• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI K3 DI RUMAH SAKIT

N/A
N/A
lala lolo

Academic year: 2025

Membagikan "IMPLEMENTASI K3 DI RUMAH SAKIT"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI K3 DI RUMAH SAKIT

Maharani Perdini, S.KM, M.Ling Safety Bootscamp

Mutiara Mutu Sertifikasi

(2)

Maharani Perdini PEMATERI

Providing Quality Training to Healthcare Professionals

P

Education

S3 Now – Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB S2 Ilmu Lingkungan

S1 Kesehatan Masyarakat

Work Experience

Present Corporate HSE & Sanitarian – Hospitals Group Present Assesor Kompetensi BNSP

Present Trainer

Organitation

- Pengurus Komunitas Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (KAK3RS) DKI Jakarta

- Pengurus Nasional Indonesian Fire Safety Managers (IFSMA)

- Pengurus Forum Komunikasi Tenaga Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit Indonesia (FKTSL-RSI)

License

- Assesor Kompetensi – Himpunan Perawat Manager Indonesia - Tenaga Pelatih Kesehatan (TPK) – PPSDM Kemenkes

- Asesor Kompetensi – BNSP

- Hiperkes Paramedis – Kemenaker - HACCP

(3)

Outline

Latar Belakang &

Permasalahan K3RS

1

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RS 2

Pengelolaan Materi dan Limbah B3

3

Kesiagaan Menghadapi Kondisi Darurat & Bencana di RS

4

Pencegahan dan

Pengendalian Kebakaran 5

(4)

Apa pendapat Anda?

(5)

PERMASALAHAN

(6)

PERMASALAHAN

(7)

KARAKTERISTIK RS

4 (Empat) PADAT → Modal, karya, teknologi, resiko kesehatan

Kegiatan yang terus menerus 24 jam dan 7 hari seminggu → rawat inap

Banyak melibatkan tenaga kerja

Berbagai profesi terdapat pada RS→ petugas kesehatan, administrasi, teknik, kebersihan, rumah tangga, keamanan dll

Adanya berbagai alat teknologi yang

memiliki dampak terhadap sekitarnya baik lingkungan dan manusia

Tempat berkumpulnya risiko penyakit menular dan adanya emerging disease sehingga perlu menambah kewaspadaan

Terdapat penggunaan material Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

(8)

Taukah Anda?

• Beberapa penyakit akut (seperti infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain) yang diderita

petugas rumah sakit di Indonesia 1.5 kali lebih tinggi dibanding dengan pekerja di industri lain (Gun, 1983).

• 157 dari 10.000 pekerja RS setiap harinya mengalami kecelakaan dan penyakit

akibat kerja (OSHA)

(9)

38% 39%

4%

Hepatitis B Hepatitis C HIV/AIDS

Setiap tahun 2 juta pekerja di bidang kesehatan terinfeksi penyakit karena NSI (Needle Stick Injury)

WHO - World Health Report 2002

Taukah Anda?

(10)

Tahukah Anda

Permasalahan kesehatan pada tenaga kesehatan di RS muskuloskaletal (36,7%), Insomnia (43,7%) kelelahan (49,3%), Stress (50%) data ini berasal dari hasil Kajian

implementasi pelayanan kesehatan terintegrasi bagi pekerja di Rumah Sakit (Dit.

Kesjaor, 2019)

(11)

Dasar Hukum

Dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan K3 RS :

UU No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

UU No. 17 tahun 2023 Tentang Kesehatan

UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit berisi akreditasi RS dan syarat fisik RS

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3

Permenkes No. 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Permenkes No. 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit

Permenkes No. 2 Tahun 2023 tentang Kesehatan Lingkungan

Permenkes No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan RS

Permenkes No. 40 Tahun 2022 tentang Prasyaratan Teknis Bangunan, Prasarana dan Peralatan Kesehatan RS

Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/1596/2024 tentang STARKES

(12)

RUMAH SAKIT SEBAGAI TEMPAT BEKERJA

Tempat Kerja adalah tempat dimana orang

berkumpul

Rata-rata pekerja Nakes bekerja selama

+ 8 jam/hari

Tempat yang mempunyai faktor

risiko dan potensi bahaya

(13)

Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan

kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,

pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit

melalui upaya pencegahan Kecelakan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit

Akibat Kerja (PAK) di rumah sakit.

Permenkes No. 66 Tahun 2016 tentang K3RS

Pengertian & Tujuan K3RS

SDM RS

Pasien

Pengunjung Masyarakat

Pendamping Pasien

(14)

Tujuan K3

Rumah Sakit, Adalah

terciptanya :

Cara kerja,

Lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan

Dalam rangka

meningkatkan derajat

kesehatan karyawan RS.

(15)

Prinsip K3 RS

Bagi RS :

a. Meningkatkan mutu pelayanan

b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS

c. Meningkatkan citra RS.

Bagi karyawan RS :

a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)

b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)

Bagi pasien dan pengunjung : a. Mutu layanan yang baik

b. Kepuasan pasien dan pengunjung

(16)

Bahaya Potensial K3 di RS

Fisik

Desinfektan Cytotoxics

Ethylene oxide Formaldehyde Methyl :

Methacrylate, Hg (amalgam)

Solvents

Gas anaestesi

Kimia

Virus : AIDS, Hepatitis B dan Non A-Non B Cytomegalovirus Rubella

Tuberculosis

Biologi

Pekerjaan yang dilakukan secara manual.

Postur yang salah dalam melakukan pekerjaan.

Pekerjaan yang berulang.

Ergonomi

Bising

Getaran

Debu

Panas

Radiasi

(17)

Bahaya Potensial K3 di RS

Mekanikal

Tersetrum Terbakar Ledakan.

Elektrikal

Tertumpah Tertelan Terciprat Terhirup Tertusuk.

