• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAKIKAT PARAGRAF MAKALAH

N/A
N/A
Voice Note Materi Kedokteran Gigi UNSRI

Academic year: 2024

Membagikan "HAKIKAT PARAGRAF MAKALAH "

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

DOSEN PENGAMPU: Fernando Onas, M.Pd KELOMPOK 1

1.

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023

(2)

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah mengenai ejaan bahasa Indonesia ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Fernando Onas, M.Pd selaku dosen pengampu di mata kuliah Bahasa Indonesia, yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada kami dalam penyusunan makalah ini. Begitu pula kepada teman-teman yang telah berjuang dan bekerja sama dengan baik dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang berjudul “Hakikat Paragraf” ini disusun untuk memenuhi tugas semester 1 mata kuliah Bahasa Indonesia. Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini kelak menjadi manfaat serta memberikan inspirasi bagi siapa pun yang membacanya.

Indralaya, Oktober 2023

Penyusun

ii

(3)

iii

(4)

1.1 Latar Belakang

Paragraf menjadi bagian yang terpenting dari suatu bacaan. Tujuan paragraf yaitu untuk mengekspresikan suatu gagasan secara tertulis. Dari banyak jenis paragraf tersebut masing-masing mempunyai tujuan. Kadangkala, orang menganggap semua paragraf itu sama. Padahal setiap paragraf mempunyai jenis, karakteristik, dan tujuan masing-masing. Oleh sebab itu, penulis membuat makalah ini dengan tujuan memberikan pemahaman kepada orang-orang mengenai jenis-jenis, karakteristik, dan tujuan masing-masing jenis paragraf.

Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengait dalam kalimat lain yang membentuk paragraf.

Paragraf merupakan sanian kecil sebuah karangan yang membangun satuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangan.

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan.

Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan (gagasan tunggal).

Kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan. Untuk menyusun paragraf kita harus mengetahui jenis jenis paragraf dilihat dari sudut pandang yang berbeda maka pada makalah ini akan membahas jenis jenis berdasarkan sudut pandang yang berbeda.

1

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa definisi paragraf?

2. Apa saja penanda paragraf?

3. Apa ciri-ciri paragraf?

4. Apa unsur paragraf?

5. Apa kegunaan/fungsi dari paragraf?

6. Apa syarat-syarat paragraf?

7. Apa jenis-jenis paragraf?

8. Apa saja macam-macam paragraf?

9. Apa itu pengembangan paragraf?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan pembahasan ini adalah:

1. Mengetahui definisi paragraf;

2. Mengetahui penanda paragraf;

3. Mengetahui ciri-ciri paragraf;

4. Mengetahui unsur paragraf;

5. Mengetahui kegunaan/fungsi dari paragraf;

6. Mengetahui syarat-syarat paragraf;

7. Mengetahui jenis-jenis paragraf;

8. Mengetahui macam-macam paragraf; dan 9. Mengetahui pengembangan paragraf.

(6)

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, yaitu memberikan pemahaman tentang hakikat paragraf adalah dasar penting dalam membaca, menulis, dan memahami teks secara efektif. Ini membantu pembaca dan penulis untuk memahami bagaimana ide-ide disusun dalam teks dan bagaimana komponen-komponen teks berkontribusi pada pemahaman keseluruhan.

Serta manfaat praktis, yaitu membantu penulis merangkai komunikasi yang efektif, meningkatkan kemampuan menulis yang lebih baik, membantu pemahaman bacaan, meningkatkan kemampuan analisis dan persuasif, membantu dari segi pekerjaan dan karir, membantu pengembangan ide dan proyek, dan dapat membantu dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan pemikiran kreatif.

(7)

2.1 Definisi Paragraf

Pada sebuah tulisan atau karangan biasanya terdapat bagian yang agak menjorok ke dalam. Bagian yang secara fisik sudah tampak dengan nyata karena adanya tanda menjorok itu disebut paragraf. Dengan kata lain, batas-batas paragraf ditandai indensi (dimulai pada huruf ke sekian dari margin kiri).

Hakikat paragraf sebenarnya tidak sesederhana itu. Paragraf merupakan miniatur dari suatu karangan. Syarat-syarat sebuah karangan ada pada paragraf.

Memahami seluk beluk paragraf berarti juga memahami miniatur dari sebuah bangun yang disebut karangan. Terampil membangun paragraf berarti terampil pula membangun miniatur karangan dalam ukuran yang lazim. Hal ini berarti bahwa paragraf merupakan dasar utama bagi kegiatan karang-mengarang.

Untuk dapat memahami paragraf secara baik, kita perlu mengetahui batasan- batasan paragraf. Banyak pendapat mengenai pengertian dan batasan paragraf.

Meskipun Demikian, intisari dari pendapat-pendapat tersebut adalah sama. Pada dasarnya paragraf merupakan seperangkat kalimat yang saling berhubungan yang secara bersama dipakai untuk menyatakan atau mengembangkan sebuah gagasan.

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan dan didukung oleh himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah gagasan.

(8)

2.2 Penanda Paragraf

Penanda paragraf terdiri dari dua, yaitu:

2.2.1 Paragraf Merenggang

Paragraf yang awal kalimatnya disusun merata dengan batas tepi kiri tulisan dengan memberi jarak tertentu antara paragraf yang satu dengan yang lain. Lebar renggangan itu umumnya lebih dari renggangan jarak spasi yang digunakan pada karya tulis.

2.2.2 Paragraf Menjorok

Paragraf yang awal kalimatnya disusun secara menjorok ke dalam kira-kira lima ketuk (hitungan mesin tik) atau satu tab (hitungan computer).

(9)

2.2.3 Paragraf Gabungan

Paragraf yang menggabungkan penanda pertama (merenggang) dan penanda kedua (menjorok). Penanda paragraf gabungan ini dimulai dengan kalimat pertama menjorok ke dalam dan pada akhir paragraf diberi jarak yang lebih merenggang daripada jarak spasi yang digunakan pada karya tulis.

(10)

2. 3 Ciri-Ciri Paragraf

1. Kalimat awalnya terletak agak ke dalam, lima ketukan spasi untuk jenis karangan yang biasa.

2. Paragraf memakai pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat topik.

3. Setiap paragraf memakai sebuah kalimat topik, selebihnya merupakan kalimat pengembang yang mempunyai fungsi menjelaskan, menguraikan ataupun menerangkan pikiran utama yang terdapat dalam kalimat topik.

4. Paragraf hanya berisikan satu kalimat topik dan juga beberapa kalimat penjelas. Paragraf memakai pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat-kalimat tersebut berisi mengenai detail-detail kalimat topik.

2.4 Unsur-Unsur Paragraf

Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur-unsur pembangun paragraf agar paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya.

topik merupakan hal terpenting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah ditentukan sebelumnya.

2.4.1 Topik Atau Gagasan Utama

Topik atau gagasan utama adalah unsur yang paling penting karena unsur inilah yang menjadi jiwa atau isi dari keseluruhan paragraf. Unsur- unsur ini biasanya berupa masalah atau gagasan pengarang yang ingin disampaikan kepada para pembacanya.

Unsur ini juga yang menjadi pembahasan di dalam sebuah paragraf.

Jadi, jika ingin mengerti tentang isi keseluruhan paragraf tersebut, temukanlah gagasan utamanya. Oleh karena itu, sebelum menulis sebuah paragraf tentukan terlebih dahulu topik atau gagasan utamanya.

(11)

2.4.2 Kalimat Utama

Unsur pembangun paragraf yang kedua adalah kalimat utama.

Kalimat ini adalah kalimat yang mengandung gagasan utama yang diletakan secara tersirat. kalimat utama merupakan sebuah kalimat yang bersifat umum. Hal ini dikarenakan agar bisa dikembangkan kembali dengan kalimat-kalimat penjelas.

Setiap paragraf memiliki satu atau dua kalimat utama. Letaknya pun berbeda-beda, ada yang diletakan di awal paragraf, akhir paragraf, tengah paragraf, dan awal dan akhir paragraf.

2.4.3 Kalimat Pendukung

Kalimat pendukung adalah kalimat yang mengandung gagasan- gagasan penjelas. Kalimat ini berfungsi untuk menguatkan atau mendukung gagasan utama yang ada pada kalimat utama dengan cara memberikan data berupa fakta, contoh, opini, dan lain-lain.

Kalimat-kalimat ini harus saling terhubung secara koheren atau padu, sehingga tercipta sebuah paragraf yang baik dengan satu kesatuan ide.

2.4.4 Transisi

Agar menjadi sebuah paragraf yang padu, kalimat-kalimat di dalam paragraf disusun dengan menggunakan transisi atau konjungsi. Ada dua macam konjungsi yang biasa digunakan, yaitu konjungsi antarkalimat dan konjungsi intrakalimat.

