• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN BAB 3 PEMBAHASAN

N/A
N/A
Sanjaya Mulawarman

Academic year: 2024

Membagikan "DOKUMEN BAB 3 PEMBAHASAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Perencanaan Landasan Pacu pesawat type B-747-400

Tentukan kebutuhan untuk take-off distance available (TODA/TOD), lift-off distance available (LODA/LD), field length (FL), landing distance (LD), stop distance (SD),

clearway (CW) dan stopway (SW) dengan kondisi : a. operasional pesawat terbang normal

b. poor-approaches landing.

c. overshoot take-off.

d. kegagalan mesin pada pesawat terbang sehingga harus melakukan ‘emergency landing’.

e. Gambarkan kebutuhan landasan pacunya.

1. Take off Distance Available (TODA).

Merupakan jarak yang direncanakan bagi pesawat terbang untuk melakukan

lepas landas secara normal. Ukuran panjang Take-off Distance adalah 115% dari jalur landasan pacu dengan perincian 100% yaitu panjang jalur landasan pacu itu sendiri dan 15% berupa jarak tambahan yang direncanakan untuk mengatasi kemungkinan Overshoot Take-off dari pesawat terbang.

2. Lift off Distance Available (LODA).

Adalah jarak datar yang ditempuh pesawat diukur dari kedudukan pesawat mulai bergerak untuk melakukan lepas landas sampai titik saat pesawat mulai meninggalkan landasan pacu.

3. field length (FL)

Adalah panjang total dari keseluruhan jalur landas pacu.

4. Landing Distance (LA).

adalah panjang landasan yang direncanakan bagi pesawat untuk melakukan pendaratan.

5. Stop Distance (SD)

Merupakan jarak bebas yang direncanakan bagi pesawat terbang untuk

berhenti setelah melakukan pendaratan secara normal pada landasan pacu. Ukuran panjang stop distance adalah 60% dari jarak pendaratan (Landing Distance / LD).

6. Clearway (CW)

Merupakan daerah bebas yang terletak di ujung jalur landasan pacu dan

simetris terhadap perpanjangan garis tengah (Centerline) jalur landasan pacu dan tidak boleh terdapat benda-benda yang menyilang kecuali penempatan lampu-lampu dari landasan pacu pada sepanjang sisi samping landasan pacu. Clearway ini berfungsi sebagai daerah aman yang diperlukan bagi pesawat terbang untuk kondisi : Overshoot Take-off. dan Overshoot Landing.

7.Stopway(SW)

Merupakan daerah yang terletak di luar jalur landasan pacu termasuk bagian dari Clearway dan simetris terhadap perpanjangan garis tengah (Centerline) jalur landasan pacu. Stop way ini berfungsi sebagai jalur landasan untuk memperlambat laju

(2)

pesawat terbang jika terjadi kegagalan dalam lepas landas (Take-off Failure) dan untuk pendaratan darurat (Emergency Landing).’

8.Take-OffRun(TOR)

Merupakan jarak yang diperlukan oleh pesawat terbang untuk melakukan lepas landas secara normal maupun dengan kemungkinan kegagalan mesin. Ukuran panjang Take-off Run ini adalah sepanjang jalur landasan pacu.

9. Over shoot landing

adalah pesawat mendarat melampaui ujung landasannya.

10. Poor approach landing

adalah pesawat mendarat sebelum sampai landasannya.

Komponen - Komponen yang perlu diperlukan Menentukan kebutuhan untuk :

1. take-off distance available (TODA/TOD), 2. lift-off distance available (LODA/LD), 3. field length (FL),

4. landing distance (LD), 5. stop distance (SD), 6. clearway (CW) dan 7. stopway (SW)

(3)

Karakteristik Pesawat Terbang Rencana : BOEING B-747-400

1. Panjang Badan (Fuselage) : 70,66 m

2. Wing Span (lebar sayap) : 64,44 m

3. Wheel Base (jarak roda depan & belakang) : 25,6 m 4. Wheel Tread (jarak roda luar bagian belakang) : 11 m 5. Empty Weight (berat kosong) : 184.567 kg 6. Maximum Take-off Structural Weight (MTOW) : 412.770 kg 7. Panjang Rencana Landasan Pacu Dasar : 3.383 m

