• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Politik dan Pendidikan di Madura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Kajian Politik dan Pendidikan di Madura"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KONTESTASI POLITIK LOKAL MADURA Nurul Huda dan Mohammad Hosnan

MEMBUMIKAN ISLAM WASATIYAH DI SEKOLAH Ah Mutam Muchtar dan Zainal Arifin

ASBABU AN-NUZUL: KAJIAN INTEGRATIF INTERKONEKTIF

ALAM MENGHUBUNGKAN AL-QUR'AN DENGAN REALITAS Su ai d i

ANALISIS KRITIS TERHADAP PEMIKIRAN MAX WEBER [PERSPEKTIF ISLAM)

Munafaroh dan Masyhur i

ANALSISI TERHADAP KURIKULUM PEMBELAJARAN

KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN CILIK AL-AMIEN [PONCILA) TEGAL PRENDUAN

A. Washil dan F irdaus i

D iterbitkan oleh :

LP2D lnstitut Iln1u Keislaman Annuqayah Sumenep

JPIK Vol. 2 No.2 Hal. Sumenep ISSN (Cetak): 2621- 1130

308-612 September 2019 ISSN (Online): 2621-1149

(2)
(3)

Ketua Penyunting

Masykur Arif, Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Sumenep

Penyunting Pelaksana:

Syafiqurrahman, Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Sumenep.

Penyunting:

Abd. Warits, Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Sumenep.

Mohammad Takdir, Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Sumenep.

Ach. Maimun, Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Sumenep.

Fathor Rachman, Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Sumenep.

Moh. Wardi, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nahzatut Thullab, Sampang.

Moh. Dannur, Institut Agama Islam (IAI) ِAl-Khairat, Pamekasan.

IT Support:

Faizy, Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Sumenep, Indonesia

Alamat Redaksi: REDAKSI JPIK

Lembaga Penerbitan, Publikasi dan Dokumentasi (LP2D)

Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA)

Jl. Bukit Lancaran PP.

Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep 69463 Email:

[email protected] Website:

http://jurnal.instika.ac.id/index.php/jpik

Jurnal Pemikiran dan Ilmu Keislaman merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan, Publikasi dan Dokumentasi (LP2D) Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep, Jawa Timur, Indonesia. Terbit 2 kali dalam setahun yakni pada bulan Maret dan September. Jurnal Pemikiran dan Ilmu Keislaman menerbitkan hasil penelitian, baik penelitian pustaka maupun lapangan, tentang filsafat dan pemikiran serta ilmu-ilmu keislaman meliputi bidang kajian pendidikan Islam, politik, ekonomi syariah, hukum Islam atau fikih, tafsir, dan ilmu dakwah

(4)

307-327 Pudarnya Kharisma Kiai dalam Kontestasi Politik Lokal Madura

Nurul Huda dan Mohammad Hosnan

328-352 Membumikan Islam Wasatiyah di Sekolah Ah Mutam Muchtar dan Moh Zainal Arifin

353-389 Asbabu An-Nuzul: Kajian Integratifinterkonektif dalam Menghubungkan Al-Qur’an dengan Realitas

Suaidi

390-409 Analisis Kritis Terhadap Pemikiran Max Weber (Perspektif Islam)

Munafaroh dan Masyhuri

410-427 Analisis Terhadap Kurikulum

Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Cilik Al-Amien (Poncila) Tegal Prenduan

A Washil dan Firdausi

(5)

M Mushthafa dan Fadhilah Khunaini

475-495 Modernisasi Pendidikan Pesantren dalam Dinamika Wacana Pembaharuan Pendidikan Islam

Muhammad Nihwan Asep Saifullah Munir

496-525 Tradisionalisme dan Rasionalisme dalam Pemikiran Teologi Islam

Abd Rahman

526-551 Manajemen Pengembangan Kurikulum Pendidikan Madrasah dalam Mewujudkan Madrasah Bermartabat

Sinawar dan Abd Warits

552-573 Dampak Globalisasi terhadap Pendidikan Islam di Indonesia

Dila Fitri Nabila dan Abd Hayyi

(6)

Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan Islam Di Indonesia

Dila Fitri Nabila

Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep [email protected]

Abd. Hayyi

Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep [email protected]

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pustaka (libary research).

Maka penelitian yang digunakan oleh penulis ialah metode deskripstif dan analis data. Setelah data terkumpul dengan baik, langkah yang dilakukan oleh penulis ialah mengkaji data-data tersebut dengan cermat. Dari data tersebut, penulis melakukan analisa yakni dengan cara menelaah data kemudian mengombinasikannya dengan dari berbagai sumber. Setelah itu, penulis mendiskripsikan hasil dari data tersebut dengan memberikan penjelasan beserta uraian untuk memudahkan pemahaman. Dari keseluruhan data tersebut dapat di tarik kesimpulan. Berdasarkan hasil research dari berbagai literatur, dapat disimpulkan bahwa Faktor penunjang percepatan globalisasi adalah kemajuan dalam bidang pengetahun, teknologi, transportasi, Sistem perekonomian negara- negara terbuka yang menyebabkan hadirnya perdagangan bebas, kerjasama antar Negara, dan sistem keuangan internasional yang liberal, Kemudahan Dalam Migrasi. Sedangkan Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan Islam Di Indonesia ialah penerapan prinsip non dikotomi dalam ilmu di lembaga pendidikan Islam, meliputi: Islamisasi ilmu-ilmu sekuler (umum), perubahan radikal sistem kelembagaan: dari institut ke universitas, kurikulum yang fleksibel; Modernisasi administrasi lembaga pendidikan Islam, berkurangnya jumlah santri atau murid pada lembaga-lembaga pendidikan Islam, bangkitnya sekolah elit muslim, naiknya biaya sekolah di lembaga pendidikan Islam.