Limbah

Sering kontak dengan pasien Kerja bergilir Kerja berlebih Ancaman secara fisik

Psikososial

Terjepit mesin

Tergulung

Terpotong

Tersayat

Tertusuk.

(18)
(19)
(20)
(21)

Resiko K3 di

Rumah Sakit

(22)

Hirarki Pengendalian Resiko K3

1. ELIMINASI ; hilangkan sumber bahaya

2. SUBSTITUSI ; ganti sumber risiko (alat/mesin/

bahan) dengan risiko yang lebih rendah/tidak berisiko.

3. PERANCANGAN ; modifikasi alat/mesin/ruangan agar lebih aman

4. ADMINISTRASI ; menyusun SOP, pelatihan, durasi kerja, rambu, poster, label

5. APD ; menyediakan Alat Perlindungan Diri bagi petugas

Upaya Pengendalian Risiko K3 di RS

(23)

K3 RUMAH SAKIT

LATAR BELAKANG : Tuntutan peningkatan mutu, karakteristik khusus: labor intensive, padat modal, padat teknologi, padat pakar serta Risiko Penyakit dan Kecelakaan Akibat Kerja di RS

TUJUAN : Terselenggaranya keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit secara optimal, efektif, efisien dan

berkesinambungan

TARGET : Seluruh penghuni RS (Staff/ SDM RS, Pasien, Pendamping pasien, Pengunjung dan Tenant)

RUANG LINGKUP : SMK3 (penetapan kebijakan K3RS;,

perencanaan K3RS, pelaksanaan rencana K3RS, pemantauan dan evaluasi kinerja K3RS dan peninjauan dan peningkatan kinerja K3), Menerapkan Standar K3RS dan Pendidikan &

Pelatihan

(24)

RUANG LINGKUP K3 (PMK 66/2016)

Pengembangan kebijakan K3RS

Pembudayaan perilaku K3RS

Pengembangan SDM K3RS

Manajemen Risiko K3RS

Keselamatan dan Keamanan di RS

Pengelolaan pelayanan kesehatan kerja pada SDM RS

Pengelolaan B3 dari aspek K3

Pencegahan dan pengendalian kebakaran

Pengelolaan prasarana RS dari aspek K3

Pengelolaan peralatan medis dari aspek K3

Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat dan bencana di RS

Program pendidikan dan pelatihan

Pengumpulan, pengolahan,

dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3

(25)

K3RS DALAM KEBIJAKAN MUTU LAYANAN RS

a. Kepemimpinan & Perencanaan b. Keselamatan & Keamanan c. Bahan Berbahaya

d. Kesiapan Penanggulangan Bencana e. Proteksi Kebakaran (Fire Safety)

f. Peralatan Medis (Inventarisasi, KSO, Uji Fungsi, Pemeliharaan Preventif, Kalibrasi)

g. Sistem Utilitas (Sistem Penunjang → Jaringan Listrik, Air, Ventilasi & Aliran Udara, Gas Medik, Perpipaan, Uap Panas, Limbah, Sistem

Komunikasi, Sistem data)

h. Monitoring Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan

i. Pendidikan Staf

(26)

Komite K3

(27)

KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT (Permenkes No.66 tahun 2016 )

(28)

Permenkes No. 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Rumah Sakit

(29)

SMK3 Rumah Sakit terdiri dari 5 hal

Penetapan Kebijakan K3RS

Penetapan kebijakan & tujuan dari program K3RS

Penetapan Organisasi K3RS

Penetapan dukungan pendanaan, sarana dan prasarana

Perencanaan K3RS

Pelaksanaan rencana K3RS

Pemantauan & Evaluasi Kinerja K3RS Peninjauan & Peningkatan Kinerja K3RS

Menurunkan absensi karyawan sakit

Menurunkan angka KK

Menurunkan prevalensi PAK

Meningkatkan produktifitas kerja RS

(30)

Implementasi K3 di Fasilitas Kesehatan

Manajemen Resiko K3RS

Keselamatan dan Keamanan RS

Pelayanan Kesehatan Kerja

Pengelolaan B3 Aspek K3

Pencegahan &

Pengendalian Kebakaran Kebakaran

Pengelolaan Sistem Penunjang (Utilitas) Aspek

K3

Pengelolaan Peralatan Medis

Aspek K3

Kesiapan menghadapi kondisi darurat

atau bencana

HVA

FSRA

HSI

Inventarisasi B3

PCRA

Risk Register

identifikasi dan penilaian risiko;

Pemetaan area risiko;

Upaya pengendalian.

Gizi kerja

Vaksinasi

Pemeriksaan Kesehatan

Program kesegaran jasmani

Surveilens Lingkungan Kerja

Identifikasi &

Inventarisasi B3

SDS

Sarana

keselamatan B3

Spillkit

Panduan & SPO B3

Prosedur penanggulangan keadaan darurat B3

Perijinan

Proteksi kebakaran aktif

Proteksi kebakaran pasif

Jalur evakuasi

Tim

Penanggulangan Kebakaran

Pelatihan dan Sosialisasi

Kebijakan larangan merokok

Listrik;

Air;

Tata udara;

Genset;

Boiler;

Lift;

Gas medis;

Jaringan komunikasi;

Mekanikal dan elektrikal

Instalasi pengelolaan limbah.

Kalibrasi

Ijin edar

Recall

identifikasi risiko kondisi darurat/

bencana;

Penilaian analisa risiko

kerentanan bencana;

Pemetaan risiko kondisi darurat/

bencana;

Pengendalian kondisi darurat/

bencana;

Simulasi kondisi darurat/

bencana.

