IMPLEMENTASI K3 DI RUMAH SAKIT
Maharani Perdini, S.KM, M.Ling Safety Bootscamp
Mutiara Mutu Sertifikasi
Maharani Perdini PEMATERI
Providing Quality Training to Healthcare Professionals
P
Education
S3 Now – Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB S2 Ilmu Lingkungan
S1 Kesehatan Masyarakat
Work Experience
Present Corporate HSE & Sanitarian – Hospitals Group Present Assesor Kompetensi BNSP
Present Trainer
Organitation
- Pengurus Komunitas Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (KAK3RS) DKI Jakarta
- Pengurus Nasional Indonesian Fire Safety Managers (IFSMA)
- Pengurus Forum Komunikasi Tenaga Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit Indonesia (FKTSL-RSI)
License
- Assesor Kompetensi – Himpunan Perawat Manager Indonesia - Tenaga Pelatih Kesehatan (TPK) – PPSDM Kemenkes
- Asesor Kompetensi – BNSP
- Hiperkes Paramedis – Kemenaker - HACCP
Outline
Latar Belakang &
Permasalahan K3RS
1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RS 2
Pengelolaan Materi dan Limbah B3
3
Kesiagaan Menghadapi Kondisi Darurat & Bencana di RS
4
Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran 5
Apa pendapat Anda?
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN
KARAKTERISTIK RS
• 4 (Empat) PADAT → Modal, karya, teknologi, resiko kesehatan
• Kegiatan yang terus menerus 24 jam dan 7 hari seminggu → rawat inap
• Banyak melibatkan tenaga kerja
• Berbagai profesi terdapat pada RS→ petugas kesehatan, administrasi, teknik, kebersihan, rumah tangga, keamanan dll
• Adanya berbagai alat teknologi yang
memiliki dampak terhadap sekitarnya baik lingkungan dan manusia
• Tempat berkumpulnya risiko penyakit menular dan adanya emerging disease sehingga perlu menambah kewaspadaan
• Terdapat penggunaan material Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Taukah Anda?
• Beberapa penyakit akut (seperti infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain) yang diderita
petugas rumah sakit di Indonesia 1.5 kali lebih tinggi dibanding dengan pekerja di industri lain (Gun, 1983).
• 157 dari 10.000 pekerja RS setiap harinya mengalami kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (OSHA)
38% 39%
4%
Hepatitis B Hepatitis C HIV/AIDS
Setiap tahun 2 juta pekerja di bidang kesehatan terinfeksi penyakit karena NSI (Needle Stick Injury)
WHO - World Health Report 2002
Taukah Anda?
Tahukah Anda
Permasalahan kesehatan pada tenaga kesehatan di RS muskuloskaletal (36,7%), Insomnia (43,7%) kelelahan (49,3%), Stress (50%) data ini berasal dari hasil Kajian
implementasi pelayanan kesehatan terintegrasi bagi pekerja di Rumah Sakit (Dit.
Kesjaor, 2019)
Dasar Hukum
Dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan K3 RS :
✓ UU No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
✓ UU No. 17 tahun 2023 Tentang Kesehatan
✓ UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit berisi akreditasi RS dan syarat fisik RS
✓ Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
✓ PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
✓ Permenkes No. 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
✓ Permenkes No. 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
✓ Permenkes No. 2 Tahun 2023 tentang Kesehatan Lingkungan
✓ Permenkes No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan RS
✓ Permenkes No. 40 Tahun 2022 tentang Prasyaratan Teknis Bangunan, Prasarana dan Peralatan Kesehatan RS
✓ Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/1596/2024 tentang STARKES
RUMAH SAKIT SEBAGAI TEMPAT BEKERJA
Tempat Kerja adalah tempat dimana orang
berkumpul
Rata-rata pekerja Nakes bekerja selama
+ 8 jam/hari
Tempat yang mempunyai faktor
risiko dan potensi bahaya
Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit
melalui upaya pencegahan Kecelakan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit
Akibat Kerja (PAK) di rumah sakit.
Permenkes No. 66 Tahun 2016 tentang K3RS
Pengertian & Tujuan K3RS
SDM RS
Pasien
Pengunjung Masyarakat
Pendamping Pasien
Tujuan K3
Rumah Sakit, Adalah
terciptanya :
Cara kerja,
Lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan
Dalam rangka
meningkatkan derajat
kesehatan karyawan RS.
Prinsip K3 RS
Bagi RS :
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS
c. Meningkatkan citra RS.
Bagi karyawan RS :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
Bagi pasien dan pengunjung : a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung
Bahaya Potensial K3 di RS
Fisik
Desinfektan Cytotoxics
Ethylene oxide Formaldehyde Methyl :
Methacrylate, Hg (amalgam)
Solvents
Gas anaestesi
Kimia
Virus : AIDS, Hepatitis B dan Non A-Non B Cytomegalovirus Rubella
Tuberculosis
Biologi
Pekerjaan yang dilakukan secara manual.
Postur yang salah dalam melakukan pekerjaan.
Pekerjaan yang berulang.
Ergonomi
• Bising
• Getaran
• Debu
• Panas
• Radiasi
Bahaya Potensial K3 di RS
Mekanikal
Tersetrum Terbakar Ledakan.
Elektrikal
Tertumpah Tertelan Terciprat Terhirup Tertusuk.
Limbah
Sering kontak dengan pasien Kerja bergilir Kerja berlebih Ancaman secara fisik
Psikososial
• Terjepit mesin
• Tergulung
• Terpotong
• Tersayat
• Tertusuk.
