• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan perilaku personal hygiene dengan kejadian

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan perilaku personal hygiene dengan kejadian"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan sebagai bahan untuk penelitian sejenis selanjutnya tentang hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit skabies di rumah tinggal Islam dan masyarakat.

Keaslian Penelitian

Metode : Desain Kuantitatif : Teknik Pengambilan Sampel Cross-sectional : Teknik Pengambilan Sampel Acak Sederhana Alat Ukur : Wawancara dan penyebaran kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian skabies p-value = 0,047 dengan OR = 3,9.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teori

  • Penyakit Kulit Scabies
  • Perilaku Personal Hygiene
  • Pondok Pesantren
  • Hubungan perilaku personal hygiene dengan kejadian scabies

Personal hygiene diperlukan untuk meminimalisir penyakit menular, terutama yang berhubungan dengan personal hygiene yang buruk. Adapun penelitian ini menggunakan tindakan perilaku personal hygiene yang berkaitan dengan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan pada tubuh.

Kerangka Teori

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

Kerangka Konseptual

Cara mengukur perilaku personal hygiene siswa menggunakan angket yang mengacu pada indikator antara lain: (1) kebersihan kulit, (2) kebersihan tangan dan kuku, (3) kebersihan handuk, (4) kebersihan pakaian dan (4) kebersihan tempat tidur dan lembaran. Hasil pengukuran perilaku personal hygiene dikategorikan menjadi 2 yaitu: (1) baik dengan skor 15-30 dan (2) kurang baik dengan skor 0-14. Jika perilaku personal hygiene baik maka tidak ada gangguan kesehatan yang berhubungan dengan perilaku personal hygiene, baik dalam menjaga kebersihan diri maupun kesehatan.

Apabila perilaku personal hygiene kurang maka kemungkinan akan terjadi gangguan kesehatan yang berkaitan dengan perilaku personal hygiene dalam menjaga kebersihan dan kesehatan diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran perilaku personal hygiene meliputi: (1) status kesehatan, (2) budaya, (3) status sosial ekonomi, (4) tingkat pengetahuan dan perkembangan, (5) disabilitas fisik atau mental, (6) praktik sosial, (7) citra tubuh, dan (8) pilihan pribadi. Adanya variabel terikat kejadian penyakit kulit skabies dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu perilaku personal hygiene.

Hipotesis (Tentatif)

Analisis hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit skabies pada santri Pesantren Darul Ulum. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit skabies pada santri Pesantren Darul Ulum. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit skabies pada santri Pondok Pesantren Darul Ulum.

Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Penyakit Kulit Pada Santri Di Pondok Pesantren Darul Arafahraya Medan. Judul: Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Kejadian Penyakit Kulit Skabies Santri Di Pondok Pesantren Darul Ulum Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah. HUBUNGAN PERILAKU KEBERSIHAN PERSONAL DENGAN PENYAKIT KULIT DI PESAWAT ISLAM DARUL ULUM Pangkalan BUN.

METODE PENELITIAN

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pesantren Darul Ulum Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat. Penelitian ini dilakukan karena diperoleh data dari Puskesmas Natai Pelingkau bahwa penyakit kulit scabies tertinggi di Pesantren Darul Ulum.

Desain Penelitian

Kerangka Kerja

Populasi, Sample dan Sampling

Jumlah total santri di Pondok Pesantren Darul Ulum adalah 331 santri, 165 perempuan dan 166 laki-laki. Kriteria inklusi adalah kriteria penelitian yang harus dipenuhi oleh anggota populasi untuk dijadikan sampel dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012). Menurut Notoatmodjo (2012), kriteria eksklusi adalah karakteristik anggota populasi yang tidak dapat dijadikan sampel dalam penelitian.

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2019). Setiap anggota populasi diberi kesempatan untuk mengambil kertas yang telah disediakan, jika kertas kosong maka anggota populasi tersebut tidak dipilih dan jika anggota populasi lain mendapat kertas bernomor maka itulah yang dipilih. sebagai wakil dari populasi. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah siswa tingkat SMP dan SMK di Pondok Pesantren Darul Ulum dari kelas VII. ke XII. kelas, sebanyak 181 responden.

Tabel 4.1 Teknik Sampling Penelitian Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan  Kejadian  Penyakit  Kulit  Scabies  Santri  di  Pondok  Pesantren  Darul  Ulum  Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah, akan dilaksanakan  pada bulan Juli 2022
Tabel 4.1 Teknik Sampling Penelitian Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan Kejadian Penyakit Kulit Scabies Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah, akan dilaksanakan pada bulan Juli 2022

Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Data khusus dalam penelitian ini menyajikan hasil tabulasi hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit skabies pada santri di Pesantren Darul Ulum. Pada hasil penelitian ditemukan sebagian besar yang tidak melakukan perilaku higiene perorangan (53,0%) dan yang pernah atau sedang mengalami penyakit kulit skabies (55,2%). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit skabies.

