• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Hukum dan Manfaatnya

N/A
N/A
Fredi Yogi

Academic year: 2024

Membagikan " Dasar Hukum dan Manfaatnya"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGIMPLEMENTASIAN AKAD RAHN DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH: DASAR HUKUM DAN

MANFAATNYA

Fredi Yogi Wardana (22403103)

Institut Agama Islam Negeri,Kediri [email protected]

Wahyu Dimas Ardianto (22403104)

Institut Agama Islam Negeri,Kediri [email protected]

Dimas Yasin Romli (22403107)

Institut Agama Islam Negeri,Kediri [email protected]

Muhammad Khudlori (22403110)

Institut Agama Islam Negeri,Kediri [email protected]

Abstrak

Akad rahn adalah suatu perjanjian jaminan yang dilakukan antara pemberi jaminan (rahn) dan penerima jaminan (marhun). Dalam akad ini, pemberi jaminan memberikan harta berharga sebagai jaminan kepada penerima jaminan sebagai bentuk kepercayaan atau sebagai agunan dalam transaksi atau pinjaman. Tujuan utama dari akad rahn adalah untuk melindungi kepentingan penerima jaminan dalam hal terjadi wanprestasi atau ketidakmampuan pihak yang menerima pinjaman untuk memenuhi kewajibannya. Dalam hal ini, penerima jaminan memiliki hak untuk menjual atau menggunakan harta yang dijadikan jaminan jika pihak yang menerima pinjaman tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan kesepakatan. Dalam prakteknya, akad rahn dapat digunakan dalam berbagai jenis transaksi, seperti pinjaman, kredit, atau pembiayaan. Penting bagi pihak yang terlibat dalam akad rahn untuk memahami dengan jelas syarat-syarat dan mekanisme pelaksanaan yang terkait dengan akad ini agar dapat menjalankannya dengan baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang berlaku

Kata Kunci: Rahn;Jaminan,implementasi Abstract

The rahn contract is a guarantee agreement made between the guarantor (rahn) and the collateral recipient (marhun). In this contract, the guarantor provides valuable assets as collateral to the collateral recipient as a form of trust or as collateral in a transaction or loan. The main purpose of the rahn contract is to protect the interests of the collateral recipient in the event of default or inability of the party receiving the loan to fulfill his obligations. In this case, the recipient of the collateral has the

P-ISSN: 2598-9804, E-ISSN: 2654-9387

https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/istithmar

Istithmar Volume 6, Nomor 1, Juni 2022

(2)

right to sell or use the assets used as collateral if the party receiving the loan cannot fulfill its obligations in accordance with the agreement. In practice, rahn contracts can be used in various types of transactions, such as loans, credit or financing. It is important for parties involved in the rahn contract to clearly understand the terms and implementation mechanisms related to this contract in order to carry it out well and in accordance with applicable sharia principles.

Keywords: Rahn;Assurance,implementation

PENDAHULUAN

Rahn (gadai) merupakan kebiasaan yang telah ada sejak zaman Rasulullah Saw. dan Rasulullah Saw sendiri pun telah mempraktikkannya. Sehingga Rahn (gadai) menjadi tradisi institusi yang telah mendalam di masyarakat. Kebutuhan yang mendesak dan tidak ada keterampilan lain yang dapat dilakukan maka gadai menjadi solusi untuk memenuhi hajat seseorang.

Hal ini beralasan karena dalam akad gadai barang yang dijadikan sebagai agunan dapat diambil kembali dan agunan menjadi hak miliknya ketika ia memiliki modal untuk pengambilannya. Berdasarkan uraian di atas, maka pokok- pokok bahasan dalam buku ini adalah apa saja apa saja yang telah diatur oleh ulama hukum Islam khususnya terkait akad Rahn (gadai) dengan kajian normatif yang dikutip dari berbagai sumber terkait definisi, dasar hukum, Rukun dan Syarat, Pemanfaatan Barang Gadai.

