Leny Pramesti, 11-6-2021
Ekologi Arsitektur
Kuliah Minggu : ke 15, 11 JUNI 2021
Pokok Bahasan : PENERAPAN ELEMEN/PRINSIP ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA BANGUNAN
7.
Peruangan juga perlu diperhatikan agar setiap ruang
Penerapan arsitektur ekologis akan diuraikan dalam tujuh prinsip
4. Prinsip keempat adalah prinsip menggunakan material lokal dengan cara menggunakan material yang mudah didapat dari sekitar tapak yang aman dan sehat bagi kesehatan dan mengekspos penggunaan material lokal pada beberapa bagian bangunan.
3. Prinsip ketiga adalah menggunakan sistem bangunan hemat energi 1. Prinsip pertama adalah memelihara sumber daya alam
2. Prinsip kedua adalah mengelola tanah, air, dan udara yang masih
berhubungan prinsip pertama yaitu memelihara sumber daya alam yang ada.
5. Prinsip kelima adalah prinsip meminimalkan dampak negatif pada alam yang berusaha untuk mengurangi pencemaran terhadap udara, air, tanah.
6. Prinsip keenam adalah menggunakan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi
Ad. 1 Prinsip Pertama adalah memelihara sumber daya alam
memelihara sumber daya alam
Perbandingan antara area terbangun dengan area terbuka sekitar 60:40
Ad 2. Prinsip kedua adalah mengelola tanah, air, dan udara
• Tujuannya agar bangunan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
dengan cara memaksilmalkan potensi alam yang telah dikelola.Prinsip ini berusaha agarair dapat terserap ke tanah, adanya pemisahan
sampah organik dan anorganik untuk memelihara tanah, dan adanya ruang terbuka sebagai tempat hidup pohon yang dapat menyediakan suplai udara bersih.
Ruang terbuka hijau Sebagai area peresapan sekaligus untuk aktivitas manusia
Ad 3. Prinsip ketiga adalah menggunakan sistem bangunan hemat energi
Green roof
Mampu mereduksi panas s/d 35%
Ad 4. prinsip keempat adalah prinsip menggunakan material lokal
Ad 5. Prinsip kelima adalah prinsip meminimalkan dampak negatif pada alam yang berusaha untuk mengurangi pencemaran terhadap
udara, air, tanah.
Ad 6. Prinsip keenam adalah menggunakan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi
Pemanfaatan dinding sebagai area hijau secara vertikal pada bangunan bertingkat, memberikan tambahan viae, screen, sekaligus penyejuk aliran udara
Ad 7. Peruangan juga perlu diperhatikan agar setiap ruang
Interior Perpustakaan Nasional Singapore
SAMPAI
JUMPA
.
6 Prinsip Bangunan Hijau
Brenda dan Robert Vale tahun 1996, Green Design for Sustainable Future
1. Hemat energi
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami) 3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
. 4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
.5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru) . 6. Holistic
.
Prinsip Arsitektur Ekologis pada Bangunan :
Yeang (1999)
a. Konfigurasi bentuk bangunan b. Orientasi bangunan
c. Fasad dan Bukaan d. Sumber Energi
e. Energi yang dikonsumsi f. Kontrol Lingkungan
g. Sumber material
h. Hasil penggunan material i. Tapak
.
Pendekatan Arsitektur Ekologis Pada Bangunan:
Frick (2007), Widigdo (2008) dan Metallinaou (2006)
a. Memelihara sumber daya alam.
b. Mengelola tanah, air dan udara
c. Menggunakan sistem-sistem bangunan yang hemat energi
d. Menggunakan material lokal
e. Meminimalkan dampak negatif pada alam f. Meningkatkan penyerapan gas buang
g. Menggunakan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi.
.
Penerapan Arsitektur Ekologis pada Bangunan :
Frick (2007), Widigdo (2008), Metallinaou (2006) dan Yeang (1999) diolah oleh Amalia Dian Utami
Conserving energy (Hemat energi)
Menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit
mungkin menggunakan sumber energi yang sudah sangat langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali.
Solusi yang dapat mengatasinya adalah
Desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat
beradaptasi dengan lingkungan, bukan merubah lingkungan yang sudah ada (memaksimalkan energi alam sekitar bangunan).
Memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi, antara lain :
• Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
• Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah
peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
• Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga
menggunakan alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
• Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
• Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
• Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
• Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
• Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
• Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
• Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya, misalnya dengan cara:
Mendisain bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada serta pengoperasian bangunan.
Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya.
Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah dengan cara sebagai berikut.
• Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
• Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
• Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan
Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
• Tidak berdampak negatif bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut
• Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
• Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali untuk
membentuk tatanan arsitektur lainnya.
• Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.
Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin prinsip-prinsip green architecture secara keseluruhan / Holism di atas menjadi satu dalam proses perancangan.
Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green
architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.
Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.
Tujuan Arsitektur Hijau
• Efisien dalam penggunaan energi, air dan segala sumber daya yang ada.
• Menjaga keselamatan, keamanan dan kesehatan penghuninya dalam mengembangkan produktivitas penghuninya,
• Mampu mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan.
Tujuan utama dari green architecture adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan, yaitu
Arsitektur hijau juga dapat diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan
terhadap kesehatan.
Arsitektur hijau juga dapat diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan
terhadap kesehatan.
Bangunan Arsitektur Hijau
Healthy House Salah satu prinsip Green Architecture adalah working with Climate (bekerjasama dengan iklim). Wilayah
Indonesia yang beriklim tropis dengan ciri-ciri udara panas-lembab, curah hujan rata-rata cukup tinggi dan sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun,
diperlukan penanganan khusus dalam merancang bangunan Healthy House pada daerah tropis.