Perilaku personal hygiene yang paling rendah pada penelitian ini adalah kebersihan handuk santri di pondok pesantren. Hubungan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies di pondok pesantren AL-Kautsar Pekanbaru. HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HYGIENE DENGAN PESERTA PENYAKIT KULIT DENGAN GAJRIA PADA PESANTREN DARUL ULUM DI PONSEL DARUL ULUM KABUPATEN KOTAWRINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH.

Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan  Kejadian Penyakit Kulit Scabies Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum  Variabel  Definisi
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan Kejadian Penyakit Kulit Scabies Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum Variabel Definisi

Instrumen Penelitian

Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas merupakan gambaran seberapa jauh pengukuran yang dilakukan menghasilkan nilai sebenarnya yang ingin diukur (Supardi, 2013). Uji validitas setiap pertanyaan/pernyataan diukur dengan menghubungkan penjumlahan/total setiap pertanyaan/pernyataan dengan total/jumlah jawaban pertanyaan/pernyataan yang digunakan pada setiap variabel. Uji reliabilitas untuk menggambarkan seberapa jauh pengukuran yang diperoleh dengan menggunakan instrumen yang sama (termasuk kuesioner) jika diulang akan menghasilkan nilai yang sama (Supardi, 2013).

Instrumen dengan hanya dua jawaban dikatakan reliabel jika nilai r hitung > r tabel, sedangkan instrumen dengan lebih dari dua jawaban dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitasnya adalah Cronbach Alpha antara Yusup, 2018). Instrumen penelitian akan diuji dengan uji reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen agar dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dengan skala yang sama. Dimana butir soal dinyatakan valid jika nilai r penghitung > r tabel sesuai dengan jumlah responden (Suwarsi et al, 2017).

Pengumpulan dan Pengolahan Data

  • Analisis Data

Data yang terkumpul merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang harus dibaca kembali untuk memastikan apakah data yang ada dapat dijadikan bahan analisis atau tidak (Notoatmodjo, 2012). Dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kejelasan lembar jawaban kuesioner serta penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan. Secara umum analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, higiene perorangan dan prevalensi skabies (Notoatmodjo, 2010).

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2012). Penelitian ini akan menggunakan uji korelasi Spearman rho karena variabel dalam penelitian ini berskala ordinal, maka analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji korelasi. Jika nilai p < α, dimana α = 0,05 maka H0 ditolak H1 diterima, maka ada hubungan atau perbedaan antara kedua variabel.

Tabel 4.3 Kriteria Persentase
Tabel 4.3 Kriteria Persentase

Etika Penelitian

Keterbatasan Penelitian

Sedangkan data spesifik terdiri dari perilaku personal hygiene, prevalensi penyakit kulit skabies pada santri, serta tabel tabulasi silang yang menggambarkan hubungan antara perilaku personal hygiene dengan prevalensi penyakit kulit skabies pada santri di Pesantren Darul Ulum. Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,489 yang menunjukkan hubungan sedang atau cukup kuat antara hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit skabies. Hasil identifikasi perilaku personal hygiene santri di Pondok Pesantren Darul Ulum berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 181 responden didapatkan 85 santri (47,0%) memiliki perilaku personal hygiene dalam kategori baik dan 96 santri (53,0%). %) memiliki kebersihan diri dalam kategori kurang.

Di antara responden dengan perilaku personal hygiene kurang, 96 responden (53,0%) yang mengalami kejadian skabies sebanyak 75 responden (41,4%) dan tidak skabies sebanyak 21 responden (11,6%). Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber data baru dalam penelitian kesehatan tentang hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit scabies di pondok pesantren dan masyarakat. Hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian skabies pada santri putra dan putri di Pesantren An-Nur Ngrukem Sewon Bantul Yogyakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Gambaran umum lokasi penelitian
  • Data umum
  • Data khusus

Data umum dalam penelitian ini menyajikan tabel mengenai umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan santri di Pondok Pesantren Darul Ulum. Berdasarkan data yang tertera pada tabel 5.1 terlihat bahwa hampir separuh responden berada pada kelompok umur terbanyak yaitu 15-17 tahun 90 (49,7%). Berdasarkan data pada tabel 5.3 terlihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMK yaitu sebanyak 94 siswa (51,9%).

Dari data pada tabel 5.4 terlihat bahwa di antara responden yang memiliki perilaku personal hygiene kurang maksimal sebanyak 96 siswa (53,0%). Berdasarkan data pada Tabel 5.5 terlihat bahwa sebagian besar responden pernah atau sedang mengalami penyakit kulit scabies sebanyak 100 siswa (55,2%). Berdasarkan data pada tabel 5.6 didapatkan hasil bahwa 25 responden (13,8%) memiliki personal hygiene yang baik saat muncul kutil, 60 responden (33,1%) tidak memiliki kutil, dan 75 responden (41,4%) memiliki personal hygiene yang buruk saat kutil. muncul. ), tanpa garies 21 responden (11,6%).

