KOLOKIUM FAKULTAS ILMU PANGAN HALAL UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
Nama : Saepul Rohmat
NIM : B.1810054
Program Studi : Teknologi Pangan
Judul Penelitian : Karakteristik Mutu Hasil Penyulingan Minyak Pala dengan Metode Destilasi Uap Skala Lab Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir.Hemi Haris, M.S
2. M. Fakih Kurniawan, S.Si., M.Si
Dosen Kolokium :
Hari/Tanggal : 20 Oktober 2022
Jam :
Tempat :
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara pengekspor biji dan fuli pala terbesar yaitu memasok sekitar 60% kebutuhan pala dunia. Selain sebagai komoditas ekspor, kebutuhan dalam negeri juga cukup tinggi. Produksi pala Indonesia sekitar 19,9 ribu ton per tahun. Luas areal tanaman pala semakin meningkat dari tahun ke tahun dan pada tahun 2005 mencapai 68.691 ha (Nurdjannah, 2007). Pada tahun 2019 volume ekspor pala Indonesia adalah 20 ribu ton dengan nilai 138,024 juta dolar AS atau Rp 1,99 triliun (Pusdatin 2020).
Produk yang di ekspor berupa biji dan fuli pala kering sebagai rempah (spices) serta minyak pala (nutmeg oil). Pala Indonesia dikategorikan sebagai pala East Indian dan pala Grenada disebut West Indian, jenis East Indian lebih unggul dibanding West Indian karena aroamnya yang kuat dan kandungan miristin yang tinggi yaitu 13,5% (Hidayati et al. 2015) sehingga Indonesia menjadi eksportir pertama dunia. Proyeksi kebutuhan minyak pala dunia tahun 2017 meningkat 10-15% dari tahun sebelumnya dimana kebutuhan dunia mencapai 350-400 ton (Sanganeria, 2015).
Permintaan pasar dunia yang masih tinggi terhadap minyak atsiri pala, namun belum dioptimalkan oleh Indonesia (Purba et al. 2021). Karna meskipun daya saing produk pala Indonesia secara umum masih baik (Zuhdi et al. 2020; Purba et al. 2021), data FAO (Pusdatin 2020) menunjukan harga pala Indonesia di pasar global dalam kurun waktu 2014-2018 terus menurun dan hasil analisis dinamika ekspor (Export Product Dynamic - EPD) sebagai indikator lain dari daya saing/ kinerja ekspor memperlihatkan dinamika yang berbeda di antara negara importir. Nilai ekspor pala Indonesia ke Jerman dan Jepang meningkat (rata-rata pertumbuhan ekspor positif), tetapi share terhadap total ekspor menurun (nilai di rata-rata total pertumbuhan ekspor negatif). Tentunya akan mempengaruhi produk minyak pala karena terdapat kesenjangan mengenai harga bahan baku dipasaran.
Persaingan pasar tersebut salah satunya dipengaruhi oleh kualitas produk minyak pala yang produksi. Mengingat minyak pala memiliki nilai ekonomi tinggi dengan prospek pasar yang terbuka, maka perlu ditempuh langkah- langkah pengembangan secara optimal melalui pengendalian mutu berdasarkan dengan standar minyak pala yaitu SNI 06-2388-2006. Guna meningkatkan ekspor dan mengantisipasi persaingan di pasar dunia, diperlukan kegiatan riset teknologi pengolahan untuk mendukung agroindustri minyak pala dan minyak atsiri lainnya.
Berdasarkan data statistik perkebunan Provinsi Jawa Barat tahun 2017, Kabupaten Bogor merupakan Kabupaten yang memiliki luas areal tanaman pala terluas dan merupakan penghasil pala terbesar di Jawa Barat dengan luas areal 1.696 ha. Dari luas areal tersebut, areal yang tanamannya sudah menghasilkan seluas 962,7 dengan produksi 490 ton dan rata-rata produktivitas sebesar 508,98 kg/ha. Pala bogor terkenal karena mempunyai kandungan minyak atsiri yang tinggi yaitu biji muda mengandung 8,7%- 14,5%, biji tua 4,8%, fuli sedang 9,0%-16,4%, dan fuli tua 6,5%-11,9%
(DISKOMINFO Kabupaten Bogor, 2018).