BOEING B-747-400 termasuk Airplane Design Group V (Berdasarkan Tabel Klasifikasi Pesawat Terbang Rencana) sehingga dari table Ukuran Komponen pada Runway sesuai dengan Airplane Design Group diperoleh :

Lebar Landasan Pacu : 45,00 m

Lebar Bahu Landasan Pacu : 10,5,00 m

Lebar Blast Pad : 66,00 m

Panjang Blast Pad : 120,0 m

Lebar Daerah Aman : 150,0 m

Panjang Daerah Aman : 300,0 m

(4)

A. Operasional Pesawat Terbang Normal : a. Untuk operasional lepas landas :

Take-off Distance (TOD) = 1,15 x panjang landasan pacu rencana BOEING B-747-400 = 1,15 x 3.383,00

= 3890,45 m

Take off Run (TOR) = Panjang Rencana landasan Pacu = 3.383 m

Lift off Distance (LOD) = 0,55 x TOD = 0,55 x 3890,45 = 2139,75 m b. Untuk oprasional pendaratan ( landing):

Landing Distance (LD) = TOR = 3.383 m Stop Distance (SD) = 0,6 x LD

= 0,6 x 3.383 = 2029,8 m

Clearway (CW) = 0,5 x (TOD-LOD)

= 0,5 x ( 3890,45 – 2139,75) = 875,35 m

Stopway (SW) = 0,05 x LD = 0,05 x 3.383 = 169,15 m

(5)

Panjang total dari jalur landasan pacu dengan perkerasan penuh ( full strenght hardening) yang dibutuhkan adalah

Field Lenght (FL) = TOR + (0,5 x ( TOD – LOD))

= 3.383 + ( 0,5 x ( 3890,45 – 2139,75)) =4258,35 m

(6)

B. Poor- Approaches Landing

Landing Distance (LD) = TOR = 3.383 m Stop Distance (SD) = 0,6 x LD

= 0,6 x 3.383 = 2029,8 m Clearway (CW) = 0,15 x LD

= 0,15 x 3.383 = 507,45 m Stopway (SW) = 0,05 x LD

= 0,05 x 3.383 = 169,15 m Field Lenght (FL) = TOD + CW

= 3.890,45 + 507,45 = 4.397,9 m

C. Overshoot take-off :

Landing Distance (LD) = TOD = 3.890,45 m Lift off Distance (LOD) = 0,75 x TOD

= 0,75 x 3.890,45 = 2917,84 m

(7)

Clearway (CW) = 0,5 x (TOD-LOD)

= 0,5 x ( 3890,45 – 2917,84) = 486,31 m

Stopway (SW) = 0,05 x LD = 0,05 x 3.890,45 = 194,52 m Field Lenght (FL) = TOD + CW

= 3.890,45 + 486,31 = 4.376,76 m

D. Pesawat Terbang Lepas Landas Dengan Kondisi Kegagalan Mesin. Sehingga Harus Melakukan Emergency Landing :

Landing Distance (LD) = TOD = 3.890,45 m Lift off Distance (LOD) = 0,9 x TOR

= 0,9 x 3.383 = 3.044,7 m Stop Distance (SD) = 0,6 x LD

= 0,6 x 3.890,45 = 2.334,27 m Clearway (CW) = 0,15 x LD

(8)

= 0,15 x 3.890,45 = 583,57 m Stopway (SW) = 0,05 x LD

= 0,05 x 3.890,45 = 194,52 m Field Lenght (FL) = TOR + SW

= 3.383+ 194,52 = 3.578 m

Panjang landasan pacu yang dibutuhkan untuk kondisi kegagalan mesin adalah 3.578 m <

panjang landasan pacu utuk kondisi operasional pesawat terbang normal 4258,35 m <

Overshoot Take-off 4376,76 m < Approaches Landing 4397,9 m.

Maka yang memenuhi untuk digunakan dalam perencanaan adalah panjang landasan pacu untuk kondisi Approaches landing yaitu 4397,9 m.