Dalam Islam Pengertian akad berasal dari bahasa Arab, al-aqd yang berarti perikatan, perjanjian, persetujuan dan pemufakatan. Kata ini juga bisa di artikan tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad. Dalam kitab figih sunnah, kata akad diartikan dengan hubungan dan kesepakatan. Secara istilah fiqih, akad di definisikan dengan "pertalian ijab (pernyataan penerimaan ikatan) daa kabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh kepada objek perikatan.

Pencantuman kata-kata yang "sesuai dengan kehendak syariat" maksudnya bahwa seluruh perikatan yang di lakukan oleh dua pihak atau lebih tidak di anggap sah apabila tidak sejalan dengan kehendak syara". Misalnya, kesepakatan untuk melakukan transaksi riba, menipu orang lain, atau merampok kekayaan

Istithmar Volume 6, Nomor 1, Juni 2022

(3)

orang lain. Adapun pencantuman kata-kata "berpengaruh kepada objek perikatan"

maksudnya adalah terjadinya perpindahan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan informasi berupa catatan dan data deskriptif yang terdapat di dalam teks yang disusun menggunakan metode kajian studi pustaka (library research).

Sumber data yang digunakan adalah buku-buku dan literatur lainnya sebagai objek yang utama. Pengumpulan data menggunakan cara dengan mencari sumber dan menyusun dari berbagai referensi seperti buku, artikel, jurnal dan penelitian- penelitian yang sudah pernah dilakukan yang relevan dengan tema yang akan dibahas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Definisi akad

Adapun definisi akad itu sendiri yaitu Akad dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, memilik arti: “Janji; perjanjian; kontrak; Misal akad jual beli, akad nikah. Dan Akad juga bisa disebut dengan Kontrak yang mempunyai makna : perjanjian, menyelenggarakan perjanjian (dagang, bekerja, dan lain sebagainya).

Misal, kontrak antara penulis dan penerbit”.1 Dalam Kamus Lengkap Ekonomi ditetapkan bahwa : Contract (kontrak) merupakan: “suatu perjanjian legal yang bisa dikerjakan antara dua pihak atau lebih. Suatu kontrak mencakup kewajiban untuk kontraktor yang bisa ditetapkan seteknik lisan maupun tertulis. Sebagai contoh, perusahaan memiliki perjanjian guna memasok produk ke perusahaan lain pada waktu tertentu dan ukuran tertentu. Kedua belah pihak akan terikat untuk menepati perjanjian mereka dalam penjualan dan pembelian dari barang.2

Ali Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor dalam Kamus Kontemporer Arab Indonesia memberi arti bahwa Kata akad ع دق berasal dari mashdar ىا ع ةدق بر ط yang artinya : mengikat, menyimpulkan, menggabungkan. Dan mempunyai arti juga :

1 WJS Poerwadarminta, KUBI, ( Jakarta, Balai Pustaka: 1976), hlm. 521.

2 C.Pass, Bryan Lowes dan Leslie Davies, Kamus Lengkap Ekonomi, ( Jakarta, Erlangga, 1999), hlm. 115.Istithmar Volume 6, Nomor 1, Juni

2022

(4)

لاا ت قاففف dan لا دففھع (persepakatan, perjanjian, kontrak). Misal :ر يمففس ع دففق (kontrak resmi).3

Demikian juga Wahbah Al-zuhaili mendefinisikan aqad sebagai di bawah ini :

بيناج نم واناج نم ایونعم مأ ايسح اطبر ناكأ ءاوس ءىشلا فارطأ ینب طبرلا

Artinya:

“Ikatan antara dua hal, baik ikatan seteknik khissy (nyata/fisik) maupuan ikatan seteknik ma’nawi (abstrak/psikis), dari satu sisi ataupun dua sisi”.4

