• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keyword: Peer Counseling, Peer Counselor, Peer Counselor Candidate, Basic Communication Skill For Peer Counselor PENDAHULUAN Pengaruh teman sebaya meningkat pesat pada masa remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Keyword: Peer Counseling, Peer Counselor, Peer Counselor Candidate, Basic Communication Skill For Peer Counselor PENDAHULUAN Pengaruh teman sebaya meningkat pesat pada masa remaja"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PERENCANAAN GURU BK DALAM PELAKSANAAN PEER COUNSELING DI MTsN 1 PESISIR SELATAN

Huriah Putri1, Fitria Kasih2, Besti Nora Dwi Putri2

1Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

2Dosen program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat Huriahputri8@gmail.com

ABSTRACT

This research is supported by the less of peer counselor communication skill and the limit of electing peer counselor. The purposes of this research are 1) to describe about electing of peer counselor candidate 2) to describe about the basic communication skill for peer counselor candidate. Type of this research is qualitative descriptive research. As the key informants, it was chosen four guidance counseling teachers and as the additional informant, it was chosen two peer counselors, two peer counselees. The instrument used in this research was interview, then analyzed into reduction data, display and drawing a conclusion.

The result revealed that 1)in electing peer counselor was seen in some aspects such as their interest, being volunteered to help, being liked by the most friends, having stable emotional, being good in learning, can keep a secret, there is not still appropriate with not maximal to do 2) the basic communication skill for peer counselor candidate is not maximal in giving the training such as they are not capable in implementing and understanding the communication skill of peer counselor. It recommended to guidance counseling teacher to give more training for making peer counselor be better in giving counseling.

Keyword: Peer Counseling, Peer Counselor, Peer Counselor Candidate, Basic Communication Skill For Peer Counselor

PENDAHULUAN

Pengaruh teman sebaya meningkat pesat pada masa remaja.

Hal ini berkaitan dengan keinginan untuk bebas dari pengaruh orangtua.

Teman sebaya memberikan dukungan yang amat besar pada remaja dalam mengatasi berbagai tantangan hidup. Teman sebaya merupakan salah satu figur yang

penting yang sangat memberi peran memberi warna pada berbagai aspek perkembangan individu. Hunainah 2011 (Ririanti Rachmayanie dan Arie Prahesty, 2015:69) menyatakan

peer counseling dimaknai sebagai aktivitas saling memperhatikan dan saling membantu secara interpersonal diantara sesama siswa yang berlangsung dalam kehidupan

(2)

sehari-hari disekolah, dalam kedudukan yang setara (equal) di antara teman sebaya tersebut.

Konselor teman sebaya memungkinkan siswa memiliki keterampilan-keterampilan guna megimplementasikan pengalaman kemandirian dan kemampuan mengontrol diri yang sangat bermakna bagi remaja. Secara khusus peer counseling tidak memfokuskan pada evaluasi isi, namun lebih memfokuskan pada proses berfikir, proses-proses perasaan dan proses pengambilan keputusan. Dengan cara yang demikian, peer counseling memberikan kontribusi pada dimilikinya pengalaman yang kuat dibutuhkan para remaja yaitu respect.

Tindall dan Gray 1985 (Erhamwilda, 2015: 43) menyatakan konselor teman sebaya sebagai suatu ragam tingkah laku membantu secara interpersonal yang dilakukan oleh individu nonprofesional yang berusaha membantu orang lain.

