang sama sekali berbeda. Umumnya proses pengolahan ini menggunakan mesin atau instalasi pabrik yang terintegrasi mulai dari penanganan input atau produk pertanian mentah hingga bentuk siap konsumsi dalam bentuk barang yang dikemas (Suprapto, 2015). Klasifikasi tahapan perubahan bentuk pada proses pengolahan dan bentuk produk pada agroindustri pertanian adalah sebagai berikut.
Menurut Austin (1992) dalam Udayana (2011), agroindustri pertanian mampu memberikan kontribusi yang sangat nyata terhadap pembangunan sebagian besar negara berkembang karena empat alasan, yaitu. Agroindustri pengolahan hasil pertanian merupakan kegiatan mengubah wujud hasil pertanian segar dan asli menjadi wujud yang sama sekali berbeda.
Penerapan Agroindustri Hasil Pertanian
Industri pertanian dapat menghemat biaya dengan mengurangi kerugian produksi pasca panen dan rantai pemasaran pangan juga dapat memberikan manfaat gizi dan kesehatan dari pangan yang dipasok jika pengolahannya direncanakan dengan baik. Untuk memudahkannya, secara umum teknologi pascapanen diklasifikasikan berdasarkan tahapannya, yaitu tahap pra-pemrosesan, tahap pemrosesan, dan tahap pemrosesan lanjutan (Badar dkk, 2013). Proses awal pascapanen meliputi pembersihan, pengeringan, penyortiran dan pengeringan untuk kualitas, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan, pemotongan, pembuangan biji, pengupasan dan banyak lagi.
Tahapan pengolahan pasca panen antara lain fermentasi, oksidasi, ekstraksi buah, ekstraksi herbal, distilasi dan lain sebagainya. Sedangkan contoh pengolahan pascapanen lanjutan dapat digolongkan pada teknologi proses agroindustri, yaitu penerapan perubahan (kimia, biokimia, fisik) terhadap hasil pertanian menjadi produk yang bernilai ekonomi lebih tinggi, seperti: 1.
Pengembangan Agroindustri Hasil Pertanian
Sebagian besar sumber daya perusahaan juga sering terlibat dalam penyediaan bahan baku untuk digunakan dalam operasional pabrik perusahaan. Ciri-ciri bahan baku agroindustri terutama yang bersifat musiman adalah produksinya tidak selalu tersedia (terkadang pada saat musim panen tiba bahan baku melimpah sehingga menyebabkan harga turun drastis jika tidak tersedia. musim, akan sulit ditemukan sehingga menyebabkan harga naik). Pengadaan bahan baku merupakan kegiatan yang sangat penting karena merupakan faktor utama dalam terlaksananya produksi.
Pada umumnya perusahaan industri jarang mempunyai lahan sendiri untuk memenuhi kebutuhan pengadaan bahan bakunya. Produk agroindustri dapat berupa produk akhir yang siap dikonsumsi atau dimanfaatkan manusia atau produk yang menjadi bahan baku industri lain.
PERENCANAAN USAHA AGROINDUSTRI
Kegunaan Perencanaan
Perencanaan dalam pengertian ini menitikberatkan pada upaya memilih dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan di masa depan serta upaya untuk mencapainya. Sumber informasi yang dapat diperoleh untuk gambaran situasi pasar potensial perusahaan yang akan dikembangkan antara lain: media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio), internet, penglihatan langsung di lapangan (riset pasar) atau informasi. diperoleh dari teman (rekan kerja) yang menjalankan perusahaan. Berdasarkan informasi awal yang diperoleh, usaha yang akan dijalankan dapat segera dianalisis kemungkinan pelaksanaannya dan kelayakannya.
Tahap akhir dari kegiatan perencanaan usaha adalah menganalisis kelayakan ekonomi dari usaha yang akan dibuat. Untuk menganalisis kelayakan ekonomi suatu hal, perlu dilakukan perkiraan pendapatan dan biaya yang akan timbul jika usaha tersebut dilaksanakan.
Agroindustri Berkelanjutan
Secara kuantitas, bahan baku yang cukup harus selalu tersedia pada saat kita memerlukannya. Untuk itu, ketersediaan bahan baku tersebut harus diperhatikan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Suatu proses produksi dikatakan terputus-putus apabila tidak ada urutan atau pola yang pasti dari bahan mentah sampai menjadi produk jadi atau urutannya selalu berubah-ubah (Ahyari, 2002) dalam (Satria, 2016).