1) Konjungsi Intrakalimat

Konjungsi intrakalimat adalah kata sambung yang menghubungkan antara induk kalimat dan anak kalimat. Contohnya adalah “dan”, “tetapi”,

“karena”, “agar”, dan lain-lain.

2) Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi antar kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan antara kalimat – kalimat yang ada di dalam paragraf. Contohnya adalah “Lagipula”,

“Oleh karena itu”, “Terlebih lagi”, “Namun”, “Disamping itu”, dan lain – lain

(12)

2.4.5 Penegas

Unsur yang terakhir adalah penegas. Unsur ini tidak terlalu penting di dalam sebuah paragraf karena tidak semua paragraf memiliki penegas.

Fungsi dari penegas ini adalah untuk menambah daya tarik sebuah paragraf, menghindari kebosanan saat membacanya, dan sebagai penegas atau pengulang gagasan utama.

2.5 Fungsi Paragraf

Fungsi paragraf, antara lain :

1. Untuk mengekspresikan gagasan utama yang ingin disampaikan oleh penulis.

2. Untuk menjelaskan keseluruhan ide pokok dengan mudah, logis, dan sistematis.

3. Untuk menandai pergantian gagasan baru, jika karangan tersebut memiliki lebih dari satu

gagasan utama.

4. Untuk membantu pembaca memahami gagasan utama sebuah karangan.

5. Untuk memudahkan pengendalian variabel, jika karangan berisi lebih dari satu variabel.

6. Untuk membantu penulis menyusun dan mengembangkan ide yang akan dituangkan dalam karangan dengan topik yang akan dibahas.

2.6 Syarat Paragraf

Sebuah tulisan dapat pula disusun menurut urutan dari yang umum ke yang khusus atau dari yang khusus ke yang umum. Dalam keseluruhan tulisan itu, ada bagian pembuka (ancang-ancang), bagian isi (penjabaran), dan bagian penutup. Pada keseluruhan bagian karangan ada bagian yang tidak kalah penting, yaitu bagian yang memberikan rambu-rambu. Rambu-rambu yang dimaksud adalah penanda hubungan antarbagian yang sangat mutlak diperlukan untuk membangun paragraf yang baik.

Secara umum rambu-rambu paragraf yang baik meliputi kesatuan, kepaduan, kelengkapan/ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi. Perincian mengenai rambu-rambu atau syarat paragraf yang baik adalah sebagai berikut.

(13)

2.6.1 Kesatuan Paragraf

Kesatuan berkaitan dengan adanya sebuah gagasan utama dan beberapa gagasan tambahan atau penjelas yang mendukung gagasan utama itu. Dalam gagasan tambahan tersebut tidak boleh terdapat unsur-unsur atau informasi yang sama sekali tidak berhubungan dengan gagasan pokok.

Kesatuan paragraf dapat terpenuhi jika semua informasi dalam paragraf itu masih dikendalikan oleh gagasan utama. Dengan kata lain, informasi- informasi dalam paragraf itu hanya terfokus pada topik yang dibicarakan.

Jika ada kalimat yang sama sekali tidak berkaitan dengan gagasan utama, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf. Jika ternyata dalam sebuah paragraf terdapat dua gagasan utama, kedua gagasan utama itu harus dipisah dan dijadikan paragraf tersendiri.

Sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan jika paragraf itu hanya mengandung satu gagasan utama dan kalimat-kalimat penjelasnya mengacu pada gagasan utama.

Contoh: Angklung merupakan alat musik tradisional masyarakat Sunda.

Sejak November 2010, angklung diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO. Alat musik tersebut berbahan pipa bambu. Pada awalnya angklung dimainkan dengan tangga nada pentatonik yang terdiri atas lima nada, seperti halnya gamelan dan alat tradisional lain. Pada tahun 1938 angklung mulai dimainkan dengan tangga nada diatonik layaknya alat musik barat, seperti piano. (Diadaptasi dari “Promosi Angklung Perlu Dibenahi”

dalam Kompas,9 Desember 2013).

Contoh paragraf tersebut memiliki satu kalimat topik, yaitu angklung merupakan alat musik tradisional masyarakat Sunda. Kalimat topik itu dikembangkan dengan empat kalimat penjelas, yaitu (1) Sejak November 2010, angklung diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO; (2) Angklung berbahan pipa bambu; (3) Pada awalnya angklung dimainkan dengan tangga nada pentatonik; (4) Pada tahun 1938 angklung mulai dimainkan dengan tangga nada diatonik. Keempat kalimat pengembang itu

(14)

membicarakan persoalan yang sama, yaitu angklung. Oleh karena itu, aspek kesatuan sebagai salah satu ketentuan paragraf yang baik terpenuhi.

2.6.2 Kepaduan Paragraf

Paragraf dibangun oleh kalimat yang mempunyai hubungan atau keterkaitan. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan akibat adanya loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur dapat terbentuk dari keterkaitan dan keserasian antarkalimat dalam paragraf. Sebuah paragraf dikatakan memiliki kepaduan jika terdapat keserasian hubungan antarkalimat dalam paragraf.

Keserasian hubungan antarkalimat dalam paragraf dapat dibangun dengan menggunakan alat kohesi, baik gramatikal maupun leksikal. Alat kohesi gramatikal yang dapat digunakan untuk membangun paragraf yang padu, antara lain, adalah (1) konjungsi (kata penghubung), (2) referensi (pengacuan), (3) substitusi, dan (4) elipsis (pelesapan). Sementara itu, alat kohesi leksikal, antara lain, adalah (1) sinonimi, (2) antonimi, (3) hiponimi, (4) meronimi, dan (5) repetisi.

2. 6.2.1 Konjungsi (Kata Penghubung)

Konjungsi yang berfungsi menghubungkan klausa yang satu dengan klausa yang lainnya dalam sebuah kalimat disebut konjungsi intrakalimat. Konjungsi, baik intrakalimat maupun antarkalimat, dibedakan sesuai dengan jenis hubungan yang ditunjukkan.

Konjungsi antarkalimat yang biasa digunakan dalam paragraf, antara lain, adalah sebagai berikut.

1) Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah dinyatakan sebelumnya.

Dalam paragraf ini suatu pernyataan, keadaan, atau peristiwa yang dinyatakan setelah ungkapan penghubung antarkalimat menunjukkan keadaan yang berlawanan dengan sesuatu yang telah

(15)

disebutkan terlebih dahulu. Untuk menghubungkan dua pernyataan yang berlawanan seperti itu biasanya digunakan konjungsi: biarpun demikian, biarpun begitu, sekalipun demikian, sekalipun begitu, walaupun demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, sungguhpun demikian, sungguhpun begitu, akan tetapi, dan namun.

Contoh: Real Madrid juga sukses melepaskan lima percobaan sepanjang babak pertama, berbanding tiga tembakan dari tuan rumah. Meskipun demikian, berbagai serangan yang dilancarkan oleh Luka Modric dkk. Kerap gagal menemui sasaran.

2) Hubungan yang menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan yang telah dinyatakan sebelumnya.

Dalam hubungan ini, suatu pernyataan konjungsi antarkalimat merupakan keadaan atau peristiwa lanjutan dari keadaan atau peristiwa yang telah disebutkan sebelumnya. Konjungsi yang biasa digunakan dalam hubungan ini: kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, dan berikutnya.

Contoh: penghulu berjalan sendirian menuju hutan membawa nasi beragi dan tepung tawar untuk diletakkan di atas patung sambil bermemang (membaca mantra) untuk memohon kepada sanghiang agar dijauhkan dari penyakit dan roh jahat selama diadakan upacara pasengket unuk (naik kepala) tersebut. Selanjutnya, penghulu kampung kembali ke tempat upacara dan menaruh tepung tawar ke dahi.

3) Hubungan yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain

Dalam hubungan ini, suatu pernyataan yang dinyatakan setelah konjungsi antarkalimat merupakan keadaan atau peristiwa lain yang serupa dengan keadaan atau peristiwa yang telah disebutkan sebelumnya. Konjungsi antarkalimat yang lazim digunakan dalam paragraf: lebih lagi, tambahan pula, selain itu, dan lagi pula.

(16)

Contoh: Kesenjangan sosial sering dikaitkan dengan adanya perbedaan yang nyata dari segi finansial masyarakat yang mencakup kekayaan harta, kekayaan barang dan jasa, dan lainnya. Selain itu, kesenjangan sosial juga dapat dilihat dari keberadaan peluang dan manfaat yang tidak sama untuk posisi sosial yang berbeda dalam masyarakat.