Resiko K3 di
Rumah Sakit
Hirarki Pengendalian Resiko K3
1. ELIMINASI ; hilangkan sumber bahaya
2. SUBSTITUSI ; ganti sumber risiko (alat/mesin/
bahan) dengan risiko yang lebih rendah/tidak berisiko.
3. PERANCANGAN ; modifikasi alat/mesin/ruangan agar lebih aman
4. ADMINISTRASI ; menyusun SOP, pelatihan, durasi kerja, rambu, poster, label
5. APD ; menyediakan Alat Perlindungan Diri bagi petugas
Upaya Pengendalian Risiko K3 di RS
K3 RUMAH SAKIT
• LATAR BELAKANG : Tuntutan peningkatan mutu, karakteristik khusus: labor intensive, padat modal, padat teknologi, padat pakar serta Risiko Penyakit dan Kecelakaan Akibat Kerja di RS
• TUJUAN : Terselenggaranya keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit secara optimal, efektif, efisien dan
berkesinambungan
• TARGET : Seluruh penghuni RS (Staff/ SDM RS, Pasien, Pendamping pasien, Pengunjung dan Tenant)
• RUANG LINGKUP : SMK3 (penetapan kebijakan K3RS;,
perencanaan K3RS, pelaksanaan rencana K3RS, pemantauan dan evaluasi kinerja K3RS dan peninjauan dan peningkatan kinerja K3), Menerapkan Standar K3RS dan Pendidikan &
Pelatihan
RUANG LINGKUP K3 (PMK 66/2016)
• Pengembangan kebijakan K3RS
• Pembudayaan perilaku K3RS
• Pengembangan SDM K3RS
• Manajemen Risiko K3RS
• Keselamatan dan Keamanan di RS
• Pengelolaan pelayanan kesehatan kerja pada SDM RS
• Pengelolaan B3 dari aspek K3
• Pencegahan dan pengendalian kebakaran
• Pengelolaan prasarana RS dari aspek K3
• Pengelolaan peralatan medis dari aspek K3
• Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat dan bencana di RS
• Program pendidikan dan pelatihan
• Pengumpulan, pengolahan,
dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3
K3RS DALAM KEBIJAKAN MUTU LAYANAN RS
a. Kepemimpinan & Perencanaan b. Keselamatan & Keamanan c. Bahan Berbahaya
d. Kesiapan Penanggulangan Bencana e. Proteksi Kebakaran (Fire Safety)
f. Peralatan Medis (Inventarisasi, KSO, Uji Fungsi, Pemeliharaan Preventif, Kalibrasi)
g. Sistem Utilitas (Sistem Penunjang → Jaringan Listrik, Air, Ventilasi & Aliran Udara, Gas Medik, Perpipaan, Uap Panas, Limbah, Sistem
Komunikasi, Sistem data)
h. Monitoring Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
i. Pendidikan Staf
Komite K3
KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT (Permenkes No.66 tahun 2016 )
Permenkes No. 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit
SMK3 Rumah Sakit terdiri dari 5 hal
Penetapan Kebijakan K3RS
•Penetapan kebijakan & tujuan dari program K3RS
•Penetapan Organisasi K3RS
•Penetapan dukungan pendanaan, sarana dan prasarana
Perencanaan K3RS
Pelaksanaan rencana K3RS
Pemantauan & Evaluasi Kinerja K3RS Peninjauan & Peningkatan Kinerja K3RS
• Menurunkan absensi karyawan sakit
• Menurunkan angka KK
• Menurunkan prevalensi PAK
• Meningkatkan produktifitas kerja RS
Implementasi K3 di Fasilitas Kesehatan
Manajemen Resiko K3RS
Keselamatan dan Keamanan RS
Pelayanan Kesehatan Kerja
Pengelolaan B3 Aspek K3
Pencegahan &
Pengendalian Kebakaran Kebakaran
Pengelolaan Sistem Penunjang (Utilitas) Aspek
K3
Pengelolaan Peralatan Medis
Aspek K3
Kesiapan menghadapi kondisi darurat
atau bencana
• HVA
• FSRA
• HSI
• Inventarisasi B3
• PCRA
• Risk Register
• identifikasi dan penilaian risiko;
• Pemetaan area risiko;
• Upaya pengendalian.
• Gizi kerja
• Vaksinasi
• Pemeriksaan Kesehatan
• Program kesegaran jasmani
• Surveilens Lingkungan Kerja
• Identifikasi &
Inventarisasi B3
• SDS
• Sarana
keselamatan B3
• Spillkit
• Panduan & SPO B3
• Prosedur penanggulangan keadaan darurat B3
• Perijinan
• Proteksi kebakaran aktif
• Proteksi kebakaran pasif
• Jalur evakuasi
• Tim
Penanggulangan Kebakaran
• Pelatihan dan Sosialisasi
• Kebijakan larangan merokok
• Listrik;
• Air;
• Tata udara;
• Genset;
• Boiler;
• Lift;
• Gas medis;
• Jaringan komunikasi;
• Mekanikal dan elektrikal
• Instalasi pengelolaan limbah.
• Kalibrasi
• Ijin edar
• Recall
• identifikasi risiko kondisi darurat/
bencana;
• Penilaian analisa risiko
kerentanan bencana;
• Pemetaan risiko kondisi darurat/
bencana;
• Pengendalian kondisi darurat/
bencana;
• Simulasi kondisi darurat/
bencana.