Kata Kunci: Globalisasi, Pendidikan Islam

(7)

Pendahuluan

Globalisasi adalah fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu popular sebagai ideologi baru sekitar sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakats seluruh dunia.1

Kalimat paling akrab ditelinga masyarakat mulai dari siswa SLTP hingga mahasiswa, bahkan para dosennya adalah

"mau tidak mau, suka tidak suka, kita tidak bisa menghindar dari arus globalisasi. Masalahnya bagaimana menyiapkan diri untuk menghadapinya agar dapat memetik manfaat dari arus besar itu". Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh James Petras menunjukkan kebangkitan "Ideology globalisme" pada awalnya ditemukan dalam jurnal-jurnal bisnis di akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Secara perlahan istilah ini diambil alih oleh dunia arus besar akademik.2

Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim di Indonesia umumnya atau pendidikan islam, termasuk pesantren, khususnya. Argument panjang lebar tak perlu dikemukaan lagi, bahwa masyarakat muslim tidak bisa menghindarkan diri dari proses globalisasi terdebut.

1 Suhartini, Perspektif Global (Yogyakarta: Fik UNY,2011), 04

2 James Petras, Globalisasi Dalam Persepektif Sosiali (Yogyakarta:

Cubuc, 2001), 56.

(8)

Globalisasi sebenarnya bukanlah fenomena baru bagi masyarakat muslim Indonesia. Perbentukan dan perkembangan masyarakat muslim Indonesia berbarengan dengan datangnya berbagai gelombang global secara konstan dari waktu ke waktu. Arus globalisasi tersebut disinyalir bersumber dari Timur Tengah, khususnya Mekkah, dan Madinah sejak akhir abad 19 dan awal abad ke-20. Karena itu, seperti bisa diduga globalisasi ini lebih bersifat religio-intelektual, meski dalam kurun-kurun tertentu juga diwarnai oleh semangat religio- politik.

Tetapi, globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda. Proses globalisasi dewasa ini, tidak lagi bersumber dari Timur Tengah, melainkan dari Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat dunia umumnya. Globalisasi yang bersumber dari Barat, seperti bisa kita saksikan tampil dengan watak ekonomi, politik, dan sains-teknologi. Dominasi dan hegemoni politik barat dalam segi-segi tertentu mungkin saja telah merosot, khususnya sejak berakhirnya perang dunia kedua dan perang dingin belum lama ini. Akan tetapi hegemoni ekonomi dan sains-teknologi barat tetap belum tergoyahkan.

Meski muncul beberapa kekuatan ekonomi baru, seperti Jepang dan Korea Selatan, namun kultur hegemoni ekonomi, dan sains-teknologi tetap sarat dengan nilai-nilai Barat.3

Kaitannya dengan dunia pendidikan, pendidikan mau tak mau harus menerima perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang sebagian besar bersumber dari negara-negara barat seperti televisi, handphone, komputer dan lain-lain, tidak terkecuali pendidikan Islam yang tidak bisa lepas dari bias

3 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam:Tradisi Dan Modernisasi Menuju Millennium Baru (Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 2002), 43-44

(9)

fenomena globalisasi ini, karena tidak mungkin pendidikan Islam hanya melalui cara-cara dasar yang seperti ceramah dalam menyampaikan materi. Tetapi pendidikan yang berbasis teknologi dalam penyampaiannya terbukti dengan adanya LCD, laboratorium bahasa.

Walaupun demikian umat Islam harus bisa membentengi pendidikan Islam itu sendiri. apabila tidak bisa melakukannya, maka yang akan terjadi adalah pendidikan Islam akan melenceng dari ajaran-ajaran Islam Nabi ketika perjalanan hidup tidak lepas dari teknologi yang berjalan cepat dihadapan umat Islam. Tidak seharusnya mereka menyibukkan dirinya dengan kehidupan yang berbau teknologi, dan yang harus mereka lakukan yaitu menerima globalisasi tanpa harus melupakan perbuatan dalam ajaran Islam untuk mendapat kebahagiaan dunia akhirat.

Selain itu, proses globalisasi juga mempunyai kepentingan langsung terhadap pendidikan, yaitu sebagai investasi ideologi untuk mengkampanyekan konsep globalisasi melalui riset-riset dan seminar yang nantinya akan menjadi penyuplay (pencetak) buruh industri yang patuh, pencetak kader-kader globalisasi yang hebat, serta menjadi sumber legitimasi proses globalisasi.

Berbagai respon lembaga-lembaga pendidikan dilakukan salah satunya adalah dengan menggeser fokus kurikulum mereka. Dalam kebanyakan lembaga pendidikan tinggi para administrator senang mengembangkan program-program studi yang bersifat praktis.