Tindall dan Gray 1985 (Erhamwilda, 2015: 53) menyatakan:

Perencanaan peer counseling memiliki lima komponen yaitu: 1) pemilihan calon konselor teman sebaya, dimana calon konselor berdasarkan kondisi humanistik subjektif yang ada pada diri seorang siswa. Karakteristik kondisi humanistik itu meliputi: kehangatan, berminat, dapat menerima orang lain, toleran terhadap sistem perbedaan nilai dan energik. Kriteria yang menjadi acuan dalam memilih calon konselor teman sebaya adalah memiliki minat dan sukarela membantu teman sebaya yang bermasalah, disukai mayoritas temannya, memiliki emosi yang stabil, dapat dilihat berdasarkan pengamatan oleh konselor sekolah, wali kelas atau teman sebayanya dan dievaluasi sendiri oleh calon konselor melalui angket, prestasi belajarnya minimal rata-rata, mampu dan bersedia menjaga rahasia. 2) dasar keterampilan komunikasi bagi calon konselor teman sebaya meliputi: attending, summarizing, questioning, genuineness, assertiveness, confrontation, problem solving. 3) hal-hal yang berkaitan dengan training meliputi: macam-

(3)

macam pelatihan, interaksi yang efektif dari peer dan profesional, supervisi dan kontrol yang pantas. 4) kondisi yang esensial bagi konselor teman sebaya. 5) beberapa hal penting dalam pengembangan konseling sebaya.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat melaksanakan PL Sekolah di MTsN 1 Pesisir Selatan pada tanggal 01 Agustus 2016, hasilnya dapat ditemukan bahwa siswa lebih sering mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya kepada temannya dan mereka lebih percaya kepada teman sebayanya, walaupun mereka memiliki guru BK di sekolah.

Dengan adanya program peer counseling di sekolah maka siswa lebih suka menceritakan permasalahhan yang dihadapnya kepada konselor teman sebaya dan lebih mudah mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakan.

Namun disini tidak mengurangi tugas dari Guru BK tesrsebut, dimana konselor teman sebaya bisa mengkonsultasikan permasalahan yang dihadapi teman sebayanya kepada Guru BK berdasarkan seizin

dari teman sebaya tersebut. Guru BK harus memilih terlebih dahulu peserta didik yang cocok untuk menjadi konselor teman sebaya, tidak hanya sekedar sesuka hati dalam pemilihan namun pemilihan disini harus berdasarkan ketentuan dan aturan yang sebenarnya.

Adanya kendala dalam pemilihan dari calon konselor teman sebaya tersebut Guru BK tidak melakukan secara terstruktur atau yang sesungguhnya, sehingga keterampilan dari konselor teman sebaya tidak maksimal dalam pelaksanaan peer counseling yang dilakukannya, contohnya Guru BK hanya melihat berdasarkan prestasi yang dimiliki. Setelah pemilihan dari konselor teman sebaya, Guru BK haruslah melakukan dan memberikan pelatihan terhadap konselor teman sebaya, agar konselor tersebut dapat membantu teman-temannya dan menjalankan tugasnya dengan baik dan benar.

Dari hasil wawancara penulis lakukan pada tanggal 9 Agustus 2016 di MTsN 1 Pesisir Selatan dengan salah satu peserta didik, dimana peserta didik lebih suka bercerita

(4)

dengan teman sebaya atau konselor sebaya yang mereka miliki, karna ketika menceritakan permasalahanya kepada konselor sebaya mereka merasa nyaman, lebih santai serta memiliki perasaan yang sama dibandingkan dengan konselor sekolah atau guru BK, siswa merasa jika menceritakan permasalahannya kepada guru BK adanya rasa kekhawatiran akan terbongkarnya masalah yang sedang dihadapinya kepada guru-guru yang lainnya. Serta hubungan pertemanan bagi mereka sering kali menjadi menjadi sumber terbesar terpenuhinya rasa senang dan juga dapat menjadi sumber frustasi yang mendalam, pemilihan calon konselor sebaya belum sesuai dengan kriteria, dan dasar komunikasi bagi calon konselor teman sebaya belum maksimal.

Agar tidak terjadinya kesalah pamahaman Guru BK haruslah memilih konselor teman sebaya dengan benar dan memberikan pelatihan, namun disini konselor teman sebaya tidak akan menggantikan posisi dari Guru BK, karna Guru BK harus selalu mengamati yang terjadi begitupun

konselor teman sebaya haru selalu berkomunikasi dengan Guru BK.

