HUKUM ETIKA & BUDAYA DI MEDIA CYBER
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Media Sosial Dosen Pengampu: Wahidin Pardose, S.Sos, M. Ikom
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4 IKOM 4 JURNALISTIK / 7
Sylva Zahra (0105193113)
Miranda Gultom (0105192039) Gentha Nugraha (0105192010)
Achmad Nuari (0101592065)
Rizka Fadhilatil Ummi (0105191080) Siska Lisanda (0105193115) Nia Hazifa Sitompul (0105191077)
PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta salam semoga dicurahkan kepada junjungan alam yaitu baginda Rasulullah Muhammad SAW yang kita harapkan syafaatnya dihari akhir nanti.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Sosial yang berjudul
“Hukum etika dan Budaya di Media Cyber” dengan dosen pengampu pengampu Wahidin Pardose, S.Sos, M.Ikom. Dalam makalah ini penulis akan membahas segala hal yang berkaitan dengan media sosial. Makalah ini akan dipresentasikan agar mampu mengulik lebih dalam perihal sosial media
Penulis berharap makalah yang telah disusun ini bisa memberikan sumbangsih untuk menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga terbuka terhadap masukan, kritik dan saran dari semua pihak agar makalah ini bisa menjadi lebih sempurna ke depannya.
Medan, 12 Oktober 2022
Pemakalah KELOMPOK 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap waktu perkembangan teknologi semakin pesat. Teknologi yang paling sering digunakan yaitu internet. Teknologi internet dapat berbagi informasi dan berkomunikasi langsung jarak jauh melalui jejaring sosial atau media sosial Banyak manfaatnya dalam penggunaan media jejaring ini salah satunya adalah dapat menghemat waktu dan biaya.
Lebih lanjut, perkembangan media sosial juga melahirkan bentuk aktivisme baru, yakni click activism (Nugroho & Syarief, 2012: 96; Adhrianti, 2013: 280). Dukungan terhadap ide, kasus, person, grup, gerakan, maupun pemilihan, dapat dilakukan hanya dengan mengklik menu yang tersedia (like, retweet, vote, share, forward). Dalam hitungan hari, ratusan hingga jutaan pendukung maya bisa dikumpulkan oleh seorang mobilisator politik virtual. Click activism, yang awalnya tidak tak nyata (online), telah menjadi gerakan diperhitungkan di dunia nyata (offline). Sebutlah di Facebook, Twitter, Change, dan Kaskus.
Di satu sisi, ibarat pisau bermata dua, media sosial juga kerap digunakan sebagai katarsis bertindak negatif sampai aneka bentuk perbuatan yang menjurus pada kriminalitas. Dalam kaitan ini, beberapa isu negatif yang jamak dihadapi pengguna media sosial, antara lain:
sekadar mengikuti tren, merasa yang penting update, bersikap reaksioner, dan ikut dalam arena perdebatan yang tidak bermanfaat, bahkan seringkali andil menyebarluaskan informasi palsu (hoax). Akibatnya, informasi simpang siur bertebaran lewat pesan singkat, foto-gambar meme, thread, situs berita abal-abal, blog, termasuk kolom komentar. Tanpa disadari pula, pengguna media sosial sering terlibat dalam tindakan kontraproduktif bagi kebebasan berpendapat, seperti trolling, provoking, spamming, bullying, dan hate speech. Di sisi lain karena kepolosan dan ketidakhuan, tidak sedikit pengguna sosial media yang terkena jebakan predator (penipuan, pelecehan), atau sekadar ikut-ikutan mengubah identitasnya di media sosial menjadi “alay”, compaliner, pencitraan berlebihan, dan sebagainya
Kita diberi kebebasan dalam mengakses dan menggukannya, namun kebebasan ini bukan berarti tidak memiliki etika atau batasan-batasan penggunaannya, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Banyak permasalahan sosial yang terjadi ditengan masyarakat kita karena kurangnya kesadaran beretika dalam menggukan jejaring sosial. Dan banyak pengguna telah
dibutakan oleh pemberitaan yang tidak benar akibat hasutan yang beredar di Jejaring Media Sosial. Untuk itulah sebaiknya kita dapat mengenali bagaimana etika yang perlu diperhatikan dalam penggunaan jejaring sosial. Agar setiap pengguna jejering sosial merasakan kenyamanan dalam penggunaannya dan terhindar dari kejahatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dimaksud dengan Media Cyber?