Dari keterangan diatas bisa dipahami bahwa: difinisi akad ialah sebuah perikatan, kesepakatan atau perjanjian, antara pihak-pihak yang menciptakan perjanjian atas suatu obyek tertentu. Adapun prinsip-psrinsip akad dalam Islam, diantaranya:

1. Prinsip kebebasan berkontrak 2. Prinsip perjanjian itu mengikat 3. Prinsip kesepakatan bersama 4. Prinsip ibadah

5. Prinsip keadilan dan kesemimbangan prestasi 6. Prinsip kejujuran (amanah).5

Definisi Rahn

Gadai dalam fiqih Islam disebut rahn dimana termasuk suatu jenis perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai tanggungan hutang. Secara bahasa bisa ats-Tsubut dan adDawaam (tetap).6

Secara etimolgi, rahn berarti & (penetapan) Sedangkan secara termunologi, terdapat beberapa definisi dari kalangan ulama al fiqih7

3 A Zuhdi Muhdlor Ali Atabik, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, ( Yogyakarta, Yayasan Ali Maksum: 1999) hlm. 1303.

4 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy wa Adillatuhu, Juz IV, (Damsyik, Dar Al-Fikr, 1989), hlm. 80.

5 Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta : UII Pres, 1982), hlm .65.

6 Wahbah Az-Zuhaili, “Fikih Islam Wa Adillatuhu,” in Jilid 6 (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm.106.

7 Sayyid Sabiq, “Fikih Sunnah,” in Jilid 12 (Bandung: Alma‟arif, 1993), hlm.139Istithmar Volume 6, Nomor 1, Juni 2022

(5)

1.

ulama golongan Syafi'iyah mendefinisikan rahn dengan

"menjadikan suatu benda sebagai jaminan utang yang dapat Jadikan pembayar ketika berhalangan dalam membayar utang8

2.

Ulama golongan Hanabilah mendefinisikan rahn dengan harta yang dijadikan jaminan utang sebagai pembayar harga atau nilai ketika yang berutang berhalangan (tidak mampu membayar utangnya kepada pemberi pinjaman).9

3.

Al-Bassam mendefinisikan rahn dengan "jaminan hutang dengan barang yang memungkinkan pelunasan hutang dengan barang tersebut atau dari nilai barang tersebut apabila orang yang berhutang tidak mampu melunasinya.10

Dasar Hukum Gadai

Sebagai referensi atau landasan hukum pinjam-meminjam dengan jaminan adalah firman Allah swt. berikut: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang” (QS. Al-Baqarah: 283)

َنِمُت ؤؤا يِذّلا ّدَؤُيؤلَف اًضؤعَب ؤمُكُضؤعَب َنِمَأ ؤنِإَف ۖ ٌةَضوُبؤقَم ٌناَهِرَف اًبِتاَك اوُدِجَت ؤمَلَو ٍرَفَس ٰىَلَع ؤمُتؤنُك ؤنِإَو

ٌميِلَع َنوُلَمؤعَت اَمِب ُ ّاَو ۗ ُهُبؤلَق ٌمِثآ ُهّنِإَف اَھؤمُتؤكَی ؤنَمَو ۚ َةَداَھّشلا اوُمُتؤكَت َلَو ۗ ُهّبَر َ ّا ِقّتَيؤلَو ُهَتَناَمَأ

Artinya:

“Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang. Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

8 Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha al-Dimyathi al-Bakri, l'anah ath-Thalibin, (Berut Dar al-Fikr, 2007), hlm. 82.

9 Syamsuddin Muhammad ibn al-Khatib al-Syarbini, Mughni Al-Muhtaj ila Ma'rifah Moon Alfazh al-Minhaj, (Dar alFikr, t.t.2009), hlm. 121.

10 Ibnu Qudamah, Al-Mughni, (Beirut: Dar al-Kitab al-'Araby, 1980),hlm. 326Istithmar Volume 6, Nomor 1, Juni 2022

(6)

Kutipan ayat

ٌة َففضوُبؤقَم ٌناففَهِرَف

“maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang” merupakan anjuran memberikan jaminan untuk membina kepercayaan.

