Manajemen Kurikulum I 207
Manajemen Kurikulum
Fatkhul Ma’arif1
1 Madrasah Diniyah Riyadhotul ‘Uqul, Pondok Pesantren Al Ishlahiyyah Mayan Mojo, Jawa Timur, 64162, Indonesia.
Email: [email protected]
Abstrak: Dalam dunia pendidikan kita sering mendengar istilah kurikulum, yang mana kurikulum ini akan mempermudah bagi pengajar dalam menyusun program yang hendak dilakukan dan apa saja yang hendak disampaikan kepada anak didiknya. Namun hal ini(kurikulum) tidak akan tercapai dengan maximal apabila tidak dirancang dan diatur dengan baik, sehingga untuk bisa terwujudnya kurikulum dengan baik perlu dikelola sebelumnya. Dalam Manajemen Kurikulum ada beberapa ruang lingkup diantaranya Manajemen perencanaan kurikulum, Manajemen pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum, Supervisi pelaksanaan kurikulum, Penilaian Kurikulum, Perbaikan Kurikulum, dan Sentralisasi. Disamping itu ada juga prinsip-prinsip Manajemen kurikulum diantaranya Prinsip Relevansi, Prinsip Fleksibel, Prinsip Kontinuitas, Prinsip Praktis Efisien, dan Prinsip Efektivitas.
Kata Kunci: Manajemen Kurikulum.
1. Pendahuluan
Dalam setiap aktifitas agar tercapai hasil yang maksimal kita harus merencanakan dan menyusun agenda yang akan kita lakukan dalam kegiatan mendatang, terlebih dalam hal pendidikan, karena suatu hal jika tidak tersusun dan terorganisir dengan baik maka hasilnya akan kurang baik, sebaliknya jika suatu perkara disusun dan terorganisir dengan baik, maka in syaa Alloh hasilnya akan baik. Hal ini Sesuai dengan slogan yang sering kita dengar yaitu
ا ماظلناب لطالبا هبلغي ماظن لاب قلح
Kebenaran yang tidak terorganisir akan terkalahkan oleh kebathilan yang terorganisir
Oleh karena itu penting sekali kita mengelola kurikulum pendidikan supaya hasil yang dicapai bisa sesuai harapan. Ibarat seorang melakukan perjalanan maka perlu dipastikan perjalan tersebut kemana saja, dan tujuannya apa serta hasil yang diharapkan apa, sehingga perjalanannya tertuju jelas, tidak seperti gelandangan yang tidak tentu arahnya.
Dalam artikel ini akan kami bahas tentang manajemen kurikulum dengan harapan bisa menambah wawasan keilmuan kita yang kemudian kita amalkan dan tercapai tujuan kita khususnya keberhasilan dalam proses belajar mengajar sesuai yang direncanakan. Adapun fokus yang hendak kami kaji diantaranya adalah makna manajemen kurikulum, ruang lingkup manajemen kurikulum, serta prinsip - prinsip manajemen kurikulum.
2. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat library research atau kajian pustaka. Karena kajian ini bersifat pustaka, untuk itu dalam seluruh prosesnya dari awal hingga akhir penelitian, penulis menggunakan berbagai macam
208 I Prosiding Pascasarjana IAIN Kediri Volume 3, November 2020
pustaka yang relevan untuk menjawab permasalahan yang dicermati. Sementara itu, penelitian kajian pustaka merupakan penampilan argumentasi penalaran keilmuan yang memaparkan hasil kajian pustaka dan hasil olah pikir peneliti mengenai topik atau masalah kajian, dimana memuat beberapa gagasan atau proposisi yang berkaitan yang harus didukung oleh data yang diperoleh dari sumber pustaka.
3. Hasil
Secara etimologi, Manajemen berasal dari bahasa latin yaitu kata Manus (tangan) dan agree (melakukan) yang kemudian digabungkan menjadi satu kata kerja manager yang artinya menangani kemudian diadopsi kedalam bahasa Itali Maneggiare yang artinya “mengendalikan” yang kemudian diadopsi kedalam bahasa Prancis management yang berartikan seni melaksanakan dan mengatur.
Manager diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Kemudian, manajemen diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi pengelolaan.
Manajemen dalam dunia pendidikan adalah pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah atau organisasi yang meliputi manusia, uang, metode, material, mesin dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses.
Menurut Hasibuan, manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pekerjaan organisasi dan untuk menggunakan sumber daya organisasi yang tesedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas [1, p.
77].
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu kegiatan mendayagunakan orang dan sumber- sumber lainnya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.
Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat terpacu). Awalnya istilah ini digunakan dalam dunia olahraga yang diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh mendali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (objek) yang harus ditempuh/dikuasai oleh siswa dari awal hingga akhir program pembelajaran agar memperoleh hasil yang diharapkan dan diwujudkan dengan penghargaan berbentuk ijazah.
Berdasarkan pengertian di atas, dalam kurikulum terkandung dua hal pokok, yaitu :
a) Adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, dan
b) Tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh hasil kelulusan dengan bukti ijazah.
