Disusun oleh : SURVINA BASRI, S.Pd.
No. UKG: 201901051929
PENDIDIKAN PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2024
Menangani stress, mengontrol
keinginan, kuat terhadap tantangan Komunikasi,
menyelesaik an konflik
dengan damai.
Empati yang tinggi Mengidentifikasi
masalah, menganalisis informasi, dan tanggung jawab
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
A. DESKRIPSI UMUM PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Social emotional learning (SEL) atau dikenal sebagai pembelajaran sosial emosional merupakan sebuah metode yang dapat membantu seseorang dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam hal mengelola emosi, membangun hubungan yang sehat, menetapkan tujuan, dan mengambil keputusan dalam hidupnya. Pembelajaran sosial emosional sangat penting untuk diterapkan sedini mungkin, hal ini dikarenakan kemampuan kognitif bukanlah satu- satunya aspek yang mempengaruhi perilaku anak terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
Ada lima kompetensi pembelajaran sosial emosional menurut Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL). Berikut disajikan fishbone terkait kompetensi pembelajaran sosial emosional menurut CASEL.
1. Kesadaran diri
Kesadaran diri atau self-awareness merupakan kemampuan untuk memahami emosi, pemikiran dan nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku dalam berbagai konteks situasi. Dengan adanya kesadaran diri, sesorang akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi, mindset, dan memiliki rasa optimis yang sangat kuat.
Kompetensi SEL Self-
awareness ( Kesadaran
diri) Self-management
( Manejemen diri) Social-
awareness ( Kesadaran
sosial) Realtionship
skills ( Kemampuan
berinteraksi sosial) Responsible
decision- making
( Pengambilan
Keputusan bertanggung
jawab)
Percaya diri, mindset dan optimis yang
kuat
2. Manajemen diri
Manajemen diri tau self-management merupakan kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi. Dengan adanya manajemen diri, seseoranga dapat menangani stress, mengontrol keinginan, dan bertahan saat menghadapi tantangan.
3. Kesadaran sosial
Kesadaran sosial (social awareness) adalah kemampuan yang berkaitan dengan perspektif dan empat kepada orang lain. Dengan adanya kesadaran sosial, seseorang dapat memiliki empati yang tinggi, mampu memahami, mampu menghormati, san menempatkan diri pada posisi orang lain meski berasal dari latar belakang dan budaya yang berbeda.
4. Kemampuan berinteraksi sosial
Relationship skills atau kemampuan berinteraksi sosial erat kaitannya dengan kemampuan berkomunikasi dan mendengarkan orang lain sehingga dengan adanya kemampuan ini, seseorang dapat membangun hubungan yang baik, menyelesaikan konflik.
5. Pengambilan Keputusan bertanggung jawab
Kemampuang responsible decision making merupakan kemampuan membuat pilihan yang tepat dan kosntruktif tentang perilaku pribadi dan interaksi sosial dalam berbagai situasi. Dengan adanua kompetensi ini, sesorang mampu mengidentifikasi masalah, menganalisis informasi, mengambil Keputusan, dan bertanggung jawab terhdap keputusan yang telah diambil.
Kelima keterampilan sosial emosional di atas, dapat diajarkan dan diterapkan pada berbagai tahap perkembangan dari masa kanak-kanak hingga dewasa dan dalam beragam konteks budaya. Dengan demikian, pembelajaran harus mempertimbangkan bagaimana kompetensi sosial dan emosional tersebut dapat diekspresikan dan ditingkatkan pada berbagai usia mulai dari prasekolah hingga dewasa.