Berdasarkan dalil tersebut para ulama fiqih sepakat mengatakan bahwa akad rahn itu dibolehkan, karena banyak kemaslahatan yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai sarana tolong menolong antar sesama manusia.11

Manfaat Gadai

Gadai(Rahn), dapat memberikan sejumlah manfaat bagi pihak yang mengambil pinjaman dan juga pihak yang memberikan pinjaman. Berikut adalah beberapa manfaat gadai:

1. Tanpa Bunga (Riba), rahn digunakan dalam transaksi keuangan Islam untuk menghindari unsur riba atau bunga. Dalam sistem ini, pemberian agunan tidak diikuti dengan pembayaran bunga.

2. Pemenuhan Prinsip Syariah, penggunaan rahn memungkinkan transaksi keuangan untuk tetap mematuhi prinsip-prinsip keuangan Islam, yang melarang praktik riba dan mendukung keadilan dalam transaksi ekonomi.

3. Keadilan dan Keseimbangan, pemberian agunan dalam transaksi rahn dapat menciptakan keseimbangan dan keadilan antara pemberi pinjaman dan peminjam. Dengan memiliki jaminan, pemberi pinjaman mendapatkan keamanan, sementara peminjam dapat memperoleh pinjaman tanpa bunga.

4. Fleksibilitas dalam Jaminan, rahn dapat berupa aset berbagai jenis, seperti emas, perak, barang berharga, atau properti. Ini memberikan fleksibilitas kepada peminjam untuk menggunakan berbagai jenis aset sebagai jaminan.

5. Perlindungan Terhadap Risiko Pemberi Pinjaman, agunan memberikan perlindungan terhadap risiko bagi pemberi pinjaman.

Jika peminjam tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran, pemberi pinjaman dapat mengambil alih aset yang dijaminkan

11 Abdullah al-Bassaam, Taudhih al-Ahkam Min Bulugh al-Maram, (Makkah: Maktabah Al- Asadi,2009), hlm. 460.Istithmar Volume 6, Nomor 1, Juni

2022

(7)

sebagai kompensasi. Peminjam yang memberikan agunan diharapkan memiliki tanggung jawab finansial yang lebih besar. Ini dapat membantu memastikan bahwa peminjam melakukan upaya maksimal untuk melunasi pinjaman agar tidak kehilangan aset yang dijaminkan.

Rukun dan Syarat Rahn

Demi keabsahan suatu perjanjian gadai yang dilakukan oleh pihak yang berpiutang/murtahin (bank syariah/lembaga pegadaian) kepada pihak yang berhutang/rahin (nasabah) ada sejumlah rukun dan syarat yang harus dipenuhi.

Ulama fiqih berbeda pendapat dalam menetapkan rukun rahn. Menurut jumhur ulama, rukun rahn itu ada 4 (empat), yaitu:

1. Akad ijab dan qabul (sighat).

2. Pihak yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang menerima gadai (murtahin). Adapun bagi yang berakad adalah mampu bertasharruf, yaitu mampu membelanjakan harta dengan memahami persoalan- persoalan yang berkaitan dengan gadai.

3. Barang yang digadaikan dengan syarat memenuhi ketentuan yang ditetapkan, misalnya keadaan barang itu tidak rusak Rasulullah saw bersabda :

ٗنهر زاج ٗعيب زاجام لك

Artinya : Setiap barang yang boleh diperjual belikan boleh dijadikan borg gadai.