2. Bagaimana etika di Media Sosial?
3. Bagaimana pedoman Pemberitaan Media Cyber 4. Apa itu Cyber Bullying?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian Media Cyber
2. Untuk mengetahui bagaimana etika dalam bermedia sosial.
3. Untuk mengetahui pedoman pemberitaan dalam media cyber.
4. Untuk mengetahui apa itu Cyber Bullying.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Media Cyber
Media Siber (Cyber Media) adalah alat (sarana) komunikasi dengan menggunakan jaringan internet atau bentuk komunikasi yang ada di dunia maya (internet). Media siber merupakan media baru yang tumbuh seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi internet serta teknologi elektronik lainnya.
Kemudahan penggunaan teknologi internet dengan perangkat pendukungnya menjadikan Media Siber (Cyber Media) semakin berkembang beberapa tahun belakangan. Meskipun media baru, namun memiliki kelebihan dalam berkomunikasi melalui internet, membuat minat masyarakat terhadap media siber semakin tinggi.
Perkembangan Media Siber (Cyber Media)
Pengertian Media Siber (Cyber Media) muncul setelah media cetak, media masa seperti radio dan televisi serta media lainnya yang dianggap belum mampu melakukan komunikasi secara maksimal. Interaksi dalam komunikasi bagi sebagian orang memerlukan kecepatan, kemudahan dan murah.
Surat menyurat kini dapat dilakukan dalam sekejap lewat email. Penawaran dan permintaan produk dapat dilakukan kapan dan dimana saja lewat e-commerce. Bahkan pendidikan jarak jauh tanpa tatap muka langsung dapat dilakukan dengan media siber.
Perkembangan Media Siber (Cyber Media) juga dimanfaatkan oleh pemerintah, lembaga pendidikan, perusahaan bisnis bahkan dari penyedia media masa pun seperti koran, majalah, radio dan televisi memanfaatkan media cyber untuk kepentingannya.
Dengan hadirnya Media Siber (Cyber Media) munculah istilah e-mail, e-goverment, e-learning, e-commerce, website, weblog dan sebagainya. Orang kini dengan mudah berkomunikasi dengan rekan, keluarga atau relasi tanpa harus dipisahkan oleh jarak dan waktu. Mencari berita terkini tidak harus menunggu koran terbit. Mencari informasi atau referensi tidak harus pergi ke perpustakaan atau membeli ke toko buku. Bahkan untuk berbelanja orang tidak harus ke luar rumah. Cukup dengan perangkat digital yang terkoneksi dengan jaringan internet, maka semua dapat dilakukan kapan dan dimana saja.
B. Etika di Media Sosial
Layaknya interaksi di kehidupan nyata, pengguna internet khususnya media sosial juga memiliki aturan (hukum) dan etik. Contoh: YouTube.
Etika di internet atau netiquette berasal dari kata “net” artinya
“jaringan/network/internet”. “Etiqutte” artinya “etika atau tata nilai yang diterapkan dalam komunikasi dunia siber.
Netiqutte adalah konvensi atas norma-norma yang secara filosofi digunakan sebagai panduan bagi aturan atau standar dalam proses komunikasi di internet atau merupakam etika berinternet sekaligus sosial yanh berlaku di media online.
Setiap waktu perkembangan teknologi semakin pesat. Teknologi yang paling sering digunakan yaitu internet. Teknologi internet dapat berbagi informasi dan berkomunikasi langsung jarak jauh melalui jejaring sosial atau media sosial Banyak manfaatnya dalam penggunaan media jejaring ini salah satunya adalah dapat menghemat waktu dan biaya. Kita diberi kebebasan dan menggukannya, namun kebebasan ini bukan berarti tidak memiliki etika atau batasan-batasan penggunaannya, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.
sebaiknya kita dapat mengenali bagaimana etika yang perlu diperhatikan dalam penggunaan jejaring sosial. Agar setiap pengguna jejering sosial merasakan kenyamanan dalam penggunaannya dan terhindar dari kejahatan. Banyak permasalahan sosial yang terjadi ditengan masyarakat kita karena kurangnya kesadaran beretika dalam menggukan jejaring sosial. Dan banyak pengguna telah dibutakan oleh pemberitaan yang tidak benar akibat hasutan yang beredar di Jejaring Media Sosial.