4) Hubungan yang mengacu pada kebalikan dari yang telah dinyatakan sebelumnya

Dalam hubungan ini, suatu pernyataan yang dinyatakan setelah konjungsi antarkalimat merupakan keadaan atau peristiwa lain yang merupakan kebalikan dari keadaan atau peristiwa yang telah disebutkan sebelumnya. Konjungsi yang biasa digunakan adalah sebaliknya.

Contoh: Suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan dehidrasi sehingga menimbulkan pengentalan darah dan gangguan elektrolit.

Sebaliknya, suhu dingin dapat membuat pembuluh darah menyusut sehingga tekanan darah naik yang bisa berujung pada serangan jantung.

5) Hubungan yang menyatakan keadaan sebenarnya

Dalam hubungan ini, suatu pernyataan yang dinyatakan setelah konjungsi antarkalimat merupakan keadaan atau peristiwa lain yang menyatakan keadaan yang sesungguhnya dari keadaan atau peristiwa yang telah disebutkan sebelumnya. Konjungsi yang biasa digunakan adalah sesungguhnya dan bahwasanya.

Contoh: Berdasarkan studi terbaru, diet ini bisa menyebabkan gangguan ritme jantung yang berujung pada stroke. Bahwasanya, gangguan ritme jantung yang dimaksud para peneliti adalah fibrilasi atrial (A-fib).

(17)

6) Hubungan yang menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya

Dalam hubungan ini, suatu pernyataan setelah konjungsi antarkalimat menguatkan keadaan atau peristiwa lain yang telah disebutkan sebelumnya. Konjungsi yang biasa digunakan adalah bahkan dan malah(an).

Contoh: Bintang Timnas Argentina itu juga telah memenangkan sembilan gelar La Liga dan empat trofi Liga Champions bersama Barcelona. Bahkan, Lionel Messi menjadi top scorer Barcelona sepanjang masa.

7) Hubungan yang menyatakan keeksklusifan dan keinklusifan Dalam hubungan ini, suatu pernyataan yang dinyatakan setelah konjungsi antarkalimat merupakan keadaan atau peristiwa lain yang serupa dengan keadaan atau peristiwa yang telah disebutkan sebelumnya. Konjungsi yang biasa digunakan adalah kecuali itu dan di samping itu.

Contoh: Pesan yang diusung dalam upacara tradisional Longkangan ini adalah pentingnya berterima kasih kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi serta memberikan kenikmatan dan kesejahteraan. Di samping itu, upacara tradisional ini dimaksudkan untuk mengenang jasa leluhur yang telah merintis permukiman bagi para pelaku upacara.

8) Hubungan yang menyatakan konsekuensi dari pernyataan yang telah dinyatakan sebelumnya

Dalam hubungan ini suatu keadaan atau peristiwa yang disebutkan setelah konjungsi antarkalimat merupakan konsekuensi dari pernyataan, keadaan, atau peristiwa yang telah disebutkan sebelumnya. Ungkapan penghubung yang lazim digunakan dalam hubungan seperti itu: oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, dengan demikian..

(18)

Contoh: Kekuatan jahat ini harus disingkirkan atau diusir agar tidak membawa bencana. Oleh karena itu, manusia harus berusaha menyingkirkannya dengan cara memohon kepada Tuhan.

9) Hubungan yang menyatakan waktu berlangsungnya hal, peristiwa, atau keadaan

Ada tiga jenis hubungan yang menyatakan waktu, yaitu 1) hubungan yang menyatakan peristiwa atau keadaan yang terjadi sebelum peristiwa atau keadaan yang dinyatakan sebelumnya (sebelum itu); 2) hubungan yang menyatakan peristiwa atau keadaan yang terjadi setelah peristiwa atau keadaan yang dinyatakan sebelumnya (beberapa saat kemudian, sesudah itu, kemudian, dan selanjutnya); dan 3) hubungan yang menyatakan peristiwa atau keadaan yang terjadi bersamaan dengan peristiwa atau keadaan yang dinyatakan sebelumnya (pada saat itu, dan pada waktu itu).

Contoh: Matahari terbentuk sekitar lima miliar tahun lalu. Sesudah matahari terbentuk, partikel-partikel lainnya terus berputar mengelilingi matahari seperti pusaran air.

10) Hubungan yang menyatakan perbandingan

Dalam hubungan perbandingan ini suatu keadaan atau peristiwa yang disebutkan setelah konjungsi antarkalimat merupakan pembanding dari pernyataan, keadaan, atau peristiwa yang telah disebutkan sebelumnya. Konjungsi yang lazim digunakan dalam hubungan seperti itu: sama halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana halnya, dan begitu juga dengan.

Contoh: Wajahnya tampak segar dan bugar seperti bunga yang baru saja disiram.

(19)

11) Hubungan yang menyatakan tujuan

Dalam paragraf hubungan yang menyatakan tujuan ini, suatu keadaan atau peristiwa yang disebutkan setelah ungkapan penghubung antarkalimat merupakan tujuan dari pernyataan, keadaan, atau peristiwa yang telah disebutkan sebelumnya.

Ungkapan penghubung yang lazim digunakan dalam hubungan seperti itu:untuk maksud itu dan untuk maksud tersebut.

Contoh: Hasilnya tidak bersih dari parutan kelapa sehingga perlu penyaring. Untuk maksud itu, dipakai alat penyaring mulai dari yang sangat tradisional sampai pada saringan hasil pabrik,

12) Hubungan yang menyatakan identifikasi

Dalam hubungan yang menyatakan identifikasi ini, suatu keadaan atau peristiwa yang disebutkan setelah ungkapan penghubung antarkalimat merupakan contoh atau identifikasi dari pernyataan, keadaan, atau peristiwa yang telah disebutkan sebelumnya. Ungkapan penghubung yang lazim digunakan dalam hubungan seperti itu: singkatnya, ringkasnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, dan misalnya.

Contoh: Carok bisa terjadi ketika ada konflik tanah dan persoalan lain yang dianggap menyinggung harga diri. Dengan kata lain, carok sebenarnya tidak akan dan tidak perlu terjadi jika tidak ada lelaki yang menggoda istri orang.

2. 6.2.2 Referensi

Referensi atau pengacuan merupakan hubungan antara referen dan lambang yang dipakai untuk mewakilinya. Dengan kata lain, referensi merupakan unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa, misalnya, benda yang disebut rumah adalah referen dari kata rumah.

(20)

Referensi dapat ditinjau dari segi maujud yang menjadi acuannya. Dalam kaitan ini, referensi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu eksoforis dan endoforis. Referensi eksoforis adalah pengacuan terhadap maujud yang terdapat di luar teks (bahasa), seperti manusia, hewan, alam sekitar, atau suatu kegiatan. Sementara itu, referensi endoforis adalah pengacuan terhadap maujud yang terdapat di dalam teks (bahasa), teks yang biasanya diwujudkan oleh kata ganti (pronomina), baik kata ganti orang (pronomina persona), kata ganti penunjuk (pronomina demonstrativa), maupun kata ganti komparatif (pronomina komparatif).

Referensi yang dapat dijadikan sebagai alat kohesi dalam paragraf adalah referensi endoforis. Jika ditinjau dari arah acuannya, referensi endoforis ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu referensi anaforis dan referensi kataforis.

Dalam kaitannya dengan masalah referensi yang anaforis dan kataforis, persyaratan bagi suatu konstituen yang dapat disebut anafora atau katafora adalah konstituen itu harus berkoreferensi (memiliki referen yang sama) dengan konstituen yang diacunya.

Salah satu akibat dari hal itu adalah memungkinkan adanya konstituen tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya atau sesudahnya, baik dalam bentuk pronomina persona maupun dalam bentuk pronomina lain. Pengacuan terhadap konstituen yang sudah disebutkan sebelumnya atau di sebelah kirinya disebut referensi anafora. Jika koreferensi suatu bentuk mengacu pada konstituen yang berada di belakangnya atau di sebelah kanannya disebut referensi katafora. Referensi, baik anafora maupun katafora, yang sering digunakan sebagai pemadu paragraf adalah kata ganti orang (pronomina persona) dan kata ganti penunjuk (pronomina demonstrativa).

1) Kata Ganti Orang (Pronomina Persona)

Seperti yang sudah disebutkan terdahulu bahwa referensi itu terdiri atas anaforis dan kataforis. Referensi anaforis biasanya berupa

(21)

kata ganti orang (pronomina persona) dan kata ganti penunjuk (pronomina demonstrativa). Referensi anaforis yang berupa kata ganti orang (pronomina persona) dapat berwujud enklitik -nya dan kata ganti orang III.

Kata ganti orang (pronomina persona) merupakan bentuk deiksis yang mengacu kepada orang secara berganti-ganti. Hal ini sangat bergantung pada peran pelibat wacana, baik sebagai pembicara (orang I), pendengar (orang II), atau yang (orang III).