Tabel 5.4  Perilaku personal hygiene di Pondok Pesantren Darul Ulum Kabupaten   Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah
Tabel 5.4 Perilaku personal hygiene di Pondok Pesantren Darul Ulum Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah

Pembahasan

  • Identifikasi kejadian penyakit kulit scabies santri di Pondok Pesantren
  • Analisis hubungan perilaku personal hygiene dengan kejadian

Berdasarkan hasil uji analisis Spearman Rho terlihat bahwa ada hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit skabies, dengan nilai p sebesar 0,000 dimana nilai p < 0,05 yang berarti H1 diterima, hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit scabies pada santri di Pondok Pesantren Darul Ulum. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita et al (2018) yang menunjukkan bahwa personal hygiene dengan kejadian garia pada mahasiswa memiliki korelasi yang tinggi. Seseorang dengan kebersihan diri yang kurang baik saat kontak langsung (bersentuhan) atau tidak langsung dengan skabies (menggunakan alat dan bahan yang terkena skabies seperti sabun, sarung tangan atau handuk) dan jarang membersihkan tempat tidur, seperti menjemur kasur, mengganti sarung bantal, dan sprei akan terinfeksi tungau Sarcoptes scabiei (Sari, 2015).

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa perilaku personal hygiene memiliki rerata terendah (0,39) yaitu kebersihan handuk. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akmal (2013) menunjukkan adanya hubungan antara higiene perorangan dengan kejadian skabies. Hubungan antara pengetahuan personal hygiene dengan kejadian skabies di Desa Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sebagian besar santri di Pondok Pesantren Darul Ulum pernah atau sedang mengalami penyakit kulit scabies.

Saran

  • Keaslian Penelitian
  • Teknik Sampling Penelitian
  • Definisi Operasional Variabel
  • Persentase
  • Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia
  • Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
  • Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 47
  • Kejadian peyakit kulit scabies santri di Pondok Pesantren Darul Ulum
  • Tabulasi silang hubungan perilaku personal hygiene dengan kejadian penyakit

Peneliti berharap agar dinas kesehatan dapat bekerja sama dengan pondok pesantren dalam melakukan tindakan promotif dan preventif yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kebersihan diri seperti kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan pakaian, kebersihan handuk dan kebersihan tempat tidur yang baik. dan lembaran. dan pencegahan penyakit kulit scabies di pondok pesantren. Hubungan antara pengetahuan, higiene perorangan dan kepadatan pekerjaan dengan gejala skabies pada santri di Pondok Pesantren Darul Muklisin Kota Kendari. Gambaran kondisi lingkungan ruang keluarga dan higiene perorangan di asrama Akademi Bidan Barunan Husada Sibuhuan Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013.

Hubungan antara pengetahuan, personal hygiene dan kepadatan pekerjaan dengan gejala skabies pada santri Pondok Pesantren Darul Muklisin Kota Kendari. Hubungan higiene perorangan dan higiene lingkungan dengan keluhan kelainan kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Denai Kota Medan Kota Medan Tahun 2012 [Skripsi]. Hubungan antara pengetahuan, sanitasi lingkungan dan higiene perorangan dengan penyakit skabies (studi observasi pada masyarakat penambang intan kecamatan Cempaka Banjarbaru Kalimantan Selatan.

Hubungan higiene perorangan dan higiene lingkungan dengan kejadian skabies pada santri di Pesantren Ulumul Qur'an Kecamatan Bebesan Kabupaten Aceh Tengah. Hubungan antara pola asuh dengan tingkat kemandirian personal hygiene anak prasekolah di Desa Balung Lor.

TABEL TABULASI DATA PENELITIAN
TABEL TABULASI DATA PENELITIAN

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian   penyakit kulit scabies santri di Pondok Pesantren Darul Ulum
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual hubungan antara perilaku personal hygiene dengan  kejadian penyakit kulit scabies santri di Pondok Pesantren Darul Ulum
Gambar 4.1  Kerangka Kerja Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan Kejadian Penyakit   Kulit Scabies Santri di Pondok Pesantren Darul Ulum Kabupaten Kotawaringin   Barat Provinsi Kalimantan Tengah
Tabel 4.1 Teknik Sampling Penelitian Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan  Kejadian  Penyakit  Kulit  Scabies  Santri  di  Pondok  Pesantren  Darul  Ulum  Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah, akan dilaksanakan  pada bulan Juli 2022
+6

Referensi

Dokumen terkait

SURAT PENYATAAN KEABSAHAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dhila Franzely Dhimas Putra NIP : 3603191510850005 NIDN : 0315108504 Tempat/Tanggal Lahir :