(9)

3.2 Perencanaan Taxiway pesawat type B-747-400

Karakteristik Pesawat Terbang Rencana : BOEING B-747-400

1. Panjang Badan (Fuselage) : 70,66 m

2. Wing Span (lebar sayap) : 64,44 m

3. Wheel Base (jarak roda depan & belakang) : 25,6 m 4. Wheel Tread (jarak roda luar bagian belakang) : 11 m 5. Empty Weight (berat kosong) : 184.567 kg 6. Maximum Take-off Structural Weight (MTOW) : 412.770 kg 7. Panjang Rencana Landasan Pacu Dasar : 3.383 m

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA LANDASAN PENGHUBUNG (TAXIWAY) Landasan penghubung (taxiway) didefinisikan sebagai suatu jalur perkerasan yang digunakan oleh pesawat terbang sebagai akses dari apron menuju landasan pacu (runway) dan sebaliknya dari landasan pacu menuju apron setelah melakukan pendaratan. Untuk akses dari apron menuju landasan pacu disebut ‘entrance taxiway’ dan akses dari landasan pacu menuju apron disebut ‘exit taxiway’. Kedua jalur akses ini merupakan by-pass taxiway.

(10)

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA LANDASAN PENGHUBUNG (TAXIWAY)

Keterangan:

F = Jari-jari tikungan tambahan (fillet) terhadap taxiway centerline

L = panjang jalur tikungan tambahan (fillet) hingga pada ujung belokan taxiway

R = Jari-jari belokan taxiway

(11)

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA LANDASAN PENGHUBUNG (TAXIWAY) Dalam merencanakan desain geometrik pada landasan penghubung digunakan referensi perencanaan dari FAA :

perhitungan desain lebar jalur taxiway dan taxiway fillet :

Diketahui pesawat terbang rencana B-747-400 dengan wing span 64,44 m termasuk Airplane Design Group V (lihat tabel 5). sehingga dari tabel 5 diperoleh :

a) Lebar taxiway (W) = 75 ft (23 m)

b) Jarak tepi aman taxiway (M) = 15 ft (4,5 m) c) Lebar bahu taxiway (S) = 15 ft (4,5 m)

d) Jari-jari tikungan tambahan (fillet) terhadap taxiway centerline (F) = 85 ft (25,5 m)

e) Panjang jalur tikungan tambahan (fillet) hingga pada ujung belokan taxiway (L) = 250 ft (75 m)

f) Jari-jari belokan taxiway (R) = 150 ft (45 m)

(12)

2. Perencanaan by-pass taxiway (exit taxiway dan entrance taxiway)

Dalam perencanaan by-pass taxiway (exit taxiway dan entrance taxiway) ini yang perlu untuk diperhatikan adalah penentuan kecepatan rencana dari pesawat terbang saat akan memasuki area sistem landasan penghubung. Penentuan kecepatan rencana ini dapat dihitung dengan persamaan berikut :

R = V ^ 2____

(125.µ)

sehingga : V = √ (125 x R x µ)

= 11,18 √(R x µ) dimana :

V = kecepatan rencana pesawat terbang (km/jam)

R = jari-jari tikungan pada sistem taxiway sesuai dengan Airplane Design Group atau hasil perhitungan ( m )

µ = koefisien gesek antara ban dan struktur permukaanperkerasan (0,13)

Jika penentuan jari-jari tikungan dipertimbangkan berdasarkan ukuran wheel base (jarak antara roda pendarat utama/main gear dan roda depan/nose gear) dan komponen- komponennya maka dapat dihitung dengan persamaan berikut :

R = 0,388 . 2 B_

((W/2) – D)

(13)

dimana :

R = jari-jari tikungan pada taxiway yang direncanakan (m) B = ukuran wheel base dari pesawat terbang rencana (m)

W = lebar jalur taxiway sesuai dengan Airplane Design Group (m)

D = jarak antara titik tengah kelompok roda pendar utama/main gear dan tepi jalur taxiway ( m ).

perhitungan desain tikungan pada sistem by-pass taxiway :

Diketahui pesawat terbang rencana B-747-400 dengan wing span 64,44 m termasuk Airplane Design Group V sehingga dari tabel perencanaan komponen taxiway dari FAA diperoleh :

a. Lebar taxiway (W) = 75 ft (23 m)

b. Untuk pesawat terbang rencana B-747-400, maka Ukuran wheel base (B) = 25,6 m

c. Jarak antara titik tengah kelompok roda pendarat utama/main gear dan tepi jalur taxiway (D) = 11,5 m

(14)

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA LANDASAN PENGHUBUNG (TAXIWAY).