• Manajemen risiko K3RS
• Manajemen Keselamatan dan Keamanan di RS (Safety and Security)
• Pelayanan Kesehatan Kerja
• Pengelolaan Materi dan Limbah B3*
• Pencegahan dan Pegendalian Kebakaran*
• Pengelolaan Prasarana RS
• Pengelolaan Peralatan Medis
• Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat dan Bencana*
Upaya Pengendalian Risiko K3 di RS
* Wajib dilakukan pelatihan setiap tahun bagi seluruh karyawan
UPAYA KESEHATAN KERJA
(Permenkes 66/2016 tentang K3RS)
SECARA
KOMPREHENSIF KESEHATAN
KERJA
Pengertian Ergonomi
Upaya Kesehatan Kerja di RS : Ergonomi
Ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau
perancangan (Nurmianto, 2003).
Risiko Ergonomi di Tempat Kerja
▪ Musculoskeletal Disorder (MSD), yakni cedera otot, saraf, jaringan pengikat (tendon dan ligament), sendi, dan tulang rawan.
▪ Akibat gerakan berulang-ulang, beban berlebih, posisi dan postur tubuh yang salah, dan getaran.
▪ Gejala berupa nyeri, kaku, atau mati rasa pada area :
punggung, leher, bahu, lengan, kaki, pergelangan tangan,
jari tangan dan kaki, siku tangan, lutut, pinggul, pinggang,
dll.
Atur ketinggian tempat tidur pada ketinggian yang
nyaman. Berdiri sedekat mungkin ke tempat tidur.
Jelaskan kepada pasien tindakan/ prosedur yang
akan dilakukan dan apa yang diharapkan dari
pasien
Pemindahan dilakukan secara bertahap (tidur, duduk, beridiri, duduk,
tidur) Kaji mobilisasi, berat dan
kekuatan pasien untuk menentukan alat bantu dan bantuan yang dapat
digunakan.
Upaya Kesehatan Kerja di RS : Ergonomi
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.
Kecelakaan di Rumah Sakit dapat berbentuk 2 jenis yaitu:
1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban staf RS.
Penyakit Akibat Kerja
• Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja RS (tenaga
medis/non medis) akibat pajanan lingkungan kerja di dalam lingkungan kerja RS.
• Resiko petugas rumah sakit terhadap gangguan kesehatan & kecelakaan kerja disebabkan oleh prilaku kepatuhan
melaksanakan setiap prosedur terhadap kewaspadaan.
Upaya mengurangi/menghindari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja :
1. Melakukan substitusi : Mengganti peralatan kerja yang tidak layak pakai.
2. Evaluasi lingkungan kerja : Menilai karakteristik dan besarnya potensi-bahaya yang mungkin timbul.
3. Pengendalian lingkungan kerja : Cara teknologi pengendalian.
4. Pengendalian administratif & APD
5. Pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala 6. Pendidikan dan penyuluhan
7. Pengendalian fisik lingkungan kerja, 8. Pengendalian sistem tata udara.
9. Melakukan pengawasan dan monitoring secara berkala pada lingkungan kerja rumah sakit.
10. Substitusi dari bahan kimia, alat kerja dan prosedur kerja.
Apa itu B3?
Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain.
Klasifikasi Simbol Materi B3
Permen LH No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan BeracunBerbahaya
Identifikasi B3 di Unit Kerja
Unit Kerja :
Tgl. Update :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
JUMLAH SIMPAN Siloam Hospitals :
Berbahaya (Harmful)
Berbahaya bagi Lingkungan (Dangerous for
environment)
Mudah Meledak (Explosive)
Karsinogenik, Teratogenik dan
Mutagenik (Carsinogenic,
Teratogenic, Mutagenic)
Maksimal
Kemasan Jumlah Satuan Mudah
Menyala (Flammable)
Beracun (Toxic)
Iritasi (Irritant)
Korosif (Corrosive)
Bersifat Pengoksidasi
(Oxidizing)
Gas Bertekanan (Pressure gas)
DAFTAR BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
No B3
SIMBOL B3
Lembar Data
Keselamatan Bahan (SDS)
✓ Penyimpanan
✓ Penanganan
✓ Pemakaian
✓ Pembuangan limbah B3.
Setiap kepemilikan atau penyimpanan B3 wajib disertai dengan MSDS.
Lembar Data Keselamatan Bahan
SDS/Safety Data Sheet
Contoh SDS
Sarana Keselamatan Materi B3
Lemari Penyimpanan B3 (Safety Cabinet)
Perangkat pengendali tumpahan (Spill Kit)
Jenis dan penggunaan Spill Kit
disesuaikan dengan jenis tumpahan B3
Penyiram badan (Emergency Safety Shower)
Pencuci Mata (Emergency Eyewash) Alat Pelindung Diri/APD
(Personal Protective Equipment/PPE)
PENGGUNAAN SPILL KIT
• Spill Kit Cairan Tubuh ; untuk tumpahan cairan tubuh khususnya darah. Tempat penyimpanan trolly Housekeeping &
Laboratorium
• Spill Kit Bahan Kimia; untuk tumpahan B3. Tempat penyimpanan trolly
Housekeeping.
• Spill Kit Sitotoksik ; untuk obat
kemoterapi. Tempat ruang kemoterapi dan/atau farmasi yang meracik obat kemoterapi.