Berikut ini adalah beberapa hal penting etika dalam menggunakan jejaring sosial.
1. Etika Dalam Berkomunikasi.
Dalam melakukan komunikasi antar sesama pada situs jejaring sosial, biasanya kita melupakan etika dalam berkomunikasi. Sangat banyak kita temukan kata-kata kasar yang muncul dalam percakapan antar sesama di jejaring sosial, baik itu secara sengaja ataupun tidak sengaja. Sebaiknya dalam melakukan komunikasi kita menggunakan kata-kata yang layak dan sopan pada akun-akun jejaring sosial yang kita miliki. Pergunakan bahasa yang tepat dengan siapa kita berinteraksi.
2. Hindari Penyebaran SARA, Pornografi dan Aksi Kekerasan.
Ada baiknya anda tidak menyebarkan informasi yang berhubungan dengan SARA (Suku, Agama dan Ras) dan pornografi di jejaring sosial. Sebarkanlah hal-hal yang berguna yang tidak menyebabkan konflik antar sesama pada situs jejaring tersebut. Hindari mengupload fhoto – fhoto kekerasan seperti Fhoto korban kekerasan, korban kecelakaan lalu lintas maupun fhoto kekerasan lainnya. Jangan menambah kesedihan para keluarga korban dengan meng-upload fhoto – fhoto kekerasan. Jangan ajarkan generasi muda tentang hal – hal kekerasan melalui fhoto – fhoto kekerasan yang diupload pada jejaring media sosial.
3. Kroscek Kebenaran Berita
Berita yang menjelekkan orang lain sangat sering kita jumpai di jejaring sosial. Hal tersebut kadang bertujuan untuk menjatuhkan nama pesaing dengan berita-berita yang direkayasa. Oleh karena itu pengguna jejaring sosial dituntut untuk cerdas dalam menangkap sebuah informasi, bila ingin ikut menyebarkan informasi tersebut, ada baiknya kita melakukan kroscek akan kebenaran informasi terlebih dahulu.
4. Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Saat menyebarkan informasi baik itu berupa tulisan, foto atau video milik orang lain, ada baiknya kita mencantumkan sumber informasi sebagai bentuk penghargaan untuk hasil karya seseorang. tidak serta merta mengcopy paste tanpa memberikan sumber informasi tersebut.
5. Jangan Terlalu Mengumbar Informasi Pribadi Anda
Dalam menggunakan jejaring sosial ada baiknya kita sebagai pengguna harus bijak dalam menginformasikan privasi / kehidupan pribadi. Jangan terlalu mengumbar hal-hal pribadi di jejaring sosial, apalagi sesuatu yang sensitif dan sangat pribadi. Semisal mengenenai keuangan, hubungan percintaan, tentang kehidupan keluarga, tentang kejengkelan dengan seseorang, nomor telepon alamat rumah atau keberadaan anda. Hal ini dapat mengganggu kontak lain dalam daftar anda dan bisa menjadi informasi bagi mereka yang ingin berniat jahat kepada kita.
C. PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER
Kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Keberadaan media siber di Indonesia juga merupakan bagian dari kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers.
Media siber memiliki karakter khusus sehingga memerlukan pedoman agar pengelolaannya dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Untuk itu Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media siber, dan masyarakat menyusun Pedoman Pemberitaan Media Siber sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup
a. Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers.
b. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content) adalah segala isi yang dibuat dan atau dipublikasikan oleh pengguna media siber, antara lain, artikel, gambar, komentar, suara, video dan berbagai bentuk unggahan yang melekat pada media siber, seperti blog, forum, komentar pembaca atau pemirsa, dan bentuk lain.
Budaya siber (cyberculture) dimaknai sebagai: “Praktik sosial maupun nilai –nilai dari komunikasi dan interaksi antarpengguna yang muncul di ruang siber dari hubungan antara manusia dan teknologi maupun antarmanusia dengan perantara teknologi. Budaya itu diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi melalui jaringan internet dan jaringan yang terbentuk di antara pengguna”.
