Jika nama peribadi didahului dengan perkataan sandang (al-), maka yang dikapitalkan tetap huruf pertama nama peribadi, dan bukan huruf pertama kata sandang. Apabila berada di awal ayat, huruf A perkataan sandang ditulis dengan huruf besar (Al-).
Latar Belakang Masalah
Hal ini sama dengan hasil penelitian Novi yang menyatakan bahwa kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan. Penelitian ini berfokus pada proses penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Jigsaw, kinerja guru, aktivitas siswa, dan peningkatan keterampilan siswa.
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Untuk mengetahui keefektifan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kaballangan MA DDI. 11Ning Endan Sri Rejeki “meningkatkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif Jigsaw pada siswa kelas VIII G semester 2. Langlang, S Khanafiayah “penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP” skripsi (FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2013).
Misalnya saja metode pembelajaran kooperatif yang dikenal dengan struktur puzzle, STAD (Student Teams Achievement Divisions), NHT (Numbers Head Together), dan lain-lain. Model pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama guna memaksimalkan kondisi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat diartikan dari sudut pandang bahasa sebagai model pembelajaran kooperatif yang terintegrasi. Ha: Apakah efektif menggunakan model pembelajaran tipe puzzle untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa MA DDI Kaballangan? Ho: Efektifkah penggunaan model pembelajaran puzzle dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa MA DDI Kaballangan?
Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran sejarah sebagai model pembelajaran baru diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa. Ning Endan Sri Rejeki “Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Puzzle untuk Siswa Kelas VIII G Semester 2.
Langlang, S Khanafiayah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa SMA” skripsi FMIPA, Universitas Negeri Semarang, 2013.
Definisi Oprasional dan Ruang Lingkup Penelitian
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe puzzle dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa MA DDI Kaballangan.
Garis Besar Isi Tesis
LANDASAN TEORETIS
Analisis Teoritis Variabel
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kolaboratif Slavin v Isjoni merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dan berkolaborasi dalam kelompok kecil, yang anggotanya adalah orang-orang dengan struktur kelompok. Penggunaan pembelajaran kooperatif mengubah peran guru dari yang fokus pada model pembelajaran kooperatif guru menjadi membimbing siswa dalam kelompok kecil.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu bentuk pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab menguasai sebagian materi pembelajaran dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya yang lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama dengan saling ketergantungan positif serta bertanggung jawab menyelesaikan bagian materi pelajaran yang akan dipelajari dan mengkomunikasikan materi tersebut kepada kelompok. anggota. Unsur-unsur metode Jigsaw sebagai bagian dari pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar berkelompok.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas maka peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif. Ha : keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan aktivitas siswa di MA DDI Kaballangan. Ho : keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan aktivitas siswa di MA DDI Kaballangan.
Jadi, keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe puzzle dalam meningkatkan aktivitas siswa di MA DDI Kaballangan. Pembelajaran siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas XI MA DDI Kaballangan.
Krangka Pikir Penelitian
Hipotesis
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Populasi, Sampel dan Sampling
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan ciri-ciri yang dimiliki suatu populasi.67 Dalam penelitian ini peneliti menentukan sampel yaitu kelas XI yang mewakili seluruh populasi. Artinya peneliti menentukan bahwa sampel yang diambil tidak dilakukan secara acak, melainkan ditentukan oleh peneliti sendiri.
Metode pengumpulan data
Yaitu berupa lembar observasi yang disesuaikan dengan aktivitas metode pembelajaran kooperatif yang diisi oleh peneliti untuk menilai peningkatan aktivitas pembelajaran MA DDI Kaballangan. Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, peneliti terlibat langsung dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe puzzle di MA DDI Kaballangan sebagai tempat penelitian. Manfaat yang terdapat dalam pembelajaran melalui penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran sejarah. Manfaat yang terdapat dalam penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw antara lain semangat dan semangat siswa yang tinggi, karena model Cooperative Learning tipe Jigsaw belum pernah diterapkan di MA DDI Kaballangan.
Model Cooperative Learning Jigsaw melatih siswa untuk lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapat saat presentasi dan berlatih bekerja sama dengan kelompoknya. Berdasarkan kesimpulan penelitian, penggunaan metode pembelajaran kooperatif yang dilakukan pada penelitian mempunyai implikasi yang cukup baik dibandingkan dengan penggunaan metode satu arah dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Bagi sekolah, penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat diterapkan dengan baik di sekolah; model ini dapat meningkatkan aktivitas siswa.
