PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Batasan dan Rumusan Masalah
Sehingga penulis membatasi ruang lingkup penelitian kejujuran pada suku Banjar di Kabupaten Tabalong. Masyarakat suku Banjar memandang kejujuran sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi calon calon pengantin pria.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Jika keluarga mempelai wanita menyetujui, musyawarah diawali dengan pernyataan dari mempelai pria mengenai besaran ongkos kirim. Seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, ada penentuan besarnya kejujuran yang dilakukan oleh keluarga calon mempelai wanita.
Tinjauan Kajian Terdahulu
Kerangka Teori
Metode Penelitian
Untuk mengetahui nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam pemahaman masyarakat suku Banjar di Kabupaten Tabalong tentang kejujuran. Untuk menganalisis pandangan hukum Islam dalam kaitannya dengan Tradisi Kejujuran pada masyarakat suku Banjar Kabupaten Tabalong.
Sistematika Penulisan
MAHAR DALAM HUKUM ISLAM
Pengertian Mahar
Menurut Intisari Hukum Islam, mahar adalah pemberian calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik berupa barang, uang, maupun jasa yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa mahar adalah pemberian calon mempelai laki-laki yang berupa jasa, uang, dan barang berdasarkan kesepakatan bersama, dan pemberian tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam dan dapat diberikan dalam bentuk tunai maupun dalam keadaan ditangguhkan. . .
Dasar Hukum Mahar
Artinya: “Kemudian istri-istri yang kamu nikmati (bercampur) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (yang sempurna), sebagai suatu kewajiban.” Artinya: “Yahya telah bersabda, Waqi’ telah diucapkan atas wewenang Sufyan atas wewenang Abi Hazim bin Dinar atas wewenang Shal bin Said as-Sa’idi sebagaimana sabda Nabi.
Mahar Dalam Kompilasi Hukum Islam
Jenis Dan Macam-Macam Mahar
Ijma ini tidak terhalangi oleh pendapat madzhab Hanafi dan Syafi’i yang memperbolehkan penghapusan mahar, karena dalam keadaan ini masih memerlukan mahar mitsl. Mahar mitsl (ghair musamma) adalah mahar yang tidak dikatakan besar jumlahnya sebelum atau pada saat perkawinan. Mahar mitsl juga dapat diartikan sebagai suatu patokan nilai (mahar) yang diterima oleh perempuan-perempuan sejenis dalam lingkungan sanak saudaranya yang berasal dari garis bapaknya, seperti saudara kandung atau tante, bukan dari garis ibu, karena ibu kadangkala berasal dari keluarga yang mempunyai adat istiadat. yang berbeda dengan keluarga ayah lainnya.
Mengenai waktu pembayaran mahar dengan cara ini, jika mahar ditunda untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, misalnya mempelai laki-laki berkata: “Aku akan menikahkanmu dengan mahar seribu (dirham) dengan syarat aku membayarnya jika ada angin. pukulan, atau jika datang fulan, dan sejenisnya, maka model penundaan seperti ini tidak diperbolehkan oleh keempat mazhab tersebut mengingat tidak ada kepastian pembayarannya.23 Mazhab Hanafi dan Hanbali menyatakan bahwa mahar tersebut masih sah dan istri tetap berhak atas mahar meskipun ia bercerai atau meninggal dunia, sesuai tradisi yang berlaku di dunia Islam.Sedangkan mazhab Maliki yang berpendapat tidak jelas batas waktunya, misalnya ditunda sampai meninggal dunia. atau perceraian, maka akad nikah tersebut batal dan status perkawinannya harus diakhiri, kecuali jika mempelai laki-laki pernah mempunyai hubungan intim dengan pihak perempuan, dalam hal ini pihak perempuan berhak menerima mahar yang sah.25.
Jika mempelai pria terpaksa menunda mahar karena keadaan, hal ini diperbolehkan jika mempelai wanita menyetujuinya.
Ketentuan-Ketentuan Mengenai Mahar
Sebelum menentukan derajat kejujuran, sudut pandang pangeran adalah rumah calon pengantin dan perkataannya. Pria tersebut adalah seorang yatim piatu dan hanya mampu memperoleh penghasilan sebesar Rp. Oleh karena itu Ny. Asnawati meminta jumlah orang jujur diperbanyak, bukan karena ingin mempersulit laki-laki menikahkan anaknya.