(31)

• Manajemen risiko K3RS

• Manajemen Keselamatan dan Keamanan di RS (Safety and Security)

• Pelayanan Kesehatan Kerja

• Pengelolaan Materi dan Limbah B3*

• Pencegahan dan Pegendalian Kebakaran*

• Pengelolaan Prasarana RS

• Pengelolaan Peralatan Medis

• Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat dan Bencana*

Upaya Pengendalian Risiko K3 di RS

* Wajib dilakukan pelatihan setiap tahun bagi seluruh karyawan

(32)

UPAYA KESEHATAN KERJA

(Permenkes 66/2016 tentang K3RS)

(33)

SECARA

KOMPREHENSIF KESEHATAN

KERJA

(34)

Pengertian Ergonomi

Upaya Kesehatan Kerja di RS : Ergonomi

Ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau

perancangan (Nurmianto, 2003).

Risiko Ergonomi di Tempat Kerja

▪ Musculoskeletal Disorder (MSD), yakni cedera otot, saraf, jaringan pengikat (tendon dan ligament), sendi, dan tulang rawan.

▪ Akibat gerakan berulang-ulang, beban berlebih, posisi dan postur tubuh yang salah, dan getaran.

▪ Gejala berupa nyeri, kaku, atau mati rasa pada area :

punggung, leher, bahu, lengan, kaki, pergelangan tangan,

jari tangan dan kaki, siku tangan, lutut, pinggul, pinggang,

dll.

(35)

Atur ketinggian tempat tidur pada ketinggian yang

nyaman. Berdiri sedekat mungkin ke tempat tidur.

Jelaskan kepada pasien tindakan/ prosedur yang

akan dilakukan dan apa yang diharapkan dari

pasien

Pemindahan dilakukan secara bertahap (tidur, duduk, beridiri, duduk,

tidur) Kaji mobilisasi, berat dan

kekuatan pasien untuk menentukan alat bantu dan bantuan yang dapat

digunakan.

Upaya Kesehatan Kerja di RS : Ergonomi

(36)

Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.

Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.

Kecelakaan di Rumah Sakit dapat berbentuk 2 jenis yaitu:

1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien

2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban staf RS.

(37)

Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja RS (tenaga

medis/non medis) akibat pajanan lingkungan kerja di dalam lingkungan kerja RS.

Resiko petugas rumah sakit terhadap gangguan kesehatan & kecelakaan kerja disebabkan oleh prilaku kepatuhan

melaksanakan setiap prosedur terhadap kewaspadaan.

(38)

Upaya mengurangi/menghindari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja :

1. Melakukan substitusi : Mengganti peralatan kerja yang tidak layak pakai.

2. Evaluasi lingkungan kerja : Menilai karakteristik dan besarnya potensi-bahaya yang mungkin timbul.

3. Pengendalian lingkungan kerja : Cara teknologi pengendalian.

4. Pengendalian administratif & APD

5. Pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala 6. Pendidikan dan penyuluhan

7. Pengendalian fisik lingkungan kerja, 8. Pengendalian sistem tata udara.

9. Melakukan pengawasan dan monitoring secara berkala pada lingkungan kerja rumah sakit.

10. Substitusi dari bahan kimia, alat kerja dan prosedur kerja.

(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

Apa itu B3?

Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau

komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun

tidak langsung, dapat

mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta

kelangsungan hidup manusia dan

makhluk hidup lain.

(45)

Klasifikasi Simbol Materi B3

Permen LH No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun

Berbahaya

(46)

Identifikasi B3 di Unit Kerja

Unit Kerja :

Tgl. Update :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

JUMLAH SIMPAN Siloam Hospitals :

Berbahaya (Harmful)

Berbahaya bagi Lingkungan (Dangerous for

environment)

Mudah Meledak (Explosive)

Karsinogenik, Teratogenik dan

Mutagenik (Carsinogenic,

Teratogenic, Mutagenic)

Maksimal

Kemasan Jumlah Satuan Mudah

Menyala (Flammable)

Beracun (Toxic)

Iritasi (Irritant)

Korosif (Corrosive)

Bersifat Pengoksidasi

(Oxidizing)

Gas Bertekanan (Pressure gas)

DAFTAR BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

No B3

SIMBOL B3

(47)

Lembar Data

Keselamatan Bahan (SDS)

✓ Penyimpanan

✓ Penanganan

✓ Pemakaian

✓ Pembuangan limbah B3.

Setiap kepemilikan atau penyimpanan B3 wajib disertai dengan MSDS.

Lembar Data Keselamatan Bahan

SDS/Safety Data Sheet

(48)

Contoh SDS

(49)

Sarana Keselamatan Materi B3

Lemari Penyimpanan B3 (Safety Cabinet)

Perangkat pengendali tumpahan (Spill Kit)

Jenis dan penggunaan Spill Kit

disesuaikan dengan jenis tumpahan B3

Penyiram badan (Emergency Safety Shower)

Pencuci Mata (Emergency Eyewash) Alat Pelindung Diri/APD

(Personal Protective Equipment/PPE)

(50)

PENGGUNAAN SPILL KIT

Spill Kit Cairan Tubuh ; untuk tumpahan cairan tubuh khususnya darah. Tempat penyimpanan trolly Housekeeping &

Laboratorium

Spill Kit Bahan Kimia; untuk tumpahan B3. Tempat penyimpanan trolly

Housekeeping.

Spill Kit Sitotoksik ; untuk obat

kemoterapi. Tempat ruang kemoterapi dan/atau farmasi yang meracik obat kemoterapi.