B. PERMASALAHAN
Suatu waktu, saya menyaksikan sebuah tayangan video yang berisi tentang seorang peserta didik yang mengalami pemukulan oleh rekannya sendiri di salah satu sekolah negeri. Peristiwa pemukulan ini terjadi akibat perundungan yang dialami oleh pelaku pemukulan. Pelaku mengaku sering mengalami perundungan oleh temannya yang menjadi korban pemulukanya. Peserta didik yang menjadi pelaku pemukulan sering diganggu dan diejek oleh temannya tersebut, dia sudah selalu berusaha untuk bersabar tetapi masih sering mengalami perundungan hingga akhirnya dia sudah jenuh diganggu dan akhirnya memukul sang perundung. Kejadian perundungan ini tidak diketahui oleh pihak sekolah da wali peserta didik, hingga terjadi peristiwa viral terkait pemukulanlah baru terungkap masalah perundungan tersebut. Serupa dengan hal tersebut, saya pernah menemukan seorang Ayah yang datang kesekolah sambil marah-marah dan mengakui bahwa anaknya menangis dan mengaku di bully oleh temanya. Akhirnya kedua peserta didik yang bermasalah tersebut saya mediasi dan diberikan konseling dengan memanggil orang tua dari peserta didik tersebut. Namun yang terlihat adalah perubahan yang terjadi hanya sementara. Pelaku perundungan lama kelamaan kembali melakukan perundungan dengan korban yang berbeda dan lebih berhati-hati agar tidak ketahuan oleh guru.
C. AHA MOMENT
Suatu ketika, secara tiba-tiba saya mendapatkan ide untuk membentuk tim anti- bullying di sekolah. Hal ini saya lakukan sebagai salah satu upaya pencegahan di tengah maraknya peristiwa bullying. Tim ini dibentuk oleh guru dan anggota timnya diambil dari masing-masing 2 orang peserta didik perkelas tanpa diketahui oleh siswa lainnya. Dengan seperti itu, setiap terjadi tindakan bullying, maka tim anti bullying akan melaporkan kejadian tersebut, yang kemudian laporan tersebut ditindaklanjuti oleh guru. Dalam hal ini guru menekankan pembelajaran sosial emosional kepada peserta didik baik yang mengalami perundungan maupun yang melakukan perundungan.Guru menekankan pada pemahaman diri, empati terhadap orang lain, serta kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif.
v
D. HASIL TINDAKAN
Berdasarkan dari tindakan yang dilakukan, pembentukan tim anti bullying serta dengan menerapkan pembelajaran sosial emosional berdampak positif terhadap perilaku pseserta didik. Beriku ini hasil obervasi yang diperoleh guru:
1. Meningkatnya kesadaran diri
Setelah dilakukan tindakan, terjadi peningkatan kesadaran diri peserta didik.
Peserta didik menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang salah dan merugikan orang lain. Saat ini, peserta didik menunjukkan kepribadian yang baik dan sopan terhadap orang lain baik guru maupun temannya.
2. Mengelola emosi dengan baik
Setelah tindakan dilakukan, peserta didik dapat mengelola emosi dengan baik.
Peserta didik tidak lagi meluapkan emosinya terhadap temannya. Siswa yang mengalami perundungan sudah mulai ceria dan berbaur bersama teman- tamannya yang lain.
3. Empati yang lebih meningkat
Setelah melakukan tindakan, peserta didik sudah mampu meningkatkan empati. Peserta didik terlihat menghormati dan menghargai temannya. Peserta didik tidak lagi meremehkan temanya, dan mulai menampakkan perhatian dan kepedulian seperti membantu temanya yang sedang kesulitan dan membutuhkan bantuan.
4. Kemampuan komunikasi yang lebih baik
Setelah dilakukan tindakan, peserta didik yang mengalami perundungan dapat berkomunikasi dengan baik kepada teman-temannya. Peserta didik tersebut sudah terlihat menyapa dan berbicara dengan teman-temannya.
E. KESIMPULAN
Hasil dari tindakan membentuk tim anti bullying yang terintegrasi dengan pembelajaran sosial emosional ternyata dapat mengubah perilaku peserta didik dan mengubah sikap peserta didik yang awalnya sering membuly temannya, pada akhirnya peserta didik tersebut memperlihatkan pribadi yang positif.
F. DOKUMENTASI
Kolaborasi dan Komunikasi Bersama Rekan Sejawat
Kolaborasi dan Komunikasi Bersama Orangtua Peserta Didik
Kolaborasi dan Komunikasi Bersama Peserta Didik
G. UMPAN BALIK
Menurut saya tindakan yang telah Ibu Survina lakukan telah berdampak positif kepada peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan perilaku peserta didik yang telah memiliki kesadaran diri akan tindakannya yang salah. Selain itu, peserta didik turut menunjukkan empati terhadap apa yang ada disekitarnya. Peserta didik yang mengalami perundungan juga sudah tampak berbaur dan berkomunikasi dengan temannya.