Perencanaan dengan mempertimbangkan kondisi
lingkungan ini akan memperoleh hasil yang maksimal.
Tidak jarang kita temui bangunan dibuat tanpa memperhitungkan aspek iklim, misalnya dengan menggunakan dinding kaca keseluruhan, padahal
pantulan sinar dan panas matahari menambah panas dalam ruangan
Gedung Perpustakaan Nasional Singapura
Gedung ini menggunakan teknik-teknik kinerja konsumsi energi yang rendah
(Ir Jimmy Priatman, M Ar ch dalam
http://www.forumdesain.com/forumdisplay.php?s=9ff3306a50a65f44af44953577de49e2&f=16)
Interior Perpustakaan Nasional Singapore
Ruang terbuka hijau Sebagai area peresapan sekaligus untuk aktivitas manusia Green roof
Mampu mereduksi panas s/d 35%
Perbandingan antara aerea terbangun dengan area terbuka sekitar 60:40
Menyatu dengan alam
Bangunan berada diantara pepohonan, sungai tanpa merusak
Bahkan memanfaatkan potensi alam sebagai view maupun penyejuk udara alami
Pemanfaatan dinding sebagai area hijau secara vertikal pada bangunan bertingkat, memberikan tambahan viae, screen, sekaligus penyejuk aliran udara
Pemanfaatan dinding , balkon atau atap sebagai area hijau secara vertikal pada bangunan bertingkat, memberikan tambahan view, screen, sekaligus penyejuk aliran udara
Gardens By the Bay Singapore
Konsep dasar Gardens by the bay adalah prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan. Banyak usaha telah dibuat untuk merencanakan dan mendesain siklus keberlanjutan enerji dan air sepanjang Bay South Garden.
Meminimalisasi pemanasan matahari
Dua konservatori dipasangi dengan kaca khusus yang mengoptimalkan pencahayaan untuk tanaman, tetapi mengurangi panas yang masuk. Atapnya dipasangi dengan selubung yang bergerak menutup secara otomatis untuk menjaga suhu dingin di dalam kubah jika suhu di luar semakin panas.
Konservatori dengan kaca khusus dan pelindung panas Sumber : www.gardensbythebay.com.sg/en/the-
gardens/attractions/flower-dome.html, 2015
Fungsi Berkelanjutan dari Supertrees
Sebelas Supertrees dibangun dengan fungsi yang berkelanjutan. Beberapa memiliki sel photovoltaic di atap sebagai penangkap energi surya untuk menerangi Supertrees, sementara sisanya terintegrasi dengan konservatori dan
berfungsi sebagai cerobong pembuangan udara panas.
Skema Fungsi berkelanjutan Supertrees Sumber : www.gardensbythebay.com.sg, 2015
Merawat ekosistem air
Habitat ikan dan capung dibuat didalam danau dengan merawat keanekaragaman tumbuhan air, sirkulasi air, dan udara. Hal ini untuk memudahkan pengendalian hama potensial seperti
perkembangan nyamuk.
Danau Capung
Sumber : www.gardensbythebay.com.sg, 2015
Atap hijau jenis ini ditandai struktur atap beton konvensional dengan biaya dan perawatan taman relatif murah karena penghijauan atap hanya mengandalkan tanaman perdu dengan lapisan tanah tipis. Ketika Jepang semakin ketat menjaga lingkungan melalui pemberlakuan berbagai tolok ukur bangunan ramah lingkungan, para perancang mulai berpacu mencari solusi cerdas dalam memanfaatkan bidang datar atap bangunan.
Salah satunya adalah intensifikasi taman atap, atau upaya memadukan sistem bangunan dengan sistem penghijauan atap
sehingga dapat diciptakan taman melayang (sky garden). Berbeda dengan atap hijau ekstensif yang hanya menghasilkan taman pasif, atap hijau intensif dapat berperan sebagai taman aktif sebagaimana taman di darat.
Dalam perencanaan sebuah bangunan, seorang arsitek selalu
dihadapkan pada masalah
pengolahan air. Air hujan adalah salah satu yang perlu manajemen yang baik
supaya tidak mengganggu
kenyamanan hidup kita. Air hujan jamaknya dialirkan melalui saluran- saluran (vertikal maupun horizontal) yang ada di dalam lahan sebelum diteruskan ke sistem drainase kota.
Salah satu alternatif pengolahan air hujan adalah menggunakan lubang resapan biopori ditemukan oleh Ir.
Kamir R. Brata, Msc, seorang Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB). Resapan biopori meningkatkan daya resapan air hujan dengan memanfaatkan peran aktifitas fauna tanah dan akar tanaman.Lubang resapan biopori adalah lubang silindris berdiameter 10-30 cm yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 100 cm. Dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, lubang biopori dibuat tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi dengan sampah organik untuk memicu
terbentuknya biopori.
Arsitektur hijau bukanlah suatu hal yang baru. Masyarakat di masa lampau telah melakukan pemikiran dan pemanfaatan serta bersahabat dengan
lingkungan.
KEARIFAN LOKAL
Pemakaian bambu juga diatur sedemikian rupa oleh adat agar tetap menjaga ekosistem desa. Dari sisi ekologis, hutan bambu berfungsi menahan erosi pada lahan desa yang miring. Kiranya, inilah kearifan lokal yang mestinya terjaga dan mengilhami para arsitek Indonesia