FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
HAK INGKAR
DALAM ARBITRASE
Kelompok 3
Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa 02
Raissa Sundari
Meeting with the Team that will Present
K E L O M P O K 3
2203101010108
2203101010041
Sella Novita
Nazwa Zulaikha Faisal
2203101010376
MEET OUR TEAM
K E L O M P O K 3
Duta Firza Pratama 2203101010204
Akmal Luthfi 2203101010301
Nadiatul Ikhwana 2203101010007
Agus Kurniawan Siregar (2203101010259)
Cut Firyal Raihanah
(2203101010133)
Tahukah Kamu!
Undang- Undang No. 30 Tahun 1999 Tidak Memberikan Suatu Rumusan Mengenai Makna dari hak Ingkar!
Hikmanto Juwana
Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Indonesia
Hak ingkar atas arbiter adalah hak yang diberikan kepada pihak yang beperkara untuk diajukan keberatan atas arbiter yang menyelesaikan
perkara.
Sumber: Hartono Mokoginta, “penyelesaian sengketa Perdata diluar Pengadilan Melalui Arbitrase”, 1:1, Jurnal Lex Privatum, 2013, hlm. 54
Sumber: Hartono Mokoginta, “penyelesaian sengketa Perdata diluar Pengadilan Melalui Arbitrase”, 1:1, Jurnal Lex Privatum, 2013, hlm. 54
Dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Arbitrase disebutkan, ”Terhadap arbiter dapat diajukan tuntutan ingkar apabila terdapat cukup alasan dan cukup bukti otentik yang menimbulkan keraguan bahwa arbiter akan melakukan tugasnya tidak secara bebas dan akan berpihak dalam mengambil putusan.” Intinya arbiter yang diajukan hak ingkar dapat dicoret dan diminta tidak menjadi arbiter dalam suatu perkara.
ALASAN UNTUK MENGAJUKAN TUNTUTAN INGKAR TERHADAP ARBITER
Sumber: Sindonews, https://nasional.sindonews.com/berita/922611/18/hak-ingkar-atas
arbiter#:~:text=Salah%20satu%20yang%20mungkin%20dikesankan%20sebagai%20intervensi%20pengadilan,untuk%20diajukan%20keberatan%20atas%20arbiter%20yang%20menyelesaikan%20perkara. diakses pada, 1 Maret 2024.
Siapa Pihak yang Berwenang
Menerima Hak Ingkar?
Ketentuan dan Tata Cara Mengajukan Hak Ingkar
Penjelasan Pasal 24 Ayat (1)
Sebelum mengangkat arbiter, para pihak tentu sudah memperhitungkan adanya kemungkinan yang menjadi alasan untuk mempergunakan hak ingkar. Namun apabila arbiter tersebut tetap diangkat oleh para pihak, maka para pihak dianggap telah sepakat untuk tidak menggunakan hak ingkar berdasarkan fakta-fakta yang mereka ketahui ketika mengangkat arbiter tersebut. Namun ini tidak menutup kemungkinan munculnya fakta-fakta baru yang tidak diketahui sebelumnya, sehingga memberikan hak kepada para pihak untuk mempergunakan hak ingkar berdasarkan fakta-fakta baru tersebut.
Penjelasan Pasal 24 Ayat (3)
Dalam ayat ini diatur tentang pengajuan tuntutan ingkar dan jangka waktunya. Jangka waktu ini dipandang perlu agar tidak sewaktu-waktu dapat dihambat dengan adanya tuntutan ingkar.
Penyelesaian Sengketa Terkait
Tuntutan Ingkar terhadap Arbiter
Penjelasan Pasal 25 Ayat (1)
Putusan Ketua Pengadilan Negeri dalam tuntutan ingkar mengikat kedua belah pihak dan putusan tersebut bersifat final dan tidak ada upaya perlawanan.
Memang dalam Pasal 25 ayat (1) UU Arbitrase pengadilan diberi peran. Pasal tersebut menyebutkan, ” Dalam hal tuntutan ingkar yang diajukan oleh salah satu pihak tidak disetujui oleh pihak lain dan arbiter yang bersangkutan tidak bersedia mengundurkan diri, pihak yang berkepentingan dapat mengajukan tuntutan kepada ketua pengadilan negeri yang putusannya mengikat kedua pihak, dan tidak dapat diajukan perlawanan.
Ketentuan yang dijelaskan pada Pasal 25 ayat (1) Undang-undang Arbitrase hanya berlaku bagi arbitrase yang bersifat ad hoc atau tidak permanen. Dalam Pasal 10 ayat (5) paragraf (2) Peraturan BANI disebutkan, ”Dalam hal pihak-pihak tersebut tidak setuju dengan penunjukan seorang arbiter dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka pilihan mereka terhadap seorang arbiter harus dianggap telah diserahkan kepada ketua BANI yang akan memilih atas nama pihak- pihak tersebut.”
