Strategi Terapi Hipertensi
Ariq Muzakki 22004101021
Ananda Kumala Ansar 22004101022 Viola Dara 22004101020
St Khalidiyah 22004101026 Brillian Nur M 22004101027 Astri Ocvitasari 22004101028 Safira Firdaus 22004101030
Sukosari Devantari 22004101035
Moh. Alfian Akrama 22004101037
01
Hipertensi tanpa Komplikasi
Rekomendasi Pengobatan HT tanpa
komplikasi
Rekomendasi Pengobatan HT tanpa
komplikasi
Terapi Pengobatan
Pertama
Non black patient:
Low dose ACEi/ARB+DHP-CCB Black patient:
Low dose ARB+DHP-CCB atau DHP-CCB + thiazide-like diuretik
Menginisiasi ekskresi garam dengan meningkatkan aliran darah renal dan mengurangi produksi
aldosterone dan hormone antidiuretic.
Benefits: ↓ tekanan arteri pulmonal dan kapiler, ↑ aliran darah coroner, ↑relaksasi ventricular, ↑CO
dan cardiac index
Pilihan Terapi
ACEi ARB
Menghambat angiotensin 2 untuk berikatan dengan reseptornya (X) vasokonstriksi pembuluh darah
Insidensi angioedema dan batuk < ACEi, karena ARB tidak meningkatkan bradykinin.
Bekerja dengan memperlambat pergerakan kalsium kedalam sel jantung dan dinding pembuluh darah
DHP-CCB: memblokade kalsium tipe L dan N (pembuluh darah di jantung, arteri, serta organ
spesifik seperti otak dan system saraf perifer)
Pilihan Terapi
CCB Thiazide-like diuretic
Bekerja dengan memperlambat pergerakan kalsium kedalam sel jantung dan dinding pembuluh darah
DHP-CCB: memblokade kalsium tipe L dan N (pembuluh darah di jantung, arteri, serta organ
spesifik seperti otak dan system saraf perifer)
Menggunakan thiazide-like diuretic> thiazide type diuretic dalam menurunkan tekanan darah tanpa meningkatkan insiden hipokalemia, hyponatremia, dan perubahan terkait glukosa darah dan kolesterol
total serum
Pilihan Terapi
ACEi/CCB CCB/Thiazid-like diuretic
-Efektif menghambat/menurunkan terjadinya hypertension Mediated Organ
Damage seperti LVH dan menurunkan terjadinya AF
-Memiliki efek mencegah remodeling arteri
Dimana RAS blocker dan CCB lebih efektif daripada Beta blocker dalam mencegah LVH, kekakuan aorta, dan remodelling small artery
Menurunkan risiko uncomplicated HT
complicated HT
02
Hipertensi + Diabetes Melitus
130 mmHg, tidak dibawah 120 mmHg
Target TDSS 130-139
mmHg.
<80 mmHg, tapi ridak dibawah 70 mmHg
Target TDS
>65 th
Target TDD
Lini Pertama ACEi/ ARB + CCB/ Diuretic tiazid atau
sejenisnya
Rekomendasi Pengobatan HT+DM
Jika LDL-C>70 mg/dL (1,6 mmol/L) diabetes dengan kerusakan organ
target atau >100mg/dL (2,6 mmol/L) (diabetes uncomplicated)
Pengobatan harus mencakup Statin
untuk pencegahan
primer
Memperlambat progresifitas DM ke DKD dan mortalitas akibat
penyakit kardiovaskular..
Mencegah progresifitas DKD dan merupakan alternatif lini
pertama pada pasien yang intoleran dengan ACEi
Menyediakan efek antihipertensi tambahan. Tiazid mengurangi
gangguan cardiovascular dan cerebrovascular.
Pilihan Terapi
ACEi ARB Thiazid
Efek antiproteinuriamengurangi resistensi arteriolar efferent tekanan intraglomerular ↓ protein leakage di ulttrafiltrasi glomerulus
Pada pasien DM, TGF-β diekskresikan berlebih pada urin pasien diabetes dengan nefropati X mencegah degradasi ekstraseluler.
ACEi mengurangi stimulasi
ACEi
Renoproteksi
Ex. Captopril
Angiotensin II merupakan stimulus VEGF (induksi neovaskularisasi pada diabetes)
ACEi
ACEi
Proteksi Retina.