Tindakan yang ibu Survina telah lakukan menunjukkan dampak yang sangat positif. Hal ini terlihat dari perilaku peserta didik yang sudah berubah. Peserta didik sudah mampu menunjukkan kesadaran diri terhadap tindakan salah yang dilakukannya. Peserta didik juga sudah mampu menumbuhkan rasa kepedulian terhadap temannya yang sedang mengalami kesulitan hal ini menunjukkan empati yang telah dimiliki pseserta didik.Selain itu melalui pembelajaran sosial emosional peserta didik yang mengalami perundungan juga sudah mulai terbuka dan sudah mau berbaur dengan warga di lingkungan sekolah.
Menurut saya tindakan yang anda lakukan boleh dikatakan berhasil karena peserta didik yang menjadi objek permasalahan kini sudah berubah. Peserta didik sudah menyadari kesalahan dari sesuatu tindakan yang dilakukannya. Tumbuhnya empati dengan sekitarnya terlihat ketika peserta didik menunjukkan kepedulian kepada temannya yang mengalami kesulitan dan menawarkan bantuan. Sudah tidak ditemui lagi adanya peserta didik membully atau melakukan perundungan dengan temannya.
NURBAYA K, S. Pd.
MAGFIRAH, S. Pd.
NURARISDA, S. Pd.
H. REFLEKSI
Pembelajaran sosial emosional menjadi pengalaman yang sangat menarik dan berkesan bagi saya sebagai seorang guru yang harus dihadapkan dengan perilaku peserta didik yang beragam. Perspektif dan miskonsepsi saya terhadap berbagai perilaku peserta didik yang salah telah berubah seiring dengan setelah mempelajari modul dan topik tentang pembelajaran sosial emosional. Salah satau bagian yang menarik bagi saya dalam mempelajarai topik pembelajaran sosial emosional adalah ketika saya memahami bahwa pentingnya komunikasi dan kolaborasi dalam membangun sebuah hubungan relasi.
Miskonsepsi sebelumnya terkait dengan tanggung jawab pembelajaran sosial emosional merupakan tugas guru semata ternyata salah, implementasi pembelajaran sosial emosional yang efektif membutuhkan keterlibatan peserta didik dar seluruh warga sekolah termasuk peserta didik, guru, orang tua dan staf atau tenaga kependidikan lainnya yang ada di sekolah.
Secara signifikan pemahaman yang saya temukan mengubah mindset saya.
Sebelumnya saya berpikir bahwa kegiatan pembelajaran sosial emosional hanya dapat dilakukan melalui kegiatan kelas yang terstruktur dan terbatas pada waktu tertentu. Pada kenyataanya pembelajaran sosial emosional harus diajarkan dan diperkuat malalui intekasi dan pembiasaan baik yang ada di sekolah dan di rumah. Pembelajaran sosial emosional bukan hanya tentang mengajarkan keterampilan tertentu tetapi juga menciptakan budaya yang positif secara holistic di sekolah. Guru harus mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya. Perubahan mindset dan perspektif inilah yang memberikan kontibusi besar pada praktik saya. Saya harus mampu dan proaktif dalam membangun kemitraan serta komunikasi yang efektif dan melibatkan orang tua peserta didik dalam hal kegiatan sekolah yang berfokus pada pengemmbangan sosial emosional peserta didik. Saya juga perlu berkolaborasi dengan rekan sejawat serta berbagi informasi terkait pembelajaran sosial emosional. Saya juga harus meningkatkan konsistensi dalam menerapkan pembelajaran sosial emosional agar mamp menjadi teladan dan role mode bagi peserta didik.
Dalam implementasi pembelajaran sosial emosional, yang menjadi tantangan terbesar yang saya hadapi adalah bagaimana mendidik para peserta didik yang berasal dari lingkungan asalnya yang memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan yang diajarkan di
sekolah. Perbedaan nilai ini membentuk perilaku peserta didik menjadi beragam.
Contohnya cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, apaa yang diperoleh di sekolah berbeda denga napa yang yang terjadi di rumah. Oleh karena itu sangatlah diekomendasikan untuk melibatkan orang tua peserta didik dalam hal pengimlementasian pembelajaran sosial emosional.