• Spill Kit Merkuri ; untuk merkuri pada alkes. Tempat penyimpanan nurse station
Prinsip Dasar Pengelolaan Materi B3
Identifikasi dan buat daftar materi B3 yang ada di unit
kerja
Pastikan simbol dan label B3 terpasang dengan benar dan
jelas
Pastikan setiap materi B3 memiliki MSDS
Simpan materi B3 pada tempat penyimpanan yang sesuai
Baca dan pelajari MSDS untuk mengetahui informasi materi
B3
Lakukan pemeriksaan rutin terhadap sarana keselamatan
B3
Limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)
Katagori Limbah B3 di Fasilitas Kesehatan
PermenLHK No. 56 Tahun 2015
Pengelolaan Limbah B3
• Khusus jarum suntik disimpan dalam Safety Box/Sharp Container
• Pemusnahan dapat dengan cara desinfeksi (kimiawi)/ Autoklaf/ Gelombang mikro/
Penghancuran-pencacahan/ Insinerasi/
Penguburan
Limbah Radioaktif
Limbah Infeksius,
Patologis-Anatomis, Benda Tajam
Pemusnahan oleh vendor sesuai peraturan
perundang-undangan di bidang ketenaganukliran.
Permenlhk No. P.56 Thn. 2015 tentang Tata Cara Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Jarum Suntik
Klasifikasi Limbah Simbol Wadah Teknik Pengolahan
Pengelolaan Limbah B3
Dikelola oleh vendor untuk pemusnahan sesuai standar pengelolaan limbah B3
Logam Berat, Kimia, Farmasi
Permenlhk No. P.56 Thn. 2015 tentang Tata Cara Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kaleng bertekanan dikelola sbg sampah kota.
Tabung gas tidak dimasukkan wadah, dan dikembalikan ke supplier untuk dimusnahkan.
Tabung Gas atau Kontainer Bertekanan
Tanpa Simbol
Tanpa Simbol
Klasifikasi Limbah Simbol Wadah Teknik Pengolahan
Limbah Genotoksik - Sitotoksik
Insinerasi/ destruksi dan obat-obatan ditimbun di fasilitas penimbusan akhir (landfill)
Tips Dasar Penanganan Limbah Medis
Selalu tempatkan limbah pada wadah/ kantong
sesuai kategori limbah.
Volume limbah maksimal 3/4 wadah/ kantong limbah agar dapat
ditutup Limbah benda tajam
(terkontaminasi atau tidak) dimasukkan ke
dalam safety box/sharp container
Wadah/ kantong limbah tidak boleh dibiarkan
terbuka.
Tips Dasar Penanganan Limbah Medis
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)
yang sesuai saat penanganan limbah
Jangan melakukan pemadatan limbah
dgn menggunakan tangan/kaki untuk
menghindari kemungkinan tertusuk benda
tajam.
Limbah farmasi dalam jumlah besar
harus dikembalikan ke supplier atau pihak pengelola limbah B3 untuk
pemusnahan.
Ikat kantong plastik dengan ikatan tunggal/kepang.
Dilarang mengikat dengan selotip atau
sejenis.
Kesiagaan Menghadapi Kondisi
Darurat & Bencana di RS
KONDISI DARURAT DAN/ATAU BENCANA
Kondisi Darurat adalah suatu keadaan tidak normal/tidak diinginkan di RS yang beresiko
membahayakan manusia, merusak peralatan/harta benda atau merusak lingkungan sekitarnya yang masih dapat ditangani oleh sumber daya internal Rumah
Sakit.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologi yang tidak
dapat ditangani sendiri oleh sumber daya internal Rumah Sakit.
Sumber Bencana di RS
Alam
(banjir, badai, gempa, tsunami,
asap kebakaran hutan, wabah, dll)
Teknologi
(kegagalan suplai listrik/air/oksigen/g
as, system komunikasi, dll)
Manusia
(kecelakaan massal, teror, demo, ancaman bom, dll)
B3
(tumpahan bahan beracun, kimia, dll)
PERISTIWA BENCANA RS
BENCANA RS
Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial
• Gempa bumi
• Letusan gunung berapi
• Tsunami
• Tanah longsor
• Kekeringan
• Angin topan
• Gelombang pasang/badai
• Likuifaksi
• Banjir
• Kecelakaan transportasi
• Kegagalan
konstruksi/teknologi
• Kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia
• Ledakan nuklir
• Dampak industri (kimia/biologi, dll)
• Pencemaran lingkungan
• Outbreak/Wabah/pandemi penyakit
• Konflik sosial dipicu oleh kecemburuan sosial,
budaya, ekonomi dan SARA
• Demonstrasi/ huru-hara
• Aksi terror
• Sabotase
KEADAAN DARURAT RS
KEADAAN DARURAT
Kedarurat Keselamatan dan Keamanan
Tumbahan Bahan dan Limbah B3
Kegagalan peralatan medik dan non medik
Kedaruratan utilitas RS
Penyakit Infeksi Emerging (PIE)
• Demonstrasi/ huru- hara
• Penculikan bayi
• Kekerasan dalam Rumah Sakit
• Risiko kecelakaan yang diakibatkan oleh
kondisi gedung
• Tumpahan Sitotksik
• Kebocoran paparan radiasi
• Tumpahan limbah infeksius
• dll
• Kerusakan Ventilator
• Kegagalan fungsi mesin anastesi
• dll
• Kegagalan kelistrikan
• Kegagalan
ketersediaan air
• kegagalan informasi teknologi/ IT
• kegagalan sistem tata udara
• Outbreak
• wabah
• pandemi penyakit
Kondisi darurat di Rumah Sakit dapat berkembang menjadi bencana apabila tidak dapat ditangani oleh sumber daya internal Rumah Sakit.