Manajemen Kurikulum I 209 Dengan demikian, diharapkan setiap siswa mampu menguasai seluruh mata pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru sebagai pembimbing dalam meraih keberhasilan. Istilah kurikulum pada dasarnya tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran, tetapi mencakup semua pengalaman belajar yang dialami siswa dan berpengaruh terhadap perkembangan pribadinya.
Berikut kami sampaikan beberapa pendapat para ahli dalam pengertian kurikulum:
a) Harold B. Alberty, kurikulum merupakan kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah.
b) Saylor, Alexander, dan Lewis, kurikulum merupakan upaya sekolah dalam mendidik siswa, baik dalam ruang kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah.
c) S. Nasution, kurikulum dalam arti luas meliputi seluruh program di sekolah, yakni segala pengalaman di bawah tanggung jawab sekolah.[2, p. 2]
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu.
Kesimpulannya, Manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistematik, dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.
Sehingga dalam mewujudkan keberhasilan ini, perlu adanya kesungguhan dari tiga komponen yakni guru, orang tua, dan anak/siswa. Guru sebagai orang yang diserahi tanggung jawab dalam mendidik siswa punya peran yang sangat berpengaruh dalam perkembangan anak didiknya. Begitu pula orang tua yang padadasarnya sebagai penganggung jawab utama terhadap pendidikan anaknya, namun karena ketidak mampuan (baik secara ilmu maupun kesempatan) ia menyerahkan pada pihak sekolah untuk mendidik anaknya, maka orang tua harus mendukung sepenuhnya program sekolah dengan cara ikut mengingatkan anaknya untuk belajar, dan bertanggung jawab terhadap biaya sekolahnya, sehingga anak bisa fokus dalam belajar. Berikutnya adalah kesungguhan anak/siswa, siswa harus punya kemauan/semangat dalam belajar, karena dialah pelaku utama dalam keberhasilannya, jika siswa tidak ada kemauan dalam belajar, maka sulit untuk bisa terwujud harapan orang tua dan guru, ibarat sebuah mobil, tidak akan mungkin berjalan walaupun digas, jika mobil tersebut direm. Sesuai dengan isi Nadhom Alfiyyah ibnu Malik
ءادعلاا رمز تلاوت ولو ءاجيهلا نع بنلجا دعقا لا
“Kemauan dan kerja keras adalah modal utama dalam meraih kesuksesan”[3]
4. Pembahasan
A. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum
Dalam manajemen kurikulum ada beberapa ruang lingkup yang perlu diketahui, karena manajemen kurikulum ini merupakan bagian dari studi kurikulum. Ruang lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut :
210 I Prosiding Pascasarjana IAIN Kediri Volume 3, November 2020
1) Manajemen Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan aktifitas belajar yang bertujuan untuk membina siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diharapkan dan menilai sampai mana perubahan-perubahan yang telah terjadi pada siswa untuk kemudian dievaluasi.
Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan, media penyampaian, tindakan yang diperlukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem control, dan evaluasi untuk mencapai tujuan organisasi.
2) Manajemen Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum
Manajemen pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum berkenaan dengan semua tindakan yang berhubungan dengan perincian dan pembagian semua tugas yang memungkinkan terlaksana. Dalam hal ini manajemen bertugas menyediakan fasilitas material, personal dan kondisi- kondisi supaya kurikulum dapat terlaksana.
Pelaksanaan kurikulum dibagi dua :
a) Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini ditangani oleh kepala sekolah.
b) Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan langsung kepada para guru.
Peran-peran penting pada manajemen pelaksanaan kurikulum adalah :
a) Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran.
b) Kepala sekolah dalam kepemimpinan bersama.
c) Kepala Departemen atau Wakil Kepala Sekolah dalam Manajemen Kurikulum.
3) Supervisi Pelaksanaan Kurikulum
Supervisi atau pemantauan kurikulum adalah pengumpulan informasi berdasarkan data yang tepat, akurat, dan lengkap tentang pelaksanaan kurikulum dalam jangka waktu tertentu oleh pemantau ahli untuk mengatasi permasalahan dalam kurikulum. Secara garis besar pemantauan kurikulum bertujuan untuk mengumpulkan seluruh informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah.
4) Penilaian Kurikulum
Penilaian kurikulum atau evaluasi kurikulum merupakan bagian dari sistem manajemen. Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti.
5) Perbaikan Kurikulum
Perbaikan kurikulum sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan penyesuaian supaya dapat memenuhi permintaan. Perbaikan kuikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat disoroti dari dua aspek, yaitu proses dan produk.
Manajemen Kurikulum I 211 6) Sentralisasi dan Desantralisasi Kurikulum
Manajemen sentralisasi dan desantralisasi adalah memusatkan semua wewenang kepada sejumlah kecil manager atau yang berada di suatu puncak pada sebuah struktur organisasi. Kelemahan sistem ini adalah dimana sebuah kebijakan dan keputusan pemerintah daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat sehingga waktu untuk memutuskan suatu hal menjadi lama [4, pp. 7–14].