Bahan baku tidak langsung disebut juga bahan tidak langsung merupakan bahan baku yang berperan dalam proses produksi, namun tidak terlihat secara langsung pada produk akhir yang dihasilkan. Besarnya persediaan bahan baku yang diterima perusahaan tergantung pada kebijakan pengeluaran perusahaan.
FUNGSI DAN OPERASI AGROINDUSTRI
Proses Produksi
Proses produksi adalah suatu cara, cara atau teknik untuk meningkatkan kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang ada. Ciri-ciri atau ciri-ciri proses produksi yang kontinyu adalah (Bagus, 2010). Ciri-ciri atau ciri-ciri proses produksi yang terputus-putus adalah (Bagus, 2010).
Proses produksi intermiten merupakan suatu proses produksi dimana bahan-bahan diolah dengan cara menggabungkannya menjadi produk akhir. Faktor produksi alam adalah seluruh sumber daya di alam semesta yang digunakan dalam proses produksi.
Material atau bahan Baku
Industri pertanian merupakan suatu usaha pengolahan bahan baku, jika terjadi kekurangan bahan baku maka proses pengolahan dan pemasaran menjadi tidak efektif (Putri, 2012). Selain itu, terdapat biaya variabel yang harus diperhitungkan dalam menentukan biaya persediaan, seperti biaya persiapan dan biaya kekurangan bahan baku. Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan antara pemesanan bahan baku hingga kedatangan bahan baku.
Walaupun perusahaan mempunyai lahan sendiri namun ketersediaannya belum mencukupi kebutuhan perusahaan sehingga perusahaan masih memerlukan alternatif lain dalam pembelian bahan baku. Ditinjau dari kontinuitas bahan baku, umumnya terdapat dua macam ciri, yaitu: bahan baku yang bersifat musiman dan berdasarkan umur panen (tanaman semusim).
Tenaga Kerja
Menurut Sinungan (2000), pengukuran produktivitas kerja dengan sistem pendapatan fisik individu atau jam kerja setiap individu dapat diterima secara luas. Pertama, kualitas angkatan kerja Indonesia secara umum masih rendah, baik dari segi pendidikan maupun pengetahuan dan keterampilan profesional. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dari segi kualitas pasti terdapat perbedaan antara tenaga kerja yang satu dengan yang lainnya.
Menurut Simanjuntak (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja antara lain kualitas dan kemampuan pegawai, motivasi kerja, pengalaman kerja, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, jenis kelamin, lingkungan kerja dan permodalan. Namun tingkat produksi dan teknologi yang tinggi memerlukan pengembangan infrastruktur, manajemen dan tenaga kerja terampil (Suprapto, 2014).
Peningkatan Kualitas Produk
Dampak terhadap biaya produksi terjadi melalui proses pembuatan produk yang berkualitas dan bebas dari kerusakan. Kepuasan konsumen dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi. Secara umum konsumen menginginkan produk yang mempunyai atribut yang lebih cepat (menggambarkan kecepatan, kemudahan, dan kemudahan mendapatkan produk), atribut yang lebih murah (menggambarkan harga yang harus dibayar konsumen), dan atribut yang lebih baik (menggambarkan kualitas produk yang akan diperoleh konsumen). . ). ).
Keistimewaan produk tidak hanya terdiri dari sifat fisik produk yang ditawarkan, tetapi juga jasa yang menyertai produk tersebut. Dengan kata lain nilai tambah suatu produk menunjukkan bahwa kualitas produk tersebut baik dan dapat diandalkan, sehingga dapat menarik konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut.
Penciptaan Produk Baru
Secara umum, untuk menciptakan produk baru yang sukses, perusahaan harus memahami pelanggan, pasar, dan pesaing serta mengembangkan produk yang memberikan nilai unggul kepada pelanggan. Perusahaan hendaknya mempunyai rencana produk baru yang kuat dan menyiapkan proses pengembangan produk baru yang sistematis untuk menemukan dan mengembangkan produk baru (Purwanto, 2011). Pembuatan ide: tahap ini menyasar produk yang akan dipasarkan menggunakan produk yang sudah ada atau menciptakan produk baru yang belum ada.
Pengembangan produk baru akan memberikan terobosan strategis untuk memecahkan kebuntuan akibat semakin jenuhnya arena persaingan bisnis. Oleh karena itu, faktor tren pasar menjadi salah satu unsur yang perlu diperhatikan antara lain dalam mengembangkan produk baru (Purnomo, 2009).