4. Ada utang, disyaratkan keadaan utang itu tetap.

Ulama Hanafiyah berpendapat rukun rahn itu hanya ijab (pernyataan menyerahkan barang sebagai jaminan pemilik barang) dan qabul (pernyataan kesediaan memberi hutang dan menerima barang jaminan itu. Sedangkan menurut Ulama Hanafiyah agar lebih sempurna dan mengikat akad rahn, maka diperlukan qabadh (penguasaan barang) oleh pemberi hutang. Adapaun rahin, murtahin, marhun dan marhun bih itu termasuk syarat-syarat rahn bukan rukunnya.12

12 Ibnu Qudamah, al-Mughni, Jilid IV, (Riyadh: maktabah ar-Riyadh al-haditsah, 2004), hlm.337.Istithmar Volume 6, Nomor 1, Juni 2022

(8)

Para ulama fiqih mengemukakan syarat-syarat gadai sesuai dengan rukun gadai itu sendiri. Dengan demikian, syarat-syarat gadai meliputi:

1. Syarat yang terkait dengan orang yang berakad adalah cakap bertindak hukum. Kecakapan bertindak hukum, menurut jumhur ulama adalah orang yang balig dan berakal. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah, kedua belah pihak yang berakad harus berakal dan mumayyiz, tidak disyaratkan balig tetapi cukup berakal saja.

Oleh sebab itu, anak kecil yang mumayyiz boleh melakukan akad rahn (gadai) dengan syarat akad gadai yang dilakukan anak kecil yang sudah mumayyiz ini mendapat persetujuan dari walinya.13 2. Syarat Shigat (lafal). Menurut ulama hanafiyah akad rahn (gadai)

itu tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan datang karena akad gadai sama dengan akad jual beli. Apabila akad itu dibarengi dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan datang maka syaratnya batal tetapi akadnya tetap sah. Misalnya orang yang berhutang mensyaratkan apabila tenggang waktu hutang telah habis dan hutang belum terbayar maka gadai itu diperpanjang satu bulan atau pemberi hutang mensyaratkan harta agunan itu boleh ia manfaatkan. Sementara ulama malikiyah, Syafi‟iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa apabila syarat itu mendukung kelancaran akad itu, maka syarat tersebut dibolehkan. Namun apabila syarat itu bertentangan dengan tabi‟at akad gadai maka syaratnya batal, sebagai contoh, orang yang berhutang mensyaratkan apabila ia tidak dapat membayar hutang pada waktu yang telah ditentukan, maka barang jaminan tidak boleh dijual.

Syarat yang demikian itu tidak saja membatalkan syarat rahn, tetapi sekaligus membatalkan akad.

3. Syarat marhun bih (hutang) adalah merupakan hak wajib yang harus dikembalikan kepada orang tempat berhutang, hutang itu

13 Ibid.hlm.342Istithmar Volume 6, Nomor 1, Juni 2022

(9)

boleh (dapat) dilunasi dengan barang jaminan tersebut; dan hutang itu jelas dan tertentu.

4. Syarat marhun (barang yang dijadikan jaminan), menurut para pakar fiqih barang jaminan itu adalah barang yang dapat diperjualbelikan, Barang jaminan adalah barang yang memiliki nilai ekonomis (mempunyai nilai harta secara hukum syara‟), serta dibolehkan oleh syara‟ mengambil manfaatnya.

Khamar tidak dapat dijadikan barang jaminan, disebabkan khamar tidak bernilai harta dan tidak bermanfaat dalam Islam serta diketahui secara jelas baik bentuk, jenis maupun nilainya. Barang jaminan itu milik sah orang yang berhutang yang tidak terkait dengan hak orang lain, seperti harta serikat. Barang jaminan itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam beberapa tempat dan nilai barang jaminan seimbang dengan besarnya hutang atau lebih.

Implementasi Rahn Dalam LKS

Lembaga keuangan syariah, seperti bank syariah atau lembaga keuangan non- bank syariah, dapat menggunakan akad rahn sebagai salah satu instrumen dalam operasional mereka.14 Implementasi rahn dalam lembaga keuangan syariah dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain:

1. Rahn sebagai jaminan

Dalam pembiayaan Lembaga keuangan syariah dapat menggunakan akad rahn sebagai jaminan dalam pembiayaan yang mereka berikan kepada nasabah. Nasabah yang membutuhkan pembiayaan dapat memberikan harta berharga sebagai jaminan kepada lembaga keuangan syariah. Jika nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya, lembaga keuangan syariah memiliki hak untuk menjual atau menggunakan harta tersebut sebagai penyelesaian hutang.