Berdasarkan fenomena di atas peneliti ingin melihat lebih lanjut lagi tentang “Profil Perencanaan Guru BK dalam Pelaksanaan Peer Counseling di MTsN 1 Pesisir Selatan”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif.

Moleong (2010: 6), menyatakan bahwa: Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek-subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa pada suatu konteks, khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini dilaksanankan pada tanggal 28 Juli sampai 07 Agustus 2017. Lokasi penelitian dilaksanakan di MTsN 1 Pesisir

(5)

Selatan, yang terletak di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.

Jenis penelitian yang digunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini berupa wawancara. Adapun informan penelitian yaitu empat orang guru BK sebagai informan kunci, dua orang konselor teman sebaya dan dua orang konseli sebaya sebagai informan tambahan. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah: pada penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai teknik pengumpulan data dalam waktu yang berbeda. Menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai sumber buku yang terkait dengan teori yang ditemukan di lapangan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis data model Miles dan Huberman. Model ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh (Sugiyono,

2009: 246). peneliti

mengelompokkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dari berbagai sumber data berdasarkan topik-topik yang dibahas dalam penelitian ini. Adapun topik-topik yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah profil perencanaan guru bk dalam pelaksanaan peer counseling di MTsN 1 Pesisir Selatan. Pada penyajian data, peneliti menyajikan hasil wawancara yang telah didapatkan dari informan kunci dan informan tambahan dengan menceritakan dalam bentuk tulisan.

penarikan kesimpulan yaitu menyimpulkan jawaban yang telah didapatkan dari informan kunci dan tambahan pada saat melakukan wawancara, menyimpulkan secara keseluruhan jawaban dari item pertanyaan tentang fokus penelitian yang telah diberikan kepada informan kunci dan tambahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, adapun hasil dan pembahasan dalam penelitian ter- sebut adalah:

(6)

A. Pemilihan Calon Konselor Teman Sebaya

1. Memiliki minat dan sukarela membantu teman sebaya pemilihan dari konselor teman sebaya berdasarkan pilihan yang telah ditentukan oleh guru BK sendiri, juga berdasarkan pertimbangan calon konselor tersebut memiliki prestasi dan syarat yang sesuai.

Hunainah, 2011: 105 (Ririanti Rachmayanie dan Arie Prahesty 2015:70) menyatakan bahwa prosedur menyeleksi calon konselor sebaya dimaksud pada identifikasi perorangan yang menunjukan rasa empati, untuk mendapatkan calon konselor teman sebaya dengan menggunakan nilai yang didapat dari wali kelas yaitu yang memiliki nilai yang tinggi, memiliki tingkat motivasi yang tinggi dikelas, siswa yang secara sukarela mau menjadi konselor teman sebaya.

2. Disukai oleh Mayoritas Temannya

Konselor teman sebaya mengetahui bahwa mereka disukai menjadi konselor teman sebaya terlihat banyaknya teman sebaya yang bercerita kepada mereka.

Erhamwilda (2015: 54), menyatakan kriteria yang menjadi acuan dalam memilih konselor teman sebaya yaitunya disukai oleh mayoritas temannya.

3. Memiliki Emosi Stabil

Konselor teman sebaya masih sulit untuk mengendalikannya dikarenakan konselor teman sebaya yang masih remaja memiliki emosi yang tidak stabil, terkadang emosinya terlihat baik.

Suwarjo (2008:83) pemilihan didasarkan pada karakteristik- karakteristik hangat, memiliki minat untuk membantu, dapat diterima oleh orang lain, toleran terhadap perbedaan sistem nilai, energik, secara sukarela bersedia membantu

(7)

orang lain, memiliki emosi yang stabil.