Cyberculture juga mencakup tentang studi berbagai fenomena sosial yang berkaitan dengan internet dan bentuk-bentuk baru komunikasi jaringan lainnya seperti komunitas online, game multiplayer online, jejaring sosial, texting, dan segala hal yang berkaitan dengan identitas, privasi, dan pembetukan jaringan.Manifestasi dari cyberculture meliputi berbagai interaksi manusia yang dimediasi oleh jaringan komputer. Hal-hal tersebut mencakup aktivitas, kegiatan, permainan, tempat dan metafora, dan termasuk basis beragam aplikasi.
Beberapa didukung oleh perangkat lunak khusus dan bekerja pada protokol web umum diterima.
Contoh dari cyberculture adalah:
Blogs, Bulletin Board Systems, Chat, E-Commerce, Games, Internet memes, Peer-to-peer file sharing, Social networks, Usenet, Virtual worlds.
Beberapa faktor yang ada pada cyberculture adalah:
Anonymous atau Dikenal, Identitas fisik/asli atau identitas maya, Komentar dengan atau tanpa rating, Feedback positif atau feedback campuran (positif dan negatif) , Termoderasi atau tidak termoderasi.
UU ITE atau Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah undang-undang yang mengatur mengenai informasi elektronik dan juga transaksi elektronik. Informasi elektronik disini adalah sebagai satu ataupun sekumpulan data elektronik, tapi tidak terbatas pada tulisan saja. Yang mana termasuk juga suara, peta, gambar, rancangan, elektronik data interchange atau EDI, foto, surat elektronik atau email, teleks, telegram, huruf, tanda, simbol, kode akses, ataupun perforasi yang sudah diolah dan mempunyai arti serta bisa dipahami oleh orang-orang yang bisa memahaminya. Sementara transaksi elektronik merupakan perbuatan hukum yang dilakukan dengan cara menggunakan komputer, jaringan komputer, dan juga media elektronik lain. Namun, apakah Anda sudah tahu substansi yang ada di dalam Undang- undang ITE? Jika belum, simak artikel ini hingga selesai ya.
Berdasarkan Undang-undang tersebut, kemudian sebenarnya apa saja perbuatan yang dilarang dan bisa dipidana menurut Undang-undang ITE? Di bawah ini adalah beberapa penjelasan yang akan menjawab pertanyaan tersebut.
1. Menyebarkan Video Asusila
Di dalam Undang-undang ITE, pengaturan tentang larangan menyebarkan video asusila telah diatur di dalam pasal 45 ayat 1 Undang-undang No 19 Tahun 2016. Hal yang serupa juga sudah diatur di dalam pasal 4 ayat 1 Undang-undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Bunyi dari pasal tersebut adalah sebagai berikut:
“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan atau mentransmisikan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 27 ayat (1) UU ITE dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000.00 (satu milyar rupiah).”
2. Judi Online
Selain video asusila, ternyata persoalan judi online juga diatur di dalam Undang-undang ITE loh. Hal tersebut telah diatur di dalam pasal 45 ayat 2 Undang-undang No. 19 Tahun 2016. Tak hanya itu saja, hal tersebut juga diatur di dalam pasal 303 bis KUHP dan Undang- undang No. 7 Tahun 1974 mengenai Penerbitan Perjudian.
Jadi, Anda perlu hati-hati, jangan sampai terjerumus ke dalam dunia judi online. Selain itu, persoalan judi online ini juga bisa dikenai pidana penjara paling lama yaitu 6 tahun atau denda maksimal Rp. 1.000.000.000 atau satu miliar rupiah.
3. Pencemaran Nama Baik
Belakangan ini, kasus pencemaran nama baik sering kali dijadikan pasal andalan untuk mempidanakan seseorang. Namun, apakah Anda tahu bahwa muatan penghinaan ataupun pencemaran nama baik juga diatur di dalam UU ITE dan bisa dikenai sanksi pidana?
Peraturan tersebut telah diatur di dalam pasal 45 ayat 3 Undang-undang No. 19 Tahun 2016 yang berbunyi sebagai berikut:
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).”