2. Rahn dalam akad gadai

Lembaga keuangan syariah juga dapat menyediakan layanan gadai syariah, di mana nasabah dapat memberikan harta berharga sebagai

14 Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat.

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006),hlm. 175.Istithmar Volume 6, Nomor 1, Juni 2022

(10)

jaminan untuk mendapatkan pembiayaan. Pada akad ini, lembaga keuangan syariah akan menilai nilai harta jaminan dan memberikan pembiayaan sebesar nilai yang disepakati. Jika nasabah tidak dapat melunasi pembiayaan, lembaga keuangan syariah dapat menjual harta jaminan untuk menutupi hutang.

3. Rahn dalam akad tawarru

Lembaga keuangan syariah juga dapat menggunakan akad tawarruq, di mana nasabah menjual harta berharga kepada lembaga keuangan syariah dengan harga tunai. Kemudian, lembaga keuangan syariah menjual kembali harta tersebut kepada pihak ketiga dengan harga kredit. Dalam hal ini, harta yang dijadikan jaminan dapat digunakan dalam transaksi tawarruq untuk memperoleh pembiayaan.

4. Gadai sebagai bagian dari akad lain

selain dalam konteks keuangan Islam, istilah "rahn" atau jaminan/agunan juga dapat ditemui dalam berbagai akad atau transaksi lain seperti murabahah dalam transaksi murabahah untuk pembiayaan pembelian barang, pihak pembiaya mungkin meminta agunan atau jaminan tertentu dari peminjam sebagai syarat untuk memberikan pembiayaan. Contoh skenario mungkin sebagai berikut:

a. Peminjam (pelanggan) membutuhkan pembiayaan untuk membeli suatu barang.

b. Pemberi pembiayaan (penjual) membeli barang tersebut dan menjualkannya kembali kepada peminjam dengan harga yang sudah disepakati, termasuk margin keuntungan.

c. Sebagai bagian dari kesepakatan, pemberi pembiayaan dapat meminta peminjam untuk memberikan jaminan atau Istithmar Volume 6, Nomor 1, Juni

2022

(11)

agunan (rahn) sebagai bentuk keamanan dalam hal peminjam tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran.15 Implementasi rahn dalam lembaga keuangan syariah mengacu pada prinsip-prinsip syariah yang melarang riba dan mempromosikan keadilan dalam transaksi keuangan. Dalam akad rahn, lembaga keuangan syariah harus memastikan bahwa mekanisme penilaian, penjualan, dan penggunaan harta jaminan dilakukan dengan transparansi dan keadilan. Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang yang digadaikan. Meski tanpa bunga, pegadaian syariah tetap memperoleh keuntungan, yaitu dengan cara memberlakukan biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan. Biaya itu dihitung dari nilai barang, bukan dari jumlah pinjaman.

KESIMPULAN

Rahn itu merupakan suatu akad utang piutang dengan menjadikan barang yang memiliki nilai harta menurut pandangan syara‟ sebagai jaminan marhun bih, sehingga rahin boleh mengambil marhun bih. Landasan hukum gadai syariah dalam Al-Qur‟an terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 283, HR. Baihaqi, HR Turmidzi, HR. Bukhari.