Sehingga kecepatan rencana pesawat terbang saat memasuki taxiway adalah : V = √ (125 x R x µ)

= 11,18 √(R x µ)

= 11,18 √(45 x 0,13) = 27 m/dt

= 27 x 3,6 = 97 km/jam Diperoleh D = ( S1)^2 - ( S2)^2 2 a

= ( 62)^2 - ( 27)^2 2 x 1,5

= 1.038 m

Jarak dari threshold ke exit taxiway (S) = 550 + 1.038 m = 1.558 m

(15)

3.3 Perencanaan Apron pesawat type B-747-400

Menghitung Luas apron

Lebar Apron : L = (2 x PB) + (3 x C ) = ( 2 x 70,66 ) + (3 x 7,5)

(16)

= 163,82 m Panjang Apron :

Jumlah clearence = (3 x 7,5) + Lebar Taxiway = 22, 5 + 23

= 45,5 m

Jumlah Wing Span = ( 3 x Wing Span) = ( 3 x 64,44 ) = 193, 32 m

Sehingga Apron yang dibutuhkan = Julmah clearence + Jumlah wing span = 45,5 m + 193 ,32 m

= 238,82 m

Sehingga dimensi apron yang di rencanakan adalah 239 m x 164 m Di peroleh Luas Apron = 39.123,49 m2

3.3.1 PERENCANAAN APRON DENGAN ASPEK WING-TIP CLEARANCE

Menurut peraturan dari FAA Airport Design and Engineering Advisory Circular 150/5300-13, wing-tip clearance adalah jarak kebebasan dari ujung sayap pesawat terbang terhadap ujung sayap pesawat terbang yang lain dan berfungsi untuk memudahkan mobilitas atau pergerakan pesawat terbang di apron maupun di jalur taxiway agar tidak terjadi konflik dengan pesawat terbang lain

Menurut Peraturan FAA AC 150/5360-13 disyaratkan bahwa jarak antara hidung pesawat terbang dengan bagian depan gedung terminal adalah 4,5 – 9 m tergantung dari kelompok pesawat terbang rencana (Airplane Design Group)

Untuk kebutuhan manuver pesawat terbang pada apron dan mobilitas dari dan menuju ke landasan pacu, dibutuhkan separasi atau pemisahan posisi pesawat terbang untuk menghindarkan pengaruh semburan jet dari mesin pesawat ke arah gedung terminal sejarak 150 m

(17)
(18)

3.4 Perencanaan perkerasaan Runway,Taxiway dan Apron pesawat type B-747-400 3.4.1 Perkerasaan Runyway

3.4.1.1Jenis pesawat yang dilayani dan karakteristik pesawat.

jenis pesawat MTOW (Kg) wings (m) length (m)

B-747-400 412,770 64.44 70.67

tipe roda tipe roda pendaratan

M N

tandem dual wheel gear 2 2

3.4.

1.2 rata-rata pertumbuhan pesawat dan proyeksi pergerakan pesawat tahunan

B-747-400 = 2 Pesawat/jam

dalam 1 tahun terdapat 365 hari jam operasi lapangan terbang = 7 jam 30 menit / hari maka, = 2 x 7.5 x 365

= 5475 pesawat/tahun

Proyeksi pergerakan pesawat tahunan (Rn)

Rn = Ro (1 + i )^n

= 547

5 ( 1 + 0.00

% )^1

= 547

5 c

. penentuan nilai CBR asumsi data CBR

CBR Subbase 18%

CBR Subgrade 6%

3.4.1.3. tipe roda pendaratan pesawat

faktor konversi roda pendaratan ( tandem dual wheel gear - tandem dual wheel gear) = 1.0 3.4.1.4. menentukan R2 (jumlah keberangkatan tahunan)

R

2 = Rn x

faktor konversi roda pendaratan

= 5475 x 1.