Ketika tidak ada laki-laki yang dilamar, pertanyaan Badaran bermula tentang tingkat kejujuran yang dituntut perempuan. Jika laki-laki tersebut tidak sanggup, maka laki-laki tersebut akan meminta agar jumlah tersebut dikurangi. Jika laki-laki menuntut terlalu sedikit kejujuran dari perempuan, hal ini dapat dianggap sebagai penghinaan terhadap perempuan dan menyebabkan perempuan tidak jujur.
Jika pihak keluarga mempelai wanita menolak, biasanya mereka menuntut jumlah yang jauh di atas harga pasar. Jumlah pasar yang wajar adalah jumlah normal yang akan diberikan secara adil oleh seorang pria kepada seorang gadis seusianya. Keluarga mempelai wanita menuntut jumlah yang cukup beserta dengan adilnya uang yang didapat pihak wanita, nyatanya pihak wanita tidak mengambil semuanya.
Gambaran Umum Kabupaten Tabalong
Infrastruktur Kabupaten Tabalong
Peningkatan sumber daya manusia menjadi prioritas dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh pendidikan seluas-luasnya, khususnya bagi penduduk usia 7 sampai dengan 24 tahun, yaitu kelompok usia bersekolah.5. Terdapat 2 Rumah Sakit di Kabupaten Tabalong yang berlokasi di Kecamatan Tanjung (RSUD H. Badaruddin Tanjung) dan Kecamatan Murung Pudak (RS Pertamina).
Data Kependudukan Kabupaten Tabalong
Sekitar 14,88% tinggal di Kecamatan Tanjung, 20,67% tinggal di Kecamatan Murung Pudak dan 10,32% tinggal di Kecamatan Kelua. Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Bintang Ara dengan kepadatan 7 jiwa/km². Untuk mempercepat pertumbuhan pembangunan, Kabupaten Tabalong membagi 3 wilayah pembangunan yaitu wilayah pembangunan utara, tengah dan selatan.9.
Bidang pekerjaan yang paling banyak dimasuki warga Tabalong adalah sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan sebanyak 67.144 orang.
JUJURAN DALAM ADAT BANJAR DAN HUKUM
Pelaksanaan Tradisi Jujuran di Kabupaten Tabalong
Kejujuran identik dengan uang, namun tidak ada batasan minimal dan maksimal besarnya kejujuran, karena besarnya kejujuran didasarkan pada kesepakatan bersama. Pertama, tingkat keadilan bergantung pada pasar daerah, artinya setiap daerah mempunyai pandangan berbeda terhadap tingkat keadilan. Ketiga, tingkat pendidikan anak perempuan.11 Tingkat keadilan juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan anak perempuan tersebut, karena masyarakat meyakini bahwa ibu adalah sumber utama pendidikan bagi anak-anaknya kelak.
Jadi jika seorang gadis mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, maka besarnya kejujuran pada gadis itu akan meningkat sesuai dengan tingkat pendidikannya. Meski kecantikan itu relatif, namun masyarakat Banjar tetap membedakan besaran keadilan jika seorang gadis mempunyai wajah yang lebih cantik dibandingkan gadis lainnya. Jika jumlah orang jujur di masyarakat adalah sekitar 40 juta, maka perempuan akan menuntut total sekitar 40 juta orang.
Sebaliknya jika pihak laki-laki dan perempuan menyepakati besaran kejujuran, maka masuk ke tahap penyerahan kejujuran.20 Kejujuran merupakan sejenis mahar yang berlaku bagi masyarakat adat, namun tidak sama dengan mahar.21 .
Makna Filosofis Jujuran dalam Sudut Pandang Masyarakat
Jadi jika muncul pertimbangan dan pihak laki-laki mengajukan penawaran terlalu jauh dari pembahasan sebelumnya, maka dianggap penghinaan. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya risiko perceraian karena jika terjadi masalah dalam rumah tangga maka pihak laki-laki tidak akan mudah bercerai karena mengingat perjuangannya mencari uang untuk pengeluaran yang jujur22. Jadi orang tua wanita tersebut akan mempertimbangkan besarnya kejujuran sesuai dengan usaha anaknya karena wanita tersebut mungkin mempunyai nilai lebih dibandingkan wanita lainnya.
Nilai kejujuran menjadi hal yang selalu dibicarakan ketika calon mempelai pria datang ke rumah orang tua calon mempelai wanita untuk menyatakan keseriusan, kesediaan, niat dan tekad tulusnya untuk memperistri calon mempelai wanita dengan keikhlasan cinta dan agama. . Di wilayah Kabupaten Tabalong biasanya maharnya sebesar 50 juta, sehingga orang tua mempelai mematok mahar untuk anaknya sebesar 100 juta. Hal ini merupakan hal yang lumrah terjadi di masyarakat, bahwa peningkatan jumlah kejujuran yang terlalu besar merupakan sebuah sinyal penolakan.