Hazard vulnerability assessment (HVA)
• HVA adalah proses untuk mengidentifikasi kerentanan
(vulnerabilitas) tertinggi RS terhadap bahaya alam & buatan manusia serta dampak langsung & tidak langsung bahaya ini terhadap RS dan masyarakat. RS harus mendokumentasikan tinjauan HVA mereka setiap tahun dan menginformasikan keseluruh staf RS .
• Menilai risiko yang terkait dengan setiap bahaya (misalnya, probabilitas terjadinya bencana dan konsekuensi bagi
masyarakat), dan mempelajari temuan untuk
mengembangkan perbandingan prioritas kerentanan bencana.
• Sebuah HVA dapat dilakukan di tingkat masyarakat atau di rumah sakit (dan fasilitas perawatan kesehatan lainnya)
Bencana Terjadi di RS
• Perlu penyelamatan pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit itu sendiri. Bila memungkinkan penyelamatan dokumen atau Alkes.
• Mengetahui kepadatan dan distribusi masyarakat RS, mengetahui
fasilitas penyelamatan di RS, membuat perencanaan alur evakuasi di RS
• Pencegahan bila memungkinkan lebih baik dari penanganan bencana
yang terjadi di RS
FAKTOR UTAMA YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN RS MENANGANI KEADAAN BENCANA :
• KESIAPAN KAPASITAS LEBIH
• PERSEDIAAN OBAT-OBATAN & ALKES
• ORGANISASI YANG MEMADAI
• INFRA STRUKTUR YANG TANGGUH
• STAF YANG TERLATIH
• RENCANA KONTINJENSI/Disaster plan
KOMUNIKASI DARURAT
Emergency Code
Komunikasi keadaan darurat/bencana di rumah
sakit dilakukan dengan paging sistem, Handy Talky,
telepon meja dan telepon genggam. Hal tersebut
akan memudahkan untuk dapat berkomunikasi
secara internal, sehingga bila terdengar tentang
kode bencana hanya staf yang mengerti dan tidak
membuat panik pengunjung dan pasien
Emergency Code
Blue
Gawat darurat, Informasi yang
menyatakan terjadinya suatu keadaan seseorang yang henti nafas atau henti jantung.
▪ 1 perawat bantu pasien
▪ 1 orang hubungi operator paging atau tekan tombol Code Blue
▪ Dokter yang bertugas di lantai lain & perawat di ruang/lantai terdekat menuju ruang yang dimaksud.
Red
Kebakaran, Informasi yang menyatakan terjadinya situasi yang dicurigai dapat menimbulkan bahaya kebakaran dan asap, atau sudah terjadinya suatu keadaan
kebakaran di area tertentu.
▪ 1 org mengevakuasi pasien ke tempat aman
▪ 1 org pecahkan alarm hydrant/ gunakan APAR
▪ 1 org hubungi security/ operator paging
▪ Tim Security, Maintenance, Housekeeping &
K3 menuju lokasi
Green
Evakuasi, Informasi yang menyatakan perintah untuk melakukan evakuasi pasien, karyawan, pengunjung.
▪ Komandan hubungi security/ operator paging
▪ Tim inti K3 dan pendukung K3 membantu melakukan evakuasi
Tim Tanggap Darurat atau
Bencana
Tim Penanggulangan Bencana
TIM PEMADAM
Mencari sumber api dan melakukan pemadaman tingkat
awal.
TIM EVAKUASI
Memandu evakuasi seluruh penghuni melalui tangga darurat
menuju titik berkumpul.
TIM PENYELAMAT DOKUMEN
Melakukan penyelamatan dokumen dan barang
berharga ke Posko.
TIM KEAMANAN
Menghentikan aliran gas medis dan mengamankan lokasi kebakaran dari orang-
orang yang tidak bertanggungjawab
Tim Tanggap Darurat atau Bencana
• Tentukan Petugas TTD pada setiap awal pergantian shift dan tuliskan pada papan yang tersedia di unit kerja.
• Setiap staf yang ditunjuk wajib
memahami tugas dan tanggungjawabnya saat terjadi bencana.
• Apabila jumlah staf di ruangan kurang dari 4 orang, pembagian tugas minimal adalah :
• Tim Pemadam
• Tim Penyelamat Dokumen (untuk ruangan yang tidak ada pasien) atau Tim Evakuasi (untuk ruangan yang memiliki pasien)
Penanda Tim
Tanggap Darurat dan/atau Bencana
Tim tanggap darurat/bencana
menggunakan penanda yang menjelaskan tugas dan fungsinya.
Penanda dapat berupa tanda pengenal yang ditempel dan dapat dilihat oleh karyawan, helm, jaket atau pin.
Jenis penanda disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan Rumah Sakit masing-
masing.
SK TIM
TANGGAP
DARURAT
BENCANA
Kotak K3 (Fire Safety Equipment Box)
Standard Equipment
▪ Helmet
▪ Senter
▪ Head lamp
▪ Kampak
▪ Goggle
▪ Smoke masker
▪ Fire blanket
▪ Megaphone
Pastikan kotak K3 selalu dalam keadaan terkunci untuk menghindari alat hilang atau penyalahgunaan alat.
Prioritas Evakuasi Pasien
Berdasarkan Kondisi atau Tingkat Ketergantungan Pasien
1. Warna Hijau : pasien yang mampu berjalan mandiri.
2. Warna Biru : pasien yang mampu berjalan mandiri dengan menggunakan
alat bantu atau bantuan orang lain/petugas.
3. Warna Hitam 1: pasien tidak mampu berjalan mandiri, mempunyai harapan
hidup tinggi, baik tanpa maupun dengan alat bantu atau obat-obatan.
4. Warna Hitam 2 : pasien tidak mampu berjalan mandiri, mempunyai harapan
hidup kecil, baik tanpa maupun dengan alat bantu atau obat-obatan.
5. Warna Biru dengan 3 Titik Putih : pasien tidak mampu berjalan mandiri,
tidak mempunyai harapan hidup, baik tanpa maupun dengan alat bantu atau
obat-obatan.
Metode Evakuasi Pasien
• Prioritas 1 → 1 orang perawat membantu 8 pasien.
• Prioritas 2 → 1 orang perawat membantu 4 pasien, dapat menggunakan kursi roda, kursi, tandu, selimut, atau dengan memapah. Mintalah bantuan keluarga pasien/pengunjung.
• Prioritas 3,4,5 → dapat menggunakan bed, ski sheet,
stretcher, tandu, evacuation chair, atau selimut.
Movie Clip : Penggunaan Ski Sheet
Pencegahan
dan Pengendalian
Kebakaran
Fakta tentang API
✓ Api merupakan peristiwa (bukan benda) yang merupakan reaksi kimia dari 3 komponen : PANAS, OKSIGEN/UDARA, dan BAHAN BAKAR. Jika salah satu komponen ini hilang maka api tidak akan menyala.
✓ Semakin banyak OKSIGEN, semakin PANAS api. Api yang kadar oksigennya tinggi akan berwarna biru sedangkan api yang rendah
oksigen akan mengeluarkan cahaya kuning karena mengandung partikel yang tidak terbakar sempurna.
✓ Api dapat dipadamkan dengan 3 cara, yakni :
1. Dengan menyerap PANAS yang dihasilkan dari pembakaran yakni dengan cara menyiramkan air.
2. Dengan menghilangkan OKSIGEN di sekitar api mis : dengan cara menyemprotkan racun api.
3. Dengan menghentikan/memutuskan sumber BAHAN BAKARnya.
KLASIFIKASI KEBAKARAN
Pemahaman jenis-jenis api kebakaran sangat
diperlukan untuk membantu memilih jenis
media pemadam yang sesuai dengan jenis api
yang akan dipadamkan.
KEBAKARAN KELAS A
Dari bahan-bahan mudah
terbakar seperti kayu, kertas,
karet, plastik
KEBAKARAN KELAS B
Dari cairan dan gas mudah menyala / terbakar seperti cairan minyak, pelumas, gas
KEBAKARAN KELAS C
Dari peralatan listrik yang masih berenergi
KEBAKARAN KELAS D
Dari bahan logam yang dapat menyala Materials : Combustible Metals
• Magnesium
• Titanium
• Zirconium
• Pottasium
• Lithium
• Calcium
• Zinc
Semua medical equipment with battery itu 99% pakai lithium
KEBAKARAN KELAS K
Kebakaran dari nyala api kompor
1. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif : konstruksi atau
kompartemenisasi, pintu dan jendela tahan api, saluran udara, tangga darurat, dll.
2. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif : a. Sistem springkler otomatis
b. Pompa pemadam kebakaran (fire hydrant) c. Sistem deteksi dan alarm kebakaran
d. Sistem komunikasi (FCC/Fire Control Center) e. Ventilasi mekanik (Air pressure ventilation) f. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
g. Kotak K3 (Safety Equipment Box)
h. Mobil pemadam kebakaran (Damkar)
Sistem Proteksi Kebakaran
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
• Serbuk Kimia (Dry
Chemical Powder)
Air (Water-H20)
Karbon Dioksida
(CO2)
Busa (Foam/AFFF)
Clean Agent (Halon Free)
Klasifikasi Api dan APAR
Kelas Api Bahan Sumber Api
Jenis APAR
Water Powder Foam CO2 Clean
Agent
A
Bahan padat non logam (plastik, kayu,kertas, karet dll.)
✓ ✓ ✓ ✓
B
Bahan cair dan gas (minyak tanah,bensin, solar, LPG dll.)
✓ ✓ ✓ ✓
C
Listrik (hubungan arus pendek /korsleting listrik)
✓ ✓ ✓
D
Bahan padat logam (magnesium,potassium, lithium, dll.)
✓
K
Bahan minyak masak (minyak sayur,minyak hewan, dll)
✓ ✓
D
07/04/2025
104
Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) di MRI
• Kabut Air
• (Water Mist)
Movie Clip : Cara Penggunaan APAR
Ketentuan Khusus
Ruang Medical Record dan sentral server tidak diperbolehkan mengunakan pemadam berbasis air
TIPS KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
TIPS KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
KESIMPULAN
Risiko Kecelakaan Kerja di Area Rumah Sakit Sangat Besar. Sehingga sangat penting menerapkan prinsip K3 selama bekerja untuk menghindari terjadinya
Kecelakaan Kerja maupun Penyakit Akibat Kerja.