Sumber: Sindonews, https://nasional.sindonews.com/berita/922611/18/hak-ingkar-atas
arbiter#:~:text=Salah%20satu%20yang%20mungkin%20dikesankan%20sebagai%20intervensi%20pengadilan,untuk%20diajukan%20keberatan%20atas%20arbiter%20yang%20meny elesaikan%20perkara. diakses pada, 1 Maret 2024.
Sumber: Siplawfirm, https://siplawfirm.id/hak-ingkar/?lang=id. diakses pada, 1 Maret 2024.
Menjadi pertanyaan apakah ketentuan itu berlaku bagi arbitrase yang dilakukan secara permanen seperti di Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI)? Apakah pengadilan mempunyai peran?
Bolehkah pengadilan menerima tuntutan hak ingkar dari salah satu pihak yang beperkara?
JAWABAN SECARA TEGAS ADALAH PENGADILAN TIDAK DAPAT BERPERAN
ketika para pihak yang bersengketa memilih arbitrase permanen.
Persoalannya, apakah pengadilan mempunyai peran untuk menerima tuntutan hak ingkar
dari salah satu pihak yang berperkara?
Dalam Pasal 34 ayat (2) Undang-undang Arbitrase disebutkan, ”Penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan menurut peraturan dan acara dari lembaga yang dipilih, kecuali ditentukan lain oleh para pihak.” “Pasal ini menjelaskan, bahwa apabila para pihak telah menunjuk Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) untuk menyelesaikan perkara mereka maka hukum acara yang berlaku adalah hukum acara BANI yang disebut sebagai Peraturan BANI. Dengan demikian, pengadilan tidak dapat berperan ketika para pihak yang bersengketa memilih arbitrase permanen, ujar Hikmahanto
Penjelasan Pasal 34 Ayat (2)
Ayat ini memberikan kebebasan kepada para pihak untuk memilih peraturan dan acara yang akan digunakan dalam penyelesaian sengketa antara mereka, tanpa harus mempergunakan peraturan dan acara dari lembaga arbitrase yang dipilih.
Sumber: Siplawfirm, https://siplawfirm.id/hak-ingkar/?lang=id. diakses pada, 1 Maret 2024.
Ketentuan yang dijelaskan pada Pasal 25 ayat (1) Undang-undang Arbitrase hanya berlaku bagi arbitrase yang bersifat ad hoc atau tidak permanen. Dalam Pasal 10 ayat (5) paragraf (2) Peraturan BANI disebutkan, ”Dalam hal pihak-pihak tersebut tidak setuju dengan penunjukan seorang arbiter dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka pilihan mereka terhadap seorang arbiter harus dianggap telah diserahkan kepada ketua BANI yang akan memilih atas nama pihak- pihak tersebut.”
NOTE!!!!!
Dari ketentuan di sini jelas bila ada hak ingkar atas arbiter tertentu, adalah kewenangan dari ketua BANI untuk memilih. Bahkan dalam Pasal 10 ayat (6) Peraturan BANI disebutkan, ”Keputusan atau persetujuan akhir mengenai penunjukan semua arbiter berada di tangan ketua BANI.” Oleh karenanya adalah tidak tepat bila pengadilan berperan saat para pihak telah sepakat menyelesaikan sengketa mereka ke BANI dan ada pihak tertentu yang menuntut dicoretnya arbiter tertentu. Peraturan BANI harus menjadi acuan. Dalam proses berarbitrase, peran pengadilan harus dibatasi. Peran tersebut hanya dilakukan apabila memang diperbolehkan oleh undang-undang. Peran yang besar dari pengadilan bahkan yang tidak didasarkan aturan yang jelas akan membuat proses penyelesaian perkara melalui arbitrase tidak berwibawa. Bahkan arbitrase sebagai alternatif lembaga penyelesaian sengketa selain pengadilan akan dijauhi dan ditinggalkan. Di sini pentingnya pengadilan tegas untuk menolak segala upaya untuk melibatkan dirinya dalam proses berarbitrase yang dilakukan pihak yang beperkara.
Sumber: Siplawfirm, https://siplawfirm.id/hak-ingkar/?lang=id. diakses pada, 1 Maret 2024.
Sumber: Sindonews, https://nasional.sindonews.com/berita/922611/18/hak-ingkar-atas
arbiter#:~:text=Salah%20satu%20yang%20mungkin%20dikesankan%20sebagai%20intervensi%20pengadilan,untuk%20diajukan%20keberatan%20atas%20arbiter%20yang%20menyelesaikan%20perkara. diakses pada, 1 Maret 2024.
KELOMPOK 3