Spill Kit Merkuri ; untuk merkuri pada alkes. Tempat penyimpanan nurse station

(51)

Prinsip Dasar Pengelolaan Materi B3

Identifikasi dan buat daftar materi B3 yang ada di unit

kerja

Pastikan simbol dan label B3 terpasang dengan benar dan

jelas

Pastikan setiap materi B3 memiliki MSDS

Simpan materi B3 pada tempat penyimpanan yang sesuai

Baca dan pelajari MSDS untuk mengetahui informasi materi

B3

Lakukan pemeriksaan rutin terhadap sarana keselamatan

B3

(52)

Limbah B3

adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3)

(53)

Katagori Limbah B3 di Fasilitas Kesehatan

PermenLHK No. 56 Tahun 2015

(54)

Pengelolaan Limbah B3

Khusus jarum suntik disimpan dalam Safety Box/Sharp Container

Pemusnahan dapat dengan cara desinfeksi (kimiawi)/ Autoklaf/ Gelombang mikro/

Penghancuran-pencacahan/ Insinerasi/

Penguburan

Limbah Radioaktif

Limbah Infeksius,

Patologis-Anatomis, Benda Tajam

Pemusnahan oleh vendor sesuai peraturan

perundang-undangan di bidang ketenaganukliran.

Permenlhk No. P.56 Thn. 2015 tentang Tata Cara Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Jarum Suntik

Klasifikasi Limbah Simbol Wadah Teknik Pengolahan

(55)

Pengelolaan Limbah B3

Dikelola oleh vendor untuk pemusnahan sesuai standar pengelolaan limbah B3

Logam Berat, Kimia, Farmasi

Permenlhk No. P.56 Thn. 2015 tentang Tata Cara Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Kaleng bertekanan dikelola sbg sampah kota.

Tabung gas tidak dimasukkan wadah, dan dikembalikan ke supplier untuk dimusnahkan.

Tabung Gas atau Kontainer Bertekanan

Tanpa Simbol

Tanpa Simbol

Klasifikasi Limbah Simbol Wadah Teknik Pengolahan

Limbah Genotoksik - Sitotoksik

Insinerasi/ destruksi dan obat-obatan ditimbun di fasilitas penimbusan akhir (landfill)

(56)

Tips Dasar Penanganan Limbah Medis

Selalu tempatkan limbah pada wadah/ kantong

sesuai kategori limbah.

Volume limbah maksimal 3/4 wadah/ kantong limbah agar dapat

ditutup Limbah benda tajam

(terkontaminasi atau tidak) dimasukkan ke

dalam safety box/sharp container

Wadah/ kantong limbah tidak boleh dibiarkan

terbuka.

(57)

Tips Dasar Penanganan Limbah Medis

Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)

yang sesuai saat penanganan limbah

Jangan melakukan pemadatan limbah

dgn menggunakan tangan/kaki untuk

menghindari kemungkinan tertusuk benda

tajam.

Limbah farmasi dalam jumlah besar

harus dikembalikan ke supplier atau pihak pengelola limbah B3 untuk

pemusnahan.

Ikat kantong plastik dengan ikatan tunggal/kepang.

Dilarang mengikat dengan selotip atau

sejenis.

(58)

Kesiagaan Menghadapi Kondisi

Darurat & Bencana di RS

(59)

KONDISI DARURAT DAN/ATAU BENCANA

Kondisi Darurat adalah suatu keadaan tidak normal/tidak diinginkan di RS yang beresiko

membahayakan manusia, merusak peralatan/harta benda atau merusak lingkungan sekitarnya yang masih dapat ditangani oleh sumber daya internal Rumah

Sakit.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologi yang tidak

dapat ditangani sendiri oleh sumber daya internal Rumah Sakit.

(60)

Sumber Bencana di RS

Alam

(banjir, badai, gempa, tsunami,

asap kebakaran hutan, wabah, dll)

Teknologi

(kegagalan suplai listrik/air/oksigen/g

as, system komunikasi, dll)

Manusia

(kecelakaan massal, teror, demo, ancaman bom, dll)

B3

(tumpahan bahan beracun, kimia, dll)

(61)

PERISTIWA BENCANA RS

BENCANA RS

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

• Gempa bumi

• Letusan gunung berapi

• Tsunami

• Tanah longsor

• Kekeringan

• Angin topan

• Gelombang pasang/badai

• Likuifaksi

• Banjir

• Kecelakaan transportasi

• Kegagalan

konstruksi/teknologi

• Kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia

• Ledakan nuklir

• Dampak industri (kimia/biologi, dll)

• Pencemaran lingkungan

• Outbreak/Wabah/pandemi penyakit

• Konflik sosial dipicu oleh kecemburuan sosial,

budaya, ekonomi dan SARA

• Demonstrasi/ huru-hara

• Aksi terror

• Sabotase

(62)

KEADAAN DARURAT RS

KEADAAN DARURAT

Kedarurat Keselamatan dan Keamanan

Tumbahan Bahan dan Limbah B3

Kegagalan peralatan medik dan non medik

Kedaruratan utilitas RS

Penyakit Infeksi Emerging (PIE)

Demonstrasi/ huru- hara

Penculikan bayi

Kekerasan dalam Rumah Sakit

Risiko kecelakaan yang diakibatkan oleh

kondisi gedung

Tumpahan Sitotksik

Kebocoran paparan radiasi

Tumpahan limbah infeksius

dll

Kerusakan Ventilator

Kegagalan fungsi mesin anastesi

dll

Kegagalan kelistrikan

Kegagalan

ketersediaan air

kegagalan informasi teknologi/ IT

kegagalan sistem tata udara

Outbreak

wabah

pandemi penyakit

Kondisi darurat di Rumah Sakit dapat berkembang menjadi bencana apabila tidak dapat ditangani oleh sumber daya internal Rumah Sakit.

(63)

Hazard vulnerability assessment (HVA)

• HVA adalah proses untuk mengidentifikasi kerentanan

(vulnerabilitas) tertinggi RS terhadap bahaya alam & buatan manusia serta dampak langsung & tidak langsung bahaya ini terhadap RS dan masyarakat. RS harus mendokumentasikan tinjauan HVA mereka setiap tahun dan menginformasikan keseluruh staf RS .

• Menilai risiko yang terkait dengan setiap bahaya (misalnya, probabilitas terjadinya bencana dan konsekuensi bagi

masyarakat), dan mempelajari temuan untuk

mengembangkan perbandingan prioritas kerentanan bencana.

• Sebuah HVA dapat dilakukan di tingkat masyarakat atau di rumah sakit (dan fasilitas perawatan kesehatan lainnya)

(64)
(65)

Bencana Terjadi di RS

• Perlu penyelamatan pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit itu sendiri. Bila memungkinkan penyelamatan dokumen atau Alkes.

• Mengetahui kepadatan dan distribusi masyarakat RS, mengetahui

fasilitas penyelamatan di RS, membuat perencanaan alur evakuasi di RS

• Pencegahan bila memungkinkan lebih baik dari penanganan bencana

yang terjadi di RS

(66)

FAKTOR UTAMA YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN RS MENANGANI KEADAAN BENCANA :

• KESIAPAN KAPASITAS LEBIH

PERSEDIAAN OBAT-OBATAN & ALKES

ORGANISASI YANG MEMADAI

INFRA STRUKTUR YANG TANGGUH

STAF YANG TERLATIH

RENCANA KONTINJENSI/Disaster plan

(67)

KOMUNIKASI DARURAT

Emergency Code

Komunikasi keadaan darurat/bencana di rumah

sakit dilakukan dengan paging sistem, Handy Talky,

telepon meja dan telepon genggam. Hal tersebut

akan memudahkan untuk dapat berkomunikasi

secara internal, sehingga bila terdengar tentang

kode bencana hanya staf yang mengerti dan tidak

membuat panik pengunjung dan pasien

(68)

Emergency Code

Blue

Gawat darurat, Informasi yang

menyatakan terjadinya suatu keadaan seseorang yang henti nafas atau henti jantung.

1 perawat bantu pasien

1 orang hubungi operator paging atau tekan tombol Code Blue

Dokter yang bertugas di lantai lain & perawat di ruang/lantai terdekat menuju ruang yang dimaksud.

Red

Kebakaran, Informasi yang menyatakan terjadinya situasi yang dicurigai dapat menimbulkan bahaya kebakaran dan asap, atau sudah terjadinya suatu keadaan

kebakaran di area tertentu.

1 org mengevakuasi pasien ke tempat aman

1 org pecahkan alarm hydrant/ gunakan APAR

1 org hubungi security/ operator paging

Tim Security, Maintenance, Housekeeping &

K3 menuju lokasi

Green

Evakuasi, Informasi yang menyatakan perintah untuk melakukan evakuasi pasien, karyawan, pengunjung.

Komandan hubungi security/ operator paging

Tim inti K3 dan pendukung K3 membantu melakukan evakuasi

(69)

Tim Tanggap Darurat atau

Bencana

(70)

Tim Penanggulangan Bencana

TIM PEMADAM

Mencari sumber api dan melakukan pemadaman tingkat

awal.

TIM EVAKUASI

Memandu evakuasi seluruh penghuni melalui tangga darurat

menuju titik berkumpul.

TIM PENYELAMAT DOKUMEN

Melakukan penyelamatan dokumen dan barang

berharga ke Posko.

TIM KEAMANAN

Menghentikan aliran gas medis dan mengamankan lokasi kebakaran dari orang-

orang yang tidak bertanggungjawab

(71)

Tim Tanggap Darurat atau Bencana

Tentukan Petugas TTD pada setiap awal pergantian shift dan tuliskan pada papan yang tersedia di unit kerja.

Setiap staf yang ditunjuk wajib

memahami tugas dan tanggungjawabnya saat terjadi bencana.

Apabila jumlah staf di ruangan kurang dari 4 orang, pembagian tugas minimal adalah :

Tim Pemadam

Tim Penyelamat Dokumen (untuk ruangan yang tidak ada pasien) atau Tim Evakuasi (untuk ruangan yang memiliki pasien)

(72)

Penanda Tim

Tanggap Darurat dan/atau Bencana

Tim tanggap darurat/bencana

menggunakan penanda yang menjelaskan tugas dan fungsinya.

Penanda dapat berupa tanda pengenal yang ditempel dan dapat dilihat oleh karyawan, helm, jaket atau pin.

Jenis penanda disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan Rumah Sakit masing-

masing.

(73)

SK TIM

TANGGAP

DARURAT

BENCANA

(74)

Kotak K3 (Fire Safety Equipment Box)

Standard Equipment

▪ Helmet

▪ Senter

▪ Head lamp

▪ Kampak

▪ Goggle

▪ Smoke masker

▪ Fire blanket

▪ Megaphone

Pastikan kotak K3 selalu dalam keadaan terkunci untuk menghindari alat hilang atau penyalahgunaan alat.

(75)

Prioritas Evakuasi Pasien

Berdasarkan Kondisi atau Tingkat Ketergantungan Pasien

1. Warna Hijau : pasien yang mampu berjalan mandiri.

2. Warna Biru : pasien yang mampu berjalan mandiri dengan menggunakan

alat bantu atau bantuan orang lain/petugas.

3. Warna Hitam 1: pasien tidak mampu berjalan mandiri, mempunyai harapan

hidup tinggi, baik tanpa maupun dengan alat bantu atau obat-obatan.

4. Warna Hitam 2 : pasien tidak mampu berjalan mandiri, mempunyai harapan

hidup kecil, baik tanpa maupun dengan alat bantu atau obat-obatan.

5. Warna Biru dengan 3 Titik Putih : pasien tidak mampu berjalan mandiri,

tidak mempunyai harapan hidup, baik tanpa maupun dengan alat bantu atau

obat-obatan.

(76)

Metode Evakuasi Pasien

• Prioritas 1 → 1 orang perawat membantu 8 pasien.

• Prioritas 2 → 1 orang perawat membantu 4 pasien, dapat menggunakan kursi roda, kursi, tandu, selimut, atau dengan memapah. Mintalah bantuan keluarga pasien/pengunjung.

• Prioritas 3,4,5 → dapat menggunakan bed, ski sheet,

stretcher, tandu, evacuation chair, atau selimut.

(77)

Movie Clip : Penggunaan Ski Sheet

(78)

Pencegahan

dan Pengendalian

Kebakaran

(79)

Fakta tentang API

✓ Api merupakan peristiwa (bukan benda) yang merupakan reaksi kimia dari 3 komponen : PANAS, OKSIGEN/UDARA, dan BAHAN BAKAR. Jika salah satu komponen ini hilang maka api tidak akan menyala.

✓ Semakin banyak OKSIGEN, semakin PANAS api. Api yang kadar oksigennya tinggi akan berwarna biru sedangkan api yang rendah

oksigen akan mengeluarkan cahaya kuning karena mengandung partikel yang tidak terbakar sempurna.

✓ Api dapat dipadamkan dengan 3 cara, yakni :

1. Dengan menyerap PANAS yang dihasilkan dari pembakaran yakni dengan cara menyiramkan air.

2. Dengan menghilangkan OKSIGEN di sekitar api mis : dengan cara menyemprotkan racun api.

3. Dengan menghentikan/memutuskan sumber BAHAN BAKARnya.

(80)

KLASIFIKASI KEBAKARAN

Pemahaman jenis-jenis api kebakaran sangat

diperlukan untuk membantu memilih jenis

media pemadam yang sesuai dengan jenis api

yang akan dipadamkan.

(81)

KEBAKARAN KELAS A

Dari bahan-bahan mudah

terbakar seperti kayu, kertas,

karet, plastik

(82)

KEBAKARAN KELAS B

Dari cairan dan gas mudah menyala / terbakar seperti cairan minyak, pelumas, gas

(83)

KEBAKARAN KELAS C

Dari peralatan listrik yang masih berenergi

(84)

KEBAKARAN KELAS D

Dari bahan logam yang dapat menyala Materials : Combustible Metals

Magnesium

Titanium

Zirconium

Pottasium

Lithium

Calcium

Zinc

Semua medical equipment with battery itu 99% pakai lithium

(85)

KEBAKARAN KELAS K

Kebakaran dari nyala api kompor

(86)

1. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif : konstruksi atau

kompartemenisasi, pintu dan jendela tahan api, saluran udara, tangga darurat, dll.

2. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif : a. Sistem springkler otomatis

b. Pompa pemadam kebakaran (fire hydrant) c. Sistem deteksi dan alarm kebakaran

d. Sistem komunikasi (FCC/Fire Control Center) e. Ventilasi mekanik (Air pressure ventilation) f. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

g. Kotak K3 (Safety Equipment Box)

h. Mobil pemadam kebakaran (Damkar)

Sistem Proteksi Kebakaran

(87)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Serbuk Kimia (Dry

Chemical Powder)

Air (Water-H20)

Karbon Dioksida

(CO2)

Busa (Foam/AFFF)

Clean Agent (Halon Free)

(88)

Klasifikasi Api dan APAR

Kelas Api Bahan Sumber Api

Jenis APAR

Water Powder Foam CO2 Clean

Agent

A

Bahan padat non logam (plastik, kayu,

kertas, karet dll.)

✓ ✓ ✓  ✓

B

Bahan cair dan gas (minyak tanah,

bensin, solar, LPG dll.)

 ✓ ✓ ✓ ✓

C

Listrik (hubungan arus pendek /

korsleting listrik)

 ✓  ✓ ✓

D

Bahan padat logam (magnesium,

potassium, lithium, dll.)

 ✓   

K

Bahan minyak masak (minyak sayur,

minyak hewan, dll)

  ✓ ✓ 

D

(89)

07/04/2025

104

Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) di MRI

Kabut Air

(Water Mist)

(90)

Movie Clip : Cara Penggunaan APAR

(91)

Ketentuan Khusus

Ruang Medical Record dan sentral server tidak diperbolehkan mengunakan pemadam berbasis air

(92)

TIPS KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA

(93)

TIPS KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA

(94)

KESIMPULAN

Risiko Kecelakaan Kerja di Area Rumah Sakit Sangat Besar. Sehingga sangat penting menerapkan prinsip K3 selama bekerja untuk menghindari terjadinya

Kecelakaan Kerja maupun Penyakit Akibat Kerja.

(95)

Remember..,

Safety doesn’t happen by accident

thank you

(96)

DASAR HIGIENE PERUSAHAAN

& KESEHATAN KERJA

(HIPERKES)

Maharani Perdini, S.KM,

M.Ling

(97)

Definisi Hiperkes

Hiperkes adalah pengabungan antara dua disiplin ilmu yang

berbeda yaitu hygiene Perusahaan (teknis) dan kesehatan kerja

(medis) dalam satu kesatuan atau bersinergi secara serasi, sehingga mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif

(98)

Definisi Higiene Perusahaan

• Spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang meliputi mengenali, mengukur dan melakukan

penilaian/evaluasi terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan Perusahaan;

• Hasil pengukuran & evaluasi digunakan sebagai dasar Tindakan korektif & pengembangan pengendalian yang bersifat preventif terhadap lingkungan

kerja/Perusahaan;

• Higiene Perusahaan diterapkan agar dapat melindungi tenaga kerja dari faktor bahaya lingkungan kerja

(99)

KESEHATAN KERJA

Spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial melalui upaya :

Preventif Promotif Kuratif

Rehabilitatif di tempat kerja

(100)

Penerapan ilmu dan praktek Kesehatan Masyarakat di dunia kerja

Ilmu tentang antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian bahaya di tempat kerja

KESEHATAN KERJA

Upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja dan orang lain yang ada di tempat kerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang di akibatkan dari pekerjaan dan gangguan kesehatan lainnya

PP 28 Tahun 2024 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan

ILMU KESEHATAN KERJA

HTTPS://JDIH.KEMNAKER.GO.ID/ASSET/DATA_PUU/PP_NOMOR_88_TAHUN_2019.PDF

(101)

Sifat-Sifat

• Sasarannya adalah lingkungan kerja

• Bersifat teknis - teknologis

Higiene Perusahaan

• Sasarannya adalah manusia

• Bersifat medis/kesehatan

Kesehatan

Kerja

(102)
(103)

KESEHATAN

TENAGA KERJA

BEBAN KERJA

Fisik : Dominan menggunakan tenaga

Mental : Dominan menggunakan pikiran dan konsentrasi

LINGKUNGAN KERJA

Fisik, Kimia, Biologi, Ergonomi, Psikologi

KAPASITAS KERJA

Keterampilan, Kesegaran jasmani & Rohani, Ukuran tubuh, Status kesehatan dan gizi, Usia, Jenis kelamin

(104)

UUD 1945

Pasal 27, Ayat 2

AHLI K3 UMUM

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian.

(105)

UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA

Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970

Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam

melakukan pekerjaan untuk

kesejahteraan hidup dan

meningkatkan produksi dan

produktivitas

(106)

Pasal 86

Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

Moral & kesusilaan;

Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama

UU No. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan

Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

Perlindungan sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan peraturan

perundangan yang berlaku

Untuk melindungi keselamatan pekerja/

buruh guna mewujudkan produktifitas

kerja yang optimal diselenggarakan upaya K3

(107)

UU 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (mencabut UU 36 Tahun 2009)

Setiap orang berkewajiban menerapkan perilaku hidup sehat dan menghormati hak

kesehatan orang lain.

Setiap orang berhak hidup sehat secara fisik, jiwa dan

sosial.

Pasal 5 Ayat 1 Pasal 4 Ayat 1

(108)

UU No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja

Mewajibkan kepada pengurus untuk:

Melaksanakan ketentuan dan

syarat-syarat K3 sesuai ketentuan yang berlaku.

Memastikan semua potensi

bahaya telah dikendalikan secara aman.

Menjelaskan kepada para pekerja tentang potensi bahaya yang ada dan cara menghindari terjadinya kecelakaan.

Membentuk Lembaga K3,

menempatkan Personil K3 (Ahli K3, Dokter/Petugas Medis/Operator dll)

Menerapkan SMK3

(109)

SYARAT K3 YANG BERKAITAN

DENGAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA

(UU No. 1/1970, psl. 3)

1 5

2 6

3 7

4 8

Memberikan P3K Memperoleh penerangan

yang cukup dan sesuai Memberikan APD Menyelenggarakan suhu &

kelembaban udara yang cukup

Mencegah & mengendalikan timbul/menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, hembusan

Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban Mencegah dan mengendalikan

PAK

Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara kerja & proses kerjanya

(110)

Tujuan Utama dari Hiperkes

Mencapai derajat kesehatan tenaga kerja secara optimal pada pekerja

Meningkatkan produktifitas yang berlandaskan kepada perbaikan daya kerja dan pekerja

Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan

produktif

(111)

PP 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan

Pasal 232

Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja meliputi:

Promotif

Preventif

Kuratif

Rehabilitatif

Paliatif

Ditujukan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja. Wajib dipenuhi oleh Pengurus atau Pengelola tempat kerja dan Pemberi kerja di semua tempat kerja.

(112)

Penyelenggaraan Kesehatan Kerja

Pekerja terbebas dari penyakit dan gangguan

kesehatan serta cedera akibat kerja

Upaya preventif meliputi:

• Pencegahan penyakit akibat kerja;

• Pencegahan penyakit lainnya di tempat kerja.

Memperoleh derajat kesehatan

setinggi-tingginya pada kondisi sehat, bugar, dan

produktif

Mengobati penyakit, mencegah keparahan penyakit, mencegah

dan menurunkan tingkat kecacatan,

serta mencegah kematian

Promotif/

Peningkatan Kesehatan

Kuratif/ Upaya Penanganan

Penyakit Preventif/

Pencegahan Penyakit

(113)

Penyelenggaraan Kesehatan Kerja (2)

Memulihkan kondisi Pekerja

mencapai

kemampuan fisik, mental, dan sosial

yang optimal

Pemberian Pelayanan Kesehatan untuk meningkatkan kualitas

hidup pada penyakit yang mengancam kehidupan dan akhir kehidupan pada pekerja

yang berhubungan dengan KK dan PAK.

Paliatif/

Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif/

Pemulihan Kesehatan

(114)

STANDAR KESEHATAN KERJA DALAM UPAYA PROMOTIF (PP 28/2024)

Identifikasi risiko/bahaya dan masalah kesehatan

Peningkatan pengetahuan Kesehatan

& faktor risiko Kesehatan

Pembudayaan PHBS Pembudayaan K3

Pemenuhaa gizi seimbang pekerja Peningkatan Kesehatan fisik dan

jiwa

Kesehatan reproduksi.

(115)

STANDAR KESEHATAN KERJA DALAM UPAYA PREVENTIF (PP 28/2024)

Identifikasi, penilaian, dan pengendalian potensi bahaya kesehatan;

Pemenuhan persyaratan kesehatan lingkungan kerja;

Perlindungan kesehatan reproduksi

Pemeriksaan kesehatan

Penilaian kelaikan bekerja

Pemberian imunisasi dan/atau profilaksis bagi Pekerja berisiko tinggi;

Pelaksanaan kewaspadaan standar

Surveilans Kesehatan

Kerja

(116)

Pertolongan pertama pada cedera dan sakit yang terjadi di Tempat Kerja;

Standar Kesehatan Kerja dalam upaya kuratif meliputi:

(PP 28/2024)

Diagnosis dan tata laksana penyakit (menular, tidak menular, diakibatkan karena pekerjaan dan lingkungan kerja)

Penanganan kasus kegawat

daruratan medik dan/atau rujukan

01

02

03

05

(117)

STANDAR KESEHATAN KERJA DALAM UPAYA REHABILITATIF MELIPUTI:

(PP 28/2024)

Pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik, psikis & fungsi diakibatkan keadaan/kondisi sakit, penyakit/cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian Iisik/ rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal & sesuai dengan kebutuhan medis.

PEMULIHAN MEDIS

Upaya pemulihan pada Pekerja yang telah memiliki keterbatasan fisik/mental disebabkan PAK/bukan PAK/KK agar dapat membantu Pekerja meningkatkan toleransi fisik & melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga dapat kembali bekerja (program kembali bekerja)

PEMULIHAN KERJA

(118)

Standar Kesehatan Kerja dalam upaya Paliatif meliputi:

(PP 28/2024)

Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan masalah yang timbul karena penyakit yang tidak bisa sembuh sepenuhnya.

Perawataan dilakukan untuk penyakitserius, seperti kanker kerja, Alzheimer, diabetes, parkinson, demensia, AIDS, atau penyakit serius lainnya.

Terapi musik

Terapi seni

Terapi hewan

(119)

PROGRAM KEMBALI BEKERJA

Dalam upaya ini termasuk

Upaya terencana agar Pekerja yang mengalami cedera/sakit dapat segera kembali bekerja secara produktif, aman, dan berkelanjutan.

Pemulihan medis Pemulihan kerja

Pelatihan keterampilan Penyesuaian pekerjaan

Penyediaan pekerjaan baru

Penatalaksanaan biaya asuransi, dan kompensasi Partisipasi Pemberi Kerja

(120)

UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2023 TENTANG KESEHATAN

BAGIAN 15 : KESEHATAN KERJA

PASAL 98

PASAL 99

Upaya Kesehatan kerja dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran &

kemampuan perilaku hidup sehat & mencegah terjadinya PAK dan KK

Upaya Kesehatan kerja untuk melindungi pekerja & orang lain yang ada di tempat kerja agar hidup sehat & terbebas dari gangguan Kesehatan & pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan

(121)

PENYELENGGARAAN KESEHATAN KERJA HARUS DIDUKUNG OLEH: (PP 28/2024)

SUMBER DAYA MANUSIA

FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan, dan Tenaga Pendukung atau Penunjang Kesehatan.

Berbentuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama atau tingkat lanjutan

PERALATAN K3 Peralatan untuk pengukuran, pemeriksaan, peralatan lainnya (APD) sesuai faktor risiko/bahaya K3

PENCATATAN DAN PELAPORAN

PENDANAAN Asuransi kesehatan atau plafon kesehatan

(122)

HAK & KEWAJIBAN

• Berhak mendapatkan Upaya Kesehatan kerja;

• Berpartisipasi aktif menjaga Kesehatan, lingkungan tempat kerja yang sehat & aman, serta menaati peraturan K3 yang berlaku di tempat kerja

• Memenuhi standar upaya kesehatan kerja sesuai dengan standar Kesehatan kerja

• Berhak mendapatkan jaminan K3 saat berada di lingkungan tempat kerja.

• Berpartisipasi menjaga lingkungan tempat kerja yang sehat & menaati peraturan K3 yang berlaku di tempat kerja.

Tenaga Kerja/Pekerja

Pemberi Kerja

Orang Lain di Tempat Kerja

01

02

03

(123)

PENGAWASAN KESEHATAN KERJA

Serangkaian kegiatan pengawasan dari semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan atas obyek pengawasan Kesehatan Kerja

(124)

Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja

UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

UU No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan

PP No. 88 Tahun 2019 tentang tentang Kesehatan Kerja

Perpres No. 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja

Permenaker No. 10 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

Permenakertrans No. Per. 01/Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Paramedis Perusahaan Tata Cara Pemberian Program Kembali Bekerja serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan Kerja dan

Penyakit Akibat Kerja

(125)

Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja

Permenakertrans No. Per. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan

Keselamatan Kerja.

Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja

Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.

Permenaker No. Per. 01/Men/1998 tentang Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dengan Manfaat Lebih Baik

Permennakertrans No. Per. 25/Men/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis Dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan Dan

Penyakit Akibat Kerja

Permenkes No. 11 Tahun 2022 tentang Pelayanan Kesehatan Penyakit Kerja

(126)

Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja

Kepmenakertrans No. Kep. 68/Men/IV/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.

Permennakertrnas No. Per. 11/Men/2005 tentang Pencegahan dan

Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Tempat Kerja

Permenaker No. 13 Tahun 2022 tentang Penanggulangan TB di Tempat Kerja

Permennakertrans No. Per. 15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Temp

Referensi

Dokumen terkait

keselamatan kerja yang dapat dilakukan dengan sosalisasi berupa. poster terkait K3, risiko K3 dan cara

Pemenuhan standar K3 Rumah Sakit merupakan upaya untuk menjamin konsistensi dan efektivitas Rumah Sakit dalam pengendalian sumber bahaya untuk meminimalkan risiko, mengurangi

Untuk membuat perencanaan program K3, maka dalam penelitian ini akan dilakukan beberapa tahapan yaitu (1) mengidentifikasi risiko- risiko kecelakaan kerja pada setiap

K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana dengan

Tabel 2 Tingkat Kemapanan Implementasi Manajemen Risiko di Rumah Sakit Kota Gorontalo Rumah Sakit % Implementasi Manajemen Risiko RSUD Aloei Saboe 74,55 Tinggi RSIA Sitti

PENINGKATAN MUTU RUMAH SAKIT. Berisi apa saja yang harus dilakukan dalam rangka PENINGKATAN MUTU RUMAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja dan K3 terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Siloam

Pembahasan pentingnya K3 dan PAK, meliputi konsep dasar, jenis penyakit, faktor risiko, serta langkah pencegahan dan pengendalian di lingkungan