Namun perkembangan agama Hindu di Indonesia justru dijadikan sebagai barometer perkembangan agama Hindu di Asia Tenggara. Pemetaan permasalahan dan tantangan umat Hindu di Indonesia merupakan langkah penting dalam menyusun peta jalan pengembangan pusat Hindu.
Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia
Latar Belakang
Banyak hal yang bisa dibicarakan dalam rangka memahami dinamika masyarakat Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya. Hal yang menarik ada kaitannya dengan keberadaan umat Hindu di Sumatera Utara misalnya.
Hindu Center: Dari Perspektif Sosial Budaya ke Politik Banyak studi tentang pengaruh India atau Indianisasi
Ada banyak konsep dalam ritual dan agama yang dapat memperkaya budaya lokal yang ada yang tampaknya masih bertahan hingga saat ini. Tampaknya pengaruh budaya ini dapat memperkaya tradisi ritual dan keagamaan yang sudah ada jauh sebelum masuknya agama-agama besar di Asia Tenggara.
Hindu Center: Antara Area Studies dan Cultural Studies Di masa lalu menjelang berakhirnya masa kolonisasi
Kuatnya pengaruh agama Hindu atau Tionghoa di Asia Tenggara, yang dominan dari aspek budaya, nampaknya memberikan peluang yang tidak diimbangi dengan pemahaman tentang tradisi manajemen konflik yang juga patut dikembangkan. Namun perlu diketahui bahwa menurut catatan sejarah yang terjadi di Asia Tenggara sendiri, ternyata tidak semua negara di Asia Tenggara pernah dijajah oleh Barat, seperti Thailand misalnya yang tidak pernah dijajah oleh Barat (Falyey , 2015).
Prospek Hindu Center: Lokal, Nasional dan Internasional Di sini tampak bahwa hampir gambaran yang sama tentang
Bagaimana agama Hindu hidup sebagai agama minoritas di Indonesia di lautan yang mayoritas beragama Islam. Betapa pentingnya memetakan permasalahan yang dihadapi berbagai daerah yang beragama Hindu di Indonesia.
Simpulan
Bagaimana peran perempuan Hindu dan pemuda (pemuda) Hindu dalam dinamika umat Hindu di era milenial ini. Pengelolaan pusat agama Hindu merupakan suatu keharusan, karena kontribusi umat Hindu di Indonesia sangat penting dari dulu hingga saat ini.
DINAMIKA HINDU 2
DI PROVINSI LAMPUNG
I Ketut Ardhana
Migrasi dan Perkembangan Umat Hindu di Lampung Sebagaimana dipahami dalam sejarah transmigrasi di
Masyarakat Bali bahkan memperkenalkan sistem subak sebagai sistem pertanian tradisional Bali yang juga diperkenalkan di daerah transmigrasi yang mereka kunjungi. Pertama, pada masa pemerintahan orde lama ada kebijakan menyambut kedatangan mereka, masyarakat Bali diberikan tanah untuk menunjang kehidupan pertaniannya.
Perkembangan Hindu, Perkawinan, dan Kelangsungan Budaya di Lampung
Jika anda ingin mengetahui keberagaman agama di provinsi lampung dan perbandingan jumlah pemeluk agama hindu dengan penduduk lain di wilayah ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Umat Hindu di Lampung mempunyai beberapa pura sebagai tempat beribadah, antara lain: Pura Kahyangan Jagat Kerti Bhuana, yaitu pura yang dipuja oleh seluruh umat Hindu di provinsi lampung.
Pendidikan Hindu
Dari tabel di atas terlihat bahwa lembaga atau yayasan keagamaan Hindu di Lampung cukup lengkap dan berlokasi di. Selain lembaga keagamaan Hindu yang lengkap di Lampung, untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi umat Hindu juga disediakan penyuluh agama Hindu.