ACEi meningkatkan sensitivitas insulin pada pasien DM tipe 2
hipoglikemi
Efek antiproteinuriamemperbaiki profil albumin dan tekanan onkotik
serum ↓ sintesis lipoprotein memperbaiki profil lipid.
ARB mencegah progesifitas nefropati diabetic secara independent melalui efek penurunan tekanan darahnya pada pasien DM dengan
mikroalbuminuria
ARB
Penghambatan RAAS mengurangi tekanan kapiler glomerulus
ARB menormalkan isi nefrin pada membran filtrasi dan mengurangi hilangnya podosit
Renoproteksi
Meningkatkan retensi kalium hiperkalemia
Kalium masuk ke intrasel, jika berlebihan menimbulkan penutupan kanal kalium
depolarisasi kanal kalsium terbuka kalsium masuk ke intrasel merangsang granul
insulin kedalam darah
ACEi dan ARB
Efek renoproteksi pada ACEi dan ARB memiliki efek
meningkatkan GFR pasien mencegah progresifitas pasien DKD
03
Strategi Terapi
Hipertensi dengan
Chronic Kidney Disease
(CKD)
TD harus diturunkan jika ≥ 140/90 mmHg
Target <130/80 mmHg
<140/80 mmHg pada pasien usia lanjut
HIPERTENSI dengan CKD
Dapat menurunkan albuminuria lebih baik dibandingkan obat
anti hipertensi lainnya dan menghambat progresivitas dari
CKD
Efek vasodilatasi eferen dapat meningkatkan LFG
Menurunkan tesiko dari end- stage renal disease
Penambahan CCB pada pasien proteinuria dengan RAS inhibitor dapat memperbaiki kontrol BP tanpa memperburuk proteinuria
Add your title here
Diuretik loop (misalnya furosemide) sangat baik digunakan meskipun dosis lebih tinggi sering dibutuhkan pada pasien dengan eGFR yang lebih rendah, karena mekanisme kerja tubular dari obat ini awalnya bergantung pada filtrasi glomerulus.
First-line drugs RAS-inhibitors (ACE-I
dan ARB)
CCB
dapat ditambahkan Diuretik
dapat ditambahkan
(loop diuretik jika eGFR
<30 ml/menit/1,73m2)
RAS inhibitor
Meningkatkan laju filtrasi glomerulus
Renoprotekto
r
04
Strategi Terapi
Hipertensi dengan
Coronary Artery Disease
(CAD)
TD harus diturunkan jika ≥ 140/90 mmHg
Target <130/80 mmHg
<140/80 mmHg pada pasien usia lanjut
HIPERTENSI dengan CAD
Add your title here
Rutin direkomendasikan
First-line drugs RAS-inhibitors (ACE-I
dan ARB) + Beta
blocker dengan/tanpa CCB
Antiplatelet dengan
acetyl salicylic acid
Menurunkan beban kerja jantung dengan menurunkan CO dan tahanan perifer
Bekerja sebagai inotropik dan kronotropik negatif menurunkan denyut jantung sehingga waktu pengisian diastolik untuk perfusi koroner akan memanjang
Menurunkan beban kerja jantung dengan menurunkan CO dan tahanan perifer
Mengurangi kebutuhan oksigen dengan menurunkan resistensi vaskular perifer dan menurunkan tekanan darah. CCB akan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan efek vasodilaksi koroner
Add your title here
Beta bloker CCB
ACEi ARB
05
Hipertensi dengan Gagal Jantung
Add your title here
Add your title here
Angiotensin receptor-neprilysin inhibitor (ARNI; sacubitril-valsartan) diindikasikan untuk pengobatan HFrEF sebagai alternatif untuk ACE inhibitor atau ARB
Penggunaan MRA berguna untuk efek remodeling pembuluh darah
06
Hipertensi dengan Riwayat Stroke
Add your title here
Pengobatan Lini Pertama :
• Ras Blocker ( ARB dan ACEi), CCB, Diuretik.