0

= 5475

(19)

3.4.1.5. menghitung beban roda pesawat rencana (W1) dan beban roda pesawat yang beroperasi (W2)

w

1 = MTOW x 0.95

x 1/ n

= 412,770 x 0.95 x 1/ 4

= 98032.875 kg w

2 = MTOW x 0.95

x 1/ M X 1/ N

= 412,770 x 0.95 x 1/ 2 x 1/ 2 = 98032.875 kg

3.4.1.6 . menghitung R1

log R1 = ( Log R2 ) x ( W2 )^0.5 ( W1 )

= ( Log 5475 ) x ( 98032.88 )^0.5 ( 98032.88 ) log R1 = 3.74

R1 = 5,475

3.4.1.7 . menhitung tebal perkerasan total (metode FAA)

tabel annual departure > 25000

karena nilai annual departure (R1) didapat = 5,475 < 50000 maka, tebal perkerasan didapat = 104%

asumsi dari grafik didapat tebal perkerasan total adalah = 40 inchi sehingga total tebal perkerasan, yaitu

4

0 x 104

% = 41.6

inci

= 105.66

4 cm

(20)

3.4.1.8. mengitung tebal perkerasan subbase dengan nilai CBR subbase yang telah diketahui MTOW, dan Equivalent Departure

tebal perkerasan subbase = total tebal perkerasan - hasil plot grafik

= 41.6 - 20 inci (asumsi)

= 21.6 inci

= 54.864 cm

3.4.1.9. menghitung tebal perkerasan permukaan (surface course) daerah kritis = 4 inci

= 10.16 cm daerah non kritis = 3 inci

= 7.62 cm

3.4.1.10. menghitung tebal perkerasan base course

= hasil plot grafik - surface course

= 20 - 4

= 16 inci

= 40.64 cm

3.4.1.11. menghitung kedalaman daerah non kritis tabel perkerasa tiap lapisan

Lapisan Kritis (T) non kritis (0.9T) pinggir (0.7 T)

inci cm inci cm inci cm

Surface 4 10 3 7 3 7

Base Course 16 41 14 37 11 28

Subbase Course 22 55 19 49 15 38

3.4.1.12. stabilitasi landasan

Faktor equivalent untuk base course diambil bahan P-201 Bituminous Base Course yaitu 1,2 maka tebal base course yang distabilisasikan yaitu

16 = 10 inci

1.6

= 25.4 cm

Faktor equivalent untuk subbase course diambil bahan P-209 Crushed Agregate Base Course yaitu 1,4 maka tebal subbase yang distabilisasikan yaitu

22 = 15.4 inci

1.4

= 39.2 cm

Jadi tebal perkerasan dengan subbase dan base course yang telah distabilisasi adalah :

(21)

total = Surface + Base course + Subbase Course

= 4 + 10 + 15.4

= 29.4 inci

= 75 cm

Tabel perbandingan tebal perkerasan setelah stabilisasi Lapisan perkerasan

perbandingan

Devisiasi exsisting perhitungan (%)

inci cm inci cm

lapisan permukaan (surface) 4 10.16 4 10.16 0

lapisan pondasi atas (base) 16 40.6 10 25.4 15

lapisan pondasi bawah (subbase) 21.6 54.9 15.4 39.2 0

total 41.6 105.664 29.43 74.75 15

3.4.2 Perkerasaan Taxiway

3.4.2.1. Menghitung tebal perkerasan permuaan (surface course)

permukaan (surface course) Dari kurva perencanaan perkerasan flexible diperoleh ketebalan perkerasan di daerah nonkritis = 3 inci

= 7.62 =8 cm

3.4.2.2. coarse kondisi kritis, sehingga tebal base coarse :

=0.9 x 25.4

= 22.86 cm

= 23 cm

3.4.2.3 . Menghitung tebal subbase course Tebal subbase coarse digunakan tebal = 0,9 kali tebal subbase coarse kondisi kritis, sehingga tebal base coarse :

= 0.9 x 39.2

= 35.27 cm

= 35 cm 3.4.3 Perkerasaan Apron

3.4.3.1 data penunjang dalam perhitungan tebal perkerasan apron jenis tanah = liquit limit (CL)asumsi

CBR subgrade = 6%

subgrade (k) = 100 pci mutu beton = k-400

(22)

diencanakan tebal subbase adalah 6 inci

Dari grafik di atas diperoleh nilai modulus untuk lapisan sub base adalah sebesar 150 psi 3.4.3.2. Menentukan kekuatan lentur beton (flexural strength concrete)

MR = k

dimana : k = adalah nilai konstanta (antara 8 sampai 10) c' = kuat tekan beton (psi)

maka, k-400 = 400 kg/cm3

= 400 x 14.22 lb/in2

= 5688 psi 3.4.3.3. menentukan MTOW

jenis pesawat MTOW (Kg)

B-747-400 412,770

3.4.3.4. Menentukan ramalan annual departure perhitungan annual departure sama halnya dengan EAD pada runway, yaitu sebanyak 5,475 pergerakan

3.4.3.5. Menentukan tebal slab beton (concrete slab) kemudian diplotkan pada grafik berikut :

dari grafik didapatkan tebal slab beton =8.2 inchi

(23)

= 20.828 cm 3.4.3.6. Perencanaan tulanagan

tebal slab beton = 20.828 cm join spacing longitudinal = 15 ft join spacing transversal = 15 ft

dari tebal slab beton 8.2 inci didapatkan hasil sepertiberikut:

sumber FAA

diameter dowel = 1 inci = 2.54 cm panjang dowel = 19 inci = 48.26 cm spasi dowel = 12 inci = 30.48 cm

digunakan tulanagn tipe A615 drage 40 dengan nilai fs = 27000 mn/m2 menghitung AS tulangan

AS = 3.7 x L 27000

= 3.7 x 15 27000

= 0.0228

digunakan diameter tulangan 0.375 in atau D-10

As pasang = 0.11 inci

As perlu = 0.0228 inci

jumlah tulanagan = As perlu As pasang = 0.0228

0.1100

= 0.21 1 buah

(24)

dengan jarak tulanagan = 1000/1 mm 100 cm 3.4.3.7.

Rangkuman tebal perkerasan

no Lapisan perkerasan Hasil

inci cm

1 landas pacu (runway)

lapisan permukaan (surface) 4 10.16

lapis pondasi atas (base) 10 25.4

lapis pondasi bawah (subbase) 15.4 39.2

2 landasan penghubung (taxiway)

lapisan permukaan (surface) 3 7.62

lapis pondasi atas (base) 9 22.86

lapis pondasi bawah (subbase) 13.89 35.27

3 landasan parkir (apron)

lapisan permukaan (surface) 4 10.16

lapis pondasi atas (base) 8.2 20.83

lapis pondasi bawah (subbase) 6 15.24

Gambar

tabel annual departure &gt; 25000
Tabel perbandingan tebal perkerasan setelah stabilisasi Lapisan perkerasan

Referensi

Dokumen terkait

Misal, jumlah uang seluruhnya adalah M,

Para nominator dari rumus regresi kernel adalah array jumlah produk kernel dan berat, sedangkan penyebutnya adalah jumlah nilai kernel di domain X j untuk semua

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah nilai dari 23 responden pencari untuk pertanyaan kedua adalah 95. Prosentase nilainya adalah (4.13 / 5) x 100 = 82,6%, maka diperoleh

Indikator Nilai X Bobot Keuangan (Ada 3 Indikator) Jumlah pelatihan berbasis kompetensi Jumlah pemagangan yang sesuai kebutuhan kerja Jumlah tenaga pelatihan yang kompeten 4 4 5

Dimana peluang permintaan kamera terbaru pada state 0 atau mula – mula sampai pada akhir minggu atau state 3 mengalami penurunan. Karena nilai steady statenya sudah sama dengan p n

Gambar 5 Perbandingan rataan jumlah sel awal inkubasi dan sel akhir inkubasi Gambar 5 menunjukkan rataan jumlah sel akhir pada semua kelompok perlakuan baik pada kontrol

Apron Bandar Udara Haji Muhammad Sidik direncanakan memiliki 5 buah aircraft parking stand, tetapi seiring berkembangnya waktu dan jumlah penumpang, pesawat yang beroperasi akan

Aktivitas belajar pada kondisi awal No Kualifikasi Jumlah Siswa 1 Sangat Kurang 0 2 Kurang 5 3 Cukup 15 4 Baik 8 5 Sangat Baik 0 Hasil pengamatan menunjukkan hanya terdapat 8