PURA KERTHI BHUANA Dokumen Milik Peneliti
WANTILAN PURA KERTHI BHUANA DOK. MILIK PENULIS
DINAMIKA KOMUNITAS HINDU 3 DI PALEMBANG, SUMATERA SELATAN
I Wayan Tegel Eddy I Gusti Ketut Widana
Sejarah Kedatangan Hindu di Sumatera Selatan
Terdapat sekitar enam belas prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang tersebar luas di berbagai daerah. Banyak ditemukan situs-situs peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya di kawasan Sumatera Selatan, serta berbagai bentuk artefak, ekofak, dan feature. Ada kemungkinan Islam sudah ada di kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-9 dan ke-10, seiring dengan semakin meningkatnya intensitas perdagangan dengan Persia.
Sejak abad ke 6 Masehi agama Hindu muncul dan berkembang di kota Kapur, Bangka, yang kemudian menyebar hingga ke Palembang. Selain Bumiayu, agama Hindu juga menyebar ke Teluk Kijing yang diperkirakan pada abad ke-8 Masehi, Lesung Batu dan Musi Rawas sekitar abad ke-9-10 Masehi. Dinamika agama Hindu di Sumatera Selatan tidak lepas dari keberadaan kerajaan Sriwijaya. yang diperkirakan berpusat di Bukit Siguntang (KotaPalembang).
Keberadaan Umat dan Budaya Hindu Kini
Pada tahun 2017, pada hari Selasa tanggal 11 April 2017, Purnama Kadasa Anggara Umanis Wuku Kuningan, umat Hindu di Sumatera Selatan mengadakan upacara Panca Wali Krama yang pertama di daerahnya. Meski bergelar dan memiliki tujuan mulia, penerapan Panca Wali Krama tidak lepas dari kritik umat Hindu di Sumsel. Tata cara pernikahan umat Hindu di Sumatera Selatan secara umum tidak berbeda dengan pelaksanaan pawiwahan di Bali.
Ketersediaan guru agama Hindu menjadi permasalahan serius di Sumsel karena bupati di beberapa kabupaten belum mengumumkan pembentukan guru agama Hindu selama bertahun-tahun. Umat Hindu di Sumatera Selatan dan PHDI menyadari terbatasnya akses terhadap pendidikan agama Hindu di sekolah formal dan berinisiatif untuk mendirikan pasraman di wilayahnya masing-masing. Data tahun 2018 menunjukkan, setidaknya terdapat 109 pasraman binaan Bimas Hindu dan tersebar di berbagai kabupaten di Sumsel.
POTENSI, TANTANGAN, JALAN TENGAH, REKOMENDASI
Saat Gunung Agung, Bali meletus, umat Hindu di Sumsel mengumpulkan sumbangan dan membawa bantuan langsung ke Pulau Bali. Sebagian umat Hindu di Sumatera Selatan menyimpulkan bahwa hakikat atau makna Yadnya tidak dipengaruhi oleh ketiga tingkatan tersebut. Namun gagasan ini sebaiknya dikaji terlebih dahulu oleh PHDI dan umat Hindu di Sumsel serta para pemangku kepentingan.
Sedangkan untuk Bimas Hindu di Provinsi Sumsel aktif dalam melakukan sosialisasi bagi umat Hindu PHDI se-Sumsel. Selain pemerintah pusat, pemerintah daerah juga berperan dalam membantu umat Hindu di Sumsel. Saat ini PHDI di Sumsel masih memperjuangkan pengangkatan guru agama Hindu di sekolah dasar hingga menengah.
DINAMIKA HINDU 4
DI PROVINSI DKI JAKARTA
Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo
Tak heran jika membicarakan agama Hindu di Indonesia tidak lepas dari kantong-kantong umat Hindu di sekitarnya. Dapat dikatakan dengan berdirinya pura yang dianggap sebagai Kahyangan Tiga ini, maka seluruh umat Hindu di Jakarta mempunyai tempat ibadah yang harus dirawat, dijaga dan dipelihara demi kelestariannya. Rencananya saat itu, Sukarno berniat membangun masjid, gereja, dan kemudian candi Hindu di Jakarta.