• Pengobatan Penuluruna lipid wajib, dengan LDL-C target <70 mg/dL (1,8 mmol/L) Pada Stroke Iskemik
Pemilihan ACEi, ARB, dan CC serta diuretik pada pasien
hipertensi dengan stroke adalah memperbaiki cardiac output
serta efek vasodilatasi pada arteri
07
KRISIS HIPERTENSI
PATOFISIOLOGI kegagalan autoregulasi normal dan peningkatan pada resistensi vaskular sistemik
PATOFISIOLOGI kegagalan autoregulasi normal dan peningkatan pada resistensi vaskular sistemik
Severe hypertension
Peningkatan resistensi vaskular secara cepat
Kerusakan endotel
Peningkatan
permeabilitas endotel
Deposisi platelet dan fibrin Nekrosis fibrinoid dan
intimal proliferasi
Aktivasi koagulasi dan inflamasi
Peniingkatan tekanan darah parah
Iskemia jaringan End-organ dysfunction
Spontan natriuresis
Intavascular volume depletion
Peningkatan vasokontriksi (RAAS, katekolamin
Peningkatan tekanan darah
lebih tinggi
PRINSIP TERAPI
Tujuan awal dari terapi antihipertensi bukan untuk secara cepat menormalkan tekanan darah tapi lebih pada
mencegah kerusakan pada target organ dengan bertahap menurunkan MAP, dan meminimalkan risiko hipoperfusi Tujuan awal dari terapi antihipertensi bukan untuk secara
cepat menormalkan tekanan darah tapi lebih pada
mencegah kerusakan pada target organ dengan bertahap
menurunkan MAP, dan meminimalkan risiko hipoperfusi
HIPERTENSI EMERGENSI
Hipertensi emergensi merupakan hipertensi yang berkaitan dengan target organ damage dengan tensi TS ≥180 mmHg, TD 110 mmHg
Labetalol merupakan beta bloker non-selektif pada alfa dan beta adrenoreseptor, dengan ratio potensi alfa dan beta- adrenoreseptor 1:3 secara oral dan 1:7 dengan intravena. Untuk kondisi akut formulai IV direkomendasikan dengan dosis inisial 10-20 mg IV dengan onset aksi 2-15 menit. Target capaian terapi pada HE bukan hanya menurunkan nilai TD
tapi juga untuk memastikan perfusi dan mencegah target organ yang lebih.
Labetalol diberikan pada penanganan akut HE karena memiliki onset kerja dalam menit. Tidak seperti beta bloker lain yang tidak memiliki aktivitas simpatomimetik intrinsik, labetalol ketika diberikan secara akut dapat
menurunkan tekanan vaskular perifer dan tekanan darah dengan sedikit perubahan pada denyut jantung dan cardiac output. Selain itu labetalol juga memiliki efek pada RAAS.
Pemberian labetalol juga direkomendasikan karena pemberiannya yang bersifat contiously sehingga mencegah
fluktuasi TD.
HIPERTENSI EMERGENSI
Nicardipine memiliki karakteristik:
- Vasodilatasi perifer
- Menjaga aktivitas cardiac pump improve perfusi jaringan - Vasoselektivitas nicardipine 30.000x pada otot polos pada BV
dibandingkan dengan miokardium - Myocardial depression (-)
- Increase blood flow in major organs ( renal, coronary artery
cerebral
HIPERTENSI EMERGENSI
Sodium nitroprusside merupakan nonselektif
nitrovasodilator yang bekerja melalui pelepasan NO untuk memunculkan relaksasi sel otot polos pada arteri dan vena
Sodium nitroprusside akan bereaksi dengan golongan sulfihidril pada eritrosit dan memproduksi NO, melalui persinyalan kaskade NO akan menciptakan vasodilatasi perifer di arteri dan vena. Hasil akhirnya adalah penurunan resistensi vaskular sistemik (afterload), tekanan pengisian ventrikel, dan tekanan darah sistemik
disertai peningkatan CO.
Onset SNP rapid yaitu dalam 2 menit sehingga baik digunakan untuk situasi darurat
Add your title here
Pada pasien dengan acute aortic disease tekanan darah sistolik dan laju denyut jantung harus segera diturunkan hingga 120 mmHg dan 60x permenit untuk mengurangi stress
pada dinding aorta dan progresivitasnya. Sehingga beta-blocker dipertimbangkan menjadi terapi lini pertama. Esmolol (ultrashort acting beta blocker) intravena
cardioselektif beta-1 adrenergik antagonis. Esmolol merupakan antiaritmia kelas II yang antagonis kompetitif terhadap beta-1- adrenergik reseptor di miokardium blok
aktivitas epinefrin dan norepinefrin menurunkan kontraktilitas (inotropik negatif), laju denyut jantung (kronottopik negatif, dan konduksi.
Esmolol akan meningkatkan waktu refraktori atrioventrikular, menurunkan demand oksigen di miokardium dan menurunkan konduksi atrioventrikular (dromotropik
negatif).