4. Prestasi Belajar Rata-rata Konselor teman sebaya memiliki prestasi belajar rata- rata seperti selalu berada pada peringkat sepuluh besar dikelasnya dan juga mereka yang menjadi konselor teman sebaya memiliki nilai-nilai yang diatas rata-rata, karena konselor teman sebaya harus memiliki prestasi belajar rata- rata. Jika konselor teman sebaya tidak memilik nilai rata-rata atau prestasi belajar maka mereka tidak dapat diangkat menjadi konselor teman sebaya. Erhamwilda (2015: 54), menyatakan kriteria yang menjadi acuan dalam memilih konselor teman sebaya yaitunya memiliki prestasi belajar diatas rata-rata.

5. Mampu dan Bersedia Menjaga Rahasia

Konselor teman sebaya harus mampu menjaga rahasia dari teman sebayanya, mau tidak mau konselor teman sebaya

harus menjaga rahasia dari temannya, karena hal tersebut merupakan hal terpenting dalam menjalani proses kegiatan yang sedang berlangsung.

Menjaga rahasia dari teman sebayanya maka teman sebaya akan merasa senang karena rahasianya terjaga oleh konselor teman sebaya, koselor teman sebaya dapat menjaga rahasia dengan melakukan janji konselor untuk tidak membongkar rahasia.

Erhamwilda (2015: 118), menyatakan kriteria yang menjadi acuan dalam memilih konselor teman sebaya yaitunya informasi ataupun masalah yang dibahas dalam sesi-sesi konseling sebaya adalah rahasia.

B. Dasar Keterampilan Komunikasi bagi Calon Konselor Teman Sebaya 1. Attending

Dalam penerimaan sudah baik karena konselor teman sebaya

(8)

menyambut dengan senang hati dan dengan sikap ramah, sebelumnya konselor teman sebaya dibekali teknik penerimaan, agar nantinya konselor teman sebaya mampu menerapkannya dengan benar dan baik. Guru BK menjelaskan materi penerimaan kepada konselor teman sebaya dan memberikan contoh bagaimana cara yang benar.

Rahmi (2015: 207), attending merupakan melatih konselor teman sebaya dalam memahami keterampilan komunikasi verbal dan non verbal dalam melayani konseli.

2. Summarizing

Untuk maksud dari summarizing tersebut cukup

memahami dan ketika menerapkannya kadang menggunakan dan kadang tidak, dalam summarizing konselor teman sebaya tidak begitu memahaminya.

Rahmi (2015: 207), yaitu keterampilan dalam

menyimpulkan pernyataan konseli kemudian dapat menjadi satu pernyataan yang mewakili pernyataan konseli dan mengandung solusi yang dapat membantu konseli teman sebaya dalam mengentaskan masalah.

3. Questioning

Keterampilan questioning, guru BK menjelaskan secara ceramah dengan waktu yang sedikit, pada saat memberikan pelatihan tidak begitu maksimal hanya menjelaskan secara garis besar saja karena banyak materi lain yang akan disampaikan kepada konselor teman sebaya meski hanya dasarnya saja, paham atau tidaknya kembali kepada konselor teman sebaya itu sendiri. Untuk cara penyampaian pertanyakan kembali kepada konselor teman sebaya. Konselor teman sebaya menggunakan pertanyaan yang biasa, namun belum mampu menguasai dari teknik dasar keterampilan questioning. Neni Noviza,

(9)

(2011: 93) dalam Judy A.

Tindall dan H. Dean Gray (1985), questioning yaitu proses mencari apa yang ada dibalik diskusi, dan sering kali berkaitan dengan kenyataan yang dihadapi konseli.

4. Genuineness

Konselor teman sebaya baik dalam keaslian perilakunya ketika mendengarkan apa yang disampaikan oleh teman sebayanya, konselor teman sebaya bersungguh-sungguh dalam mendengarkannya. Tapi untuk kesungguhan kembali kepada konselor teman sebaya, guru BK hanya menerima laporan dari proses kegiatan. Rahmi (2015: 207), genuineness yitu: komunikasi

dan penerimaan perasaan secara jujur sehingga terjalin hubungan yang baik antara konselor dengan konseli.

5. Assertiveness

Cara konselor teman sebaya berterus terang itu kembali lagi kepada dirinya sendiri.