4. Pengancaman dan Pemerasan
Apakah Anda pernah mendapatkan ancaman ataupun pemerasan yang dilakukan oleh orang lain melalui media sosial? Atau pernah disebarkan informasi pribadinya oleh orang lain yang mungkin tidak kita kenal sebelumnya? Atau dimintai tebusan terhadap data-data pribadi? Nah, untuk Anda yang pernah mengalami kejadian tersebut, ternyata persoalan di atas sudah diatur di dalam Undang-undang ITE. Yaitu di dalam pasal 45 ayat 4 Undang- undang No.19 Tahun 2016 yang berbunyi sebagai berikut:
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
5. Ujaran Kebencian
Sejarah Indonesia telah memberikan pelajaran kepada masyarakat mengenai perpecahan yang terjadi karena peperangan antara suku ataupun masyarakat tertentu. Tidak ingin kejadian tersebut terulang kembali, maka pihak pemerintah membuat peraturan mengenai larangan menyebarkan ujaran kebencian berbasis SARA melalui pasal 45A ayat 2 Undang- undang No. 19 Tahun 2016. Bunyi dari pasal tersebut adalah sebagai berikut.
“Dan bagi siapa pun yang melakukan dan menyebarkan kebencian berbasis SARA yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).“
6. Teror Online
Aksi teror adalah hal yang paling menakutkan yang bisa saja dialami seseorang melalui media sosial. Pastinya persoalan tersebut akan membuat para korban merasa tidak aman dan tidak nyaman. Terlebih jika kasusnya tidak jelas, seperti random call, mengirimkan gambar tidak senonoh, dan lain sebagainya.
Untuk siapa saja yang mengalami teror secara online, perlu Anda ketahui bahwa perbuatan tersebut ternyata juga sudah diatur di dalam Undang-undang ITE. Khususnya di dalam pasal 45B Undang-undang No. 19 Tahun 2016. Tidak main-main, para pelaku yang melakukan aksi teror bisa dikenai ancaman pidana yaitu penjara paling lama empat tahun dan denda paling banyak Rp. 750.000.000.
7. Meretas Akun Media Sosial Orang Lain
Jangan pernah main-main ya dengan media sosial orang lain. Sebab, jika Anda meretas akun media sosial orang lain, Anda dapat dikenai pasal 32 ayat 1 dan juga pasal 48 ayat 1 Undang-undang ITE. Bunyi dari pasal tersebut adalah sebagai berikut:
“Bagi setiap orang yang sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah).”
8. Menyebarkan Berita Bohong atau Hoax
Hati-hati ya, sebab untuk siapa saja yang dengan sengaja menyebarkan berita bohong atau hoax, akan dikenai pasal 45A ayat 1 UU ITE. Bunyi dari pasal tersebut adalah sebagai berikut:
“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).”
Jadi, Anda harus hati-hati ya dalam menyebarkan berbagai macam informasi di media sosial. Usahakan untuk cek terlebih dahulu melalui sumber yang terpercaya.
Manfaat dan Pelaksanaan UU ITE
Meski sempat kontroversial karena ada beberapa pasal karet di dalam UU ITE, namun perlu Anda pahami bahwa dengan adanya UU ITE, undang-undang tersebut telah memberikan manfaat untuk masyarakat. Apa saja manfaat dari UU ITE? Yuk simak penjelasannya di bawah ini:
Berikut ini adalah beberapa manfaat adanya UU ITE di Indonesia, antara lain:
a. Menjamin kepastian hukum untuk masyarakat yang melakukan transaksi elektronik b. Mendorong adanya pertumbuhan ekonomi di Indonesia
c. Salah satu upaya mencegah adanya kejahatan yang dilakukan melalui internet
d. Melindungi masyarakat dan pengguna internet lainnya dari berbagai tindak kejahatan online
D. Cyber Bullying
Cyberbulying adalah adalah perundungan yang dilakukan oleh individu atau sekelompok individu kepada individu atau kelompok individu lain dengan memanfaatkan media internet untuk melakukan perundungan. Hal ini berarti bahwa perundungan terjadi di internet, meskipun demikian perundungan siber bisa jadi tidak berhenti di internet, namun berpindah ke dunia nyata.