Kata ganti orang III yang berupa enklitik -nya mengacu pada maujud yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Dengan kata lain, enklitik -nya cenderung bersifat anaforis.

2) Kata Ganti Penunjuk (Pronomina Demonstrativa)

Kata ganti penunjuk merupakan kata-kata yang bersifat deiktis, yaitu menunjuk pada suatu benda. Dalam bahasa Indonesia, kata ganti penunjuk yang bersifat deiktis itu menunjuk kepada tiga hal, yaitu hal umum, tempat, dan ihwal.

Pronomina penunjuk umum mengacu pada sesuatu yang umum. Kata ganti yang lazim digunakan adalah ini dan itu. Kata itu mengacu ke acuan yang agak jauh dari pembicara, ke masa lampau, atau ke informasi yang sudah disampaikan (distal). Sementara itu, kata ini mengacu ke konstituen yang berjarak agak dekat atau sedang (semiproksimal).

Kata ganti penunjuk tempat mengacu pada dekat dan jauhnya lokasi terjadinya peristiwa dengan pembicara. Pronomina yang lazim digunakan adalah di sini, di situ, di sana, di seberang, dari sini, dari situ, dari sana, dari seberang, berdekatan dengan, dan berdampingan dengan. Dalam hubungan yang menyatakan tempat ini, suatu keadaan atau peristiwa yang disebutkan setelah kata ganti penunjuk merupakan tempat berlangsungnya keadaan atau peristiwa yang telah disebutkan sebelumnya.

Kata ganti penunjuk ihwal mengacu pada ihwal atau perihal yang telah dinyatakan sebelumnya atau yang akan dinyatakan

(22)

kemudian. Kata ganti yang lazim digunakan adalah tersebut, begini, dan begitu. Kata ganti tersebut dan begitu mengacu pada keadaan, peristiwa, atau kejadian yang telah dinyatakan sebelumnya, sedangkan kata ganti begini biasanya mengacu pada ihwal yang akan dinyatakan.

2.6.2.3 Substitusi

Substitusi atau penyulihan adalah penggantian konstituen dengan menggunakan kata yang maknanya sama sekali berbeda dengan kata yang diacunya. Substitusi merupakan salah satu cara untuk membangun kepaduan paragraf dengan cara mengganti suatu unsur dengan unsur lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau klausa. Misalnya, kata Jepang dapat disulih dengan frasa Negeri Sakura atau ada yang menyebut dengan frasa Negeri Matahari Terbit.

Dalam paragraf, substitusi seperti itu digunakan untuk menghindari pengulangan kata atau ungkapan. Substitusi dapat dimunculkan karena adanya pertalian gramatikal yang kuat sehingga tercipta pertalian semantik. Dalam paragraf bahasa Indonesia hal itu perlu direalisasikan untuk menciptakan pemahaman yang utuh bagi pembaca atau pendengar. Dengan penyulihan paragraf tidak terkesan monoton karena terhindar dari pengulangan bentuk yang sama.

Selain itu, substitusi juga dapat dimanfaatkan untuk memperjelas atau mempertegas suatu kata atau frasa. Perhatikan paragraf berikut.

Dalam contoh itu terlihat jelas bahwa virus HIV dapat disulih dengan bentuk-bentuk yang berbeda, yaitu virus penyebab AIDS dan

Seorang ibu rumah tangga terserang virus HIV. Virus penyebab AIDS itu diduga ditularkan oleh suaminya yang sering berkencan dengan pekerja seks komersial. Menurut dokter, akibat virus yang hingga kini belum ada vaksinnya itu, kemungkinan dia hanya dapat bertahan hidup dalam waktu enam bulan.

(23)

virus yang hingga kini belum ada vaksinnya. Pembaca dapat memahami secara utuh konteks itu karena semua bentuk direalisasikan dalam sebuah paragraf. Dengan demikian, secara gramatikal dan semantis pertalian antarkalimat terjalin dengan erat.

2.6.2.4 Elipsis

Elipsis atau pelesapan merupakan pelesapan unsur bahasa yang maknanya telah diketahui sebelumnya berdasarkan konteksnya. Pada dasarnya elipsis dapat dianggap sebagai substitusi dengan bentuk kosong atau zero. Unsur-unsur yang dilesapkan itu dapat berupa nomina, verba, atau klausa. Elipsis nominal merupakan pelesapan nomina, baik berupa leksikal maupun frasal.

Dalam suatu wacana tulis, yang biasanya dilesapkan adalah unsur yang sama sehingga dalam klausa atau kalimat selanjutnya tidak dimunculkan lagi. Dalam kalimat majemuk, misalnya, jika terdapat unsur yang sama dan menduduki fungsi yang sama pula dalam kalimat itu, salah unsur itu biasanya dilesapkan. Perhatikan paragraf berikut.

Pada paragraf tersebut kalimat pertama, unsur yang dilesapkan adalah kata Einstein yang berfungsi sebagai subjek. Jika dituliskan secara lengkap, bentuknya adalah Einstein lahir dI Ulm, Jerman, pada tanggal 14 Maret 1879, Einstein tergolong anak yang pendiam, Einstein tidak pernah senyum, dan Einstein lamban. Pada kalimat kedua tidak terjadi pelesapan. Yang dilakukan penulis hanya mengganti kata Einstein dengan kata ganti dia. Pada kalimat ketiga, kata Einstein kembali dilesapkan pada anak kalimat, sementara pada induk kalimatnya digunakan kata ganti dia. Pada kalimat ketiga itu, jika penulis mengabaikan pelesapan, bentuk lengkap kalimat itu Einstein lahir di Ulm, Jerman, pada tanggal 14 Maret 1879, tergolong anak yang pendiam, tidak pernah senyum, dan lamban.

Dia jarang berbicara dengan orang lain. Namun, kalau sudah bertanya sesuatu yang menarik perhatiannya, dia berubah menjadi

(24)

adalah namun, kalau Einstein sudah bertanya sesuatu yang menarik perhatiannya, maka Einstein berubah menjadi orang yang cerewet.

(25)

2.6.2.5 Sinonimi

Sinonimi atau kesinoniman berarti bahwa dua butir leksikal memiliki makna yang hampir sama atau mirip.Sinonimi dapat juga dikatakan sebagai hubungan antara bentuk bahasa, baik berupa kata, frasa, maupun kalimat, yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain, misalnya bunga, kembang, dan puspa; mati, meninggal, wafat, tewas, dan gugur; jelek dan buruk. Kesinoniman ini dapat menjadi sarana membangun paragraf yang baik. Dengan memanfaatkan bentuk-bentuk bersinonim, paragraf yang dibuat menjadi lebih variatif dan tidak terkesan monoton.

Contoh: Ya, benar mereka dua bersaudara yang merancang pembuatan pesawat terbang. Kakak beradik ini lahir di Dayton, Ohio, Amerika Serikat.

2.6.2.6 Antonimi

Antonimi atau keantoniman adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan. Jika diperinci lebih cermat, keantoniman dapat dibagi lagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.

1) Oposisi Mutlak

Oposisi mutlak merupakan pertentangan makna secara mutlak, seperti hidup dan mati.

2) Oposisi Kutub

Oposisi kutub merupakan pertentangan tidak mutlak, tetapi bergradasi atau terdapat tingkat-tingkat makna pada kata-kata tersebut, seperti kaya-miskin, besar-kecil, jauh-dekat, panjang- pendek, tinggi-rendah, terang-gelap, luas-sempit.

3) Oposisi Relasional

Dalam oposisi relasional (hubungan) ini makna kata-kata yang beroposisi bersifat saling melengkapi. Artinya, kehadiran kata yang satu karena ada kata yang lain yang menjadi oposisinya. Tanpa kehadiran keduanya oposisi ini tidak ada, seperti menjual-membeli,

(26)

suami-istri, mundur-maju, pulang-pergi, pasang-surut, memberi- menerima, belajar-mengajar, ayah-ibu, guru-murid, atas-bawah, utara-selatan, buruh-majikan.

4) Oposisi Hierarki

Makna kata yang beroposisi hierarki ini menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan. Oleh karena itu, kata-kata yang beroposisi ini adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), seperti meter-kilometer, kuintal-ton, nama satuan hitungan dan penanggalan, nama jenjang kepangkatan, seperti prajurit-opsir.

5) Oposisi Majemuk

Oposisi majemuk merupakan suatu kata yang beroposisi dengan lebih dari satu kata, seperti berdiri dengan kata duduk, berbaring, tiarap, berjongkok.

2.6.2.7 Hiponimi

Hiponimi atau kehiponiman adalah hubungan yang terjadi antara kelas yang umum dan subkelasnya.Bagian yang mengacu pada kelas yang umum disebut superordinat, sedangkan bagian yang mengacu pada subkelasnya disebut hiponim.

