LK. 1.2. Eksplorasi Penyebab Masalah Nama Guru : Fauziah Miolo, S.Pd
NIM : 23100560131
Asal Institusi : TK Negeri Pembina Boyolali
No
Masalah yang telah diidentifikasi
Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah 1 Minat belajar
peserta didik rendah saat pembelajaran berlangsung.
1. Motivasi belajar di kelas kurang.
2. Peserta didik cepat jenuh 3. Media kurang menarik KAJIAN LITERATUR
1. Menurut Hamzah B. Uno (2011:
23) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada anak yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung.
Indikator- indikator tersebut, antara lain:
a. adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan,
c. penghargaan dalam belajar d. lingkungan belajar yang
kondusif.
2. Barelson dan Steiner
mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan,dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan (Koontz, 2001:115)
3. Oemar Hamalik (2011:108), menyebutkan fungsi motivasi itu meliputi:
a. Mendorong timbulnya kelakuan/ suatu perbuatan.
b. Sebagai pengarah, artinya mengarah pada perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Sebagai penggerak, artinya sebagai motor penggerak dalam kegiatan belajar.
Sumber:
Rahman, Sunarti (2021)
https://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/PSN PD/article/viewFile/1076/773 diakses pada tanggal 18 November 2023
Setelah dianalisis lagi, masalah rendahnya minat belajar peserta didik saat
pembelajaran berlangsung karena:
1. Tuntutan kurikulum tidak sejalan dengan kondisi di lapangan, sehingga sering- seringnya Pendidik hanya mengejar materi walaupun peserta didik belum menguasai materi tersebut.
Pendidik juga kurang
mendapatkan pelatihan tentang cara menerapkan metode ajar kurikulum merdeka belajar 2. Pembelajaran kurang inovatif,
sehingga mengajarnya monoton.
3. Ketersediaan media pembelajaran kurang sehingga proses
pembelajaran menjadi kurang menarik.
4. Pendidik kurang kreatif dalam menata ruang kelas menjadi ruangan yang menarik dan nyaman untuk digunakan.
SOLUSI
1. Pelatihan/ diklat secara konvensional dan daring;
Memberikan motivasi kepada pendidik untuk mengikuti diklat , pelatihan, seminar, dan webinar untuk peningkatan kualitas pendidik
2. Inovasi dalam pembelajaran yang dapat dilakukan adalah
penggunaan metode pembelajaran yang berbasis aktifitas
3. Pendidik belajar kembali tentang kreatifitas dalam diri agar dapat mengembangkan bahan-bahan apa saja yang dapat dibuat, kemudian pendidik harus belajar media yang dibuat agar pendidik dapat memahami dan menemukan arti pentingnya sebuah media 4. Pendidik memperbanyak referensi
dalam menata ruang kelas lewat media sosial seperti youtube, instagram, facebook, dsb.
Anastasia, Riza (2012)
https://eprints.uny.ac.id/9814/3/bab%202%
20-%20NIM.%2005104244028.pdf diakses pada tanggal 18 November 2023
Hamalik, Oemar. (2011).
http://www.ecampus.fkip.unja.ac.id/eskripsi /data/pdf/jurnal_mhs/artikel/RRA1A10900 2.pdf diakses pada tanggal 18 November 2023
WAWANCARA
Apa penyebab minat belajar peserta didik rendah saat pembelajaran
berlangsung.