Kegiatan ini sejalan dengan aktivitas umat Hindu di Jakarta, khususnya yang melakukan kegiatan pasraman di sekitar Pura yang biasa dikenal dengan Sekolah Minggu. Saat piodalan pertama dilaksanakan di Pura Mustika Dharma, banyak umat Hindu yang menghadiri ritual keagamaan tersebut. Umat Hindu dari seluruh Jakarta menghadiri ritual keagamaan secara massal di Pura Mustika Dharma.
DINAMIKA HINDU DI JAWA TENGAH
Sulandjari
SEJARAH HINDU DI JAWA TENGAH
Di sisi lain, terjadi semacam akulturasi antara nilai-nilai spiritual agama Hindu dengan cara hidup orang Jawa, yang pada gilirannya membentuk apa yang disebut dengan kejawen. Seringkali keberadaan candi atau tempat Hindu di suatu daerah mempengaruhi penduduk setempat untuk kembali menganut agama Hindu. Sebagian masyarakat Kejawen menyatakan bahwa hakikat ajaran agama Hindu sepertinya lebih sesuai dengan ajaran dasar Kejawen (wawancara dengan Anak Agung Darmaja, 54, Kodam TNI AD Diponegoro pada 10 November 2018 di Pura Giri Natha Semarang).
Upacara ini merupakan upacara wajib bagi umat non-Hindu yang ingin masuk agama Hindu. Untuk memperdalam ilmu agama Hindu, banyak generasi muda yang dikirim ke Bali, antara lain Sri Djangkung Djaka Sularsa dan Sutarta. Di sisi lain, peristiwa ini juga mengungkap kesesuaian unsur filsafat ajaran Kejawen dengan ajaran agama Hindu (R.W. Hardjanta.
KEBERADAAN UMAT DAN BUDAYA HINDU KINI
Hal ini terlihat pada pakaian adat yang dikenakan masyarakatnya menunjukkan gaya berpakaian seperti adat istiadat umat Hindu di Bali. Dalam setiap upacara, daksina menjadi salah satu sarana kurban yang wajib ada, setelah itu masyarakat akan mengikutinya secara upacara pada setiap hari raya Nyepi, sama seperti masyarakat Bali yang mengikutinya, padahal mereka lebih suka disebut umat Hindu Jawa dibandingkan umat Hindu Bali. . Upacara ini biasanya dihadiri tidak hanya oleh umat Hindu di Boyolali, tetapi juga oleh Surakarta dan Sukaharja.
Air dari ketujuh mata air tersebut digunakan sebagai sarana penyucian umat Hindu dan alam semesta (hasil wawancara pada FGD di STHD Klaten tanggal 13 November 2018). Pura ini menjadi pusat kegiatan ritual keagamaan umat Hindu di sekitar kabupaten Karangpandan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa kegiatan upacara keagamaan yang dilakukan umat Hindu cukup intens, khususnya di tiga kantong pusat penduduk Hindu di Jawa Tengah.
PENDIDIKAN HINDU
Selain data tenaga pengajar, kegiatan pendidikan agama Hindu di Jawa Tengah tidak lepas dari keberadaan lembaga pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan untuk kemaslahatan umat. Bisa jadi kedua kabupaten tersebut akan kesulitan mendapatkan tenaga pengajar di sekolah-sekolah tersebut, sehingga para anggota dewan provinsi memandang perlu membuka pasraman sebagai antisipasi minimnya pendidikan agama Hindu di kedua daerah tersebut. STHD diresmikan pada tahun 1984, bermula dari Sekolah Pendidikan Agama Hindu (PGA) yang berdiri pada tahun 1974. Sejak awal berdirinya, STHD menjadi pusat pendidikan sekolah menengah di Jawa Tengah, dengan motto: Pendidikan Masyarakat Klaten.