B. Prinsip-Prinsip Manajemen Kurikulum
Sukmadinata menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip umum dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
1) Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip ini ada dua jenis, yaitu relevansi eksternal artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang diprediksi untuk masa depan, dan relevansi internal, yaitu kesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri.
2) Prinsip Fleksibel
Prinsip fleksibel berarti suatu kurikulum harus lentur (tidak kaku), terutama dalam hal pelaksanaannya.
3) Prinsip Kontinuitas
Prinsip Kontinuitas artinya kurikulum dikembangkan secara berkesinambungan, yang meliputi sinambung antarkelas maupun sinambung antar jenjang pendidikan.
4) Prinsip Praktis dan Efisiensi
Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan prinsip praktis, yaitu dapat dan mudah diterapkan di lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu.
5) Prinsip Efektivitas
Prinsip ini menunjukkan pada suatu pengertian bahwa kurikulum selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai [2, pp. 67–
69].
Menurut Dedi Arik Kurniawan dalam blogspotnya manajemen kurikulum memiliki beberapa prinsip, yaitu:
1) Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum.
2) Demokrasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksanaan dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.
3) Kooperatif, dalam mencapai suatu kegiatan manajemen kurikulum harus ada rasa kerja sama dengan baik untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan.
212 I Prosiding Pascasarjana IAIN Kediri Volume 3, November 2020
4) Efektif dan efesiensi, dalam menjalankan suatu kegiatan didalam manajemen kurikulum harus dilaksanakan dengan efektifitas dan efesiensi untuk mencapai tujuan kurikulum.
5) Mengarahkan pada visi, misi, dan tujuan yang telah di tetapkan [5, p. 34].
Demikian beberapa prinsip manajemen kurikulum yang jika kita perhatikan semuanya mengarahkan pada kegiatan yang mampu menghasilkan suatu capaian yang diinginkan dengan mensinergikan semua komponen yang ada didalamnya. Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu dipertimbangkan kebijaksanaan pemerintah maupun Departemen Pendidikan, seperti USPN No.
20 Tahun 2003, kurikulum pola nasional, pedoman penyelenggaraan program, kebijaksanaan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, kebijaksanaan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, keputusan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/ jenis sekolah yang bersangkutan.
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan dengan efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar, maupun komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di antaranya sebagai berikut:
1) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
2) Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
3) Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.
4) Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang professional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
5) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Disamping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena
Manajemen Kurikulum I 213 adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
6) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara professional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dengan kebutuhan pembangunan daerah setempat [6, p. 45].
5. Kesimpulan
Kurikulum pendidikan di pesantren diklasifikasikan menjadi empat, yaitu pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan maupun yang juga memiliki sekolah umum, pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan agama dalam bentuk madrasah diniyah, pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian, dan terakhir adalah pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan umum, meski tidak menerapkan kurikulum nasional. Meskipun demikian, semua perubahan itu, sama sekali tidak mencabut pesantren dari akar kulturnya. Secara umum pesantren tetap memiliki fungsi-fungsi lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu pengetahuan agama (tafaqquh fi addin) dan nilai-nilai islam (Islamic values), lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial, lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial (social engineering).
Madrasah merupakan suatu lembaga pendidikan yang lebih menekankan pada pendidikan agama. Kurikulum PAI di Madrasah memiliki suatu hal yang lebih pokok yang memang diharapkan dan bukan hanya dalam target tujuan PAI tapi juga sebagai pendidikan yang lahir dari agama islam diharapkan dapat berkompetensi jasmani dan rohani, artinya berkompetensi dalam hal sikap, skill, pengetahuan secara afektif, kognitif, psikomotorik sesuai dengan ajaran agama Islam dalam aspek jasmani. Dan dengan adanya kurikulum madrasah diharapkan menjadikan anak didik menjadi makhluk yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta senantiasa mau mengamalkan apa yang telah diajarkan di dalam madrasah.
Kurikulum PAI di sekolah terdiri atas beberapa aspek, yaitu aspek Al- Qur’an, Hadits, keimanan atau aqidah, akhlak, fiqih (hukum Islam) dan aspek Tarikh (sejarah). Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, aspek-aspek pendidikan Islam telah mengalami berbagai perubahan dan perbaikan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan (policy) yang pernah diberlakukan dari satu pemerintah ke pemerintahan lain. Demikian juga, pendidikan Islam mendapat efek dari perubahan kebijakan tersebut. Sehingga dalam kurikulum seperti yang telah dikemukakan di atas, mengalami perubahan, baik itu dari masa Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi. Sehingga dapat dilihat corak model pengembangan kurikulum PAI yang pernah berkembang, seperti model dikotomi, model mekanisme dan model organisme atau sistematik.
214 I Prosiding Pascasarjana IAIN Kediri Volume 3, November 2020 6. Daftar Referensi
[1] Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
[2] Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2013.
[3] A. A. M. Ibnu malik, Nadhom Al Fiyyah Ibnu Malik. .
[4] F. Oviyanti, Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. Palembang: Noer Fikri, 2015.
[5] Y. Jahja, Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Raudlatul Athfal. Jakarta:
Departemen Agama RI, 2005.
[6] Rusman, Manajemen Kurikulum. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009.