Hubungan hiponimi dapat berupa superordinat dari superordinat yang lain (hiponimi bertingkat). Perhatikan contoh berikut.

Darah kita terdiri atas empat bagian, yaitu sel darah merah, sel darah putih, sel pembeku darah, dan plasma. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berwarna merah sehingga sel ini berdarah merah. Sel darah ini mengalir di dalam tubuh dengan membawa oksigen dan karbondioksida. Sel darah putih bertugas menjaga tubuh kita dari kuman. Sel pembeku darah membantu proses pembekuan darah ketika sel itu keluar. Kemudian, plasma merupakan cairan dalam darah yang mengandung protein dan mineral.

(27)

Pohon

Rantin Daun g

Batan Dahan g

Akar

2.6.2.8 Meronimi

Meronimi atau kemeroniman merupakan hubungan leksikal antara objek yang merupakan bagian dari objek yang lain. Dengan kata lain, meronimi merupakan konsep yang mengacu pada hubungan bagian-seluruh, seperti hubungan antara pohon, akar, batang, dahan, dan ranting. Pohon memiliki makna hubungan keseluruhan, sedangkan pohon dan dahan memiliki makna hubungan bagian. Kata pohon dan batang merupakan kemeronim yang merupakan bagian dari leksem pohon. Dengan demikian, meronim adalah hubungan makna yang terjadi antara bagian-bagian sesuatu dan sesuatu itu sendiri secara keseluruhan.

2.6.2.9 Repetisi

Repetisi adalah penyebutan kembali suatu unit leksikal yang sama yang telah disebutkan sebelumnya. Di samping itu, terdapat juga perulangan sebagian dan perulangan seluruhnya. Dalam perulangan itu, kemungkinan yang diulang adalah kata benda atau kata kerja, atau kategori kata lainnya.

Ada yang mengusulkan agar kelima orang itu dibuat patungnya hingga bisa dikenang setiap saat. Lama-kelamaan penduduk Armenia tidak hanya mengunjungi patung-patung itu, tetapi mulai menyembahnya. Patung itu dianggap berkuasa seperti Tuhan saja.

Seorang pemuda bernama Syakirin sangat sedih dan sering menangis melihat penduduk Armenia yang menyembah patung. Patung itu kan tak bisa apa-apa, tetapi mengapa disembah? Pemuda Syakirin

(28)

2.6.3 Kelengkapan dan Ketuntasan

Kelengkapan merupakan salah satu syarat paragraf yang baik. Aspek kelengkapan ini terpenuhi jika semua informasi yang diperlukan untuk mendukung atau menjelaskan gagasan utama sudah tercakup. Hal ini berarti bahwa gagasan utama dalam paragraf harus dikembangkan sesuai dengan informasi yang diperlukan dan dituntut oleh gagasan utama. Dengan begitu, pembaca akan memperoleh informasi secara utuh.

Ketuntasan dapat dimaknai kedalaman pembahasan, yakni semakin konkret penggambaran suatu objek akan semakin jelas informasi yang disampaikan. Ketuntasan bahasan berkaitan dengan kesempurnaan pembahasan materi secara menyeluruh dan utuh. Ini dilakukan karena pembahasan yang tidak tuntas akan menghasilkan simpulan yang salah, tidak sahih, dan tidak valid.

Ketuntasan dapat dilakukan dengan klasifikasi, yaitu pengelompokan objek secara lengkap dan menyeluruh. Ketuntasan klasifikasi tidak memungkinkan adanya bagian yang tidak masuk kelompok klasifikasi.

2.6.4 Keruntutan

Sebuah paragraf dikatakan runtut jika uraian informasi disajikan secara urut, tidak ada informasi yang melompat-lompat sehingga pembaca lebih mudah mengikuti jalan pikiran penulis. Keruntutan paragraf ditampilkan melalui hubungan formalitas di antara kalimat yang membentuk paragraf.

Hubungan formalitas tersebut menunjukkan pola urutan penyajian informasi Ada beberapa model urutan informasi, seperti urutan tempat, urutan waktu, urutan khusus-umum, urutan tingkat, urutan apresiatif, urutan sebab- akibat, dan urutan tanya-jawab. Tiap-tiap model itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk model urutan tempat, misalnya, penyajian informasi tentang objek hendaknya disampaikan secara horizontal, dari kiri ke kanan atau sebaliknya, atau secara vertikal, dari bawah ke atas atau sebaliknya.

(29)

2.6.5 Konsistensi Sudut Pandang

Konsistensi sudut pandang dapat diartikan sebagai cara penulis atau pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau karangan secara tetap atau ajek. Sudut pandang ini dalam suatu karangan bisa berupa perspektif yang hendak dibangun penulis. Berikut ini merupakan beberapa sudut pandang yang dapat digunakan penulis dalam karangan.

1) Sudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya.

2) Sudut pandang orang ketiga biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti dia atau nama orang yang menjadi tokoh dalam cerita.

3) Sudut pandang pengamat menempatkan penulis sebagai pengamat serba tahu yang bertindak seolah-olah mengetahui segala tingkah laku dan peristiwa yang dialami tokoh.

4) Sudut pandang campuran merupakan kombinasi antara sudut pandang orang pertama dan pengamat. Dengan sudut pandang ini, penulis mula-mula menggunakan sudut pandang orang pertama kemudian bertindak sebagai pengamat yang serba tahu dan bagian kembali lagi ke sudut pandang orang pertama.

Dari beberapa macam sudut pandang itu, yang penting untuk diperhatikan adalah konsistensinya. Penulis harus menetapkan sudut pandangnya terhadap calon pembaca tulisannya. Dengan penentuan sudut pandang berdasarkan pembacanya, penulis dapat memilih gaya penulisan yang tepat. Sudut pandang yang sudah ditentukan itu seyogyanya dipertahankan dari awal hingga akhir pembahasan.

(30)

2.7 Jenis-Jenis Paragraf

2.7.1 Berdasarkan Pola Penalaran

Dalam menuangkan gagasan itu, kita harus memperhatikan pola penalaran. Berdasarkan pola penalaran itu, pengelompokan paragraf didasarkan pada penempatan gagasan utama. Berdasarkan letak gagasan utama itu, paragraf dapat dibedakan atas paragraf deduktif, induktif, deduktif-induktif, ineratif, dan menyebar.

2.7.1.1 Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau gagasan utamanya terletak di awal paragraf dan diikuti oleh kalimat-kalimat pengembang untuk mendukung gagasan utama. Ide pokok atau gagasan utama berupa pernyataan umum yang dikemas dalam kalimat topik. Kalimat topik itu kemudian diikuti oleh kalimat- kalimat pengembang yang berfungsi memperjelas informasi yang ada dalam kalimat topiknya.

Contoh:

Kalimat topik

Kalimat pengembang

Kalimat pengembang

Tenaga kerja yang diperlukan dalam persaingan bebas adalah tenaga kerja yang mempunyai etos kerja tinggi, yaitu tenaga yang pandai, terampil, dan berkepribadian. Tenaga kerja yang pandai adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan akademis memadai sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. Terampil artinya mampu menerapkan kemampuan akademis yang dimiliki disertai kemampuan pendukung yang sesuai untuk diterapkan agar diperoleh hasil maksimal. Sementara itu, tenaga kerja yang berkepribadian adalah tenaga kerja yang mempunyai sikap loyal, disiplin, dan jujur.

(31)

Paragraf di atas termasuk paragraf deduktif karena kalimat topiknya berada di awal paragraf. Kalimat topik paragraf tersebut adalah tenaga kerja yang diperlukan dalam persaingan bebas tenaga kerja adalah tenaga kerja yang mempunyai etos kerja tinggi, yaitu tenaga yang pandai, terampil, dan berkepribadian. Kalimat topik itu kemudian dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Tiap-tiap kalimat penjelas itu menguraikan butir-butir yang diperlukan untuk mempertegas informasi dalam kalimat topik tentang etos kerja tinggi, yang meliputi kepandaian, keterampilan, dan kepribadian tenaga kerja.

2.7.1.2 Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada bagian akhir. Secara garis besar, paragraf induktif mempunyai ciri-ciri, yaitu a) diawali dengan penyebutan peristiwa- peristiwa khusus yang berfungsi sebagai penjelas dan merupakan pendukung gagasan utama, dan b) kemudian menarik simpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus itu.

Untuk menjaga koherensi antarkalimat dalam paragraf, dalam perumusan kalimat simpulan itu acap digunakan konjungsi penumpu kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai konjungsi antarkalimat.