• Hasil wawancara teman sejawat dari TK N Pembina Siti
Nurhasanah, S.Pd :
1. Secara internal, peserta didik ingin berhasil tapi kejenuhan belajar disebabkan metode mengajar yang kurang menarik.
2. Pendidik belum menggunakan metode ajar yang tepat, sehingga materi jadi sulit dipahami peserta didik.
3. Kesulitan peserta didik dalam memahami materi ini membuat mereka tidak memiliki penggerak dalam kegiatan belajar
• Hasil wawancara dari kepala sekolah TK N Pembina, Sri Widayati S.Pd AUD :
1. Banyak kemungkinan. karena media kurang bervariasi
2. Kurangnya motivasi dari orangtua dan pendidik
3. Lingkungan yang kurang nyaman bagi peserta didik
2 Kurangnya peserta didik yang memiliki kemampuan sabar menuggu giliran
1. Kurangnya peserta didik yang mau menunggu giliran
2. Peserta didik selalu ingin tergesa- gesa
3. Kurangnya kemampuan bersosial peserta didik dalam menunggu giliran
KAJIAN LITERATUR
Menurut Sulistyowati, (2007:320): “Sabar adalah tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah; tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu”.
Menurut Hamka Hasan, (2013:6):“Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya
1. Metode yang digunakan kurang tepat
2. Kurangnya pembiasaan pada peserta didik
3. Cara pola asuh pada peserta didik dirumah terlalu diberi kebebasan
SOLUSI
1. Melatih membiasakan peserta didik terkait kedisplinan terutama saat mengantri. Peserta didik di ajarkan cara mengantri dengan benar yang berurutan sesuai nomer absen. Melalui metode demonstrasi ini, ada peningkatan terkait kedisplinan perilaku anak.
2. Pendidik hendaknya lebih sabar membimbing peserta didik untuk
adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran".
Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah”. Aulina (2013), berpendapat bahwa disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple” dimana sesorang belajar secara suka rela mengikuti seorang pemimpin.
Menurut Gunawan (2012), ada 2 faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter yaitu
a. faktor intern (dalam) dan b. faktor ekstern (luar).
Di dalam faktor internal ada beberapa hal yang mempengaruhi yaitu insting, kebiasaan, kehendak atau kemauan, suara hati, dan keturunan. Sedangkan yang faktor ekstern ada juga yang mempengaruhi yaitu pendidikan, dan lingkungan.
Pendidikan karakter di sekolah menurut Wibowo (2012), baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma, dan belum mencapai pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari- hari, namun pada tahun 2018 ini pendidikan karakter sudah mulai banyak di terapkan di sekolah-sekolah dari tingkat yang rendah hingga tingkat perguruan tinggi.
Cara Mengatasi
Metode pembiasaan dalam penelitian ini yang dilakukan oleh guru dan pembantu yaitu: (1) guru membiasakan peserta didik untuk datang tepat waktu, (2) guru
membiasakan peserta didik untuk membereskan mainan setelah bermain di dalam kelas, (3) guru membiasakan peserta didik untuk mengembalikan barang yang telah digunakan, (4) guru membiasakan peserta didik untuk tertib dalam menunggu giliran cuci tangan, (5) petugas kebersihan membiasakan peserta didik untuk tertib dalam menunggu giliran ke kamar mandi.
Sumber:
Jaliah, Juliana (2016)
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/ar ticle/view/13677/12265 diakses pada tanggal 18 November 2023
Machfiroh, Lailatul., dan Desyanty, Ellyn Sugeng., Rahmah, Rezka Arina.,
http://journal2.um.ac.id/index.php/JPN/artic le/view/8853/4457 diakses pada tanggal 18 November 2023
lebih bersikap sabar dalam berbaris dari kecil ke besar saat kegiatan
WAWANCARA
Apa penyebab peserta didik yang belum memiliki kemampuan sabar menunggu giliran?
• Hasil wawancara teman sejawat dari TK N Pembina, Siti
Nurhasanah, S.Pd :
1. Pendidik kurang memberi contoh pada saat antri
2. Kurangnya pembiasaan dari rumah 3. Pendidik kurang menguasai kelas
• Hasil wawancara dari kepala sekolah TK N Pembina, Sri Widayati S.Pd AUD :
4. Banyak kemungkinan. Bisa karena kurang pembiasaan tidak ada model positif
5. pola asuh memanjakan 3 Peserta didik
belum berani ke sekolah sendiri
1. Peserta didik kurang percaya diri
2. Peserta didik tidak akrab dengan pendidik
3. Peserta didik tidak akrab dengan temannya/ tidak nyaman dengan teman di sekolahnya
4. Peserta didik kurang dalam berkomunikasi sesama teman
5. Peserta didik terlalu dilarang untuk bereksplor di lingkungan rumah sehingga Peserta didik hanya boleh bermain dengan temannya tetapi tidak boleh keluar rumah.
KAJIAN LITERATUR
Pengertian peserta didik malu adalah:
Supriyo (2012:32) menyatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan hasil belajar atau respon terhadap suatu kondisi tertentu.
• Sikap pemalu adalah perasaan gelisah yang dialami seseorang terhadap pandangan orang lain atas dirinya.
• Thursan Hakim (2012: 8) menyatakan bahwa ciri-ciri sebagai berikut:
(a) Mudah cemas dalam mengahadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu; (b)Memiliki kelemahan
a. Kurangnya pendekatan pendidik dengan Peserta didik
b. Orang tua kurang percaya pada gurunya
a. Kurangnya kerjasama antara guitu dan orangtua
b. Kurang pendekatan Pendidik padsa peserta didik
a. orang tua kurang iklas untuk meninggalkan anaknya.
b. Kurangnya bersosialisasi sesama teman
a. Pendidik kurang memberikan waktu anak untuk saling komunikasi
b. Peserta didik kurang percaya diri
a. Prang tua terlalu mengekang anak b. Ada kemungkinan rumahnya
saling berjauhan sehingga takut untuk keluar rumah.
SOLUSI
1. Pendidik harus memberikan perhatian khusus
2. Pendidik harus bekerja sama dengan orang tua
3. Pendidik harus sering
berkomunikasi dengan peserta didik 4. Pendidik melibatkan peserta didik
dalam setiap kegiatan peserta didik (mengambilkan/ membagikan buku atau pensil, dsb)
5. Pendidik mengajak peserta didik bermain bersama atau beraktifitas
atau kekurangan dari segi mental, fisik, sosial, atau ekonomi;(c)Sulit menetraliasasi timbulnya ketegangan didalam suatu situasi;(d) Gugup dan terkadang bicara gagap; (e) Memiliki latar belakang pendidikan keluarga kurang baik;(f)Kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak tahu bagaimana cara
mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan tertentu; (g)Sering
menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya;
(h)Mudah putus asa;(i) Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah; (j)Pernah
mengalami trauma;(k)Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah.
Penyebab utama masalah ini adalah pola pendidikan keluarga di masa kecil yang terlalu keras atau sebaliknya.
Cara mengatasi:
Kegiatan Pembelajaran yang Sesuai untuk Mengembangkan Aspek Sosial-Emosional:
1. Keteladanan
pembelajaran melalui contoh- contoh yang baik, dapat diterima oleh masyarakat, dan sesuai dengan standar dan sistem nilai yang berlaku.
2. Metode Mendongeng atau Bercerita
Mendongeng adalah suatu kegiatan yang bersifat professional, karena membutuhkan keahlian khusus, seperti mengatur gaya dan intonasi ketika bercerita agar membuat anak tertarik untuk mendengarkan dan memahami cerita atau dongeng yang disampaikan. Nilai yang terkandung dalam dongeng pun harus di bungkus dengan sebaik mungkin, baru setelah selesai mendongengkan pendidik menjelasakan nilai tersebut (Santoso, 2011: 4.22-4.23).
3. Bermain Kooperatif
Menurut Nugraha (2004) dalam Wardany, Jaya, dan Anggraini (2016) bermain kooperatif adalah permainan yang dilakukan oleh sekolompok anak, dimana setiap anak mendapatkan peran dan tugasnya masing-masing yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan bersama.
kelompok agar peserta didik bisa beradaptasi.
4. Bermain Pura-Pura atau Bermain Peran
Dalam permainan ini anak menggunaka imajinasi untuk menghasilkan gagasannya sendiri, seperti sebatang ranting yang dianggap sebagai sebuah pedang.
Imajinasi anak juga
menggambarkan keinginan, perasaan, dan pandangan anak terhadap lingkungan sekitarnya (Mulyani, 2014: 143)
5.Outbound
Melalui kegiatan ini peserta didik belajar mengenali kemampuan dan kelemahan dirinya
sendiri, serta tertantang untuk mengembangkan kemampuan yang dimilkinya
(Istiqomah,dkk, 2016: 20).
Sumber:
Otaga, Lian G (2018)
https://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php /tjmpi/article/view/838/612 diakses pada tanggal 18 November 2023
Maria, Ina., dan Amalia, Eka Rizki., (2018) https://osf.io/p5gu8 diakses pada tanggal 18 November 2023
WAWANCARA
Apa penyebab peserta didik
1. Selalu minta ditungguin 2. Mengapa bisa demikian?
3. Mengapa peserta didik ini menjadi pemalu?
• Hasil wawancara teman sejawat dari TK N Pembina, Siti
Nurhasanah, S.Pd :
1. karena peserta didik nya belum mandiri karena masih pemalu dan lingkungan masih baru
2. Karena peserta didik mungkin pernah mengalami traumatis sebelumnya
3. Karena peserta didik masih perlu adaptasi
4. kurang pendekatan antara guru dengan peserta didik
• hasil wawancara kepala sekolah TK N Pembina, Sri Widayati S.Pd AUD :
1. Banyak kemungkinan. Bisa karena kurang pembiasaan
2. tidak ada model positif 3. pola asuh memanjakan.
4 Sulitnya mengadakan kegiatan
parenting kepada wali Murid
1. Masih banyak orang tua yang awam tentang pendidikan taman kanak- kanak
2. Terjadi miskomunikasi tentang program sekolah
KAJIAN LITERATUR
Jerome Kagam (1997) Beliau adalah seorang psikologi perkembangan, yang mendefinisikan pengasuh sebagai
serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak, yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang tua agar mampu bertanggung jawab dan memberikan konstribusi sebagai anggota masyarakat.
Penyebab:
Menurut Berns (dalam prasetyawati, 2010:167), BelSky (dalam Lestari, 2012:51) dan manurung (1995:53), ada beberapa faktor yang mempengaruhi gaya pengasuhan yaitu:
a. Latar belakang pengasuhan orangtua b. riwayat pendidikan orangtua
c. status ekonomi/ pekerjaan orangtua d. kepribadian orang tua
e. karakteristik anak
f. konteks budaya dan sosial
bentukan parenting sebagai berikut:
a. Melakukan identifikasi kebutuhan orangtua
b. Membentuk kepanitiaan parenting yang melibatkan komite sekolah c. Membuat job deskripsi masing-
masing bagian d. Menyusun program e. Menyusun jadwal kegiatan
f. Mengidentifikasi potensi dan mitra pendukung
g. Melaksanakan program sesuai dengan agenda
Sumber:
Azis, Rayhan Lutfi., dan Tayib, Khofifa Idris., (2021)
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaska t/article/view/11211
Muslim, Muhammad Fatkhul (2022) http://repository.radenintan.ac.id/21048/1/S KRIPSI%20BAB%201%262.pdf diakses pada tanggal 18 November 2023
a. Kurangnya kolaborasi wali murid dengan pendidik
b. Pendidikan orang tua yang kurang memadai sehingga kurang peduli dengan ke-TKan
c. Kurangnya sosialisasi tentang program sekolah ke orangtua d. Sebagian orangtua kurang peduli
dengan program sekolah SOLUSI
1. Pendidik mendatangkan ahli psikologi anak tentang tumbuh kembang peserta didik
2. Pendidik menyampaikan program sekolah
3. Pendidik membuat grup WA untuk berkomunikasi tentang
perkembangan peserta didik selama di sekolah.
WAWANCARA
❖ Penyebab apakah harus diadakan parenting kepada wali murid?
• Hasil wawancara teman sejawat dari TK N Pembina, Siti
Nurhasanah, S.Pd :
1. Untuk menyampaikan program- program sekolah 2. Dengan adanya parenting
orang tua tau akan pentingnya pendidikan peserta didik usia dini
3. parenting mengajarkan pola asuh pada peserta didik yang benar
• Hasil wawancara Kepala Sekolah TK N Pembina, Sri Widayati S.Pd AUD :
1. Untuk membangun komunikasi 2. Kolaborasi aktif antara orang tua
dan sekolah
5 Peserta didik merasa kesulitan menggambar binatang
1. Pembelajaran kurang kreatif 2. Peserta didik mudah jenuh 3. Pendidik tidak memberi contoh 4. Seringnya peserta didik di bantu saat melakukan kegiatan (Peserta didik kurang berimajinasi)
KAJIAN LITERATUR
Vygotsky (dalam Kendrick,
2001:111) bahwa menggambar adalah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan- perasaannya sehingga dengan menggambar, perasaan, gagasan, ide- ide akan terkomunikasikan kepada manusia lainnya
Soesatyo (Hajar Pamadhi & Evan Sukadi, 2011: 2.11) mengemukakan bahwa. Anak menggambar adalah menceritakan, mengungkapkan (mengekspresikan) sesuatu yang ada pada dirinya secara spontan lewat media gambar, maka karya lukis anak-anak adalah seni meskipun tidak disamakan dengan karya lukis orang dewasa, namun syarat-syarat
kesenian-lukisan telah terpenuhi dengan adanya ekspresi.
1. Kurangnya pendampingan guru pada peserta didik saat kegiatan menggambar binatang
2. Kurangnya imajinasi peserta didik pada gambar binatang 3. Penggunaan metode yang masih
monoton
4. Motorik halus peserta didik belum terlatih secara optimal 5. Medianya yang digunakan
pendidik tidak kontekstual (tidak nyata)
SOLUSI
1. Menciptakan lingkungan yang kondusif dan nyaman bagi peserta didik
2. Pendidik mendemonstrasikan secara bertahap cara menggambar binatang.
3. Meminta peserta didik untuk melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya,
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menggambar sesuatu sesuai dengan minat peserta didik, mengajak peserta didik keluar kelas, kemudian meminta peserta didik untuk bercerita dan menggambarkan apa yang ditemukan di lapangan.
Ciri-cir/ penyebab peserta didik tidak dapat menggambar:
1. Peserta didik menunjukkan
ketidaksukaannya terhadap kegiatan menggambar atau menulis.
2. Sulit untuk menulis kalimat dalam bentuk yang baik dan benar.
kondisi peserta didik yang sulit berimajinasi ketika diminta guru untuk menggambar serta alternatif pemecahan masalahnya. Kesulitan peserta didik berimajinasi ini muncul terutama ketika guru terlebih dahulu memberikan contoh gambar kepada peserta didik. Peserta didik cenderung meniru apa yang digambar oleh guru.
Sumber:
Nissa, Heppy Zakiatun., dan Widajati, Wiwik., (2014)
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paud- teratai/article/view/8100 diakses ada tanggal 19 Oktober 2023
Soegiarti, Titi (2009)
http://file.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PE ND._SENI_RUPA/195509131985032- TITY_SOEGIARTY/MENGGAMBAR_B AGI_ANAK_USIA_DINI.pdf diakses pada tanggal 19 Oktober 2023
WAWANCARA
❖ Apa yang menyebabkan peserta didik merasa kesulitan untuk menggambar binatang
• Hasil wawancara teman sejawat dari TK N Pembina, Siti
Nurhasanah, S.Pd :
1. Peserta didik tidak dapat berimajinasi
2. Peserta didik masih suka untuk dituntun dalam melakukan kegiatan
3. Peserta didik belum tahu bentuk- bentuk binatang
• Hasil wawancara Kepala Sekolah TK N Pembina, Sri Widayati, S.Pd AUD :
- Bisa dilihat dari sisi peserta didik.
- perkembangan motorik halus belum terlatih, sehingga kurang berkembang atau bisa juga - karena menampilkan konsep
tentang binatang tidak ditangkap baik oleh peserta didik.
- Bisa juga karena media kurang jelas, kurang menarik, dan atau penjelasan pendidik kurang dsb.
6 Literasi Peserta didik belum dapat menuliskan dan memahami huruf b dengan d
1. Pembelajaran kurang kreatif
2. Peserta didik belum tahu konsep arah (depan- belakang, kanan- kiri)
KAJIAN LITERATUR
- menurut Sternberg (1994: 3) kemampuan adalah suatu kekuatan untuk
menunjukkan suatu tindakan khusus atau tugas khusus, baik secara fisik maupun mental.
- pendapat Gagne dan Briggs (1997: 57) kemampuan adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu proses belajar-mengajar.
- Menurut Heilman, dalam
suwaryono Wiryodijoyo (1989: 1),
”Membaca ialah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan.
- Hornby, (1995; 699) mengemukakan Berdasarkan pendapat tersebut bahwa membaca adalah melihat dan mengetahui sesuatu yang berupa tulisan atau cetakan.
Membaca adalah suatu penafsiran yang bermakna dari cetakan atau simbol verbal tulisan.
➢ ciri- ciri penyebab
a. Faktor intern, meliputi: kompetensi bahasa, minat, motivasi, konsentrasi, ketekunan, kesehatan jasmani dan rohani, kemampuan menetralkan titik kelelahan, memiliki latar belakang pengetahuan yang sesuai dan penguasaan kosakata yang memadai serta kemampuan memahami konsep bacaan cepat dan cermat.
b. Faktor ekstern, meliputi: (a) pengadaan buku-buku bacaan yang baik, yang sesuai dengan kebutuhan, menarik dan menimbulkan keasyikan dan harap yang dapat di jangkau masyarakat luas, (b) unsur-unsur dalam bacaan dan sifat-sifat lingkungan baca atau faktor keterbacaan, (c) kondisi dan situasi lingkungan yang merangsang kegemaran membaca, termasuk di
a. Kurangnya pendampingan saat kegiatan
b. Kurangnya stimulasi dari pendidik
a. Peserta didik belum mengenal konsep arah (depan- belakang, kanan- kiri)
b. Media pendukung kurang jelas c. Kurangnya metode pembelajaran d. Kurangnya konsentrasi pada peserta
didik SOLUSI
1. Pendidik mengajak peserta didik bermain plastisin, (membentuk huruf )
2. Pendidik mengajarkan peserta didik untuk bermain kartu huruf
3. Pendidik menstimulan peserta didik
dalamnya pengadaan tempat belajar, suasana keluarga, sekolah.
Masyarakat sekitar, teman guru, dan tokoh masyarakat.
Cara Mengatasi
Membuat huruf yang besar seukuran kertas folio, mengajak peserta didik untuk
berlomba mengambil huruf yang benar disertai pengecohnya (huruf yang terbalik).
Guru juga mengajak peserta didik untuk bermain pasir yang didalamnya terdapat beberapa huruf atau media lain berbentuk lambang bilangan lalu peserta didik diminta menuliskan huruf tersebut, guru
memberikan tugas berupa lembar kerja yang berisi mengecap huruf dengan proses yang benar misalnya untuk memberi warna pada beberapa huruf dimulai dengan mengajak peserta didik untuk
mengimajinasikan huruf mana yang akan dibuat/dicap. Langkah berikutnya guru memberikan kegiatan pelatihan tambahan berupa puzzle huruf kepada peserta didik yang sering melakukan kesalahan Sumber:
Hidayah, Bashirotul (2019)
http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobb i/article/view/194 diakses pada tanggal 19 Oktober 2023
Jelatu, Silfanus (2019)
http://journal.unilak.ac.id/index.php/lectura/
article/view/2390 diakses pada tanggal 19 Oktober 2023
Komalasari, Mahilda Dea (2015) http://repository.upy.ac.id/id/eprint/410 diakses pada tanggal 19 Oktober 2023
Rosyidah, Rini (2012)
http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint /1264 diakses pada tanggal 19 Oktober 2023
Tanau, Margarita (2013) https://repository.um-
surabaya.ac.id/2074/3/BAB_II.pdf diakses pada tanggal 19 Oktober 2023
WAWANCARA
Apa penyebab peserta didik belum dapat menuliskan dan memahami huruf b dengan huruf d
• Hasil wawancara teman sejawat dari TK N Pembina, Siti
Nurhasanah, S.Pd :
1. Peserat didik masih bingung petunjuk atau arah
2. Dalam pengenalan huruf pendidik hanya berpusat pada gambar stiker atau papan tulis
• Hasil wawancara Kepala Sekolah TK N Pembina, Sri Widayati, S.Pd AUD. :
- Bisa saja karena memang
motorik halus belum berkembang maksimal,
- kurangnya stimulasi,
- terjadi konsep yang sering keliru pada peserta didik saat menulis
“b” dan “d”
7 Kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan masih rendah
Kemampuan anak dalam mengenal lambang huruf masih rendah
KAJIAN LITERATUR
1. Munandar, Ahmad. 2011: 21 Kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak sangat penting dikembangkan guna memperoleh kesiapan dalam mengikuti pembelajaran di 3 tingkat yang lebih tinggi khususnya dalam penguasaan konsep matematika.
2. Muhibbin, Syah. 2010 : 37 Perkembangan kognitif adalah tahapan-tahapan perubahan yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia untuk memahami, mengolah informasi, memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu Sumber:
Yanti1, Erna., Sari, Intan Kemala., dan Hayati., Fitriah (2021)
https://jim.bbg.ac.id/pendidikan/article/dow nload/578/245/1124 diakses pada tanggal 20 November 2023
Mu’min, Sitti Aisyah (2013)
https://core.ac.uk/reader/231137056 diakses pada tanggal 20 November 2023
WAWANCARA
• Hasil wawancara Kepala Sekolah TK N Pembina, Sri Widayati, S.Pd AUD. :
a. Karena kurangnya media pembelajaran yang disiapkan oleh Guru.
b. Waktu anak belajar di sekolah terbatas
• Hasil wawancara teman sejawat dari TK N Pembina, Siti
Nurhasanah, S.Pd :
Dari hasil kajian literatur dan hasil wawancara yang didapat serta dikonfirmasi melalui observasi dapat disimpulkan bahwa penyebab munculnya masalah rendahnya kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan dan lambang huruf adalah :
1. Kurangnya penguasaan konsep matematika.
2. Kurangnya ketersediaan media pembelajaran yang dapat memfasilitasi kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan dan lambang huruf.
3. Guru tidak mengulang kembali materi pembelajaran yang sudah diajarkan.
SOLUSI
1. Mendidik, membimbing, mengajar dalam meningkatnya daya tarik terhadap peserta didik pada pembelajaran matematika 2. Pendidik harus lebih kreatif dalam
membuat media pembelajaran 3. Pendidik mengingatkan kembali
materi yang telah diajarkan untuk menambah pemahaman anak didik terhadap pelajaran yang sudah diajarkan.
a. Minimnya usaha Pendidik dalam mengajar pembelajaran yang sudah diajarkan
b. Kurangnya kesiapan alat peraga yang konkrit di kelas
c. Karena kemampuan anak berbeda-beda (ada yang kelas kecil dan ada yang kelas besar).
Intinya dikarenakan kurangnya alat peraga