Ada beberapa bentuk dari perundungan siber yaitu:
1. Pengucilan (exclusion), yang berarti korban perundungan dikucilkan dari pergaulan daring, kelompok maupun grup di media sosial. Terjadi ketika ada orang yang tidak dimasukkan dalam sebuah grup resmi di media sosial dari sebuah komnitas, organisasi atau institusi, padahal orang tersebut menjadi bagian dari komunitas, organisasi atau institusi.
2. Pelecehan (harassment) melalui internet, bentuk cyberbullying ini dengan pengiriman pesan yang berisi pelecehan kepada korban, baik individu maupun kelompok. Pelecehan yang sering terjadi adalah pelecehan seksual. Memiliki dampak yang kuat pada kesehatan mental korban.
3. Outing, tindakan mempermalukan korban secara aktif di muka umum, seperti di grup chat, forum, di media sosial, maupun dikirimkan kepada korban secara langsung.
Memperlakukan karena keterbatasan fisik yang dimiliki korban.
4. Cyberstalking, penguntit dalam cyberbullying perlu diwaspadai, karena mereka mengintip dan mengikuti seluruh aktivitas daring korbannya, di surat elektronik maupun media sosial. Kasus pelecehan seksual yang dilakukan orang dewasa kepada anak-anak (pedofilia) sering bermula dari outing.
5. Frapping, tindakan masuk ke akun media sosial orang lain tanpa seizin pemiliknya, seperti dengan melakukan pencurian kata sandi, yang dilanjutkan dengan mengunggah konten yang tidak pantas, seolah-olah korban melakukan pengunggahan.
6. Penggunaan foto profil palsu di media sosial, umumnya dibuat sesorang yang menyembunyikan identitasnya dengan tujuan melakukan perundungan kepada korbannya.
7. Dissing, pengiriman informasi yang buruk sekali tentang korban untuk merusak reputasi dan persahabatan. Termasuk pengiriman foto hasil penyuntingan, screenshot, atau video secara daring.
8. Trickery, pelaku memanfaatkan kepercayaan korban samapi korban menceritakan hal- hal rahasia lalu mengunggah ke dunia maya. Modusnya adalah dengan pelaku akan berteman dengan korban, merebut kepercayaannya, sebelum mengirimkan informasi rahasia itu ke publik. Dengan demikian, trickery adalah perbuatan penyebaran informasi yang sifatnya pribadi dari korban oleh pelaku yang merugikan korban.
9. Trolling, mengunggah konten yang menghasut tentang korban, dan sering kali tidak relevan dengan topik yang dibicarakan dikomunitas daring seperti forum, chatting, blog, atau media sosial. Tujuannya adalah memprovokasi dan memancing emosi para pengguna internet lainnya terhadap korban.
10. Catfishing, tindakan pencurian informasi pribadi secara daring lalu menciptakan ulang profil media sosial si korban untuk tujuan penipuan atau merusak reputasi korbannya.
Tindakan-tindakan di atas tentu sangat tidak dibenarkan secara etis. Tindakan tersebut secara tujuan maupun proses melukai orang lain sehingga bisa disebut sebagai tindakan yang tidak bermoral. Kemungkinan media sosial dalam membuat viral menjadikan persoalan etika semakin mendapatkan signifikasinya. Prinsip kehati-hatian dan pertimbanganmyang matang bermedia sosial menjadi hal yang utama dalam etik di media sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada 08 Okt 2022 melalui https://kliktodaynews.com/advertorial/pengertian-media- siber-cyber-media/
Diakses pada 08 Okt 2022 melalui
https://dewanpers.or.id/assets/documents/pedoman/1907090253_- 2012_PEDOMAN_PEMBERITAAN_MEDIA_SIBER.pdf
Diakses pada 08 Okt 2022 melalui https://afirda1999.wordpress.com/2020/07/30/budaya- siber-di-indonesia-budaya-populer-di-media-sosial/
Diakses pada 08 Okt 2022 melalui
http://repository.petra.ac.id/18518/1/Publikasi1_96022_5770.pdf
Diakses pada 08 Okt 2022 melalui https://www.gramedia.com/literasi/memahami-apa-itu-uu- ite/amp/
Diakses pada 08 Okt 2022 melalui https://almaata.ac.id/etika-dalam-penggunaan-sosial- media/