Untuk contoh yang diberikan hanya dengan menggunakan

metode ceramah tapi tidak mempraktekannya secara langsung. ketegasan yang dimiliki oleh konselor teman sebaya belum semampunya bisa dilaksanakan dengan benar oleh konselor teman sebaya. Ni Made Rahmi Suryawati (2015: 207), assertiveness yaitu keterampilan dalam mengekspresikan ketegasan pemikiran dan perasaan mengenai konseli tanpa menyakiti hati konseli.

6. Confrontation

Guru BK menjelaskan dengan cara ceramah, sedangkan cara pelatihan yang diberikan menggunakan contoh tidak mempraktekkan, sehingga konselor teman sebaya belum mampu untuk menerapkannya pada saat kegiatan, begitupun teman sebaya tidak mengetahui bagaimana cara guru BK dalam menyampaikan.

Erhamwilda (2015:121) menyatakan, komunikasi yang ditandai dengan ketidak

(10)

sesuaian atau ketidak cocokan perilaku seseorang dengan yang lain.

7. Problem Solving

Cara konselor teman sebaya mencari solusi permasalahan teman sebayanya yaitu berdasarkan pengalaman dari konselor teman sebaya dan pengetahuannya. Jika ada masalah yang tidak dapat dientaskan oleh konselor teman sebaya dengan meminta bantuan kepada guru BK. Guru BK merupakan orang yang bertanggung jawab atas aktivitas konseling teman sebaya.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemilihan calon konselor teman sebaya yang terbagi ke dalam memiliki minat dan sukarela dalam membantu teman sebaya, disukai oleh mayoritas teman sebaya dilihat dari prestasi yang

dimiliki, keaktifan dan juga ketentuan dari guru BK, disukai oleh mayoritas teman yaitunya banyaknya teman dan dekat dengan guru, memiliki emosi stabil konselor teman sebaya masih belum mampu untuk mengendalikan emosinya, prestasi belajar rata-rata nilai yang tinggi mampu dan bersedia menjaga rahasia menjaga rahasia berdasarkan perintah dan masih adanya keterpaksaan.

2. Dasar keterampilan komunikasi bagi calon konselor teman sebaya yang terbagi pada attending, konselor teman sebaya masih kurang maksimal dalam pelatihan, begitupun dengan summarizing, masih kurang maksimal dalam penerapannya maupun pelatihan yang telah diberikan oleh guru BK begitupun dengan questioning, masih kurang maksimal dalam penerapannya maupun pelatihan yang telah diberikan oleh guru BK, genuineness,masih adanya kendala dalam pelatihan

(11)

mengenai genuinenes sehingga konselor teman sebaya masih belum memahaminya, dan assertiveness masih kurang maksimal dalam penerapannya maupun pelatihan yang telah diberikan oleh guru BK, begitupun confrontation masih kurang dalam penjelasan ketika pelatihan sehingga konselor teman sebaya masih ragu, dan terakhir problem solving sudah cukup baik karena peer counseling dan guru BK berkalaborasi dalam mengentaskan masalah yang dihadapi oleh teman sebaya.

DAFTAR PUSTAKA

Erhamwilda. 2015. Konseling Sebaya: Alternatif Kreatif Layanan Bimbingan konseling di Sekolah. Yogyakarta: Media Akademi.

Neni, Noviza. 2011. Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Suatu Inovasi Layanan Bimbingan Konseling di Perguruan Tinggi. No. 22, Th. XXII.

R&d). Bandung: Alfabeta.

Ni, Made Rahmi Suryawati. 2015.

Konseling Teman Sebaya untuk Meningkatkan Empati Siswa. ISSN 1412-565 X

Rachmayanie, Ririanti. 2015. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Teknik Peer Counseling (Konselor Sebaya) di SMA N 12 Banjar Masin. Volume 10, No 2.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan teman sebaya terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS

Hal ini berarti 61,0% perilaku menyontek pada mata pelajaran IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Batang Anai dipengaruhi variabel Konformitas teman sebaya, kepercayaan diri, minat