Kata atau frasa yang biasa digunakan sebagai penumpu kalimat Kalimat pengembang

Kalimat pengembang

Kalimat topik

(32)

simpulan itu adalah jadi, akhirnya, akibatnya, oleh karena itu, maka dari itu, berdasarkan uraian di atas, dan dengan demikian.

Karena fungsinya sebagai penumpu kalimat, kata-kata tersebut diletakkan di awal kalimat dan tentu saja harus diawali dengan huruf kapital. Karena fungsinya juga sebagai konjungsi antarkalimat (konjungsi ekstraklausal), kata-kata tersebut harus diikuti tanda baca koma (,). Contoh:

Paragraf tersebut diawali dengan perincian yang berupa peristiwa-peristiwa khusus Peristiwa khusus itu berupa salju yang turun, keadaan kota yang memutih karena salju, dan hawa dingin yang menyelimuti beberapa wilayah di Jepang. Semua peristiwa khusus itu kemudian disimpulkan bahwa itulah keadaan Jepang saat musim dingin. Tulisan dengan pemaparan semacam itu dapat dikategorikan sebagai paragraf induktif, suatu paragraf yang dimulai dengan hal khusus kemudian diakhiri dengan pernyataan umum yang merupakan kalimat topiknya.

2.7.1.3 Paragraf Deduktif-Induktif (Campuran)

Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada bagian awal dan akhir paragraf. Meskipun ada dua kali pemunculan kalimat topik, hal itu bukan berarti gagasan utamanya ada dua. Adanya dua kalimat topik itu hanya merupakan bentuk pengulangan gagasan utama untuk mempertegas informasi.

Paragraf dengan pola ini dimulai dari pernyataan yang bersifat umum, diikuti dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus sebagai penjelas, dan diakhiri dengan pernyataan umum lagi yang merupakan pengulangan gagasan utama. Biasanya gagasan utama Salju yang turun dari langit memberikan hiasan yang indah untuk bumi. Beberapa kota disulap dengan nuansa putih, menghasilkan pemandangan cantik dan memikat bagi penikmat keindahan. Hawa dinginnya semakin hari menggigit kawasan- kawasan yang beriklim subtropis dan sedang ini. Inilah musim dingin yang terjadi di negeri matahari terbit.

(33)

pada akhir paragraf dikemas dengan kalimat topik yang agak berbeda dengan kemasan kalimat topik pertama. Contoh:

Gagasan utama paragraf tersebut adalah kolesterol merupakan penyebab penyakit jantung koroner. Gagasan utama itu kemudian diikuti oleh tiga kalimat penjelas. Ketiga kalimat penjelas itu adalah (1) hampir 80% penderita jantung koroner di Eropa disebabkan kadar kolesterol dalam tubuh yang tinggi; (2) di Amerika hampir 90% penderita jantung koroner disebabkan penderita makan makanan yang berkadar kolesterol tinggi; (3) di Asia sebagian besar penderita jantung koroner disebabkan oleh pola makan yang banyak mengandung kolesterol. Ketiganya merupakan penjelas atau penegas bahwa kolesterol menjadi penyebab utama penyakit jantung koroner.

2.7.1.4 Paragraf Ineratif

Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah paragraf. Paragraf ini diawali dengan kalimat-kalimat penjelas sebagai pengantar kemudian diikuti gagasan utama dan ditambahkan lagi kalimat-kalimat penjelas untuk menguatkan atau mempertegas informasi.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor risiko yang paling besar yang menyebabkan seseorang terserang penyakit jantung koroner. Hampir 80%

penderita jantung koroner di Eropa disebabkan kadar kolesterol dalam tubuh yang tinggi. Bahkan, di Amerika hampir 90% penderita jantung koroner disebabkan penderita makan makanan yang berkadar kolesterol tinggi. Begitu juga di Asia, sebagian besar penderita jantung koroner disebabkan oleh pola makan yang banyak mengandung kolesterol. Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.

Gunung Sinabung di Sumatera Utara meletus. Belum reda letusan Gunung Sinabung, Gunung Kelud di Jawa Timur juga meletus. Selain gunung berapi yang meletus itu, banjir terjadi di beberapa daerah. Ibu kota Jakarta, seperti tahun-tahun sebelumnya, dilanda banjir. NTT yang sering mengalami kekeringan juga dilanda banjir. Indonesia memang sedang ditimpa banyak musibah dan bencana. Bencana-bencana tersebut menelan korban, baik harta maupun jiwa. Padi di

(34)

Gagasan utama paragraf tersebut adalah Indonesia sedang ditimpa banyak musibah dan bencana. Dalam menyampaikan informasi penulis memulai dengan menampilkan hal-hal yang bersifat khusus. Penulis mengawalinya dengan menampilkan bermacam-macam peristiwa yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia kemudian menyimpulkannya dalam bentuk kalimat topik.

Untuk menegaskan bahwa semua yang terjadi itu merupakan musibah yang menimpa masyarakat Indonesia, penulis menambahkan informasi yang berupa akibat dari bencana itu.

2.7.1.5 Ide Pokok Menyebar

Paragraf dengan pola semacam itu tidak memiliki kalimat topik atau kalimat utama. Ide pokok atau gagasan utama tersirat pada seluruh kalimat dalam paragraf.

Gagasan utama paragraf tersebut tidak terdapat pada kalimat pertama, kedua, dan seterusnya. Untuk dapat memahami gagasan utama paragraf itu, pembaca harus menyimpulkan isi paragraf itu.

Dengan memperhatikan setiap kalimat dalam paragraf itu, kita dapat menyarikan isinya, yaitu gambaran suasana pada pagi hari yang cerah. Intisari itulah yang menjadi gagasan utamanya.

2.7.2 Berdasarkan Fungsinya 1. Paragraf pembuka

Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.

2. Paragraf penghubung

Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf Matahari belum tinggi benar. Embun masih tampak berkilauan. Warna bunga menjadi sangat indah diterpa sinar matahari. Tampak kupu-kupu dengan berbagai warna terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain.

Angin pun semilir terasa menyejukkan hati.

(35)

pembuka. Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya.

3. Paragraf penutup

Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting.

2.7.3 Berdasarkan Urutan 2.7.3.1 Paragraf Pembuka

Paragraf ini merupakan pembuka untuk sampai pada permasalahan yang dibicarakan. Dengan kata lain, paragraf pembuka itu mengantarkan pembaca pada pembicaraan. Berkaitan dengan itu, paragraf ini berfungsi untuk memberi tahu latar belakang, masalah tujuan, dan anggapan dasar. Pengantar yang baik dapat mengetuk hati dan memperoleh simpati, menggugah minat dan gairah orang lain untuk mengetahui lebih banyak.

Ada beberapa fungsi paragraf pengantar, di antaranya, yaitu (1) menunjukkan pokok persoalan yang mendasari masalah, (2) menarik minat pembaca dengan mengungkapkan latar belakang dan pentingnya pemecahan masalah, (3) menyatakan tesis, yaitu ide sentral karangan yang akan dibahas, dan (4) menyatakan pendirian (pernyataan maksud) sebagai persiapan ke arah pendirian selengkapnya sampai dengan akhir karangan.

Untuk dapat menarik simpati atau perhatian pembaca, penulis dapat melakukan berbagai upaya. Upaya yang dimaksud di antaranya adalah dengan (1) menyampaikan berita hangat; (2) menyampaikan anekdot; (3) memberikan latar belakang, suasana, atau karakter; (4) memberikan contoh konkret berkenaan dengan pokok pembicaraan;

(5) mengawali karangan dengan suatu pernyataan yang tegas; (6) menyentak pembaca dengan suatu pernyataan tajam; (7) menyentak dengan perbandingan, analogi, atau kesenjangan kontras; (8)

(36)

mengungkapkan isu-isu penting yang belum terungkap; dan 9) mengungkap peristiwa yang luar biasa.

2.7.3.2 Paragraf Isi

Paragraf isi merupakan inti dari sebuah karangan yang terletak di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Di dalam paragraf isi inilah inti pokok pikiran penulis dikemukakan. Jumlah paragraf isi sangat bergantung pada luas sempitnya cakupan informasi yang ingin disampaikan. Yang terpenting adalah ketuntasan pembahasan pokok pikiran yang dikemukakan.

Dalam paragraf isi ini ada paragraf yang merupakan pengembang dari pokok pikiran, ada pula yang berperan sebagai transisi atau peralihan gagasan. Paragraf pengembang berfungsi menerangkan atau menguraikan gagasan pokok karangan. Paragraf pengembang ini berfungsi (1) menguraikan, mendeskripsikan, membandingkan, menghubungkan, menjelaskan, atau menerangkan pokok pikiran; dan (2) menolak atau mendukung konsep yang berupa alasan, argumentasi (pembuktian), contoh, fakta, atau rincian.