Akibatnya para mahasiswa ditekan untuk belajar dengan baik agar dapat bersaing di pasar kerja setelah tamat. Kondisi ini menjurus kepada diabaikannya bidang-bidang pengatahuan yang sebenarnya menjadi indikator (menandai) seseorang yang berpendidikan. Bahkan banyak mahasiswa yang semula

(10)

berorientasi intelektual beralih ke bidang-bidang yang praktis untuk memenuhi pasar kerja. Misalnya administrasi bisnis, ilmu komputer, teknik mesin, kedokteran dan lain-lain, yang mereka pikir dapat memberi pekerjaan yang lebih besar. Dalam kaitannya dengan proses globalisasi yang telah berafiliasi dan berkolaborasi dengan lembaga-lembaga pendidikan sebagai bagian sistem pendidikan, maka arus global diatas juga akan berpengaruh atau setidaknya mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Dampak paling buruk dapat terjadi seperti, memudarnya ciri khas lembaga pendidikan ini yang secara khusus memfokuskan diri pada bidang ilmu yang selama ini disebut "studi Islam". Sebab lembaga pendidikan ini juga terpaksa atau dipaksa harus merespon perubahan kecenderungan mahasiswa, serta masyarakat umumnya sebagai akibat dari proses globalisasi terutama untuk bersaing di pasar kerja.

Dari uraian permasalahan tersebut, maka peting sekali untuk menfilter setiap kultur baru yang mulai merambah sebagai bentuk respon kehati-hatian dari arus globalisasi yang masuk. Indonesia sebagai negara yang masih dalam tahap berkembang tentu membutuhkan kehati-hatian pada setiap masyarakatnya, khususnya umat Islam. Dari hal tersebut maka penulis merasa tertarik melakukan kajian tentang “Dampak Globalisasi terhadap pendidikan Islam di Indonesia”, dan berusaha menghadirkan sebuah analisa kritis terhadap dampak atau pengaruh globalisasi terhadap pendidikan Islam di indonesia, serta bagaimana cara pembenahannya

Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan Islam Di Indonesia

Terkait dengan respon yang diberikan oleh kalangan masyarakat di belahan dunia termasuk umat Islam terhadap

(11)

globalisasi sangat ditentukan kedalaman pandangan mereka dalam menangkap substansi politik globalisasi dan dampaknya. Secara umum sikap masyarakat muslim terhadap globalisasi masih tetap sebatas sikap mereka terhadap modernisasi dan sekularisasi. Padahal modernisasi dan sekulerisasi hanyalah satu sisi dari globalisasi.

Dengan demikian sikap masyarakat muslim terhadap globalisasi dapat dibedakan menjadi tiga macam.

Pertama: sikap berbalikan atau berlawanan dengan modernisasi dan sekulerisasi yang merupakan bagian arus dari globalisasi, yaitu sikap anti (melawan) modernisasi dan pada akhirnya “anti barat”.

Kedua: terpengaruh oleh modernisasi dan sekulerisasi yang berakibat pada pemisahan antara agama dengan urusan politik atau masalah-masalah keduniaan lainnya, kelompok ini bisa disebut sebagai kelompok status quo atau pro terhadap globalisasi.

Ketiga: bersikap kritis, namun tidak secara otomatis bersikap anti modernisasi dan sekularisasi.4

Globalisasi yang berkembang sekarang ini berwajah fundamentalisme pasar bebas dengan berbagai instrumen pendukungnya jelas tidak menguntungkan negara berkembang, namun globalisasi seperti itulah yang justru “dipaksakan”

kepada negara-negara berkembang oleh negara maju melalui

“gurita” pasar bebas yaitu IMF, Bank Dunia dan WTO.

Dampak globalisasi di bidang pendidikan jelas menguntungkan negara-negara maju. Menurut Sofyan Effendi, tiga negara yang paling mendapatkan keuntungan besar dari liberalisasi jasa pendidikan adalah Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Pada 2000 ekspor jasa pendidikan Amerika

4 Dr. A. Qadri Azizy, Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islm (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2003), 28

(12)

mencapai USD 14 miliar atau 126 triliun rupiah. Di Inggris, sumbangan pendapatan dari ekspor jasa pendidikan mencapai 4

% dari penerimaan sektor jasa negara tersebut. Sebuah publikasi rahasia berjudul Intelligent Eksport mengungkapkan bahwa pada 1993 sektor jasa telah menyumbangkan 20% pada PDB Australia, menyerap 80 % tenaga kerja dan merupakan 20 % dari ekspor total negeri kanguru tersebut.

Negeri-negeri Muslim di seluruh dunia yang berpenduduk

±1,3 milyard jiwa, merupakan salah satu negara-negara tujuan eksportir jasa pendidikan dan pelatihan dari negara-negara maju. Hal ini disebabkan karena pertama, perhatian umat Islam dan pemerintah negera-negara di dunia muslim terhadap bidang pendidikan masih rendah. Kedua, secara umum mutu pendidikan negeri-negeri Muslim dari sekolah dasar sampai peguruan tinggi, jauh tertinggal dari standar mutu internasional. Kedua alasan tersebut sering menjadi alasan untuk “mengundang” masuknya penyedia jasa pendidikan dan pelatihan luar negeri ke negeri-negeri Muslim.Untuk lebih meningkatkan ekspor jasa pendidikan ke negara-negara berkembang, intervensi pemerintah dalam sektor jasa tersebut harus dihilangkan. Liberalisasi semacam itulah yang hendak dicapai melalui General Agreement on Trade in Services (GATS).

Khusus di Indonesia, hingga saat ini enam negara telah meminta Indonesia untuk membuka sektor jasa pendidikan yakni Australia, Amerika Serikat, Jepang, China, Korea, dan Selandia Baru. Sub sektor jasa yang ingin dimasuki adalah pendidikan tinggi, pendidikan seumur hayat, dan pendidikan vokasi dan profesi. Pendidikan dari perspektif industri tersier memiliki makna ganda: ekonomi, politik, budaya dan bahkan ideologis. Yang melatar belakangi para provider pendidikan (negara-negara maju) untuk membangun pendidikan di

(13)

Indonesia tidak bisa dilepaskan dari motif-motif tersebut.

Dampak negatif dari hal ini adalah banyaknya pendidikan dalam negeri terutama swasta Islam yang kalah bersaing dan kemungkinan mengakibatkan gulung tikar. Secara politik, ekonomi, budaya, nasionalisme dan islamisme anak-anak Indonesia bisa saja akan mengalami persoalan.

Sebagaimana di ketahui bahwa pendidikan mempunyai tiga tugas pokok, yakni:

Pertama: nation and character building atau civic mission.

Pendidikan sangat vital peranannya dalam mentransfer nilai-nilai dan jati diri bangsa.

Kedua: empowering of human resource melalui upaya mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.

Ketiga: dalam konteks Islam, pendidikan merupakan salah satu media dakwah yang paling efektif. Karena itu, setiap upaya untuk menjadikan pendidikan dan pelatihan sebagai komoditas yang tata perdagangannya diatur oleh lembaga internasional, bukan oleh otoritas suatu negara, perlu disikapi dengan semangat nasionalisme dan Islamisme yang tinggi serta dengan kritis oleh masyarakat negara berkembang.5

Selanjutnya bagaimana globalisasi berpengaruh terhadap pendidikan Islam di Indonesia juga sangat ditentukan oleh cara pandang dan sikap terhadap globalisasi dan respon yang diberikannya.

Pendidikan Islam di Indonesia meliputi beragam kelembagaan, seperti pesantren, madrasah, dan pendidikan Islam yang secara khusus

5 Tobroni, “Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam: Mencari Format Baru Manajemen Yang Efektif Di Era Globalisasi”, Jurnal Nadwa, 1 (Mei: 2012),10-11

(14)

diselenggarakan dalam system sekolah Islam dan sekolah umum.6

Berikut dampak globalisasi terhadap pendidikan Islam di Indonesia :

1. Penerapan prinsip non dikotomi dalam ilmu di lembaga pendidikan Islam.

Ketika pandangan kaum santri (masyarakat muslim) terhadap dunia pendidikan modern dan kehidupan duniawi berubah hampir berbalikan, muncul kritik dan koreksi terhadap modernisasi pendidikan Islam, yakni seolah terdapat pertentangan antara ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu sekuler atau non agama (profan). Koreksi ini juga dibenarkan oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. dalam bukunya Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium yang menyatakan meski Islam pada dasarnya tidak membedakan nilai antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum (non agama), tetapi dalam prakteknya, supremasi lebih diberikan kepada ilmu-ilmu agama. Ini disebabkan sikap keagamaan dan kesalehan yang memandang ilmu-ilmu agama sebagai “jalan tol”

menuju Tuhan.7

Fakta ini kemudian direspon dengan memunculkan ide untuk menerapkan model pendidikan yang non dikotomik antara ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu sekuler atau umum di lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Hasilnya adalah :

6 Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan-Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2002), 344

7 Ibid., ix

(15)

a. Islamisasi ilmu-ilmu sekuler (umum)

Dalam perkembangannya sekolah-sekolah Islam, madrasah atau sekolah terus menghadapi problem hubungan Islam dengan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Masalah ini berkaitan dengan pembidangan ilmu. Selama ini ilmu dibedakan antara ilmu murni dan ilmu terapan, ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora.8 Lantas muncul pertanyaan dimana letak studi islam dalam pembidangan ilmu tersebut? apakah pada ilmu sosial, terapan, atau humaniora?.

Akibat tajamnya dari pertentangan ini lulusan pendidikan Islam di tingkat dasar sampai perguruan tinggi kalah bersaing dengan lulusan sekolah modern lainnya dan tampak kurang menguasai ilmu dan teknologi modern (umum).

Lembaga pendidikan Islam kemudian mencoba mengakomodasi keduanya tanpa kesatuan dasar epistimologi dan sistem. Islamisasi ilmu-ilmu sekuler dilakukan untuk mengurangi problem ini dan untuk meningkatkan daya saing lembaga pendidikan Islam dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dengan sekolah atau lembaga pendidikan modern lain. Gagasan

“Islamisasi ilmu pengetahuan” diprakarsai oleh pemikir semacam Ismail al-Faruqi, atau S.M.N. Alatas.9 Namun pada kenyataanya islamisasi ilmu-ilmu sekuler menurut Munir Mulkhan ternyata tidak cukup untuk menjawab

8. Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan, 184

9 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), 40

(16)

problem pembidangan ilmu secara dikotomik yaitu antara ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum.10

b. Perubahan radikal sistem kelembagaan: dari institut ke universitas.

Dalam peradaban global, mekanisme ekonomi merupakan dasar hubungan sosial yang berinti pada tradisi dan logika pasar. Disini keberlakuan nilai ditentukan fungsinya bagi pemenuhan kebutuhan pragmatis manusia.

Dan partisipasi manusia dalam keagamaan dan aktivitas sosial ditentukan oleh fungsi pragmatis bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Seluruh doktrin surga dan neraka, dosa dan pahala, dilihat masyarakat dalam logika pasar yang semakin terbuka. Kebenaran teologis bukan lagi jaminan masa depan lembaga pendidikan Islam, tetapi kemampuan kompetitif yang berkeunggulan, dan kemampuan memberi jaminan pemenuhan kebutuhan pragmatis umat dan masyarakat.

Sebab bagi publik, kebenaran dan kebaikan Islam, bukan karena bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, melainkan fungsi pragmatisnya.11

Sehingga banyak lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia berusaha untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa ilmu-ilmu keislaman juga berfungsi pragmatis. Salah satu respon yang dilakukan adalah merubah status lembaga pendidikan, seperti dari institut menjadi universitas (kasus IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN, dan IKIP menjadi universitas, IAIN Sunan Ampel menjadi UIN Sunan Ampel).

Perubahan kelembagaan ini tentunya membawa konsekuensi berupa pembukaan fakultas-fakultas dan

10. Ibid., 185

11. Ibid., 169

(17)

jurusan-jurusan pendidikan baru yang biasanya hanya terdapat di pendidikan umum yang sebelumnya belum pernah ada.

c. Perubahan kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam yang berorientasi pada modernitas dan kebutuhan masyarakat.

Perubahan orientasi nilai oleh masyarakat pada hal-hal yang lebih pragmatis, tidak semuanya disikapi dengan perubahan status kelembagaan sebab membutuhkan biaya dan kesiapan struktur kelembagaan yang memadahi.

Ada juga yang sekedar memasukkan ilmu-ilmu umum sebagai pelajaran tambahan.

2. Modernisasi administrasi lembaga pendidikan Islam

Modernisasi pendidikan juga menuntut modernisasi system administrasinya terutama menyangkut menejerial.

Modernisasi dilakukan untuk mengantisipasi perubahan- perubahan orientasi kelembagaan. Perubahan-perubahan tersebut tidak akan berjalan efektif tanpa diikuti dengan perubahan menejerial dan administrasi pendidikan secara keseluruhan. Lembaga pendidikan yang masih berpegang pada kerangka administrasi tradisional akan sulit untuk mengembangkan diri secara baik, sebab dengan mempertahankan sistem administrasi yang tidak rasional akan menjadi kendala tersendiri dalam perubahan.

3. Bekurangnya jumlah santri atau murid pada lembaga- lembaga pendidikan Islam yang tidak mengakomodasi kecenderungan modernisasi dan kebutuhan masyarakat industri. Kondisi ini banyak dialami bagi pesantren, madrasah dan sekolah-sekolah Islam yang tidak melakukan perubahan sebagaimana lembaga pendidikan Islam atau pendidikan umum terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

(18)

Sementara bagi pesantren dan madrasah atau sekolah-sekolah Islam yang mengakomodir kebutuhan masyarakat terhadap akses pasar kerja relatif bertahan dan berkembang dengan baik.

4. Bangkitnya sekolah elit muslim di perkotaan

Secara kuantitatif pesantren mengalami peningkatan jumlah, dari segi fisik pun mengalami kemajuan, sehingga citra sebagai tempat pendidikan yang kumuh dan reot semakin terkikis. Pesantren baru muncul dimana-mana tidak hanya di Jawa melainkan juga di luar Jawa seperti di Sumatra.12

Namun yang menarik pertumbuhan pesantren ini dikalangan masyarakat urban (kota). Bisa jadi ini merupakan bentuk kekhawatiran para orang tua terhadap efek globalisasi dan modernisme. Para orang tua di daerah urban, merasa perlu pendidikan agama untuk anak-anaknya atau perlu pendidikan yang yang komprehensif yang memadukan unsur agama juga unsur pendidikan umum.

Pendidikan Islam ini umumnya sangat mahal dan untuk ukuran masyarakat muslim di pedesaan sangat berat.

Pendidikan Islam ini berusaha memenuhi harapan para orang tua di kalangan masyarakat urban untuk memberikan pendidikan yang sempurna, agama maupun umum dengan kualitas yang baik. Sehinga para orang tua juga tidak khawatir, meski anaknya disekolahkan di lembaga pendidikan Islam namun tetap dengan kualitas yang diberikannya tidak akan kalah saing di pasar kerja dengan lembaga pendidikan umum. Contoh kasus di kota Semarang adalah Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar, Yayasan

12 Azra, Pendidikan Islam Tradisi, 49

(19)

Pendidikan Islam Nasima, Pendidikan Hj. Isriyati dan lain- lain.

Bisa jadi peningkatan pertumbuhan pendidikan Islam di daerah-daerah urban mengisyaratkan secara implisit bahwa, dunia Islam tradisi dalam segi-segi tertentu masih relevan ditengah deru modernisasi dan globalisasi.

5. Naiknya biaya sekolah di lembaga pendidikan Islam diperkotaan.

Berubahnya orientasi dasar filosofis sebagian lembaga pendidikan Islam sekedar menjadi penyedia jasa untuk pasar kerja dan pencabutan subsidi di bidang pendidikan sebagai akibat dari kesepakatan antara IMF dengan pemerintah Indonesia untuk mengurangi pengeluaran negara yang dianggap tidak efektif dan efesien dalam rangka restrukturisasi ekonomi Indonesia paska krisis serta untuk mempersiapkan liberalisasi sektor pendidikan, mengakibatkan biaya pendidikan semakin melambung.

Masyarakat yang paling menderita lagi adalah kaum muslim yang mayoritas adalah kalangan menengah kebawah seperti petani. Tentunya akan semakin banyak generasi muda muslim yang tidak dapat menikmati atau putus sekolah. Sebab pendidikan telah mengabdi pada industri.

Mahalnya pendidikan Islam modern juga turut menciptakan kalangan elit Islam sebagai pihak yang mampu menjangkau biaya pendidikan terutama pendidikan yang berkualitas.

Tantangan Pendidikan Islam Di Era Globalisasi

Pendidikan Islam di zaman ini menghadapi tantangan- tantangan yang serius untuk tetap eksis di dunia pendidikan.

Adapun tantangannya adalah sebagai berikut: Pertama, orientasi dan tujuan pendidikan. Kedua, pengelolaan (manajemen) system manajemen ini yang akan mempengaruhi

(20)

dan mewarnai keputusan dan kebijakan yang diterapkan dalam sebuah lembaga pendidikan. Ketiga, hasil (out put). Bagaimana produk yang dihasilkan dari sebuah lembaga pendidikan bisa dilihat dari kualitas luaran (out putnya).13

Dalam pandangan Haidar Putra Daulay menjelaskan

“tantangan globalisasi bagi pendidikan Islam yaitu masalah kualitas. Era global adalah era pesaing bebas. Maka akan terjadi pertukaran antar negara baik resmi maupun tidak.14 pertukaran manusia, barang, jasa, teknologi dan lain-lain adalah hal yang dipersaingan dalam era global ini. Untuk itu perlu dibentuk manusia yang unggul jadi kualitas SDM sangat penting untuk menentukan kualitas lembaga pendidikan, negara dan agama.

Selain tantangan kualitas juga tantangan moral era globalisasi banyak membawa dampak negatif generasi muda sekarang sudah terpengaruh dengan pergaulan yang global.

Hal-hal yang tidak semestinya dilakukan oleh generasi muda seperti minum miras, menggunakan narkoba, melakukan seks bebas malahan menjadi kebiasaan bagi mereka. Moral mereka bisa dikatakan seperti moral syaitan. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu belaka tanpa memikirkan akibatnya. Berkenaan itu maka pendidikan Islam harus semakin diefektifkan di lingkungan lembaga pendidikan Islam.15

Peluang Pendidikan Islam di Era Globalisasi

Dr. A. Qodri Azizi menyatakan “pada prinsipnya globalisasi mengacu pada perkembangan-perkembangan yang cepat dalam teknologi, komunikasi, transformasi dan informasi

13Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 104-105

14 Ibid., 27

15 illsionst.blogspot.com/2011/06/pendidikan-islam-di-era-globalisasi.html, akses 10 juli 2017

(21)

yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh menjadi mudah untuk dijangkau.16 Dari perkembangan yang cepat di berbagai bidang inilah, pendidikan Islam bisa berpeluang besar untuk menyebarkan ajaran Islam dengan cepat pula. Menurut tim penyusun IAIN Sunan Ampel, agar Islam dapat berarti bagi masyarakat global maka Islam diharapkan tampil dengan nuansa sebagai berikut:

Pertama: menampilkan Islam yang lebih ramah dan sejuk, sekaligus menjadi pelipur lara bagi kegarahan hidup modern.

Kedua: menghadirkan Islam yang toleran terhadap manusia secara keseluruhan agama apapun yang dianutnya

Ketiga: menampilkan visi Islam yang dinamis, kreatif, dan inovatif.

Keempat: menampilkan Islam yang mampu mengembangkan etos kerja, etos politik, etos ekonomi, etos ilmu pengetahuan dan etos pembangunan.

Kelima: menampilkan revivalitas Islam dalam bentuk intensifikasi keislaman lebih berorientasi ke dalam (in mard ariented) yaitu membangun kesalehan, intrinsik dan esoteris daripada intersifikasi ke luar (out wad oriented) yang lebih bersifat ekstrinsik dan eksoteris, yakni kesalehan formalitas.17

Peran Pendidikan dalam Menghadapi Globalisasi

Pendidikan merupakan sarana yang paling efektif dalam menghadapi globalisasi dunia, melalui pendidikan baik di rumah, sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat, dengan berbagai metode, cara dan geraknya, dapat dicegah pengaruh negatif yang bakal terjadi dari globalisasi. Dalam hal ini pendidikan agama

16Azizy, Melawan Globalisasi, 19

17 Tim Penyusun, Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2009), 236-237

(22)

mempunyai peran yang sangat penting sebagai landasan nilai dan moral anak didik.

Melalui pendidikan pula dapat memberikan motivasi bagi tercapainya peningkatan kualitas yang signifikan dalam manfaat pengaruh globalisasi. Agar peran pendidikan dapat berfungsi maksimal dalam menanggapi globalisasi maka ada beberapa hal yang kiranya patut diperhatikan.

Pertama: Peningkatan mutu sumber daya manusia, di antara tuntutan internal dan tantangan eksternal global maka di antara keunggulan-keunggulan yang mutlak dimiliki bangsa dan negara Indonesia adalah penguasaan atas sains dan teknologi, dan keunggulan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Pengalaman banyak negara seperti Amerika, Jerman, Inggris, Prancis, dan lain sebagainya menunjukan bahwa sains teknologi merupakan salah satu faktor terpenting yang mengantarkan negara- negara tersebut pada kemajuan.18

Kedua: Pengembangan ilmu sosial profetik. Degan ilmu sosial profetik yang dibangun dan ajaran Islam, maka tidak perlu takut atau khawatir terhadap dominasi sains Barat dan arus globalisasi yang terjadi saat ini. Islam selalu membuka diri terhadap seluruh warisan peradaban. Islam adalah sebuah paradigma terbuka.19

Jika ilmu sosial profetik telah menginternalisasi ke dalam tubuh seseorang maka dengan sendirinya akan menggali, mengkaji bahkan mengambil berbagai hal manfaat dari globalisasi atau westernisasi sekalipun. Karena dalam tubuhnya

18 Azra, Pendidikan Islam, 46

19 Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam (Jakarta: Grasindo, 2001), 124

(23)

sudah benar-benar dibentengi dengan kuat sehingga tradisi dan kepribadiannya tetap utuh, sementara dirinya mendapatkan kemajuan-kemajuan yang dihasilkan dari peradaban baru atau asing sebagai dampak globalisasi.

Ketiga: Mendekonstruksi metode dan manajemen.

Metodologi dan manajemen yang selama ini dipakai harus dirubuhkan dan dibangun lagi yang terbaru, yang dapat membawa semangat dan konsep baru sehingga menghasilkan tujuan yang di inginkan sesuai tuntutan modern sekarang ini.

Keempat: Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.

Sarana dan prasarana merupakan unsur penting yang sangat menunjang bagi kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan. Oleh karena itu, sarana dan prasarana akademik mutlak perlu, baik berupa perpustakaan gedung pembelajaran masjid, dan lain sebagainya.

Kelima: Terdapat kurikulum yang andal yang berwawasan masa kini dan masa depan. Kurikulum ini diharapkan dapat menciptakan manusia manusia yang memiliki kemampuan yang berkualitas dan memiliki keterampilan dan kecakapan dalam hidup.

Seiring dengan terjadinya perubahan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara serta perkembangan dalam ilmu pengetahuan, teologi dan seni jelas diperlukan perubahan kurikulum secara berkala. Kurikulum ini dibutuhkan karena adanya perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan yang datang begitu cepat dan menurut perhatian segera dan serius. Di samping itu, kondisi sekarang dan masa yang akan datang

(24)

memenlukan generasi muda yang memiliki kompetensi dan multidimensional.

Kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya, karena lebih menekankan pada kemampuan untuk berbuat dan bukan hanya penguasaan materi saja.20

Simpulan

Adapun kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dan hasil penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Faktor penunjang percepatan globalisasi adalah:

a. Kemajuan dalam bidang pengetahun, teknolog: informasi, komonikasi.

b. Kemajuan dalam bidang transportasi.

c. Sistem perekonomian negara-negara yang terbuka yang menyebabkan hadirnya perdagangan bebas, kerjasama antar Negara, dan sistem keuangan internasional yang liberal.

d. Kemudahaan Dalam Migrasi.

2. Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan Islam Di Indonesia a. Penerapan prinsip non dikotomi dalam ilmu di lembaga

pendidikan Islam, meliputi: Islamisasi ilmu-ilmu sekuler (umum), perubahan radikal sistem kelembagaan: dari institut ke universitas, kurikulum yang fleksibel.

b. Modernisasi administrasi lembaga pendidikan Islam.

c. Berkurangnya jumlah santri atau murid pada lembaga- lembaga pendidikan Islam.

d. Bangkitnya sekolah elit muslim di perkotaan.

e. Naiknya biaya sekolah di lembaga pendidikan Islam di perkotaan..

20 tipsserbaserbi.blogspot.com/2015/02/makalah-dampak-globalisasi-terhadap.html, akses 11 juli 2017

(25)

Daftar Pustaka

Abdullah, Amin. 2003.Menyatukan KembaliIlmu-Ilmu Agama danUmum (Yogyakarta: UIN SunanKalijaga Press

Adlin. (t.t.)“Tantangan Manajemen Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi”. t.t.: t.p.

Ahmadi. 1991. Islam Sebegai Paradigma Ilmu Pendidikan, Salatiga:

Fakultas Tarbiyah Iain Walisongo.

Ambary, Hasan Muarif. 1998. Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan Historis Islam di Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Arifin, M. 1991. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta:

Bina Aksara

---. 1993. Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktek, Jakarta: Rineka Cipta

Azizy,A. Qadri. 2003. Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islm, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azra, Azyumardi. 2002. Pendidikan Islam Tradisidan Modernisasi Menuju Milenium, Jakarta: PT. Logos WacanaIlmu

---. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Nasional:

Rekonstruksi dan Demokratisasi, Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Bawani,Imam. 1993. TradisionalismeDalamPendidikan Islam, Surabaya: Al-Ikhlas

Buchori,Mochtar. 2001. Pendidikan Antisipatoris, Yogyakarta:

Kanisius

Daulay, Haidar Putra. 2001. Historisitas, Dan Eksistensi Pesantren, Sekolah Dan Madrasah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana ---. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di

Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta

Dhofier, Zamakhsyari. 1994. TradisiPesantren, Jakarta: LP3ES

E. Stiglitz, Joseph.Washington Consensus (Kesepakatan Washington),Yogyakarta: Infid

Fakih, Mansour. 2002. Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik, Yogyakarta: Insits Press Dan Pustaka Pelajar

Frices, Heflin.2009. Globalisasi Respon Terhdap Krisis Ekonomi Global, Jakarta: MIDA Pustaka

Ghazalba, Sidi.1981. SistematikaFilsafat IV. Jakarta: BulanBintang

(26)

Giddens, Anthony. 2001. Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan Kita,Jakarta: GramediaPustakaUtama

Gunawan, Heri. 2014.Pendidikan Islam KajianTeoritis Dan PemikiranTokoh, Bandung: PT RemajaRosdakarya

Hadi, Sutrisno. 1993.MetodologiRiset, Yogyakarta: Andi Offset.

Hasbullah. 1995. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: PT.

Raja Grafindo

Heroeputri, Arimbi. Penjara Asian Development Bank, Panduan Advokasi Bagi Masyarakat, Jakarta: Debwatch

Hisrt, Paul. 2001. Globalisasi Adalah Mitos,Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Hoodbhoy,Pervez. 1997. Islam danSains.Bandung: Pustaka

Ismawan,Indra. 2002. Di bawah Cengkraman IMF, Solo: Pondok Edukasi

Jalaluddin. 1999. Filsafat Pendidikan Islam-Konsep dan Perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

K. Tabb, William. 2003. Tabir Politik Globalisasi,Yogyakarta: Lafald Pustaka

Langgulung, Hasan.1995.Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: PT. Al Husna Zikra Maksum. 1999. Madrasah Sejarahdan Perkembangannya, Jakarta:

Logos WacanaIlmu

Mas’ud, Abdurrahman. 2004. Intelektual Pesantren: Perhelatan Agama dan Tradisi, Yogyakarta: LkiS

Mastuhu. 1999. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta:

Logos

Mohd Nor wan Daud,Wan. 2003. Filsafat Dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas, Bandung: Mizan

Muhaimin. 1993.Pemikiran Pendidikan Islam.Bandung: Trigenda Karya

---. 2000. Pembaharuan Islam: Refleksi Pemikiran Rasyid Ridla dan Tokoh-TokohMuhammadiyah, Cirebon: Pustaka Dinamika

---. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: PSAPM

Mujib,Abdul. 2008.IlmuPendidikan Islam, Jakarta:Kencana

Mulkhan, Abdul Munir. 2002. Nalar Spiritual Pendidikan-Solusi Problem FilosofisPendidikan Islam,Yogyakarta: PT. Tiara Wacana

(27)

Mutohar,Prim Masrokan. 2013. Manajemen Mutu Sekolah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Nata, Abudin. 2000. Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada

---. 2012.Manajemen Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Nugroho, Heru. 2001. Negara, Pasar dan Keadilan Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Persada

Petras, James. 2001.Globalisasi Dalam Persepektif Sosial,Yogyakarta:

Cubuc.

Poerwandari, kristi. 2017.Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, Jakarta: LPSP3

Pontoh, Coen Husain . 2001. Membongkar Tipuan Globalisas Dalam Pengantar Buku Mc global Gombal: Globalisasi Dalam Perspektif Sosialis,Yogyakarta: Cubuc

Rahardjo, Mudjia. 2010. Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer, Malang: Uin-Maliki Press.

Setiawan, Bonie. Menggugat Globalisasi, Jakarta : INFID

Shulhan, Muwahid. 2013. Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta:

Teras

Soenarjo. 1971. Al-Qur’an DanTerjemahnya: Yayasan Penyelenggra Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an. t.t.: t.p.

Steenbrink, Karel A. 1986. Pesantren, Madrasah, Sekolah Pendidikan

Islam dalam Kurun

Modern, Jakarta: LP3ES

Sugono, Dendy. 2008. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa

Suhartini.20011. Perspektif Global,Yogyakarta: Fik UNY.

Suwito. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Syukur, Fatah. Dinamika Madrasah dalam Masyarakat Industri, Semarang: al-Qalam Press Semarang

Thoha, Anthony. 2002. Gobalisasi Krisis Ekonomi Dan Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan, Jakarta: Pustaka Quantum

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam.Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press

Usa,Muslih. Pendidikan Islam di Indonesia

AntaraCitadanFakta,Yogyakarta: PT. Tiara Wacana

(28)

Wahono, Wibowo Francis. 2003. Neoliberalisme, Yogyakarta:

Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas

Yunus, Mahmud.1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,Jakarta:

Mutiara Sumber Widya

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu-ilmu yang diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam antara lain ialah: (1) Dasar-dasar Ajaran Islam; (2) Hukum Islam; (3) Ilmu Kalam atau teologi; (4) Ilmu Tasawuf;

Perdebatan tentang dikotomi yang merupakan problem utama pendidikan agama Islam ini, menjadi aspek terhambatnya perkembangan lembaga dan keilmuan Islam, karena

Perdebatan tentang dikotomi yang merupakan problem utama pendidikan agama Islam ini, menjadi aspek terhambatnya perkembangan lembaga dan keilmuan Islam, karena

Pendidikan Islam mempunyai peranan yang sangat pentinng dalam proses Islamisasi

Pemikiran Azyumardi Azra sangat relevan dengan kondisi pendidikan di Indonesia supaya tidak ada lagi dikotomi ilmu, tercapainya akhlakul karimah, kuatnya Islam

Dikotomi dalam proses pencapaian tujuan pendidikan dalam interaksi sehari-hari di lembaga pendidikan, menyebabkan dikotomi abituren pendidikan dalam bentuk kepribadian

Aspek Hasil 1 Latar Belakang Pemikiran Kondisi pendidikan khususnya pendidikan Islam yang mengalami dikotomi ilmu 2 Arah Pemikiran Integrasi ilmu 3 Istilah yang Digunakan

Artikel ini membahas tantangan dan strategi pendidikan Islam dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di era