Remember..,
Safety doesn’t happen by accident
thank you
DASAR HIGIENE PERUSAHAAN
& KESEHATAN KERJA
(HIPERKES)
Maharani Perdini, S.KM,
M.Ling
Definisi Hiperkes
Hiperkes adalah pengabungan antara dua disiplin ilmu yang
berbeda yaitu hygiene Perusahaan (teknis) dan kesehatan kerja
(medis) dalam satu kesatuan atau bersinergi secara serasi, sehingga mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif
Definisi Higiene Perusahaan
• Spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang meliputi mengenali, mengukur dan melakukan
penilaian/evaluasi terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan Perusahaan;
• Hasil pengukuran & evaluasi digunakan sebagai dasar Tindakan korektif & pengembangan pengendalian yang bersifat preventif terhadap lingkungan
kerja/Perusahaan;
• Higiene Perusahaan diterapkan agar dapat melindungi tenaga kerja dari faktor bahaya lingkungan kerja
KESEHATAN KERJA
Spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial melalui upaya :
Preventif Promotif Kuratif
Rehabilitatif di tempat kerja
• Penerapan ilmu dan praktek Kesehatan Masyarakat di dunia kerja
• Ilmu tentang antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian bahaya di tempat kerja
KESEHATAN KERJA
Upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja dan orang lain yang ada di tempat kerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang di akibatkan dari pekerjaan dan gangguan kesehatan lainnya
PP 28 Tahun 2024 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan
ILMU KESEHATAN KERJA
HTTPS://JDIH.KEMNAKER.GO.ID/ASSET/DATA_PUU/PP_NOMOR_88_TAHUN_2019.PDF
Sifat-Sifat
• Sasarannya adalah lingkungan kerja
• Bersifat teknis - teknologis
Higiene Perusahaan
• Sasarannya adalah manusia
• Bersifat medis/kesehatan
Kesehatan
Kerja
KESEHATAN
TENAGA KERJA
BEBAN KERJA
• Fisik : Dominan menggunakan tenaga
• Mental : Dominan menggunakan pikiran dan konsentrasi
LINGKUNGAN KERJA
Fisik, Kimia, Biologi, Ergonomi, Psikologi
KAPASITAS KERJA
Keterampilan, Kesegaran jasmani & Rohani, Ukuran tubuh, Status kesehatan dan gizi, Usia, Jenis kelamin
UUD 1945
Pasal 27, Ayat 2
AHLI K3 UMUM
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian.
UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA
Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970
Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi dan
produktivitas
Pasal 86
• Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
• Moral & kesusilaan;
• Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama
UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
Perlindungan sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan peraturan
perundangan yang berlaku
Untuk melindungi keselamatan pekerja/
buruh guna mewujudkan produktifitas
kerja yang optimal diselenggarakan upaya K3
UU 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (mencabut UU 36 Tahun 2009)
Setiap orang berkewajiban menerapkan perilaku hidup sehat dan menghormati hak
kesehatan orang lain.
Setiap orang berhak hidup sehat secara fisik, jiwa dan
sosial.
Pasal 5 Ayat 1 Pasal 4 Ayat 1
UU No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
Mewajibkan kepada pengurus untuk:
• Melaksanakan ketentuan dan
syarat-syarat K3 sesuai ketentuan yang berlaku.
• Memastikan semua potensi
bahaya telah dikendalikan secara aman.
• Menjelaskan kepada para pekerja tentang potensi bahaya yang ada dan cara menghindari terjadinya kecelakaan.
• Membentuk Lembaga K3,
menempatkan Personil K3 (Ahli K3, Dokter/Petugas Medis/Operator dll)
• Menerapkan SMK3
SYARAT K3 YANG BERKAITAN
DENGAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA
(UU No. 1/1970, psl. 3)
1 5
2 6
3 7
4 8
Memberikan P3K Memperoleh penerangan
yang cukup dan sesuai Memberikan APD Menyelenggarakan suhu &
kelembaban udara yang cukup
Mencegah & mengendalikan timbul/menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, hembusan
Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban Mencegah dan mengendalikan
PAK
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara kerja & proses kerjanya
Tujuan Utama dari Hiperkes
Mencapai derajat kesehatan tenaga kerja secara optimal pada pekerja
Meningkatkan produktifitas yang berlandaskan kepada perbaikan daya kerja dan pekerja
Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif
PP 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan
Pasal 232
Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja meliputi:
• Promotif
• Preventif
• Kuratif
• Rehabilitatif
• Paliatif
Ditujukan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja. Wajib dipenuhi oleh Pengurus atau Pengelola tempat kerja dan Pemberi kerja di semua tempat kerja.
Penyelenggaraan Kesehatan Kerja
Pekerja terbebas dari penyakit dan gangguan
kesehatan serta cedera akibat kerja
Upaya preventif meliputi:
• Pencegahan penyakit akibat kerja;
• Pencegahan penyakit lainnya di tempat kerja.
Memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya pada kondisi sehat, bugar, dan
produktif
Mengobati penyakit, mencegah keparahan penyakit, mencegah
dan menurunkan tingkat kecacatan,
serta mencegah kematian
Promotif/
Peningkatan Kesehatan
Kuratif/ Upaya Penanganan
Penyakit Preventif/
Pencegahan Penyakit
Penyelenggaraan Kesehatan Kerja (2)
Memulihkan kondisi Pekerja
mencapai
kemampuan fisik, mental, dan sosial
yang optimal
Pemberian Pelayanan Kesehatan untuk meningkatkan kualitas
hidup pada penyakit yang mengancam kehidupan dan akhir kehidupan pada pekerja
yang berhubungan dengan KK dan PAK.
Paliatif/
Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif/
Pemulihan Kesehatan
STANDAR KESEHATAN KERJA DALAM UPAYA PROMOTIF (PP 28/2024)
Identifikasi risiko/bahaya dan masalah kesehatan
Peningkatan pengetahuan Kesehatan
& faktor risiko Kesehatan
Pembudayaan PHBS Pembudayaan K3
Pemenuhaa gizi seimbang pekerja Peningkatan Kesehatan fisik dan
jiwa
Kesehatan reproduksi.
STANDAR KESEHATAN KERJA DALAM UPAYA PREVENTIF (PP 28/2024)
Identifikasi, penilaian, dan pengendalian potensi bahaya kesehatan;
Pemenuhan persyaratan kesehatan lingkungan kerja;
Perlindungan kesehatan reproduksi
Pemeriksaan kesehatan
Penilaian kelaikan bekerja
Pemberian imunisasi dan/atau profilaksis bagi Pekerja berisiko tinggi;
Pelaksanaan kewaspadaan standar
Surveilans Kesehatan
Kerja
Pertolongan pertama pada cedera dan sakit yang terjadi di Tempat Kerja;
Standar Kesehatan Kerja dalam upaya kuratif meliputi:
(PP 28/2024)
Diagnosis dan tata laksana penyakit (menular, tidak menular, diakibatkan karena pekerjaan dan lingkungan kerja)
Penanganan kasus kegawat
daruratan medik dan/atau rujukan
01
02
03
05
STANDAR KESEHATAN KERJA DALAM UPAYA REHABILITATIF MELIPUTI:
(PP 28/2024)
Pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik, psikis & fungsi diakibatkan keadaan/kondisi sakit, penyakit/cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian Iisik/ rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal & sesuai dengan kebutuhan medis.
PEMULIHAN MEDIS
Upaya pemulihan pada Pekerja yang telah memiliki keterbatasan fisik/mental disebabkan PAK/bukan PAK/KK agar dapat membantu Pekerja meningkatkan toleransi fisik & melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga dapat kembali bekerja (program kembali bekerja)
PEMULIHAN KERJA
Standar Kesehatan Kerja dalam upaya Paliatif meliputi:
(PP 28/2024)
Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan masalah yang timbul karena penyakit yang tidak bisa sembuh sepenuhnya.
Perawataan dilakukan untuk penyakitserius, seperti kanker kerja, Alzheimer, diabetes, parkinson, demensia, AIDS, atau penyakit serius lainnya.
Terapi musik
Terapi seni
Terapi hewan
PROGRAM KEMBALI BEKERJA
Dalam upaya ini termasuk
Upaya terencana agar Pekerja yang mengalami cedera/sakit dapat segera kembali bekerja secara produktif, aman, dan berkelanjutan.
Pemulihan medis Pemulihan kerja
Pelatihan keterampilan Penyesuaian pekerjaan
Penyediaan pekerjaan baru
Penatalaksanaan biaya asuransi, dan kompensasi Partisipasi Pemberi Kerja
UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2023 TENTANG KESEHATAN
BAGIAN 15 : KESEHATAN KERJA
PASAL 98
PASAL 99
Upaya Kesehatan kerja dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran &
kemampuan perilaku hidup sehat & mencegah terjadinya PAK dan KK
Upaya Kesehatan kerja untuk melindungi pekerja & orang lain yang ada di tempat kerja agar hidup sehat & terbebas dari gangguan Kesehatan & pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan
PENYELENGGARAAN KESEHATAN KERJA HARUS DIDUKUNG OLEH: (PP 28/2024)
SUMBER DAYA MANUSIA
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan, dan Tenaga Pendukung atau Penunjang Kesehatan.
Berbentuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama atau tingkat lanjutan
PERALATAN K3 Peralatan untuk pengukuran, pemeriksaan, peralatan lainnya (APD) sesuai faktor risiko/bahaya K3
PENCATATAN DAN PELAPORAN
PENDANAAN Asuransi kesehatan atau plafon kesehatan
HAK & KEWAJIBAN
• Berhak mendapatkan Upaya Kesehatan kerja;
• Berpartisipasi aktif menjaga Kesehatan, lingkungan tempat kerja yang sehat & aman, serta menaati peraturan K3 yang berlaku di tempat kerja
• Memenuhi standar upaya kesehatan kerja sesuai dengan standar Kesehatan kerja
• Berhak mendapatkan jaminan K3 saat berada di lingkungan tempat kerja.
• Berpartisipasi menjaga lingkungan tempat kerja yang sehat & menaati peraturan K3 yang berlaku di tempat kerja.
Tenaga Kerja/Pekerja
Pemberi Kerja
Orang Lain di Tempat Kerja
01
02
03
PENGAWASAN KESEHATAN KERJA
Serangkaian kegiatan pengawasan dari semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan atas obyek pengawasan Kesehatan Kerja
Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja
• UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
• UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
• UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
• UU No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
• PP No. 88 Tahun 2019 tentang tentang Kesehatan Kerja
• Perpres No. 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
• Permenaker No. 10 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
• Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
• Permenakertrans No. Per. 01/Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Paramedis Perusahaan Tata Cara Pemberian Program Kembali Bekerja serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan Kerja dan
Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja
• Permenakertrans No. Per. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja.
• Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
• Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
• Permenaker No. Per. 01/Men/1998 tentang Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dengan Manfaat Lebih Baik
• Permennakertrans No. Per. 25/Men/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis Dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan Dan
Penyakit Akibat Kerja
• Permenkes No. 11 Tahun 2022 tentang Pelayanan Kesehatan Penyakit Kerja
Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja
• Kepmenakertrans No. Kep. 68/Men/IV/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
• Permennakertrnas No. Per. 11/Men/2005 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Tempat Kerja
• Permenaker No. 13 Tahun 2022 tentang Penanggulangan TB di Tempat Kerja
• Permennakertrans No. Per. 15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Temp