Sementara itu, paragraf peralihan merupakan paragraf penghubung yang terletak di antara dua paragraf utama. Paragraf yang relatif pendek ini berfungsi untuk memudahkan pikiran pembaca beralih ke gagasan lain.

2.7.3.3 Paragraf Penutup

Paragraf penutup merupakan simpulan dari pokok-pokok pikiran dalam paragraf isi. Tujuan penyajian paragraf penutup ini adalah agar apa yang tertuang dalam paragraf-paragraf sebelumnya terkesan mendalam di benak pembaca. Secara umum, fungsi paragraf penutup dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Paragraf penutup menunjukkan bahwa karangan sudah selesai.

2. Paragraf ini mengingatkan (menegaskan) kembali kepada pembaca akan pentingnya pokok pembahasan.

(37)

3. Paragraf ini berupaya untuk memuaskan pembaca untuk mendapatkan pandangan baru.

4. Paragraf ini menyajikan simpulan. Untuk memberi kesan yang kuat kepada pembaca, penulis dapat menutup karangan dengan (1) menegaskan kembali tesis atau ide pokok karangan dengan kata-kata lain; (2) meringkas atau merangkum gagasan-gagasan penting yang telah disampaikan; (3) memberikan kesimpulan, saran, dan proyeksi masa depan; dan (4) memberikan pernyataan yang tegas dan kesan mendalam.

2.8 Jenis-Jenis Paragraf 2.8.1 Paragraf Eksposisi

a. Pengertian Paragraf Eksposisi

Paragraf eksposisi (paparan) adalah paragraf yang memajankan, menjelaskan, atau menginformasikan suatu hal untuk menambah pengetahuan atau pemahaman pembaca (Wijayanti dkk., 2014:130).

Paragraf eksposisi merupakan paragraf yang bertujuan untuk menginformasikan sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Paragraf eksposisi bersifat ilmiah/nonfiksi. Sumber untuk penulisan paragraf ini dapat diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian atau pengalaman (Suladi, 2014:66-67).

Jadi, paragraf eksposisi adalah paragraf yang menjelaskan atau menginformasikan sesuatu untuk menambah pengetahuan pembaca dan bersifat ilmiah/nonfiksi yang bersumber dari penelitian, pengamatan atau pengalaman.

b. Ciri Paragraf Eksposisi

Menurut Suladi (2014:67), ciri-ciri paragraf eksposisi antara lain:

1) Berusaha menjelaskan sesuatu.

2) Gaya tulisan bersifat informatif.

3) Fakta dipakai sebagai alat kontribusi dan mengonkretkan informasi.

(38)

Kosasih (2008:106) juga berpendapat bahwa paragraf eksposisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Penjelasannya bersifat informatif 2) Pembahasan masalah bersifat objektif.

3) Tidak mempengaruhi pembaca.

4) Penjelasan dinyatakan dengan bukti yang konkret (tidak mengada-ada).

5) Pembahasannya bersifat logis dan sistematis.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri paragraf eksposisi antara lain bersifat informatif, terdapat fakta yang menguatkan, serta masalah yang ada dibahas secara objektif.

c. Cara Membuat Paragraf Eksposisi

Menurut Kosasih (2014: 36), langkah penulisan teks eksposisi adalah sebagai berikut.

1) Menentukan topik, yakni suatu hal yang memerlukan pemecahan masalah atau sesuatu yang mengandung problematika di masyarakat.

2) Mengumpulkan bahan dan data untuk memperkuat argumen, baik dengan membaca-baca surat kabar, majalah, buku, ataupun internet.

3) Membuat kerangka tulisan berkenan dengan topik yang akan kita tulis yang mencakup tesis, argumen, dan penegasan (kesimpulan).

4) Mengembangkan tulisan sesuai dengan kerangka yang telah kita buat.

Contohnya:

Jatuhnya sebuah pesawat airbus A300-600 yang berkapasitas 266 penumpang adalah peristiwa kedua bagi American Airlines.

Mesin kiri dari pesawat tersebut tiba-tiba lepas dari dudukannya beberapa detik setelah lepas landas dari bandar udara internasional O’Hare Chicago. Dengan jatuhnya mesin yang berbobot 5 ton tersebut, keseimbangan pesawat mendadak berubah sehingga pilot

(39)

tidak bisa mengendalikan pesawat dengan baik. Pesawat tersebut menghujam tempat parkir kendaraan beberapa detik kemudian dan penumpang pesawat beserta awak pesawat tewas seketika (Wiyanto, 2006:64).

2.8.2 Paragraf Deskripsi

a. Pengertian Paragraf Deskripsi

Paragraf deskripsi (pemerian) adalah paragraf yang melukiskan suatu objek, tempat, atau peristiwa dengan seterang-terangnya kepada pembaca.

Melalui dekripsi, pembaca solah-olah diajak penulis untuk merasakan apa yang tertulis karena penulis melibatkan hampir segenap pancaindra di dalam tulisannya (Wijayanti dkk., 2014:129).

Paragraf deskripsi berisi gambaran mengenai suatu objek atau suatu keadaan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera. Paragraf ini bertujuan untuk memberikan kesan/impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis (Suladi, 2014:62-63).

Dapat disimpulkan bahwa paragraf deskripsi merupakan paragraf yang menggambarkan suatu objek, tempat, dan peristiwa dengan seterang- terangnya kepada pembaca dengan melibatkan kesan indera sehingga pembaca seolah-olah diajak oleh penulis merasakan apa yang tertulis.

b. Ciri Paragraf Deskripsi

Menurut Kurniasari (2014:141), ciri-ciri paragraf deskripsi sebagai berikut:

1) Isinya menggambarkan suatu benda, tempat, makhluk hidup, atau sesama tertentu.

2) Penggambaran dilakukan dengan pancaindra, diantaranya indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra pengecapan, atau indra perabaan.

3) Orang-orang yang membaca atau yang diceritakan ikut merasakan dan melihat sendiri objek yang dimaksud.

c. Cara Membuat Paragraf Deskripsi

(40)

Cara penulisan teks deskripsi yang dikemukakan oleh Semi (2007:

114) yaitu menggambarkan sesuatu sedemikian rupa, sehinggga pembaca dibuat mampu (seolah merasakannya, melihat, mendengar atau mengalami) sebagaimana dipersepsi oleh pancaindra. Karena dilandaskan pada pancaindra, deskripsi sangat mengandalkan pencitraan konkret dan rincian atau spesifikasi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis teks deskripsi adalah proses menggambarkan objek, terutama objek yang jauh dan tidak bisa dihadirkan secara langsung. Oleh karena objek dari teks deskripsi berupa objek realita, penulis tidak bisa asal berkreasi sendiri dalam pikiran.

Contohnya :

Saat brownis coklat buatan ibuku dihidangkan untukku, wangi brownis coklatnya langsung tercium enak oleh hidungku. Saat aku mencoba memakannya, bentuk dan rasa manisnya langsung membuat lidahku bergoyang. Sungguh, ibuku sangat pandai sekali membuat brownis coklat ini (Wiyanto, 2006:65).

(41)

2.8.3 Paragraf Persuasi

a. Pengertian Paragraf Persuasi

Paragraf persuasi (ajakan) adalah paragraf yang berisi unsur ajakan, imbauan, bujukan, atau saran kepada pembaca. Persuasi mengutamakan emosi atau perasan pembaca, sedangkan sasaran argumentasi menitikberatkan pada logika pembaca. Persuasi bertujuan agar pembaca terbujuk (Wijayanti dkk., 2014:131).

Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan. Paragraf persuasi bertujuan untuk membujuk pembaca agar mau melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Artinya, jika ingin tujuan tercapai, penulis harus mampu menyampaikan bukti dengan data dan fakta pendukung (Suladi, 2014:72).

Jadi, paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan mengutamakan emosi atau perasaan pembaca. Penulis menyertakan bukti data dan fakta pendukung dengan tujuan agar pembaca terbujuk.

b. Ciri Paragraf Persuasi

Vendrafirdian (2008) mengungkapkan ciri-ciri persuasi yaitu:

1) Harus menimbulkan kepercayaan pendengar/ pembacanya.

2) Bertolak atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.

3) Menciptakan persesuaian melalui kepercayaan antara penulis dan pembaca.

4) Menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan tujuan tercapai.

5) Harus ada fakta dan data yang mendukung.

Menurut Pratama (2009), ciri-ciri paragraf persuasi antara lain:

1) Mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat.

2) Bertujuan mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca agar mereka mau berbuat, bertindak, atau melakukan sesuatu secara sukarela sesuai yang diinginkan pengarang.

3) Membuktikkan kebenaran pendapat pengarang sehingga tercipta keyakinan dan kepercayaan pada diri pembaca.

