• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA BAGIAN PEMASANGAN KERAMIK DI PROYEK TRANSPARK CIBUBUR TAHUN 2021

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA BAGIAN PEMASANGAN KERAMIK DI PROYEK TRANSPARK CIBUBUR TAHUN 2021"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Bagian Instalasi Keramik Proyek Transpark Cibubur Tahun 2021. Judul Skripsi : Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Bagian Instalasi Keramik Proyek Transpark Cibubur Judul : Hubungan Tahun 2021. antara faktor predisposisi dengan perilaku tidak aman pekerja di bagian instalasi keramik proyek Transkrip Cibubur tahun 2021.

BAB I PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian
  • Ruang Lingkup Penelitian

Adakah hubungan pengetahuan dengan perilaku kerja tidak aman pada pekerjaan perakitan keramik di PT. Adakah hubungan sikap dengan perilaku kerja tidak aman pada pekerjaan perakitan keramik di PT. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dan perilaku kerja tidak aman pada pekerjaan instalasi keramik di PT.

TINJAUAN PUSTAKA

Keselamatan Kesehatan Kerja

Kecelakaan Kerja

Oleh karena itu, kata Heinrich, kunci pencegahan kecelakaan adalah menghilangkan tindakan tidak aman sebagai penyebab kecelakaan.(10). Menurut Heinrich, kunci pencegahan kecelakaan kerja adalah dengan menghilangkan sikap dan kondisi yang tidak aman (kartu ketiga). Unsafe Act (perilaku atau tindakan tidak aman yang dilakukan yang berhubungan langsung dengan terjadinya suatu kecelakaan).

Gambar 2.1 Teori Domino
Gambar 2.1 Teori Domino

Perilaku

Pengetahuan adalah hasil dari pengetahuan dan ini terjadi ketika orang merasakan objek tertentu. Yakni, faktor-faktor yang mempermudah atau mempengaruhi terjadinya perilaku individu, antara lain karakteristik, pengetahuan, sikap, keyakinan, keyakinan, nilai, dan lain-lain. Dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku seseorang biasanya memerlukan legitimasi dari masyarakat atau orang-orang terdekatnya.

Pengetahuan

Faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah faktor internal (dari dalam) dan faktor eksternal (dari luar). Pengetahuan merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah karena “pengetahuan” dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan pada tingkat terendah ini hanya mengingat rangsangan yang telah diterima atau sesuatu yang spesifik dan materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Pemahaman tingkat pengetahuan berarti kemampuan untuk memahami dengan benar dan menjelaskan atau menginterpretasikan objek yang diamati atau diketahui. Seseorang yang telah memahami objek dapat menjelaskan objek yang diamati dan dipelajari, memberikan contoh, menarik kesimpulan, memprediksi dan sebagainya. Penerapan pada tingkat pengetahuan diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang dipelajari pada kondisi nyata.

Penerapan juga dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan lain-lain dalam konteks atau situasi lain. Analisis pada tingkat pengetahuan diartikan sebagai kemampuan untuk mengungkapkan materi atau objek dalam komponen-komponennya, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada hubungannya satu sama lain. Sintesis dalam tataran pengetahuan diartikan sebagai mendemonstrasikan kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian.

Sintesis juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan formulasi baru dari formulasi yang sudah ada.

Sikap

Menurut Krech (1962), sikap adalah kesesuaian reaksi terhadap rangsangan kategori tertentu yang sering dihadapi dengan rangsangan sosial dan reaksi emosional. Notoatmodjo (2007) mendefinisikan sikap sebagai reaksi atau tanggapan tertutup yang dilakukan seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Mar'at (1982) dalam Notoatmodjo (2007) mendefinisikan sikap sebagai produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan stimulus yang diterimanya.

Perwujudan sikap tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi harus dimaknai terlebih dahulu sebagai perilaku yang masih tertutup. Secara operasional, konsep sikap menunjukkan konotasi kesesuaian reaksi terhadap kategori rangsangan tertentu dan dalam penggunaan praktisnya, sikap seringkali dihadapkan pada rangsangan sosial dan reaksi emosional. Faktor pendukung dan kondisi akan memberikan terwujudnya suatu sikap (19) Sikap seseorang dipengaruhi oleh bantuan fisik dan mental.

Penggunaan alat pelindung diri berguna untuk mengurangi paparan penyakit atau terjadinya kecelakaan kerja, termasuk bantuan fisik. Sikap bukanlah bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari (learnability) dan dibentuk atas dasar pengalaman dan praktik melalui perkembangan individu dalam relasi objek. Seseorang yang penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan persetujuan atas setiap gerak dan perilaku serta pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang spesial bagi kita, akan sangat mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu.

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempengaruhi pembentukan sikap, karena keduanya membentuk pengertian dasar dan konsep moral dalam diri individu.

Perilaku Tidak Aman

Mengoperasikan pada kecepatan yang salah, melebihi batas kecepatan yang ditentukan, atau mengoperasikan pada kecepatan yang tidak aman dapat mengakibatkan kecelakaan. Pengangkatan, penanganan, atau pemindahan benda yang tidak benar dapat menyebabkan sakit punggung yang serius, misalnya pekerja yang mengangkat benda berat secara manual tanpa peralatan yang memadai. Penempatan material yang tidak tepat membuat objek sulit untuk berjalan, dan material di tempat yang berbahaya dapat mengakibatkan kecelakaan yang tidak dapat diprediksi, misalnya pekerja dapat bertabrakan dengan objek tersebut.

Penyalahgunaan alat dan perlengkapan, perkakas tangan, peralatan listrik dan mesin juga dapat menyebabkan kecelakaan. Menggunakan peralatan yang rusak untuk bekerja, misalnya pekerja yang menggunakan tangga di bawah standar, dapat jatuh dan terluka. Kutukan dan ancaman serta permainan kasar di tempat kerja sama seperti pekerja muda yang bermain kasar di sekitar tempat kerja dapat mengalami kecelakaan yang tidak terduga.

Jika paku atau ujung tajam lainnya dibiarkan mencuat dari kayu, dapat menyebabkan kecelakaan bagi pekerja yang tidak menggunakan pengaman. Bekerja di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan lainnya dapat meningkatkan kelalaian pekerja dan menyebabkan kecelakaan. Postur tubuh yang tidak benar selama tugas-tugas seperti pemotongan yang dilakukan pekerja dengan memanjat atau melompat dari ketinggian menggunakan tangga dapat menyebabkan cedera serius.

Perangkat kontrol, seperti mengisi bahan bakar mesin tanpa mematikan mesin terlebih dahulu, dapat menyebabkan kecelakaan serius.

Kerangka Teori

METODE PENELITIAN

  • Kerangka Konsep
  • Hipotesis
  • Jenis dan Rancangan Penelitian
  • Populasi dan sample
  • Definisi Operasional
  • Sumber Data Penelitian
  • Alat Penelitian
  • Pengumpulan Data
  • Pengolahan dan Analisa Data

Ha : Ada hubungan faktor predisposisi (umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan dan sikap) dengan perilaku tidak aman pada pekerja pemasangan tile tower A proyek TRANSPARK CIBUBUR tahun 2021. Ho : Tidak ada hubungan antara faktor predisposisi (umur, pendidikan, usia kerja, pengetahuan dan sikap) dengan perilaku tidak aman pekerja di instalasi genteng Tower A proyek TRANSPARK CIBUBUR tahun 2021. Hasil uji Chi-Square menunjukkan p-value sebesar 0,0003 (<0,05) yang artinya ada hubungan antara usia kerja responden yang kurang dari (<= 2 tahun), dengan perilaku tidak aman pekerja pada pekerjaan ubin proyek Transpark Cibubur tahun 2021.

Hasil uji chi square menunjukkan hasil sebesar 0,0009 (<0,05) yang artinya ada hubungan antara pendidikan dasar responden dengan perilaku tidak aman pekerja di bagian instalasi keramik proyek Transpark Cibubur tahun 2021. PAL Indonesia", diperoleh p-value sebesar 0,000 (<0,05) yang artinya ada hubungan antara senioritas dengan perilaku tidak aman pekerja di PT. PAL Indonesia", hasil yang diperoleh p-value sebesar 0,001 (<0,05) , artinya ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku tidak aman pada pekerja di PT.

Terdapat hubungan yang signifikan antara waktu pelayanan dengan perilaku tidak aman dengan p-value 0,000 (<0,05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku tidak aman dengan p-value 0,716 (>0,05). Hubungan pengetahuan, sikap dan motivasi dengan perilaku tidak aman pada pekerja di PT Muruco Plywood.

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONSTRUKSI DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN KARYAWAN DI BAGIAN INSTALASI KERAMIK DI PROYEK TRANSPARK CIBUBUR TAHUN 2021.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian tentang hubungan usia, pendidikan dan lama kerja, pengetahuan dan sikap dengan perilaku tidak aman pada pekerja di bagian pemasangan genteng proyek Transpark Cibubur tahun 2021 yang berlokasi di Jl. Berdasarkan hasil tabel 4.6 distribusi frekuensi hasil perilaku tidak aman, sebanyak 24 orang (72,7%) berperilaku tidak aman atau negatif dan sebanyak 9 orang (27,3%) berperilaku positif tidak aman. Berdasarkan tabel 4.7 dari hasil uji chi square usia responden dengan perilaku insecure menunjukkan hasil, dari 33 total responden didapatkan hasil 23 orang (69,69%) sebanyak 17 orang (51,51%) memiliki dewasa awal (18 – 40 tahun) dengan perilaku tidak aman, kemudian 6 orang (18,18%) memiliki masa dewasa awal (18-40 tahun) dengan perilaku aman.

Hasil p-value menunjukkan hasil sebesar 0,817 (>0,05) yang berarti usia pekerja berhubungan dengan perilaku tidak aman pekerja. berarti masa kerja responden kurang dari (<2 tahun) merupakan faktor risiko perilaku tidak aman, maka Prevalence Ratio (PR) adalah 6,192 yang berarti masa kerja responden kurang dari (< = 2 tahun) sebesar 6,192 kali. menimbulkan perilaku kerja tidak aman dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi. Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dari 33 responden, 23 orang (69,97%) berpendidikan dasar (SD – SMP) dengan perilaku tidak aman dan 3 orang (9,91%) berpendidikan dasar (SD – SMP) dengan perilaku aman.

Nilai (CI 95% artinya pendidikan dasar merupakan faktor risiko terjadinya perilaku tidak aman di tempat kerja, maka Prevalence Ratio (PR) adalah 2,470 yang berarti pendidikan dasar responden mempunyai risiko 2,470 kali untuk menimbulkan perilaku tidak aman dibandingkan dengan responden. yang berpendidikan lebih lanjut Analisis lebih lanjut dengan menggunakan uji chi square menunjukkan hasil p-value = 0,000 (<0,05), yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tidak aman pada pekerja di bagian pemasangan genteng proyek Transpark Cibubur di 2021. Nilai CI 95% artinya pengetahuan merupakan faktor risiko perilaku kerja tidak aman pada pekerja.

Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan hasil p-value = 0,716 (>0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara sikap pekerja dengan perilaku kerja tidak aman pada pekerja di bagian instalasi keramik di Transpark Cibubur proyek tidak. pada tahun 2021.

Tabel 4.4 Hasil Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pekerja di PT.
Tabel 4.4 Hasil Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pekerja di PT.

Pembahasan

Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pekerja yang telah bekerja kurang dari (<= 2 tahun) berpengaruh terhadap perilaku tidak aman pekerja saat melakukan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja yang berpendidikan dasar (SD – SMP) akan mempengaruhi perilaku tidak aman di tempat kerja. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Agung Sudrajat tahun 2017 berjudul “Hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi dengan perilaku tidak aman pada pekerja PT.

Muroco Polywood Jember”, diperoleh p-value sebesar 0,002 (<0,05) yang artinya ada hubungan antara pengetahuan pekerja dengan perilaku tidak aman di PT. Hasil penelitian tentang sikap dan perilaku tidak aman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dan perilaku tidak aman bukan SIM Pabrik Tambun II tahun 2010, dari hasil uji chi square diperoleh nilai p-value 0,526 (<0,05), yang artinya tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku tidak aman (29).

Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan perilaku tidak aman, didapatkan hasil p-value sebesar 0,817 (>0,05). Hubungan karakteristik pekerja, promosi K3 dan ketersediaan alat pelindung diri (APD) terhadap perilaku tidak aman pada pekerja perawatan mekanik. Pengaruh karakteristik responden dan karakteristik pekerjaan terhadap perilaku tidak aman (unsafe action) pada pekerja divisi pelayaran niaga di PT.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dirancang untuk mendapatkan data mengenai hubungan antara faktor predisposisi dengan perilaku tidak aman pada pegawai di bagian instalasi keramik Proyek Transpark Cibubur tahun 2021.

KESIMPULAN DAN SARAN

  • Kesimpulan
  • Saran

Gambar

Gambar 2.1 Teori Domino
Gambar 2.2 Teori Piramida
Gambar 2.3 Teori Swiss Cheese
Gambar 2.4 Kerangka Teori
+7

Referensi

Dokumen terkait

i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Khaiza Rani NIM : 2017510102 Program Studi : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Fakultas Agama Islam