Bagi guru, penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat diterapkan pada guru sejarah di kelas yang aktivitasnya rendah. Dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw siswa lebih tertarik, aktif dan tidak merasa bosan. Hal ini perlu lebih ditekankan dalam pemilihan model, metode dan media, agar disesuaikan dengan kondisi siswa dan karakteristik model Cooperative Learning tipe Jigsaw.
Definisi Oprasional Variabel
Instrument Penelitian
Tehnik analisis data
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis penelitian ini.Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data. Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang diambil dari sampel penelitian yang dipilih mewakili populasi, sehingga biasanya dilakukan uji normalitas terhadap data tersebut. Uji kelonggaran menggunakan uji homogenitas untuk mengetahui apakah suatu data berasal dari populasi yang homogen atau tidak.
Pengujian dilakukan bila sampel homogen dan berdistribusi normal dan digunakan untuk menguji hipotesis yang menunjukkan signifikansi.
Prosedur Eksperimen
Bab ini secara khusus akan menjelaskan efektivitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe puzzle untuk meningkatkan aktivitas siswa MA PONPES DDI Kaballangan. Penelitian ini diawali dengan melakukan pertemuan dengan bagian kemahasiswaan untuk menyerahkan surat pengantar penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. rekomendasi persetujuan etik Penelitian ini dimulai pada tanggal 5 Februari – 28 Oktober 2020 dengan pendahuluan dan penelitian dilaksanakan dalam satu kali pertemuan selama 2 jam dalam kurun waktu 3 hari. Siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang diberikan, setelah berdiskusi dengan semua teman kelompoknya barulah diberikan kepada siswa. Rangkuman materi yang dipelajari memberikan rangkuman seluruh materi dalam proses pembelajaran untuk memudahkan siswa mengingat pelajaran penting dalam seluruh materi pelajaran.
Dengan demikian aktivitas siswa dapat ditingkatkan. Kendala dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, dalam pelaksanaannya memerlukan waktu yang cukup banyak. waktu karena memerlukan pembagian kelompok dua kali, dan pengaturan kelas saat ini sedang berlangsung diskusi. Penerapan pembelajaran kooperatif akan memudahkan pendidik dalam memotivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw akan lebih menarik jika dikolaborasikan dengan berbagai model media dan metode pembelajaran lainnya, seperti menjelaskan materi melalui media power point, pertanyaan pencarian kata, reward dan punishment.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Sebelum penerapan model puzzle di MA DDI Kaballangan, peneliti menyiapkan bahan pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan silabus pembelajaran dan menyiapkan perangkat pembelajaran lainnya. Peneliti memberikan motivasi berupa semangat untuk terus belajar kepada para siswanya dan agar para siswa tersebut tetap melanjutkan pendidikannya dan menyelesaikan pendidikannya minimal pada jenjang perguruan tinggi. Peneliti memberikan penjelasan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan menjelaskan tujuan pembelajaran agar siswa fokus dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan silabus pembelajaran.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 (anggota). Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk memudahkan penyampaian materi, dan kelompok ini disebut kelompok ASAL. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang dibagi menjadi beberapa subbab.Anggota kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dengan kelompok ahli dan mendiskusikannya.
Pada tahap ini, anggota kelompok ahli yang telah selesai berdiskusi dan merangkum pembelajaran akan dikembalikan ke kelompok asal untuk menyampaikan dan mengajarkan materi yang telah dibahas. Karena nilai 𝑓h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 1,13 < 𝑓𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 3,08 maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan maka dapat disimpulkan data tersebut homogen. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada proses pembelajaran model puzzle di Ma DDI Kaballangan mengalami peningkatan dari pertemuan pertama ke pertemuan ketiga, dimana rata-rata aktivitas siswa pada pembelajaran model puzzle di Ma DDI Kaballangan mengalami peningkatan. siswa pada pertemuan pertama sebesar 63,2% dengan kriteria cukup, pada pertemuan kedua rata-rata sebesar 70,4% dengan kriteria cukup, dan pada pertemuan ketiga terjadi peningkatan rata-rata aktivitas siswa sebesar 78,2% dengan kriteria baik.
Pengujian Hipotesis
Siahaan dan Alif Akbar, “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Alat Ukur Pada Materi Al-Quran Hadits Di Kelas Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.
PENUTUP
Implikasi
Pemahaman tahapan-tahapan proses pembelajaran dengan metode Jigsaw akan membantu guru untuk lebih meningkatkan aktivitas belajar siswa di MA DDI Kaballangan guna mencapai tujuan pembelajaran.
Saran
Jika tidak ada siswa dalam kelompok yang berpikir bersama untuk menyelesaikan pelajaran yang dipelajari. Jika semua siswa dalam kelompoknya berpikir bersama untuk menyelesaikan pelajaran yang dipelajari.