(42)

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri paragraf persuasi adalah mengungkapkan ide atau gagasan, bertujuan mempengaruhi pembaca, dan disertai dengan fakta untuk mendukung gagasan.

c. Cara Membuat Paragraf Persuasi

Alfiansyah (2009) memaparkan langkah-langkah yang dapat ditempu dalam menulis paragraf persuasi yaitu:

1) Menentukan Topik dan Tujuan dalam Paragraf Persuasi 2) Membuat Kerangka Paragraf Persuasi

3) Mengumpulkan Bahan untuk Paragraf Persuasi 4) Menarik Simpulan dari Paragraf Persuasi 5) Menutup Paragraf Persuasi

2.8.4 Paragraf Argumentasi

a. Pengertian Paragraf Argumentasi

Paragraf argumentasi (bahasan) adalah paragraf yang berisi pembuktian atau pembahasan atas pendapat penulis tentang suatu hal.

Dalam paragraf argumentasi, penulis berusaha meyakinkan pembaca dengan menyertakan bukti, contoh, atau alas an (Wijayanti dkk., 2014:131).

Paragraf argumentasi atau paragraf bahasan adalah suatu corak paragraf yang bertujuan membuktikan pendapat penulis agar pembaca menerima pendapatnya. Dalam paragraf ini penulis menyampaikan pendapat yang disertai penjelasan dan alasan yang kuat dan meyakinkan dengan maksud agar pembaca bisa terpengaruh (Suladi, 2014:74).

Jadi, paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi pembahasan atas pendapat penulis tentang suatu hal yang disertai dengan bukti penjelasan, contoh, atau alasan yang kuat dan meyakinkan dengan maksud agar pembaca bisa terpengaruh.

(43)

b. Ciri Paragraf Argumentasi

Nursisto (1999:43) mengemukakan ciri-ciri paragraf argumentasi adalah sebagai berikut.

1) Mengandung bukti dan kebenaran.

2) Alasan kuat.

3) Menggunakan bahasa denotatif.

4) Analisis rasional (berdasarkan fakta).

5) Unsur subjektif dan emosional sangat dibatasi (sedapat mungkin tidak ada).

Indriati (2001: 79) menyatakan bahwa argumentasi yang kuat harus mengandung lima ciri-ciri. Lima ciri-ciri tersebut antara lain:

1) klaim (claim),

2) bukti afirmatif (setuju) dan bukti kontradiktif (bantahan), 3) garansi/justifikasi (warrant),

4) kompromi (concessions), dan 5) sumber aset (reservations).

Berdasarkan pemaparan yang disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf argumentasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

Pertama, terdapat pernayataan atas suatu pendapat. Kedua, menyertakan alasan untuk meyakinkan orang lain mengenai pendapat yang disampaikan. Ketiga, mengandung bukti kebenaran berupa data dan fakta pendukung yang relevan. Keempat, analisis yang dilakukan berdasarkan data dan fakta yang disampaikan.

c. Cara Membuat Paragraf Argumentasi

Wiyanto (2006:10) mengungkapkan bahwa cara membuat paragraf argumentasi antara lain:

1) Mendaftar topik 2) Memilih topik

3) Menyusun paragraf argumentasi

(44)

2.8.5 Paragraf Narasi

a. Pengertian Paragraf Narasi

Paragraf narasi (kisahan) adalah paragraf yang berisi kisahan, cerita rekaan, atau cerita pengalaman. Cerita dijalin dalam urutan waktu peristiwa dan tokoh (baik manusia maupun benda yang ‘dimanusiakan’) yang menjadi sorotan kisah penulisnya. Narasi buka hanya terdapat pada karya fiksi, melainkan juga nonfiksi (Wijayanti dkk., 2014:129).

Narasi merupakan gaya pengungkapan yang bertujuan menceritakan atau mengisahkan rangkaian kejadian atau peristiwa (baik peristiwa kenyataan maupun peristiwa rekaan) atau pengalaman hidup berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu sehingga tampak seolah-olah pembaca mengalami sendiri peristiwa itu. (Suladi, 2014: 59-60).

Jadi, paragraf narasi merupakan paragraf fiksi atau non fiksi yang berisi kisahan, rekaan, atau pengalaman berdasarkan pengembangannya dari waktu ke waktu sehingga seolah-olah pembaca mengalami sendiri peristiwa itu.

b. Ciri Paragraf Narasi

Ciri utama paragraf narasi adalah gerak atau perubahan dari keadaan suatu waktu menjadi keadaan yang lain pada waktu berikutnya melalui peristiwa-peristiwa yang berangkaian (Sujanto 1988:3).

Suparno dan Mohammad Yunus (2007:111) menjelaskan ciri-ciri karangan narasi yang membedakan dengan karangan yang lain, yaitu karangan narasi adalahragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas- jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal.

Menurut Keraf (2000:136) yang menjadi ciri dari karangan narasi adalah:

1) Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.

2) Dirangkai dalam urutan waktu.

3) Berusaha menjawab pertanyaan (apa yang terjadi?).

4) Ada konfiks.

(45)

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik simpulan ciri-ciri paragraf narasi yaitu perubahan keadaan dari suatu waktu menjadi keadaan lain (konflik), mementingkan urutan waktu (secara kronologis), ada tokoh yang diceritakan atau tulisan itu berisi cerita tentang kehidupan makhluk hidup (boleh merupakan kehidupan nyata, imajinasi, dan boleh gabungan keduanya), dan cerita itu memiliki nilai keindahan (baik keindahan isinya, maupun dalam penyajiannya).

c. Cara Membuat Paragraf Narasi

Karsana (1986:5-18) mengungkapkan bahwa menulis paragraf narasi harus memperhatikan komponen-komponen yang membentuk paragraf narasi. Komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam membentuk paragraf narasi, meliputi 1) pelaku cerita, 2) jalan cerita secara kronologis/sorotbalik, 3) latar tempat kejadian dan waktu terjadinya, dan 4) keselarasan peristiwa.

Selanjutnya, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menulis paragraf narasi meliputi: menentukan tema, membuat garis besar cerita ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir cerita, menyusun tokoh, latar dan sudut pandang, menyusun kerangka paragraf, merangkai kata-kata dalam bentuk kalimat, dan terakhir menulis kalimat ke dalam paragraf.

2.9 Pengembangan paragraf

Pengembangan paragraf merupakan suatu cara penulis untuk mengembangkan gagasan utamanya menjadi sebuah paragraf yang utuh.

Pengembangan paragraf menuntut kemampuan penulis untuk memperinci gagasan utama ke dalam gagasan-gagasan bawahan atau penjelas sehingga menjadi sebuah paragraf yang urut dan teratur. Rangkaian pernyataan dalam paragraf harus disusun menurut pola yang taat asas, pernyataan yang satu disusun oleh pernyataan yang lain dengan wajar dan bersetalian secara logis. Dengan cara itu pembaca diajak oleh penulis untuk memahami paragraf sebagai satu kesatuan gagasan yang bulat. Pola pengembangannya pun bermacam-macam, dan yang sering diterapkan dalam tulisan ilmiah. antara lain :

1. Pola kronologi (runtutan waktu)

Referensi

Dokumen terkait

Pada terjemahan ayat di atas terdapat 3 (tiga) konjungsi koordinatif yaitu: ʹdanʹ yang menyatakan makna penambahan untuk menyatakan hubungan antara “dapat berjalan di

Penalaran dimulai dengan mengemukakan fakta berupa sebab kemudian disusul dengan kesimpulan yang berupa akibat. Penalaran jenis ini dimulai dengan mengemukakan

Hubungan semantik waktu bersamaan menyatakan bahwa peristiwa, kejadian, atau perbuatan yang dinyatakan pada kalimat yang satu (klausa anak) bersamaan waktunya dengan apa yang

Pada terjemahan ayat di atas terdapat 2 (tiga) konjungsi yaitu: (1) Konjungsi ʹdanʹ yang merup akan konjungsi koordinatif yang menyatakan makna penambahan untuk menyatakan

Dengan demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut pada masa yang lampau (Pidarta, 2007:

Konjungsi sejak digunakan untuk menghubungkan menyatakan waktu kejadian, peristiwa, atau tindakan pada klausa utama terjadi „berawal‟ ketika kejadian, peristiwa,

Data Kualitatif Data kuantitatif merupakan data yang menunjang kualitas atau mutu sesuatu, baik keadaan, proses, peristiwa atau kejadian lainnya yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan

Konjungsi untuk Konjungsi untuk adalah salah satu jenis kata penghubung dalam bahasa Indonesia yang digunakan untuk menyatakan tujuan atau maksud dari suatu tindakan, peristiwa, atau