Esmolol akan bekerja dengan onset aksi 60 detik dan akan tetap steady state dalam 5 menit setelah inisiasi infus.
Pada pasien dengan acute aortic disease tekanan darah sistolik dan laju denyut jantung harus segera diturunkan hingga 120 mmHg dan 60x permenit untuk mengurangi stress
pada dinding aorta dan progresivitasnya. Sehingga beta-blocker dipertimbangkan menjadi terapi lini pertama. Esmolol (ultrashort acting beta blocker) intravena
cardioselektif beta-1 adrenergik antagonis. Esmolol merupakan antiaritmia kelas II yang antagonis kompetitif terhadap beta-1- adrenergik reseptor di miokardium blok
aktivitas epinefrin dan norepinefrin menurunkan kontraktilitas (inotropik negatif), laju denyut jantung (kronottopik negatif, dan konduksi.
Esmolol akan meningkatkan waktu refraktori atrioventrikular, menurunkan demand oksigen di miokardium dan menurunkan konduksi atrioventrikular (dromotropik
negatif).
Esmolol akan bekerja dengan onset aksi 60 detik dan akan tetap steady state dalam 5
menit setelah inisiasi infus.
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
Preeklams ia
Dimulai sebelum kehamilan atau usia kehamilan <20 minggu, dan berlangsung sampai >6 minggu postpartum dengan proteinuria.
Hipertensi dengan proteinuria pada masa kehamilan Hipertensi
Gestasional
HELLP
syndrome
Mulai usia kehamilan >20 minggu, dan berlangsung
sampai <6 minggu postpartum.
Hipertensi pada kehamilan dengan kejang, sakit kepala berat, gangguan penglihatan, sakit perut, mual dan muntah, output urin rendah
Hipertensi yang sudah ada sebelumnya
Hipertensi yang sudah ada sebelumnya ditambah hipertensi gestasional dengan
proteinuria
Eklamsia
08
HIPERTENSI DENGAN KEHAMILAN
TATALAKSANA HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
HIPERTENSI RINGAN (Mild hypertension)
TD persisten >150/95 mmHg pada semua wanita, TD persisten>140/90 mm Hg pada hipertensi gestasional,
hipertensi yang sudah ada sebelumnya, hipertensi dengan HMOD subklinis
setiap saat selama kehamilan
Pilihan pertama:
- metildopa
- beta-blocker (labetalol) - dihydropyridine-calcium
channel blocker (DHP- CCBs) (nifedipine,
nikardipin).
HIPERTENSI BERAT (severe hypertension)
TD sistolik >170 mmHg dan/atau diastolik >110
mmHg
Indikasi rawat inap (emergency)
- Labetalol IV
- Metildopa oral atau DHP- CCB (nifedipin, nikardipin) - Magnesium mencegah
eklamsia
Pada edema paru : Infus IV nitrogliserin
HIPERTENSI GESTASIONAL atau PREEKLAMSIA
Tatalaksana:
- Persalinan pada UK 37
minggu pada wanita tanpa gejala
- Mempercepat persalinan pada wanita dengan
gangguan penglihatan, gangguan hemostatik
HIPERTENSI MENETAP PASCA PERSALINAN
Obat anti hipertensi selain metildopa depresi pasca
persalinan
- Alpha-methyldopa diubah menjadi metil norepinefrin secara central untuk
mengurangi outflow adrenergik
(simpatik) oleh aksi reseptor agonis alfa- 2 dari sistem saraf pusat, yang
menyebabkan penurunan resistensi perifer total dan penurunan tekanan darah sistemik.
- Tidak teratogenik
- Tidak ada efek yang tidak diinginkan pada uterus
Methyldopa
Metildopa pada pasca persalinan
Metildopa pada pasca persalinan
Sebagian besar penelitian tidak
menemukan bahwa labetalol itu sendiri meningkatkan kemungkinan berat badan lahir rendah, persalinan prematur
(persalinan sebelum 37 minggu kehamilan), atau lahir mati.
• Nifedipine adalah golongan
CCBdihydropyridines, yang dianjurkan adalah long acting (Nifedipine LA / adalat oros)
• Penelitian besar pengobatan hipertensi dan kehamilan dengan menggunakan CCB
adalah obat nifedipine
• Penggunaan nifedipine >60 mg meningkatkan risiko kejadian tidak diinginkan yang berkaitan dengan
peningkatan kesakitan seperti tachycardia dan hipotensi