Melalui perkawinan, orang-orang yang dipersatukan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan akan menjalani kehidupan baru, yaitu kehidupan rumah tangga.
Harmonisasi Jujuran dalam Perspektif Masyarakat Banjar di
Maksudnya: "Maka bagaimana jika kamu berkuasa, adakah kamu akan merosakkan bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?". Artinya: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah membesarkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Artinya: "Dan orang-orang yang menghubungkan segala yang diperintahkan Allah kepada dibelenggu, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk".
Artinya : “Abdullah bin Yusuf, Malik menceritakan kepada kami atas wewenang Ibnu Shihab, atas wewenang A’raj, atas wewenang Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah saw. dan memberinya ketenangan, bersabda: “Makanan yang paling buruk adalah makanan walim (pesta) yang hanya diundang oleh orang kaya, sedangkan orang miskin tidak diundang. Artinya: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu tidak akan pernah mampu menembus bumi dan tidak akan pernah mencapai setinggi gunung. Namun tidak menutup kemungkinan calon pengantin pria akan meminta bantuan orang dalam bentuk hutang.
Maksudnya: “Sesiapa yang menyakiti seorang Muslim, Allah akan mencelakakannya, sesiapa yang menyusahkan (menyusahkan) seorang Muslim, Allah akan menimpakan kepadanya” (H.R Abu Dawud dan dianjurkan oleh Imam At Tirmidzi). 40.
Analisis Penulis
Maksudnya: “Diriwayatkan daripada Sahl bin Sa’ad ra katanya: “Pada suatu ketika datang seorang wanita menemui Rasulullah s.a.w, lalu berkata: “Wahai Rasulullah.Lalu Rasulullah saw melihatnya sambil mendongak ke arahnya dan memperhatikannya dengan teliti, lalu membelai dan menganggukkan kepalanya.Apabila wanita itu menemui Rasulullah saw. berselawat ke atasnya dan memberi salam, diam tanpa memberi keputusan, wanita itu segera duduk, lalu seorang sahabat berdiri dan berkata: “Wahai Rasulullah.
Demi Allah, aku tidak diberi apa-apa, bahkan sebuah cincin besi pun tidak, yang kumiliki hanyalah pakaian ini, yaitu pakaian yang hanya bisa menutupi bagian bawah tubuhku (Sahl berkata: Teman ini tidak memiliki pakaian untuk menutupi bagian atas). sebagian tubuhnya) karena aku sudah ia berikan separuhnya kepada istrinya.” Nabi sallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang dapat kamu lakukan dengan pakaianmu jika kamu tidak ingin memakainya? Rasulullah bertanya lagi, “Dapatkah kamu membaca dengan hati?” Temannya menjawab, "Ya!" Rasulullah bersabda, “Pergilah. Empat penulis akan menganalisis kejujuran sebagai anugerah laki-laki kepada perempuan pada masa Badar.
Mochamad Rochman Firdian, “Tradisi “Maantar Kejujuran” Dalam Pernikahan Adat Banjar Di Kalimantan Selatan Dalam Perspektif Hukum Islam dan Sosiologi Hukum.”.
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun besar kecilnya atau besarnya franking dapat dipengaruhi oleh strata sosial keluarga mempelai wanita. Strata sosial di sini tidak hanya berarti berasal dari garis keturunan bangsawan saja, namun bisa juga karena perempuan tersebut mempunyai pekerjaan yang layak, kedudukan yang tinggi atau karena tingkat pendidikan yang telah ia selesaikan. Makna filosofis yang terkandung dalam adat Banjar mengenai kejujuran adalah adat ini berkaitan dengan prinsip gotong royong.
Dimana kedua belah pihak saling membantu mempersiapkan kebutuhan acara pernikahan. Selain itu, kejujuran juga menjadi media pengikat antara kedua mempelai agar tidak boleh menerima tawaran orang lain. Integrasi hukum Islam dengan budaya kejujuran berarti kejujuran dan ajaran Islam mempunyai prinsip yang sama yaitu prinsip gotong royong.
Hal ini membuktikan tidak adanya pemisahan antara budaya dan agama karena budaya (kearifan) lokal dapat menyatu dengan nilai-nilai atau semangat yang terkandung dalam Islam.
Saran-saran
Diib At-Tadzhîb fî Adillat Al-Ghâyat wa At-Taqrîb Al-Masyhur bi Matan Abi Syuja’ fi Al-Fiqh Asy-Syâfi’î, Penerjamah D.A Pakihsati.