Pada penelitian penyulingan buah pala dilakukan dengan mengambil bahan baku dari Kecamatan Caringin dan Ciawi yang merupakan salah satu daerah penghasil pala terbanyak di Kabupaten Bogor yaitu pada tahun 2017 berada di posisi tiga dan empat setelah Cisarua dan Tamansari (DISKOMINFO Kabupaten Bogor, 2018). Bagian tanaman pala yang dapat disuling menjadi minyak adalah daun, biji pala muda, biji pala tua dan fuli pala dengan metode distilasi uap, distilasi air, distilasi uap-air dan ekstraksi dengan menggunakan pelarut. Metode yang paling umum digunakan adalah distilasi uap karena kecepatan dan kapasitas produksi. Distilasi uap untuk pengambilan minyak biji pala dikondisikan pada tekanan di bawah atmosferik karena jika diatas atmosfer akan merusak mutu minyak pala (Hidayari et al., 2015). Pada tekanan 1 atmosfir dan lama penyulingan 14 jam menghasilkan rendemen minyak atsiri (minyak biji pala) optimal dengan rata-rata 5,77%
dengan suhu pemisahan air dan minyak dipertahankan pada suhu 20 - 30oC (Polii, F., 2016) dan suhu penyulingan 100°C (Sari et al., 2018). Hasil penyulingan minyak pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian perbaikan mutu minyak pala dan industri minyak atsiri di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Tanaman pala merupakan komoditas unggulan lokal perkebunan yang ada di jawa barat khususnya Kabupaten Bogor yaitu pada lahan perkebunan rakyat terutama di wilayah Kecamatan Ciawi, Caringin dan Cigombong. Dari hasil panen daging buah pala dijadikan untuk oleh-oleh khas bogor yaitu asinan dan manisan pala dan bagian lainnya tidak dilakukan pengolahan.
Kebutuhan minyak atsiri pala yang masih tinggi dapat menjadi peluang untuk penanganan bagian buah pala yang tidak digunakan karna minyak atsiri pala dapat dihasilkan dari daun pala, biji pala muda, biji pala tua dan fuli pala.
Dengan begitu perlu proses penyulingan minyak pala dengan metode destilasi uap.
C. Tujuan
1. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu hasil penyulingan minyak pala yang berasal dari daun pala, biji pala muda, biji pala tua dan fuli pala.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan mempelajari penyulingan minyak pala dengan metode destilasi uap skala lab.
b. Mengetahui karakteristik mutu hasil penyulingan minyak pala berdasarkan SNI minyak pala.
D. Manfaat
1. Manfaat untuk masyarakat
a. Menjadi peluang usaha untuk masyarakat terutama para petani pala dan juga masyarakat yang membudidayakan tanaman pala.
b. Meningkatkan pendapatan masyarakat dari hasil penjualan produk turunan pala baik dalam negeri atau luar negeri.
c. Jika memungkinkan dapat menjadi ciri khas produk daerah tersebut
khususnya Kabupaten Bogor.
2. Manfaat untuk penulis
a. Mengetahui proses penyulingan minyak atsiri yang dapat menambah wawasan dan peluang usaha.
b. Mengetahui proses penyulingan pala dan dapat diaplikasikan pada tanaman lain yang berpotensi menjadi sumber atsiri.
c. Berperan dalam optimalisasi bahan baku terbaik untuk mengahasilkan minyak pala yang bermutu.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pala
Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis, selain di Indonesia terdapat pula di Amerika, Asia dan Afrika. Pala termasuk famili Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus (marga) dan 250 species (jenis). Dari 15 marga tersebut 5 marga di antaranya berada di daerah tropis Amerika, 6 marga di tropis Afrika dan 4 marga di tropis Asia (Rismunandar 1990). Berikut Sistematika tanaman pala : Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta (tumbuhan biji) Sub- Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotiledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Myristicales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans Houtt
Tanaman pala merupakan tumbuhan berbatang sedang dengan tinggi mencapai 18 m, memiliki daun berbentuk bulat telur atau lonjong yang selalu hijau sepanjang tahun. Pohon pala dapat tumbuh di daerah tropis pada ketinggian di bawah 700 m dari permukaan laut, beriklim lembab dan panas, curah hujan 2.000-3.500 mm tanpa mengalami periode musim kering secara nyata. Daerah penghasil utama pala di Indonesia adalah Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Nanggroe Aceh Darusalam, Jawa Barat dan Papua.
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli dan minyak pala merupakan komoditas ekspor dan digunakan dalam industri makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan kosmetik. Buah pala berbentuk bulat berkulit keras berwarna hitam kecokelatan yang dibungkus fuli berwarna merah padam. Isi bijinya putih, bila dikeringkan menjadi kecokelatan gelap dengan aroma khas. Buah pala terdiri atas daging buah (77,8%), fuli (4%), tempurung (5,1%) dan biji
(13,1%) (Rismunandar, 1990).
Produksi pala Indonesia 43,97 ribu ton (Pusdatin 2020) terpusat di lima provinsi, yaitu Aceh, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, dan Papua Barat. Pada tahun 2019, produksi pala tertinggi berasal dari Sulawesi Utara yang mencapai 11,6 ribu ton dari luas areal tanam 25.554 ha, diikuti oleh Papua Barat 10 ribu ton dari luas areal 26.411 ha, Maluku Utara 6,6 ribu ton dari luas areal 55.728 ha, Aceh 6,3 ribu ton dengan luas areal 24.897 ha, dan Maluku 4,6 ribu ton dari luas areal 34.306 ha (Ditjen Perkebunan 2019).
Secara komersial biji pala dan fuli (mace) merupakan bagian terpenting dari buah pala dan dapat dibuat menjadi berbagai produk antara lain minyak atsiri dan oleoresin. Produk lain yang mungkin dibuat dari biji pala adalah mentega pala yaitu trimiristin yang dapat digunakan untuk minyak makan dan industri kosmetik (Somaatmaja, 1984). Daging buah pala dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi manisan, asinan, dodol, selai dan sari buah (sirup) pala, kuning jika sudah tua, berdaging putih.
B. Minyak Pala
Minyak pala yang dikenal dunia berasal dari biji dan fuli, sedangkan daging buah pala jarang diolah menjadi minyak atsiri, sehingga menjadi limbah. Dalam 1 kg daging buah pala terkandung 0,66 % minyak atsiri (Le Doan et al., 2003). Menurut Sipahelut, S.G (2012), minyak daging buah pala lebih banyak mengandung persenyawaan teroksigenasi seperti linalool, αterpineol, dan terpinene-4-ol. Minyak pala dihasilkan melalui proses penyulingan (distilasi uap) biji pala dan fuli. Bahan baku yang disuling biasanya adalah biji atau fuli yang tidak memenuhi standar ekspor (kadar air 12–15%). Minyak pala juga dapat dihasilkan dari daun pala, kandungan minyak dalam daun tidak lebih dari 1,7% sedangkan fuli pala dapat menghasilkan 4-17% minyak (BSN 2006). Kandungan minyak dalam biji pala berkisar antara 5-14% (Peter, 2001; Hidayati, et al. 2015). Standar minyak pala mengacu pada SNI : 2388-2006 sesuai pada Tabel 1.
Karakteristik minyak pala yaitu minyak tidak berwarna (bening) sampai dengan kuning muda, berbau tajam, dan beraroma rempah. Komponen utama minyak pala adalah α-pinene, camphene, β-pinene, sabinene, myrcene, α- phellandrene, αterpinene, γ-terpine, limonene, 1,8-ceniole, linalool, terpine- 4-ol, safrole, methyl eugenol dan myristicin. Minyak pala dengan formulasi C10H16 mempunyai sifat tidak beracun dan tidak menyebabkan iritasi, tetapi bila digunakan dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pingsan karena kandungan myristicin yang tinggi mempunyai efek halusinasi seperti narkotik. Minyak pala dari fuli memiliki kadar myristicin lebih tinggi dibanding minyak pala dari biji. Bila minyak pala diproses lebih lanjut akan menghasilkan 84% trimyristin, suatu kristal beracun turunan dari safrole yang merupakan senyawa dari methylene dioxyphenyl dengan rumus kimia C45H86O6 (Erowid 2001), biasanya digunakan untuk sabun, detergen, dan parfum (Bustaman, 2008).
C. Penyulingan
Minyak atsiri dapat diisolasi dengan empat cara yaitu destilasi, pressing, ekstrasi dengan pelarut mudah menguap, dan absorpsi oleh lemak padat
(Ketaren, 1975). Menurut beberapa peneliti metode destilasi memiliki kelebihan karena minyak atsiri yang dihasilkan bebas dari pelarut organik dan dapat digunakan langsung tanpa melalui proses pemisahan. Pengambilan minyak atsiri dengan cara ini masih mampu menghasilkan minyak dengan mutu sesuai selera konsumen. Dalam metode destilasi akan melibatkan proses ekstraksi, dimana minyak atsiri akan diekstrak dari daging buah pala menggunakan pelarut mudah menguap yaitu air (Sari et al. 2018).
Destilasi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan komponen- komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen- komponen senyawa tersebut (Geankoplis, 1997). Terdapat dua metode destilasi yang dapat digunakan untuk memproduksi minyak atsiri diantaranya yaitu metode destilasi langsung dan metode destilasi tidak langsung. Pada metode destilasi langsung, bahan yang akan didestilasi kontak langsung dengan air mendidih. Metode ini disebut juga dengan destilasi air (water distillation). Pada metode destilasi tidak langsung, bahan tidak kontak langsung dengan air mendidih, melainkan dengan uap air. Apabila uap yang digunakan adalah uap basah, jenuh dan tidak terlalu panas, proses ini disebut dengan destilasi air dan uap (water and steam distillation). Sedangkan jika uap yang digunakan adalah uap jenuh dengan tekanan lebih dari satu atmosfir, proses ini disebut dengan destilasi uap (steam distillation).
Pembuatan minyak pala yang optimal menggunakan metode destilasi uap (Bustaman, 2008) dengan alasan kecepatan dan kapasitas produksi minyak (Hidayati et al. 2015).
D. Mutu Minyak Pala
Mutu minyak atsiri yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti metode destilasi, keadaan bahan (keadaan kering atau basah), pengecilan ukuran bahan, lamanya destiasi, laju penguapan, besarnya tekanan operasi, diameter kolom destilasi dan lain-lain. Jenis pala, agroklimat lokasi penanaman, umur panen, dan teknik penyulingan mempengaruhi kualitas minyak pala. Untuk memperoleh minyak pala yang berkualitas baik, selain dari bahan yang baik, juga sangat tergantung dari proses penyulingan yang meliputi bahan ketel, sistem pendinginan, disain ketel dan sumber pemanasan untuk penyulingan. (Polii, F., 2016).
Kualitas minyak pala mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 2388-2006 sesuai Tabel 1.
Tabel 1. Mutu Minyak Pala Berdasarkan SNI
Komponen Mutu Standar Mutu
Warna Jernih – Kuning muda
Berat Jenis, 20oC/20oC 0,885 - 0,907
Indeks Bias, 20oC 1,475 – 1,485
Putaran Optik, 20oC (+6o) - (+18o) Kelarutan dalam etanol 90% 1 : 1 – 1 : 3
Sisa Penguapan (%) Maks, 2
Sumber : BSN 2006
III. METODE PENELITIAN
A. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pala kering, biji pala muda kering, biji pala tua kering, fuli pala kering yang berasal dari Kecamatan Caringin, Bogor, Jawa Barat, aquades dan etanol 90%.
Alat yang digunakan yaitu 1 (satu) set alat suling yang terdiri dari: ketel uap (boiler), ketel penyulingan, kondensor, alat penghancur biji buah pala, gas LPG, neraca, gelas ukur, kain saring, botol kaca, dan alat laboratorium untuk uji mutu minyak pala..
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2022 di laboratorium UPT Sartika, Universitas Djuanda Bogor
C. Prosedur Penyulingan
Penyulingan dapat dilakukan dengan cara penyulingan uap (kohobasi) pada tekanan rendah karena penyulingan dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan terbawanya minyak lemak sehingga akan menurunkan mutu minyak atsiri (Nurdjannah, 2007). Alat yang digunakan dalam proses penyulingan minyak pala terdiri atas 3 (tiga) komponen utama yakni: ketel uap, ketel penyulingan dan kondensor (pendingin), serta alat pemisah minyak (florentine flask). Rajangan daun, biji, dan fuli buah pala yang telah dikeringkan dimasukkan kedalam ketel penyulingan secara terpisah dan diatur agar tidak terlalu padat dan merata. Cara penyulingan yang digunakan adalah destilasi uap skala lab. Prosedur sesuai pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan Alir Penyulingan Minyak Pala (Mengacu pada Polli, F., 2016) D. Rancangan Percobaan
Bentuk hipotesis yang diuji adalah :
H0 = A1 = A2 = ....= Ai = 0 (Perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
H1 = Minimal ada satu perlakuan dimana Ai ≠ 0 (Terdapat pengaruh taraf perlakuan terhadap hasil mutu minyak atsiri pala).
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu hasil pengujian mutu minyak atsiri pala dengan 4 taraf perlakuan sebagai berikut :
Bagian Tanaman Pala
A1 : Daun pala A3 : Biji pala tua
A2 : Biji pala muda A4 : Fuli pala
Dilakukan 3 kali pengulangan. Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Yij = µ + Ai + Ɛij
Keterangan :
Yij : Nilai pengamatan akibat perlakuan taraf ke-i ulangan ke-j
µ : Rataan umum
Ai : Pengaruh perlakuan ke-i
Ɛij : Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j (j=1,2,3) E. Parameter
Parameter yang akan di uji untuk mutu minyak atsiri pala menyesuaikan SNI : 2388-2006 yaitu berat jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanhol 90%, putaran optik dan sisa penguapan minyak pala
F. Prosedur Analisis
Uji mutu minyak atsiri dilakukan dengan penentuan sifat fisis minyak yang meliputi berat jenis dan indeks bias.
1. Berat jenis
Berat jenis minyak ditentukan dengan cara menimbang berat minyak (piknometer) dan mengukur volumenya. Dimana berat jenis sama dengan berat per volume (gram/ml).
2. Indeks bias
Indeks bias ditentukan dengan alat refraktometer, diukur pada suhu 25oC.
Sebelum digunakan refraktometer dibersihkan dengan alkohol. Dengan menggunakan pipa tetes, contohnya minyak diteteskan di atas refraktometer. Selanjutnya refraktometer dirapatkan. Setelah itu baca besarnya indeks bias yang terukur.
3. Kelarutan dalam etanol
Etanol konsentrasi 90% digunakan untuk menguji kelarutan minyak pala dalam etanol sesuai dengan SNI 2388-2006 yaitu 1:1 – 1:3.
4. Putaran optik
Putaran optik merupakan sifat fisika suatu zat atau senyawa yang merupakan ukuran aktivitas optik yang disebabkan oleh adanya interaksi cahaya dengan zat atau senyawa yang dianalisis. Analisis dilakukan dengan polarimeter digitan dan hasil harus sesuai SNI : 2388-2006 yaitu (+6o) - (+18o).
5. Sisa penguapan
Sisa penguapan pada minyak biji pala adalah komponen-komponen yang tidak menguap pada pemanasan diatas 100oC. Sesuai SNI : 2388-2006 tidak lebih dari 2%.
6. Rendeman
Minyak atsiri yang sudah terpisah dipindahkan kedalam botol, masing- masing minyak atsiri yang diperoleh dihitung rendemennya. Nilai rendemen yaitu perbandingan massa antara produk akhir yaitu minyak atsiri yang dihasilkan dengan massa bahan baku awal yaitu biji buah pala.
%Rendemen=massa minyak pala
massa awal pala x100 % . G. Analisis Data
Dari hasil pengamatan dan pengujian, data kuantitatif akan diolah menggunakan aplikasi microsoft excel yang terdiri dari lama waktu penyulingan dan volume minyak serta karakteristik mutu minyak pala yang mengacu pada SNI minyak pala No. 2388-2006 dengan empat kali ulangan
dan data ditampilkan seperti pada Tabel 3. Analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan program SPSS. Uji statistik yang digunakan adalah uji sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan berpengaruh nyata atau tidak. Apabila hasil sidik ragam ANOVA (p<0.05) maka akan dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.
Tabel 2. Hasil Pengamatan
Nama Bagian Ulangan (1,2,3) Rata - rata Standar deviasi
.
H. Rencana Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan September-November 2022
September Oktober November
1. Perencanaan 2. Pengajuan Judul 3. Penyusunan Proposal 4. Kolokium
5. Penelitian 6. Pengolahan Data 7. Seminar Hasil 8. Sidang Skripsi
IV. DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia 06- 2388 Minyak Pala. Jakarta.
Bustaman, S. 2008. Prospek Pengembangan Minyak Pala Banda Sebagai Komoditas Ekspor Maluku. Jurnal Litbang Pertanian 27(3).
[DISKOMINFO] Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bogor. 2018.
Meraih Kejayaan Rempah Pala di Bumi Tegar Beriman. Tersedia pada : https://bogorkab.go.id/post/detail/meraih-kejayaan-rempah-pala-di-bumi- tegar-beriman. Diakses pada : 10 September 2022.
[Ditjen Perkebunan] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2019. Statistik Perkebunan Indonesia 2018- 2020. Jakarta.
Geankoplis, C.J. 1997. Transport Processes And Unit Operations. Third Edition.
New Delhi: Prentice-Hall of India.
Hidayati N, Sara E dan Ilmawati H. 2015. Penyulingan minyak biji pala: pengaruh ukuran bahan, waktu dan tekanan penyulingan terhadap kualitas dan rendemen minyak. Simposium Nasional RAPI XIV-2015FT UMS.
Le Doan, D., Nguyen, D.L. 2003. Utilization Of Ripe Nutmeg Husk (Myristica sp.) As The Main Ingredient On Spice Blend Powder. Vietnam
Nurdjannah. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Polii, Fahri F. 2016. Penelitian Penyulingan Minyak Pala ”Siauw” Metode Uap Bertekanan Dan Karakteristik Mutu Minyak Pala. Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 8 No. 1: 23-34.
Pusdatin. 2020. Outlook Komoditas Perkebunan Pala. Astrid, A. and Putra, R. K.
eds. Jakarta: Sekjen Kementan.
Purba, H.J., Yusufi, E.S. and Hestina, J. 2021. Performane and Competitiveness of Indonesian Nutmeg in Export Market. In: E3S Web of Conferences 232, pp. 1–13. Tersedia pada: https://doi.org/10.1051/e3sconf/202123202018.
Rismunandar, 1990. Budidaya dan Tataniaga pala. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Cetakan kedua.
Sari, L., Lesmana, D., dan Taharuddin. 2018. Estraksi Minyak Atsiri Dari Daging Buah Pala (Tinjauan Pengaruh Metode Destilasi Dan Kadar Air Bahan). Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Sipahelut SG. 2012. Karakteristik kimia minyak daging buah pala (Myristica fragrans Houtt) melalui beberapa cara pengeringan dan distilasi. Jurnal Agroforestri VII (1).
Somaatmadja, D. 1984. Penelitian dan Pengembangan Pala dan Fuli. Komunikasi No. 215. BBIHP, Bogor.