Menurut jumhur ulama, rukun rahn itu ada 4 (empat), yaitu: (1) Shigat;

dengan syarat akad rahn (gadai) itu tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan datang karena akad gadai sama dengan akad jual beli. (2) orang yang berakad (rahin dan murtahin) dengan syarat cakap bertindak hukum. Kecakapan bertindak hukum, menurut jumhur ulama adalah orang yang balig dan berakal (3) harta yang dijadikan marhun dengan syarat merupakan hak wajib yang harus dikembalikan kepada orang tempat berhutang, hutang itu boleh (dapat) dilunasi dengan barang jaminan tersebut; dan hutang itu jelas dan tertentu.dan (4) Utang (marhum bih) dengan syarat barang yang memiliki nilai ekonomis (mempunyai nilai harta secara hokum syara‟), serta dibolehkan oleh syara‟ mengambil manfaatnya.

15 Harun. Fiqh Muamalah. (Surakarta: Muhammadiyah Universitty, 2017).hlm.98.Istithmar Volume 6, Nomor 1, Juni 2022

(12)

DAFTAR PUSTAKA

WJS Poerwadarminta, KUBI, ( Jakarta, Balai Pustaka: 1976)

C.Pass, Bryan Lowes dan Leslie Davies, Kamus Lengkap Ekonomi, ( Jakarta, Erlangga, 1999)

A Zuhdi Muhdlor Ali Atabik, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, ( Yogyakarta, Yayasan Ali Maksum: 1999)

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy wa Adillatuhu, Juz IV, (Damsyik, Dar Al- Fikr, 1989)

Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta : UII Pres, 1982).

Wahbah Az-Zuhaili, “Fikih Islam Wa Adillatuhu,” in Jilid 6 (Jakarta: Gema Insani, 2011)

Sayyid Sabiq, “Fikih Sunnah,” in Jilid 12 (Bandung: Alma‟arif, 1993)

Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha al-Dimyathi al-Bakri, l'anah ath- Thalibin, (Berut Dar al-Fikr, 2007).

Syamsuddin Muhammad ibn al-Khatib al-Syarbini, Mughni Al-Muhtaj ila Ma'rifah Moon Alfazh al-Minhaj, (Dar alFikr, t.t.2009)

Ibnu Qudamah, Al-Mughni, (Beirut: Dar al-Kitab al-'Araby, 1980)

Abdullah al-Bassaam, Taudhih al-Ahkam Min Bulugh al-Maram, (Makkah:

Maktabah Al-Asadi,2009)

Ibnu Qudamah, al-Mughni, Jilid IV, (Riyadh: maktabah ar-Riyadh al-haditsah, 2004)

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006)

Harun. Fiqh Muamalah. (Surakarta: Muhammadiyah Universitty, 2017)

Istithmar Volume 6, Nomor 1, Juni 2022

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pemberian kredit rahn dilakukan dengan dua akad yaitu akad rahn dan akad ijarah, hal ini sesuai dengan karakteristik cabang pegadaian syariah sebagai

Akad pada produk gadai emas syariah di bank syariah mandiri dilakukan dengan prinsip gadai syariah (rahn), di mana menggunakan skim qard dalam rangka rahn, maksudnya

Secara substantif antara akad dan kontrak dalam perjanjian syariah di lembaga keuangan syariah memiliki kesamaan, hanya beberapa bagian tertentu saja yang terdapat perbedaan

Adalah pendapatan yang diperoleh Perusahaan Pergadaian Syariah atas penyaluran pinjaman berbasis hukum gadai dengan akad Rahn, fidusia dengan akad Rahn Tasjily,

Setelah membaca dan memahami kontrak baku akad rahn pada produk MULIA di Pegadaian Syariah Malabar penulis menemukan beberapa Pasal yang masih menggunaan klausul

Dokumen ini membahas tentang arti dan definisi ar-rahn dalam hukum positif, beserta

Pegadaian PERSERO Unit Pelayanan Syariah Mandailing Natal dalam penelitian ini yaitu sama- sama membahas tentang akad Rahn Tasjily dan juga menggunakan metode penelitian

Dalam Arrum Haji akad – akad yang digunakan adalah rahn, ijarah, dan qardh.Dimana dalam kegiatan gadai emas, Pegadaian Syariah menggunakan akad gadai rahn dan sewa - menyewa ijarah.Rahn