Sebagai gambaran, hanya ada 26 guru agama Hindu di SD Klaten; 12 orang mencapai SMP, dan SMA menyisakan 2 orang dalam pengabdian, sedangkan formasi pendidik pendidikan agama belum ada. Selain itu, pada tahun 2018 STHD Klaten mengajukan usulan perubahan status menjadi SMA Negeri. Alumni/lulusan SMA tersebut menjadi tenaga kependidikan potensial di Jawa Timur, Sulawesi, Kalimantan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara.
POTENSI, TANTANGAN, REKOMENDASI Potensi Ekonomi
Dalam upaya memberdayakan peran serta warga setempat dalam pengembangan wisata Candi Sukuh, Pemerintah Daerah Jawa Tengah melalui Dinas Pariwisata dan selanjutnya dimanfaatkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah menyelenggarakan pelatihan manajemen dan cara membuat serta menjual cinderamata yang berkaitan dengan pariwisata lokal. Hal ini sebenarnya merupakan permasalahan yang juga dihadapi di Jawa Tengah pada umumnya dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam upaya memberikan pelayanan kepada masyarakat, dibentuklah sejumlah lembaga keagamaan di Provinsi Jawa Tengah dengan tujuan melayani kepentingan umat Dharma, memelihara kerukunan dan solidaritas, membimbing dan memajukan perkembangan kebudayaan Hindu dalam masyarakat yang heterogen. masyarakat.
4 Yatmi Nengah WD PHDI Kota Semarang 5 A.A.A Ragendawati PHDI Kota Semarang 6 Made Sutapa PHDI Semarang Selatan 7 I Nyoman Surahatta PHDI Jawa Tengah 8 Jaka Suyitna Bimas Hindu Jawa Tengah 9 Suejaelanto PHG Jawa Tengah 10 Anang Ngakan WHDI Jawa Tengah/Ketua 11 I Nyoman Selamet PHDM Kota Semarang 12 Wisnu Hendrata PHDI Kabupaten Klaten/Ketua 13 Suparman PHDI Kabupaten Klaten/Sekretaris 14 Sugeng Sapta Waryasa Yayasan Widya Aksara Dharma 15 I Wayan Szhapiartha PHDI Kab. Selain nama-nama di atas, tentunya masih banyak lagi nama-nama tokoh yang selama bertahun-tahun telah mengabdikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk umat Hindu di Provinsi Jawa Tengah. Meski mengandalkan dedikasi dan eksistensi lembaga yang dikelolanya, namun kenyataannya lembaga keagamaan di Jawa Tengah, termasuk PHDI sendiri, belum mampu menyediakan sumber daya manusia yang memadai untuk menafkahi masyarakat, sehingga membutuhkan bantuan dari masyarakat. Bimbingan Masyarakat Hindu Jawa Tengah sebagai mitranya.
DINAMIKA PENDIDIKAN HINDU 6
DI JAWA TIMUR
Ni Putu Suwardani Arya Suharja
KEBERADAAN UMAT DAN BUDAYA HINDU DI JAWA TIMUR
Begitu pula dengan sejarah masuknya agama Hindu di berbagai daerah di Jawa Timur. Umat Hindu di Jawa Timur sangat heterogen: dari segi latar belakang etnis, umat Hindu di Jawa Timur sebagian besar terdiri dari suku Jawa, Tengger, dan Bali, serta sebagian kecil berlatar belakang etnis Madura, Tionghoa, dan India (khususnya India Selatan). dari seluruh Indonesia. Tiga suku yang menjadi latar belakang sebagian besar umat Hindu di Jawa Timur: Jawa, Tengger, dan Bali, semuanya ada kaitannya dengan 'sejarah'.
Peran diaspora Bali dalam proses penegasan nilai, asimilasi dan pembentukan enclave masyarakat Hindu di Jawa Timur dibenarkan oleh hampir seluruh informan penelitian ini. Salah satu daerah di Jawa Timur yang banyak penduduknya beragama Hindu adalah Dusun Dodol, Desa Wonoagung, Kabupaten Malang. Dampak dari peristiwa G30S menyebabkan terjadinya perpindahan agama secara besar-besaran di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah.