• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN PANGANDARAN

N/A
N/A
Dika Noer Setiadi

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN PANGANDARAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenhi salah syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik pada

Program Studi Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh

oleh:

AGUN TRIANA 3504170030

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

2021

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Otonomi daerah diberlakukan pada setiap daerah. Otonomi tersebut memberi daerah kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri.

Pemberian kewenangan otonomi dari pemerintah pusat kepada daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan di daerah. Agar Otonomi daerah dapat terlaksana sesuai dengan tujuan, maka kepada daerah perlu diberikan wewenang- wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan pemerintahan sebagai urusan rumah tangganya berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Penerapan otonomi daerah telah membuka peluang bagi daerah provinsi, daerah kabupaten/kota untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya membangun daerah guna mengimplementasikan makna otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan dasar yuridis penyelenggaraan pemerintah daerah, dan juga sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang pelayanan Administrasi Kependudukan, berorientasi bagi pelayanan kepada masyarakat, berproses pada

(3)

kegiatan administrasi kependudukan yang melibatkan berbagai pihak secara berjenjang dari desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten dan provinsi sampai ke pusat secara simultan terkoordinasi dengan jelas berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran Nomor 4 Tahun 2017 tentang Administrasi Kependudukan “bahwa dalam rangka tertib administrasi pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, Pemerintah Kabupaten Pangandaran perlu melaksanakan tertib administrasi kependudukan untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa kependudukan maupun peristiwa penting kependudukan yang dialami oleh setiap penduduk Kabupaten Pangandaran. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) merupakan suatu sistem informasi berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata sistem administrasi dibidang kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi dan juga membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan didalam menyelenggarakan layanan kependudukan. SIAK bisa menjadi solusi dari masalah kependudukan yang ada. Dengan adanya pengelolaan data secara online maka kelemahan- kelemahan pengolahan data secara konvensional dapat ditekan. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) diharapkan dapat memberi pelayanan terbaik kepada publik lebih berorentasi pada kebutuhan masyarakat, sehingga secara otomatis berbagai fasilitas pelayanan publik harus lebih didekatkan pada data Penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan

(4)

tersimpan di dalam database kependudukan dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan.

Dalam pelaksanaannya Sistem Informasi Adminnistrasi Kependudukan belum begitu memuaskan karena masih adanya kendala - kendala yang dihadapi oleh Pemerintah dalam hal ini Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran, kendala - kendala tersebut adalah:

1) Pengadaan infrastruktur telekomunikasi masih sangat terbatas untuk memenuhi layanan penduduk saat ini hanya terdapat 1 (satu) server (bantuan Pemerintah Pusat), apabila terjadi masalah dapat mengganggu secara total pelayanan.

2) Alat berupa Printer, Scanner, UPS sangat terbatas, kalau ada kerusakan, akan terjadi kelambatan dalam proses pelayanan.

3) Tenaga professional bidang komputerisasi dan tenaga pelaksana/operator masih kurang.

4) Kondisi geografis yang tersebar sampai ke kecamatan atau desa dan tentunya masih adanya keterbatasan dana dalam pengadaan infrastruktur tersebut.

Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul "Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran"

1.2. Rumusan Masalah

(5)

Rumusan masaah pada penelitian ini adalah : Bagaimana Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah unutuk mengetahui Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran adalah sebagai berikut :

1) Kegunaan Teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran

b) Diharapkan hasil penelitian dapat menembah referensi keilmuan khususnya dalam hal sImplementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran.

c) Diharapkan hasil penelitian ini menambah kepustakaan pada Program Studi Admisnistrasi Publik.

2) Kegunaan Praktis

(6)

a) Memberikan kontribusi bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran, khususnya dalam penerapan Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

b) Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung bagi peneliti dalam menganalisis penerapan Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran.

c) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi dan evaluasi bagi inas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran dalam penerapan penerapan Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu

Dengan diambilnya penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan sebagai perbandingan dan acuan. Selain itu, penelitian terdahulu ini untuk menghindari adanya kesamaan dalam penelitian yang telah dilakukan.

N o

Nama Peneliti

Tempat dan Waktu Penelitian

Judul Penelitian

Pendekata

n Hasil Penelitian 1 Lestari Manado

2017 Implementasi

Sistem Informasi Administrasi Kependuduka n (SIAK) Di Dinas

Kependuduka

n dan

Pencatatan Sipil Kota Manado

Kualitatif Kepentingan instansi terkait dalam

memperlihatkan citera yang baik kepada

masyarakat tetapi dalam segi

pelaksanaannya masih kurang begitu baik yang dirasakan masyarakat yang banyak menuai keluhan.

Perbaikan kinerja aparatur sangat penting untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Manfaat yang dihasilkan mempermudah proses

pencarian data

(8)

penduduk karena sudah berbasis

komputeralisasi sehingga lebih mudah dan lebih cepat.

2 Ayu

Astuti Faisal

Maros, 2014

Sistem Informasi Administrasi Kependuduka n (SIAK) pada Dinas

Pencatatan

Sipil dan

Administrasi Kependuduka n Kabupaten Maros.

Kualitatif Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan pada Dinas Pencatatan Sipil dan

Administrasi Kependudukan Kabupaten Maros belum optimal

dikarenakan

masih ada

kendala yang dihadapi dalam penerapan SIAK seperti sarana dan prasarana yang masih kurang jumlahnya, sosialisasi yang tidak dilakukan berkala.

3 Puguh

Adi Nugroh o dan Hardi

Semarang, 2012

Sistem Informasi Administrasi Kependuduka n (SIAK) Pada Dinas

Kependuduka

n Dan

Pencatatan Sipil Kota Semarang

Kualitatif Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Pada Dinas

Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Semarang Dengan adanya

(9)

partisipasi warga menekan pada partisipasi langsung dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses

kepemerintahan . Partisipasi warga di Pulo Dogom

Kecamatan Kualah Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara telah mengalihkan Pengertian partisipasi dari sekedar

kepedulian terhadap kaum tersisi

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Implementasi Kebijakan

Implementasi dapat disinkronisasikan dari konsep penelitian terhadap suatu kebijakan atau peraturan perundangan-undangan yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Karena implementasi merupakan kegiatan yang penting dari keseluruhan proses perencanaan kebijakan.

Menurut Mulyadi (2015:12), implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu

(10)

keputusan. Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga merupakan upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program dilaksanakan.

Menurut Lister dalam (Taufik dan Isril, 2013:136), “sebagai sebuah hasil, maka implementasi menyangkut tindakan seberapa jauh arah yang telah diprogramkan itu benar-benar memuaskan”.

Sedangkan menurut Horn (Tahir, 2014:55), “mengartikan implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh baik individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam kebijakan”. Menurut Ekawati (Taufik dan Isril, 2013:136) menyatakan, “bahwa definisi implementasi secara eksplisit mencakup tindakan oleh individu/kelompok privat (swasta) dan publik yang langsung pada pencapaian serangkaian tujuan terus menerus dalam keputusan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas tersebut dapat diketahui bahwa pengertian implementasi merupakan suatu proses yang berkaitan dengan kebijakan dan program-program yang akan diterapkan oleh suatu organisasi atau institusi, khususnya yang berkaitan dengan institusi negara dan menyertakan sarana dan prasarana untuk mendukung program- program yang akan dijalankan tersebut.

(11)

2.2.2. Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan salah satu program yang menyertakan sarana dan prasarana dibuat oleh sutau organisasi atau institusi publik yang membutuhkan penerapan dan tujuan ke khalayak ramai dengan mempertimbangkan berbagai hal yang menghambat dan mendukungnya.

Menurut Thoha (2014:106), dalam arti yang luas policy mempunyai dua aspek pokok antara lain:

a) Policy merupakan praktika sosial, ia bukan event yang tinggal atau terisolir.

Dengan demikian, sesuatu yang dihasilkan pemerintah berasal dari segala kejadian dalam masyarakat dan dipergunakan pula untuk kepentingan masyarakat. Kejadian semacam ini tumbuh dalam praktika kehidupan masyarakat, dan tidak merupakan peristiwa yang berdiri sendiri, terisolasi dan asing bagi masyarakat.

b) Policy adalah suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh baik untuk mendamaikan claim dari pihak-pihak yang konflik, atau untuk menciptakan incentive bagi tindakan bersama bagi pihak-pihak yang ikut menetapkan tujuan akan tetapi mendapatkan perlakuan yang tidak rasional dalam usaha bersama tersebut.

Dari dua asepk pokok tersebut dapat disimpulkan bahwa policy di satu pihak dapat berbentuk suatu usaha yang komplek dari masyarakat untuk kepentingan masyarakat, di lain pihak policy merupakan suatu teknik atau cara untuk mengatasi konflik dan menimbulkan insentif.

Sedangkan menurut Laswell dan Kaplan (Nugroho,2014:125),

“sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu

(12)

nilai-nilai tertentu, dan praktek-praktek tertentu (a projected program of goals, values, and praktives)”.

Selanjutnya menurut Syafiie (Tahir, 2014:20), kebijakan (policy) hendaknya dibedakan dengan kebijaksanaan (wisdom) karena kebijaksanaan merupakan pengejawantahan aturan yang sudah ditetapkan sesuai situasi dan kondisi setempat oleh person pejabat yang berwenang.

Kebijakan publik adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah karena akan merupakan upaya memecahkan, mengurangi, dan mencegah suatu keburukan serta sebaliknya menjadi penganjur, inovasi, dan pemuka terjadinya kebaikan dengan cara terbaik dan tindakan terarah.

Solichin (Waluyo, 2007:43) menyatakan, “kebijakan publik memiliki daya ikat yang kuat terhadap masyarakat secara keseluruhan (community as a whole) dan memiliki daya paksa tertentu yang tidak dimiliki kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh organisasi-organisasi swasta”.

Kemudian Keban (Tahir, 2014:20) mengemukakan, public policy dapat dilihat dari konsep filosifis, sebagai suatu produk, sebagai suatu proses, dan sebagai suatu kerangka kerja. Sebagai suatu konsep filosofis, kebijakan merupakan serangkaian prinsip, atau kondisi yang diinginkan,s ebagai suatu produk, kebijakan dipandang sebagai serangkaian kesimpulan atau rekomendasi, dan sebagai suatu proses, kebijakan dipandang sebagai suatu cara dimana melalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya, dan sebagai suatu kerangka kerja, kebijakan

(13)

merupajkan suatu proses tawar menawar dan negosiasi untuk merumuskan isu-isu dan metode implementasinya.

Sedangkan Kapioru (2014:104) mengemukakan, kebijakan diasumsikan sebagai suatu “pesan” dari pemerintah federal (pusat) kepada pemerintah daerah. Keberhasilan implementasi pesan tersebut sangat dipengaruhi oleh 3 hal pokok:

a) isi kebijakan (the content of the policy message).

b) format kebijakan (the form of the policy message).

c) Reputasi aktor (the reputation of the communicators).

Kemudian menurut Meter dan Horn (Syahida, 2014:11), ”kebijakan publik selalu mengandung setidaknya tiga komponen dasar, yaitu tujuan yang luas, sasaran yang spesifik dan cara mencapai sasaran tersebut.

Dengan demikian, komponen ketiga dari suatu kebijakan, yaitu cara, merupakan komponen yang berfungsi untuk mewujudkan dua komponennya yang pertama, yakni tujuan dan sasaran khusus. Cara ini biasa disebut sebagai implementasi, Misalnya, mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik secara individu maupun kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagaimana dirimuskan di dalam kebijakan.

Kegiatan implementasi ini baru dilakukan setelah kebijakan memperoleh pengesahan dari legislatif dan alokasi sumberdayanya juga disetujui.

Karniawati (2010:6) menyatakan, “kebijakan adalah sebuah mata rantai yang saling teri-kat dan saling ketergantungan satu dengan lainnya dimana

(14)

keterkaitan tersebeut dis-erahkan kepada masyarakat sebagai objek dari kebijakan untuk melaksanakan kebija-kan atau tidak melaksanakan tersebut”.

Berdasarkan pengertian kebijakan publik yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas tersebut dapat digarisbawahi bahwa kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan pemerintah, kebijakan publik harus berorientasi kepada kepentingan publik, dan kebijakan publik adalah tindakan pemilihan opsi atau alternatif untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah demi kepentingan publik atau masyarakat

2.2.3. Konsep Sistem Informasi

Secara umum sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang- orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, member sinyal kepada manajemn dan yang lainnya terhadap kejadian-keajidan interbal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.

Menurut Sutabri (2005: 36) Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mepertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi organisasi yang bersifat menajerial dalam kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat

(15)

menyediakan informasi kepada pihak luar tertentu dengan laporanlaporan yang diperlukan.

Menurut Sidharta (1995: 11) sebuah sistem informasi adalah sistem buatan manusia yang berisi himpunan terintegrasi dari komponen- komponen manual dan komponen-komponen terkomputerisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan data, memproses data, dan menghasilkan informasi untuk pemakai.

Rosses (Jogiyanto, 2005: 11) mengemukakan bahwa sistem informasi adalah suatu sistem di dalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan penglola transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

2.2.4. Konsep Sistem Informasi Manajemen

Kondisi kebutuhan informasi yang handal bagi organisasi kemudian dikenal sebagai suatu sistem pengelolaan informasi yang diberi nama Sistem Informasi Manajemen (SIM). Tujuan adanya SIM adalah supaya organisasi memiliki suatu sistem yang dapat dihandalkan dalam mengolah data menjadi informasi yang bermafaat dalam pembuatan keputusan manajemen, baik yang menyangkut keputusan – keputusan rutin maupun keputusan – keputusan strategis. Dengan demikian SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas- tugas organisasi.

(16)

Kelley dalam Effendy (1989:109) menyatakan bahwa ‘SIM adalah perpaduan sumber manusia dan sumber yang berlandaskan computer yang menghasilkan kualitas penyimpanan, perolehan kendali, komunikasi dan penggunaan data untuk tujuan operasi manajemen yang efisien bagi perencanaan bisnis’.

Dalam literature yang sama Holmes dalam Effendy (1989:112) mengemukakan pula bahwa Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah

‘suatu sistem yang dirancang untuk menyajikan informasi pilihan yang berorientasi kepada keputusan yang diperlukan oleh manajemen guna merencanakan, mengawasi, dan menilai aktivitas organisasi’.

Dirancangnya itu didalam kerangka kerja yang menitikberatkan pada perencanaan keuntungan, perencanaan penampilan dan pengawasan pada semua tahap.

Sedangkan menurut Scott, sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.

Robert G. Murdick dan Joel e. Ross dalam bukunya yang berjudul

“Sistem Informasi untuk Manajemen Modern” (terjemahan) mendefinisikan SIM sebagai berikut: “SIM” adalah proses komunikasi dimana informasi masukan (input) direkam, disimpian, dan diproses untuk

(17)

menghasilkan output yang berupa keputusan tentang perencanaan, pengoperasian, dan pengawasan”.

Joseph F. Kelly dalam bukunya “Computerized Management Information Sistem” mendefinisikan SIM sebagai berikut: “SIM” adalah perpaduan sumber daya manusia dan sumber daya yang berbasis computer yang menghasilkan kumpulan penyimpanan, komunikasi dan penggunaan data untuk tujuan operasi manajemen yang efisien serta perencanaan bisnis. Gordon B. Davis dalam bukunya yang berjudul “Management Information Sistem; Conceptual Foundation, Strukcture and Development” mendefenisikan SIM sebagai berikut:“SIM” adalah sistem manusia/mesin yang terpadu guna menyajikan informasi untuk mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi”.

Drs. Soetodjoe Moeljohardjo dalam bukunya “Management Information System” mendefinisikan SIM sebagai berikut:“SIM” adalah suatu metode untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu bagi manjemen tentang lingkungan luar organisasi dan kegiatan operasi di dalam organisasi, dengan tujuan untuk menunjang proses pengambilan keputusan serta memperbaiki proses perencanaan dan pengawasan.

2.2.5. Elemen-Elemen Sistem Informasi Manajemen

Adapun elemen-elemen Sistem Informasi Manajemen dikemukakan oleh Davis (2002: 15) terdiri dari:

a) Hardware, terdiri dari computer, peripheral (printer) dan jaringan.

(18)

b) Software, merupakan kumpulan dan perintah atau fungsi yang ditulis dengan aturan tertentu untuk memerintahkan computer melaksanakan tugas tertentu.

c) Data, merupakan komponen dasar dari informasi yang akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan informasi.

d) Manusia, yang terlibat dalam komponen manusia seperti operator, pemimpin sistem informasi dan sebagainya. Oleh sebab itu perlu suatu rincian tugas yang jelas.

e) Prosedur, seperti dokumentasi prosedur/ proses sistem, buku penuntun operasional (aplikasi) dan teknis.

Menurut (Sutabri, 2005: 101) mengandung unsur berikut :

a) Manusia . Setiap SIM yang berbasis komputer harus memperhatikan unsur manusia supaya sistem yang diciptakan bermanfaat. Hendaknya diingat bahwa manusia merupakan penentu keberhasilan suatu SIM dan manusialah yang akan memanfaatkan informasi yang dihasilkan oleh SIM. Unsur manusia dalam hal ini adalah para staf computer professional dan para pemakai (computer users).

b) Perangkat keras (hardware). Istilah perangkat keras merujuk pada perkakas mesin. Karena itu, perangkat keras terdiri dari computer itu sendiri yang terkadang disebut sebagai central processing unit (CPU) beserta semua perangkat pendukungnya. Perangkat pendukung yang dimaksud adalah perkakas penyimpanan (memory),dan perkakas komunikasi.

c) Perangkat lunak (software).Istilah perangkat lunak merujuk pada program – program computer beserta petunjuk – petunjuk (manual) pendukungnya. Yang

(19)

disebut program computer adalah instruksi – instruksi yang dapat dibaca oleh mesin yang memerintahkan bagian- bagian perangkat keras SIM berbasis computer untuk berfungsi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat dari data yang tersedia.

d) Data. Seperti telah diuraikan sebelumnya, data adalah fakta-fakta yang akan dibuat menjadi informasi yang bermanfaat. Data inilah yang akan diklasifikasikan, dimodifikasi atau diolah oleh program-program supaya dapat menjadi informasi yang tepat guna, tepat waktu dan akurat.

e) Prosedur. Prosedur adalah peraturan-peraturan yang menentukan operasi sistem computer. Misalnya, peraturan bahwa setiap permintaan belanja barang di suatu instansi harus tercatat di dalam database computer atau peraturan bahwa setiap akses operator computer kepada pengolah induk harus dilaporkan waktu dan otoritasnya.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa SIM adalah suatu sistem yang dapat menghasilkan informasi yang siap untuk dipergunakan oleh manajemen dalam mengambil keputusan.

2.2.6. Konsep Administrasi Kependudukan

Pengertian Administrasi Menurut Dr. Sondang Siagian (2012:13)

“Admintrasi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasrkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

Menurut The Liang Gie (2009:9) dalam bukunya administrasi perkantiran modern mengatakan bahwa "administrasi memiliki pengertian dalam arti

(20)

luas, yaitu Adminstrasi merupakan proses kerjasama beberapa individu dengan cara yang efisien dalam mencapai tujuan sebelumnya, hal tersebut menyelesaikan bahwa serangkaian kegiatan yang memerlukan proses kerja sama dan bukan merupakan hal yang baru karena dia telah timbul bersama-bersama dengan timbulnya pemidahan manusia".

Menurut Irra Chisyanti Dewi (2011:3) dalam buku Pengantar Ilmu Administrasi sebagai berikut:

1) Administrasi dalam arti sempit, yaitu Administrasi berasal dari kata Administratie (bahasa Belanda), yang diartikan sebagai pekerjaan tulis menulis atau ketatausahaan atau kesekretarisan, meliputi kegiatan:

menerima, mencatat, menghimpun, mengolah, mengadakan, mengirim, menyimpan.

2) Administrasi dalam arti luas, yaitu Administrasi merupakan proses kerjasama beberapa individu dengan cara yang efiesien dalam mencapai tujuan sebelumnya.

Definisi Administrasi Kependudukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penertiban dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

2.2.7. Tujuan Administrasi Kependudukan

Menurut The Liang Gie (2009:12) Tujuan administrasi terbagi menjadi dua yaitu :

1) Tujuan Jangka Panjang

Tujuan jangka panjang lebih kepada organisasi itu sendiri, artinya dengan adanya pola administrasi, ditujukan untuk mencapai target sebuah

(21)

organisasi pada dasarnya tujuan jangka panjang tidak dibuat oleh sembarang orang dalam organisasi melainkan oleh para pemilik organisasi tersebut, yang bersifat :

- Ideal

- Administrasi bersifat general - Kualifikasi tidak terbatas 2) Tujuan jangka pendek

Tujuan administrasi jangka pendek organisasi bersifat lebih kecil, biasanya dibuat oleh sub –sub divisi dari organisasi untk kebijakan divisinya.

Tujuan jangka pendek bersifat spesifik,ruang lingkup kecil dan kualifikasinya terbatas.

Tujuan administrasi kependudukan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2011 tentang Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, Pasal 3 menyebut bahwa penyelenggaraan Administrasi Kependudukan bertujuan untuk:

a) Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami penduduk.

b) Memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum penduduk;

c) Mengelola, menyajikan data dan informasi kependudukan mengenai pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil secara kurat, lengkap dan mutakhir;

d) Mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara terpadu;

e) Memberikan perlindungan atas data pribadi penduduk; dan

f) Menyediakan data penduduk yang menjasi rujukan dasar bagi sector terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

(22)

Dalam undang-undang tentang Administrasi Kependudukan, setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:

a) Dokumen Kependudukan.

b) Pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

c) Perlindungan atas data pribadi.

d) Kepastian Hukum atas Kepemilikan Dokumen.

e) Informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas dirinya atau keluarganya, dan

f) Ganti rugi serta pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta pendayagunaan data peribadi oleh instansi pelaksana.

2.2.8. Konsep Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Menurut Sudjarwo, (2004 : 75) menyatakan bahwa:

Administrasi kependudukan diartikan sebagai pelayanan di bidang kependudukan yang diberikan oleh aparat pemerintah dan nonpemerintah dari tingkat pusat sampai tingkat desa atau kelurahan , RW dan RT. Pada pelayanan administrasi kependudukan, aparat pemerintah dan nonpemerintah memberikan pelayanan misalnya pengurusan izin nikah, permohonan KTP, surat keterangan, dan kartu keluarga, dan surat-surat kependudukan yang lain.

Menurut Nugraha, (2014:2). Defenisi Sistem Informasi Admnistrasi Kependudukan, yaitu suatu sistem berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi dibidang kependudukan dan juga membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan dalam menyelenggarakan layanan kependudukan.

(23)

Definisi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, SIAK merupakan sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.

2.2.9. Tujuan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

Tujuan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Menurut Syarief, (2011:6) Dalam mendukung pelayanan administarsi kependudukan, penerapan teknologi sangat penting untuk menjawab kecepatan dalam proses pendayagunaan data individu penduduk. Dengan meningkatnya ketertiban dan keterpaduan administrasi kependudukan akan sangat berguna bagi perumusan kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan berbagai program pembangunan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, pengelolaan SIAK bertujuan:

1) Meningkatkan kualitas pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

2) Menyediakan data dan informasi skala nasional dan daerah mengenai hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang akurat, lengkap, mutakhir dan mudah diakses;

(24)

3) Mewujudkan pertukaran data secara sistemik melalui sistem pengenal tunggal, dengan tetap menjamin kerahasiaan.

2.2.10. Unsur-Unsur Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Menurut Nugraha, (2014:4) menyatakan bahwa unsur – unsur sistem administrasi yaitu:

1) Tempat pelayanan;

2) Pusat data;

3) Pusat data cadangan;

4) Database;

5) Perangkat teknologi informasi dan komunikasi;

6) Sumber daya manusia;

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, SIAK merupakan satu kesatuan kegiatan terdiri dari unsur:

a) Database;

b) Perangkat teknologi informasi dan komunikasi;

c) Sumber daya manusia;

d) Pemegang hak akses;

e) Lokasi database;

f) Pengelolaan database;

g) Pemeliharaan database;

h) Pengamanan database;

i) Pengawasan database;

(25)

j) Data cadangan (back-up data/disaster recovery centre);

k) Perangkat pendukung;

l) Tempat pelayanan;

m) Pusat data;

n) Pusat data cadangan; dan o) Jaringan komunikasi data.

2.2.11. Komponen Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Komponen sistem informasi menurut Romney dan Steinbart (2015:11) yaitu:

1) Orang yang menggunakan sistem,

2) Prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan data,

3) Data mengenai oraganisasi dan aktivitas bisnisnya 4) Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data

5) Infrastruktur teknologi informasi, meliputi komputer, perangkat periferal dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan.

6) Pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang menyimpan data Dalam Sistem Informasi Administrasi Kependudukan terdapat 3 komponen. Diantaranya, pendaftaran penduduk, pencatatan sipil dan pengolahan informasi. Dari operasional ketiga komponen tersebut selanjutnya terjabarkan sebagai aktivitas pelayanan kepada masyarakat dan institusi terkait.

a) Pendaftaran Penduduk

Sarana untuk membangun basis data dan menerbitkan identitas bagi setiap penduduk dewasa dengan mencamtukan Nomor Penduduk sebagai identitas tunggal. Dari kegiatan pendaftaran penduduk ini kemudian

(26)

diterbitkan 3 dokumen, yaitu: Nomor Induk Kependudukan (NIK), Kartu Keluarga, dan KTP.

b) Pencatatan Sipil

Merupakan sarana untuk mencatat peristiwa penting yang dialami penduduk dan perlu dilegalisir oleh negara melalui penerbitan dokumen yang sah menurut hukum dalam bentuk akta catatan sipil. Beberapa peristiwa penting yang harus dilaporkan diantaranya:

a. Kelahiran b. Kematian c. Perkawinan d. Perceraian

c) Pengelolaan Informasi Kependudukan

Pengelolaan data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil melalui suatu media atau alat yang akan menjadikannya sebagai informasi tentang perkembangan penduduk dari waktu ke waktu. Karena ouptutnya informasi, maka komponen ini sering disebut juga sebagai pengelolaan informasi.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengkajian, Pengembangan Dan Pengelolaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan;

a) Pengelola SIAK di pusat paling sedikit, terdiri dari:

a. kepala pusat data dan pusat data pengganti;

b. manager keamanan;

(27)

c. supervisor aplikasi SIAK;

d. supervisor ajudikasi identifikasi sidik jari;

e. sistem analis;

f. programmer;

g. administrator database;

h. administrator perangkat keras;

i. administrator jaringan;

j. administrator pelayanan bantuan (help desk);

k. administrator ajudikasi identifikasi sidik jari;

l. ajudikator identifikasi sidik jari;

m. operator; dan n. teknisi.

b) Pengelola SIAK di provinsi, paling sedikit terdiri dari:

a) kepala pusat data;

b) manager keamanan;

c) supervisor aplikasi SIAK;

d) sistem analis;

e) programmer;

f) administrator database;

g) administrator perangkat keras;

h) administrator jaringan;

i) operator; dan j) teknisi.

(28)

2.3. Kerangka Pemikiran

Sistem Informasi Kependudukan di sajikan dengan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam memberikan pelayanan akta kelahiran dan kematian pada Sub Bidang Akta Kelahiran dan Kematian pada Kantor Dinas Kepandudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran. Menurut Menurut Nugraha, (2014:2) Sistem Informasi Admnistrasi Kependudukan yaitu suatu sistem berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi dibidang kependudukan dan juga membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan dalam menyelenggarakan layanan kependudukan.

Penelitian ini berfokus pada 3 dimensi yang menjadi dasar penilaian terhadap pelayanan menurut Mazmanian dan sabatier dalam Mulyadi (2016:70) mengemukakan bahwa ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni:

1) Karakteristik dari masalah, dengan indikator:

a) Tingkat kesulitan teknis dari maslah yang bersangkutan b) Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran

c) Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi d) Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan

2) Karakteristik kebijakan/undang-undang, dengan indikator:

a) Kejelasan isi kebijakan;

b) Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis;

c) Besarnya alokasi sumberdaya

d) Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana;

e) Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana;

f) Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan;

(29)

g) Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan.

3) Lingkungan Kebijakan, dengan indikator:

a) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajemukan teknologi;

b) Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan;

c) Sikap dari kelompok pemilih;

d) Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.

Gambar 2.1 Paradigma Penelitaian

2.4. Proposisi

Berdasarkan penelitian terdahulu penilaian implementasi kebijakan Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terlaksana dengan baik. Maka proposisi pada penelitian ini implementasi kebijakan Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

Implementasi Kebijakan

1) Karakteristik dari masalah,

2) Karakteristik kebijakan/undang- undang

3) Lingkungan Kebijakan

Sistem Infoemasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

(30)

(SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran dapat terlaksana dengan baik.

(31)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Djam’an Satori (2011: 23) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya. Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini mengeksplor fenomena Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran.

3.2. Operasionalisasi Variabel

Operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015:38) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, definisi operasional variabelnya adalah tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi menurut Mazmanian dan sabatier dalam Mulyadi (2016:70) yaitu:

1) Karakteristik dari masalah, dengan indikator:

a) Tingkat kesulitan teknis dari maslah yang bersangkutan b) Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran

30

(32)

c) Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi d) Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan

2) Karakteristik kebijakan/undang-undang, dengan indikator:

a) Kejelasan isi kebijakan;

b) Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis;

c) Besarnya alokasi sumberdaya

d) Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana;

e) Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana;

f) Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan;

g) Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan.

3) Lingkungan Kebijakan, dengan indikator:

a) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajemukan teknologi;

b) Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan;

c) Sikap dari kelompok pemilih;

d) Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.

3.3. Data dan Sumber Data

Sumber data adalah suatu bahan yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian. Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.

2. Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan

(33)

historis yang telah tersusun dalam arsip, baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu informasi langsung dari hasil wawancara, yang dilakukan terhadap:

1. Kepala Dinas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran

2. Kasubag Umum dan Kepegawaian

3. Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil

4. Kepala Bidang Pengolahan Administrasi Kependudukan 5. Kasi Sisitem Informasi Administrasi Kependudukan 3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

1. Observasi

Observasi menurut Arikunto (2012: 156), adalah “Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap suatu objek yang ada di lingkungan yang sedang berlangsung meliputi berbagai aktivitas perhatian terhadap kajian objek dengan menggunakan penginderaan”.2

2. Wawancara

Menurut Arikunto (2012:156), bahwa: “Wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara”.

3. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Arikunto (2012: 158), adalah “Dokumentasi merupakan mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan,

(34)

transkrip, buku, surat kabar, Notulen, agenda dan sebagainya”. Data untuk melengkapi penelitian berasal dari sumber tertulis, gambar (foto), dan karya- karya monumental, yang semua itu memberikan informasi bagi proses penelitian.

4. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2010: 195).

3.5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif melalui mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar.

Analisa dilakukan terhadap data yang terkumpul baik dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin (2010: 70), yaitu sebagai berikut:

a) Pengumpulan Data (Data Collection) b) Reduksi Data (Data Reduction) c) Display Data

d) Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification) Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada di lapangan,

(35)

pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.

3.6 Jadwal Penelitian

Waktu penelitian diperkirakan 6 bulan terhitung dari bulan Januari 2021 sampai dengan bulan Agustus 2021, mulai tahap persiapan sampai pada penulisan skripsi. Berikut adalah jadwal penelitian yang akan ditempuh oleh peneliti yang dimaulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap penulisan skripsi ;

Tabel 1 Waktu Penelitian

No Kegiatan

Bulan Jan Fe

b Ma

r Apr Me

i Ju

n Jul Ag

s 1. Pengajuan judul

skripsi

2. Pembuatan proposal penelitian

3. Siding proposal penelitian

4. Penelitian ke lapangan 5. Pengolahan data 6. Penyusunan hasil

penelitian 7. Siding skripsi

Gambar

Gambar 2.1 Paradigma Penelitaian
Tabel 1 Waktu Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan Pelayanan KTP- el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir sudah cukup baik, namun masih

Untuk menjelaskan sejauhmana efektivitas penerapan sistem informasi administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Serang,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan Pelayanan KTP- el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir sudah cukup baik, namun masih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan Pelayanan KTP- el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir sudah cukup baik, namun masih

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Dalam Upaya Meningkatkan Tertib Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Berau

Implementasi Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 7 Tahun 2011 tentang Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). (Studi Pada Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil