• Tidak ada hasil yang ditemukan

kebijakan kepala madrasah dalam pengembangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "kebijakan kepala madrasah dalam pengembangan"

Copied!
413
0
0

Teks penuh

(1)

DISERTASI Diajukan Kepada

Program Pascasarjana UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna memperoleh Gelar Doktor

Pendidikan Agama Islam

Oleh JERNILAN NIM 3173070031

PROGRAM PASCA SARJANA ( S3 ) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO

BENGKULU, TAHUN 2022 M / 1443.H

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi

(8)

vii

(9)

viii

(10)

ix

(11)

x

(12)

xi

(13)

xii

(14)

xiii

(15)

xiv

(16)

xv

(17)

xvi

(18)

xvii

(19)

xviii

(20)

xix

SURAT PERNYATAAN... i

PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

TRANSLITERASI ... xi

DAFTAR ISI ... xix

DAFTAR TABEL ... xxi

DAFTAR GAMBAR ... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Kegunaan Penelitian... 13

E. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II KAJIAN TEORI... 16

A. Kebijakan Kepala Madrasah dan Pengembangan Profesionalitas Guru... 10

1. Konsep Kebijakan ... 16

2. Tahap-tahap Kebijakan... 24

3. Kompetensi Kepala Madrasah ... 27

4. Formulasi Kinerja Kebijakan Kepala Madrasah... 57

(21)

xx

B. Peraturan Pemerintah tentang Kepala Madrasah ... 101 1. Persiapan Kepala Madrasah ... 101 2. Pendidikan dan Pelatihan Kepala Madrasah ... 103 3. Akreditasi Lembaga Penyelenggara Program Penyiapan

Calon Kepala Madrasah ... 105 4. Pemerolehan Sertifikat Kepala Madrasah ... 106 5. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Kepala Madrasah ... 107 6. Pengangkatan, Masa Tugas, Mutasi, dan Pemberhentian

Kepala Madrasah ... 113 C. Kebijakan tentang Profesionalitas Guru... 115

1. Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan

Profesionalitas Guru ... 115 2. Tugas dan Peran Guru Profesional ... 120 3. Berbagai Pembinaan untuk Meningkatkan Mutu

Profesionalitas Guru…... 127 D. Upaya yang Dilakukan Guru untuk Menjadi Profesional ... 130

1. Guru harus Menyusun Perencanaan Pembelajaran

yang Bijak ... 135 2. Guru harus Mampu Berkomunikasi Secara Efektif

dengan Siswa ... 141 3. Guru harus Mengembangkan Strategi Pembelajaran

(22)

xxi

5. Guru harus Melakukan Evaluasi secara Benar... 154 E. Penelitian Terdahulu ... 162 BAB III METODE PENELITIAN... 176

A. Metode Penelitian... 176 B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 178 C. Sumber Data ... 178 D. Informan Penelitian ... 178 E. Instrumen Pengumpul Data ... 179 F. Teknik Analisis Data ... 186 G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ... 191 BAB IV HASIL PENELITIAN ... 196

A. Temuan Umum Penelitian... 196 1. Profil Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Kota Bengkulu... 196 2. Guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Kota Bengkulu... 219 3. Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Kota Bengkulu... 223 4. Fasilitas Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Kota Bengkulu... 231 B. Temuan Khusus Penelitian ... 325

1. Perumusan Kebijakan Kepala Madrasah dalam Pengembangan Mutu Profesionalitas Guru ... 325 2. Pengorganisasian Sumber Daya Manusia untuk Pelaksanaan

Kebijakan Pengembangan Mutu Profesionalitas Guru... 348 3. Formulasi Kinerja Kebijakan Pengembangan Mutu

(23)

xxii

Profesionalitas Guru…...361 5. Hasil yang Dicapai dari Implementasi Kebijakan Pengembangan

Mutu Profesionalitas Guru... 369 C. Pembahasan Temuan Penelitian ... 371 BAB V PENUTUP ... 372

A. Kesimpulan ... 372 B. Saran-saran ... 376 DAFTAR PUSTAKA ... 378 LAMPIRAN

(24)

1 A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan seorang pemimpin di lembang pendidikan merupakan perhatian para ahli, baik dibidang ilmu pengetahuan itu sendiriserta dibidang ilmu yang lainnya.Seperti dalam hal ini khususnya yang berhubungan dengan kebijakan kepala madrasah sebagai penanggung jawab penuh dalam eksistensi maupun keberadaan lembaga pendidikan.

Unsur utama dari proses pendidikan adalah pendidik itu sendiri. Di tangan pendidik merupakan tanggung jawab yang besar dalam upaya menghantarkan peserta didik pada tujuan pendidikan yang di harapkan serta dicita-citakan. Sebab pendidikan merupakan cuitural transition bersipat dinamis pada suatu perubahan secara continiu, merupakan sarana utama dalam membangun kebudayaan, peradaban manusia. Dalam hal ini pendidik bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan peserta didik, baik berupa moral ,intelektuan, spiritual, dan kebutuhan fisik peserta didik.1

Kepala madrasah merupakan pimpinan tertinggi pada lembaga yang di pimpinnya, berkembangnya lembaga tersebut merupakan wewenang serta tanggung jawab kepala madrasah. Pimpinan yang melakukan suatu kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain di lingkungannya pada situasi tertentu agar orang lain

1 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, h. 41

(25)

2

Peran kepala madrasah untuk meningkatkan mengembangkan profesionalitas guru sangat penting. Kepala madrasah dituntut untuk senantiasa berusaha membina mengembangkan hubungan kerjasama yang baik antara madrasah dan masyarakat guna mewujudkan madrasah yang efektif dan efesien, kepala madrasah hasus mampu menjalin hubungn kerjasama baik sesame warga madrasah maupun dengan masyarakat lingkungan madrasah 3 . Kesuksesan kepala madrasah melaksanakan program kebijakan tersebut diatas, diasumsikan merupakan hasil usaha kerja keras serta kepiawaian kepala madrasah dalam membuat kebijakan operasional untuk meningkatkan profesionalitas guru. Asumsi ini bertolak dari kerangka berpikir bahwa paktor keberhasilan pendidikan di madrasah pada dasarnya berada pada kebijakan kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalitas dan didalam melaksanakan suatu kepemimpinan pendidikan dan cara bertidak.4

Maka dengan demikian keberhasilan tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan kepemimpinan kepala madrasah. Suatu kebijakan kepala madrasah dalam proses meningkatkan profesionalitas guru termasuk upaya kepala madrasah untuk mengetehui kemampuan,sikap setiap para pendidik yang dipengaruhi bukan saja dengan ilmu, melainkan keterampilan yang diperoleh sewaktu pesrta didik mengalami proses belajar mengajar,motipasi kerja, sikap, latar belakang budaya serta pengaruh lingkungan. Kebijakan kepala madrasah untuk meningkatkan

2 Wahjosumidjo, Kependidikan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja PT Raja Grafindo Persada, 2007, h.

83

3 Selamat Tulipri, Evaluasi Kebijakan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru Mas Al-Manshuriyah, jurnal, V 3 NO.2 Desemberr 2020 h. 251

4 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009, h, 216

(26)

3 tetapkan.

Dengan adanya kebijakan yang telah dilaksanakan kepala Madrasah untuk meningkatkan pengembangan profesionalitas guru harus ditingkatkan serta di proritaskan. Sebab seorang guru yang dapat meningkatkan profesionalitas akan meningkatkan kualitas dan potensi peserta didik. Sesuai dengan RUU guru memiliki nilai ‘’pembaharuan ‘’ untuk mendukung profesionalitas serta kesejahteraan guru, dengan demikian guru harus memenuhi beberapa kompetensi’

Dalam hai ini terdapat beberapa substansi RUU guru yang memiliki nilai

‘’pembaharuan’’ yaitu;

a. Kualifikasi dan kompetensi guru; yang bersyaratkan kualifikasi akademik guru minimal lulisan SI / Diploma IV dengan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

b. Hak guru yang merupakan penghasilan diatas kebutuhan hidup minimal berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugas nya sebagai guru ( pasal 15 ayat 1).

c. Kewajiban guru adalah untuk mengisi keadaan darurat adanya kewajiban sebagai guru bagi PNS yang memenuhi persyaratan.

(27)

4 lembanga pendidikan guru yang terpadu.5

Bagi guru yang telah menyelesaikan pendidikan formal SI dan memiliki sertifikat pendidik profesional, mereka secara kontiniu perlu meningkatkan profesionalitasnya dengan mengikuti berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan wawasan pengetahuan,keterampilan propesional yang lebih berkembang, jenis kegiatan kegiatan yang dapat meningkatkan profesionalitas guru,ada yang dapat di tempuh melalui jalurpendidikan dan pelatihan (diklat), dan adapula yang di tempuh di luar jalur pendidikan dan pelatihan.6

Adapun kegiatan yang akan di ikuti guru untuk meningkatkan profesionalitas bisa melalui jalur pendidikan dan pelaihan, antara lain adalah inhaus training, program magang,kemitraan sekolah, belajar jarak jauh,pertukaran guru,pelatihan berjenjang,dan kersus singkat diperguruan tinggi,pembinaan internal oleh sekolah,dan pelatihan lanjut,sedangkan kegiatan yang dapat di ikuti guru di luar jalur pendidikan dan pelatihan adalah, melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran, diskusi masalah pendidikan,seminar,Workshop.Penelitian, penulisan buku bahan ajar, pembuatan media pembelajaran,dan pembuatan karya teknologi dan karya seni.7

Pengembangan Profesionalitas guru, terletak pada keinginan,kemauan, kemampuan untuk mengembangkan dirinya apabila sudah menduduki jabatan guru.Pendidikan yang bermutu sangat tergantung, keberadaan guru yang bermutu,

5 Zainal Aqil, Membangun Profesionalisme Guru Dan Pengawas Sekolah, Bandung: CV. Yrama Widya. 2007, h. 147

6 Sudarwan Danim,Pengembangan Profesi Guru: Dari Prajabatan, Induksi, ke professional Madani (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 108.

7 Ibid h. 108

(28)

5

guru, di ataranya meningkatkan jenjang pendidikan S1/S2/S3 dan berbagai pelatihan dan penataran untuk meningkatkan kualitas kompetensi yang propesional guru,misalnya Pusat Kegiatan Guru, Kelompok Kerja Guru, Persatuan Guru Republik Indonesia. Atau lembaga pendidikan tinggi yang mendidik para calon guru yang mendesain kurikulum yang bisa membagun kompetensi para calon guru yang siap pakai. Profesionalitas menekankan penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya..9

Sebagai pendidik dan pengambil kebijakan di madrasah kepala madrasah harus berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru. Faktor pengalaman sangat mempengaruhi profesionalitas kepala madrasah, terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga pendidik terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyrakatan sangat mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yan pernah diikutinya.10

Keberadaan pendidikan, merupakan hal yang sagat penting untuk mewujudkan pembangunan dari suatu bangsa disegala bidang. Untuk mencapai hal tersebut,keunggulan kualitas pendidikan,dari suatu bangsa sangat menentukan.

8 Asep Mahpuz ‘Analisis Kebijakan Peninkatan dan Profesionalisme Guru Dalam rangka Meningkatkan Mutu Penyelengggaraan Pendidikan Dasar DI Kabupaten Sigi Propinsi Sigi Sulawesi Tenah.Dalam Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan.vol 7,no 1 April 2014,h 16.

9 Yusutria, Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia.dalam Jurnal Curiccula Kopertis Wilayah X V0L2.NO 1 2017,

10 Ali Justri Pohan Kebijakan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru, Jurnal, [email protected]

(29)

6

bangsa.Sebaliknya,rendahnya kualitas pendidikan sangat mempengaruhi pada rendahnya pembangunan,kesejahteraan masyarakat.

Karena pendidikan merupakan institute yang mengelola dan mencetak peserta didik menjadi generasi yang handal, serta ber akhlak yang baik,dari aspek mental,moral,spiritual,serta skil untuk dapat mengisi pembanguanan bangsa,dalam hal ini guru merupakan garis terdepan yang sangat utama untuk melakukan proses pembelajaran dituntut harus kreatif serta inovatif,sebab proses pembelajaran berlangsung secara berkesinambungan.Bila akan melakukan kegiatan proses belajar mengajar guru harus dapat mempersiapkan perlengkapan administrasi pembelajaran, agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien,mendapatkan hasil yang baik sebab di dukung dengan kelengkapan administrasi guru yang lengkap.Keberadaan administrasi guru sangat penting kerena merupakan pedoman kerja seorang guru yang telah direncakan dengan cermat.11Guru dapat memahami langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada pembelajran yang merupakan tangung jawab dalam keberhasilan proses pembelajaran,yang diawali dengan menyusun rencana pembelajaran.Namun guru mengalami kesulitan membagi waktu untuk menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, merumuskan tujuan Pembelajaran yang lengkap dan menyeimbangkan alokasi waktu dengan materi,memilih metode pembelajaran yang tepat.12.Dengan adanya kesulitan guru dalam mempersiapkan administerasi pembelajaran ,maka kepala Madrasah sangat berperan untuk memberi dukungan

11.SalmiatI,Peranan Administrasi Pendidikan dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI’.dalam Jurnal Al-Musonnif of Islamicc Edukation and Teacher Training.Vol.1. no 1.2019.h .2.

12.Ibid.h 3.

(30)

7

kepala,sesame guru serta tenaga pendidik yang lainnya agar guru lebih mudah melaksanakan tugas nya sebagai pengajar dan pendidik dalam mencerdaskan kemampuan intelektuan siswa, serta dapat menanamkan akhlaq yang baik,santun, bisa membangun hubungan sosial yang baik antar sesame pelajar.

Untuk menghasikan pendidikan yang berkualitas, banyak faktor yang menjadi pendukungnya, antara lain adalah faktor tujuan pendidikan, pendidikan (guru), fasilitas pendidikan, peserta didik, dan lingkungan pendidikan. Dari beberapa faktor tersebut, yang paling dominan menentukan kualitas pendidikan adalah guru.Guru memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran berhasil atau tidaknya peserta didik dalam menikuti kegiatan pembelajaran ,peran guru sangat menentukan 13.Negara-Negara maju yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia seperti Korea selatan, Jepang, Singapura, Hongkong dan Filandia dengan umumnya di tunjang dengan dengan kehebatan kualitas gurunya. Untuk mewujutkan guru yang berkualitas, negara-negara tersebut merekrut guru terbaik, meningkatkan kualitas guru dengan pelatihan secara kontinu, memberikan otonomi yang luas kepada guru untuk mengembangkan kegiatan pendidikan, dan memberikan konpensasi terhadap guru dengan gaji yang sangat tinggi.

Bila bercermin dengan kondisi objektif guru yang bertugas, pada berbagai lembana pendidikan di Indonesia,maka kualitas guru yang ada di Indonesia masih jauh dari peringkat kualitas yang dimiliki oleh guru-guru di neara-negara maju tersebut. Profesionalitas gur di Indonesia sebainya di tingkatkan. Mualai dari

13.Yamin,Martinis.Strategi Pembelajaran Berbasih Kompetensi.Jakarta.Gaung Persada Press.2005,h1.

(31)

8

pendidikan menjadi guru,penguasaan terhadap materi bahan ajar,mengelola proses pembelajaran, amengelola siswa,melakukan tuas-tugas bimbingan,hingga kepemilikan terhadap sertifikat pendidik..14

Untuk meningkatkan profesionalitas guru di Indonesia, pemerintah telah berupaya melakukan sertifikasi guru yang di atur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Meskipun upaya tersebut telah dijalankan, namun belum seluruh guru di Indonesia disertifikasi. Hal ini di jelaskan oleh Plt, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional Hamid Muhammad, bahwa sejaktahun 2007 hingga tahun 2019 total guru yang belum di sertifikasi mencapai 1.471.812 orang.

Sedangkan guru belum di sertifikasi sekitar 656.150 orang.15 Pada sisi lain, guru-gru madrasah di lingkungan Kementerian Agama RI Yang telah di sertifikasi dan yang belum disertifikasi memiliki persentase kumulatif yang relative sama dengan guru-guru di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.

Khusus pada Kementerian Agama Provinsi Bengkulu, jika kita rujuk data guru- guru PNS di tingkat Madrasah Aliyah yang telah disertifikasi hingga tahun akhir 2019 berjumlah 1062 orang dan yang belum di sertifikasi berjumlah 99 orang.

Selain itu guru-guru Non PNS di tingkat Madrasah Aliyah yang telah di sertifikasi sebanyak 1.595 orang dan yang belum sertifikasi sebanyak 3.757 orang.16

14 Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Prajabatan, Induksi, ke Professional Madani (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 108.

15 Edukasi Kompas, Sertifikasi Guru: Bagaimana Nasibnya Kini?, Jakarta: Jakarta Harian Kompas, 27 Oktober 2017

16 Dirujuk dari Data Sertifikasi Guru yang dikeluarkan Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Bengkulu Tahun 2017.

(32)

9

disertifikasi perlu dilakukan langkah-langkah konkrit agar mereka berpacu untuk menjadi guru profesionalitas dan memiliki sertifikat pendidik. Kemudiam bagi guru yang telah menyeleaikan pendidikan formal S1 dan memiliki setifikat pendidik professional, mereka juga secara kontinu perlu meningkatkan mutu profesionalitasnya dengan mengikuti berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan professional yang lebih berkembang.

Sudarwan Danim menjelaskan, banyak jenis kegiatan yang dapat meningkatkan mutu profesionalitas guru ada yang dapat ditempuh melalui jalur pendidikan dan pelatihan (diklat), da nada pula yang dapat ditempu di luar jalur pendidikan dan pelatihan.17

Adapun jenis kegiatan yang dapat diikuti guru untuk, peningkatan profesionalitasnya,melalui alur pendidikan dan pelatihan, antaralain adalah;

inhause training,program magang.kemitraan sekolah, belajar jarak jauh,pertukaran guru,pelatihan berjenjang,dan kursus singkat.diperguruan tinggi,pembinaan internal sekolah oleh kepala sekolah,dan pendidikan lanju Sedangkan kegiatan yang dapat diikuti guru jalur pendidikan dan pelatihan [diklat] adalah; melalui Musyawarah Guru Matapelajaran.[MGMP],diskusi masalah pendidikan,seminar,workshop, penelitian,penulisan buku bahan ajar,pembuatan media pembelajaran,dan pembuatan karya teknologi karya seni..18

17 Danim, pengembangan, h. 94

18Ibid., h. 95-97

18Asep Mahpudz,’Anilisis Kebijkan Peningkatan Kompetensi dan Profesionalitasme Guru dalam rangka Meningkatkan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan Dasar di Kabupaten Sigi Provisi Sulawesi Tengah’ dalam Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Vol. 7, No. 1 April 2014, h. 16

(33)

10

melakukan tugas yang menuntut keahlian tertentu,baik dari segi akademik maupun terapannya dalam konteks otentik dibidang tugasnya dilapangan.19

Meskipun telah tersedia berbangai bentuk kegiatan yang dapat meningkatkanprofesionalitas guru melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) atau kegiatan-kegiatan lainnya diluar diklat,namaun dalam hal ini peneliti memandang penting untuk, melihat aspek lain yang junga sangat mempengaruhi peningkatan dan pengembangan profesionalitas guru madrasah.Aspek tersebut adalah kebijakan yang diambil oleh Kepala Madrasah dalam mendongkrak bangkitnya kualitas guru secara professional pada institute yang dipimpinnya.

Kepala Madrasah merupakan salah satu SDM yang termasuk ruang lingkup garapan administrasi pendidikan.Untuk mencapai tujuan pendidikan seara produktif dalam konteks mikro,peran kepala madrasah yang professional sangat penting.Karena itu, kinerja kepala madrasah harus ditingkatkan.Hanya kepala madrasah yng memiliki kinerja baik, tujuan pendidikan secara produktuf dapat tercapai. 20

Keberadanan kepala madrasah, sangat sraategis khususnya dilembaga pendidikan. Kepela madrasah berada pada garis terdepan, dalam memajukan mutu madrasah di bawah tanggung jawabnya.Bila ditinjau dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kemajuan madrasah, maka meningkat pula tuntutan terhadap kepemimpinan kepala madrasah. Dalam hal ini kepala madrasah diharapkan dapat melaksanakan tugas dan pungsinya sebagai

19 Wukir R., ‘Kajian terhadap Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam rangka Meningkatkan Mutu Guru’ dalam L ex Jurnalica Vol. 5 No, 3, Agustus 2008,h. 188

20 Suhardiman, Studi, h. 179.

(34)

11 sumber daya di madrasah.

Efektivitas kepemimpinn kepala madrasah, bergantung kepada kemampuan bekerja sama dengan seluruh warga madrasah, serta kemampuannya mengendalikan sumber daya manusia (SDA), untuk menciptakan proses pemebelajaran yang efektif. Demikian pula halnya dengan lembaga-lembaga pendidikan keagamaan seperti madrasah aliyah, beban yang ditanggung semakin berat, disamping keberadaannya secara history sebagai lembaga dakwah dan akaademis,21 bahkan dituntut lebih dari itu menjadi lembaga profesional untuk mengembangkan kegiatan akademik dan keterampilan tertentu, sebagai bekal dari peserta didik dalam menghadapi era persainan global.

Fenomena ini sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut terutama dalam wilayah kebijakan kepala madrasah untuk mengembangkan profesionalitas guru tersebut khususnya dimadrasah Aliyah negeri Man 1 kota Benggkulu. Madrasah ini tertarik untuk diteliti,karena Madrasah ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, tinjau dari sumber daya manusia para tenaga pendidik berlatatar belakang pendidikan strata 2 (Magiter) bahkan ada guru yang sudah berlatanar belakang pendidikan strata 3 (Doktoral). Disamping itu,

‘madrasah ini di tetapkan sebagai madrasah model’ oleh Kementrian agama RI

21 Secara history, perkembangan madrasah pada mulanya diawali sebagai misi dakwah dalam rangka memenuhi hajad masyarakat untuk melaksanakan ajaran agamanya (ibadah mahdah dan ghoiru mahdah) secara holistic (kaffah). Madrasah memiliki karakter yang spesifik dan unik, karena bukan hanya melaksanakan misi dakwah dan pendidikan, tetapi juga mempunya tugas memberikan bimbingan dan tuntunan keagamaan kepada masyarakat sekitarnya, sehingga dalam realitas kehidupan social, madrasah menjadi milik masyarakat dan menyatu dengan nilai-nilai atau norma-norma social yang telah hidup dan berkembang dikalangan masyarakat. Direktorat Jendral pendidikan agama islam kementrian agama RI. Revitalisasi madrasah dalam menghadapi persingan global, jurnal Vol,1,2 maret 2006 h. 8

(35)

12

madrasah aliyah negeri dan swasta diwilayah Propinsi Bengkulu. Dengan surat keputusan Direkrur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama; Nomor. E .IV/PP006/KEP/17.A./98.Denggan nomor statistik adalah 311177102003.[Departemen Agama RI.PROFILE madrasah Aliyah 2019].

Madrasah Aliyah negeri 1 kota Bengkulu, dengan kemampuan kepala madrasah untuk memimpin guru sangat menarik untuk diteliti. Pada satu sisi, semua kebijakan kepala madrasah diatur dengan regulasi,dilain pihak dia juga mempunyai kewenanagan untuk berinovasi dan berkreasi sehingga terwujud lingkungan pendidikan yang berkualitas. Linkungan pendidikan yang berkualitas,tidak akan lepas dari guru yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Gurur yang berkualitas akan mampu, menghasilka peserta didik yang berprestasi , mandiri, berkarakter dan juga berinovasi. Karena itu, untuk mewujudkan guru yang propesional sehingga menghasilkan peserta didik yang berkualitas harus dipimpin oleh, kepala madrasah yang memiliki kebijakan yang bersifat inovatif dalam memimpin lembaga pendidikan. Dalam hal ini madrasah Aliyah 1kota Bengkulu,sangat layak dileliti dengan kemampuan kepala madrasahnya dalam memimpin guru dan siswa, sehingga madrasah ini dapat meraih prestasi-prestasi baik local dan nasional.

Sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan yang mendukung kemajuan ditambah predikat sebagai madrasah model.Serta minat siswa untuk belajar di Madrasah ini sangat tinggi,di buktikan dengan banyak nya pendaftas

(36)

13

pembatasan jumlah siswa baru,disamping itu adanya prestasi siswa yang membanggakan baik aka demik dan non akademik, Madrasah ini banyak dilirik oleh masyarakat karena kualitas pemimpin/ Kepala Madrasah serta guru-guru nya.

Ini mendorong peliti tertarik melakukan penelitian dengan judul ‘Kebijakaan kepala madrasah dalam pengembangan profesionalitas guru dimadrasah Aliyah negeri 1 kota Bengklu’.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perumusan kebijakan, yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam mengembangakan profesionalitas guru dimadrasah Aliyah negeri 1 kota Bengkulu?

2. Bagaimana pengorganisasian sumber daya manusia untuk, pelaksanaan kebijakan pengembangan profesionalitas guru dimadrasah Aliyah negeri 1 kota Bengkulu?

3. Bagaimana formulasi kinerja kebijakan, pengembangan profesionalitas guru dimadrasah Aliyah negeri 1 kota Bengkulu?

4. Bagaimana evaluasi kebijakan, pengembangan Profesionalitas guru di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bengkulu

5. Bagaimana hasil yang di capai, dari implementasi kebijakan pengembangan profesionalitas guru dimadrasah aliyah negeri 1 kota Bengkulu?

(37)

14

1. Untuk menjelaskan perumusan kebijakan, yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam pengembangan profesionalitas guru dimadrasah Aliyah negeri 1 kota Bengkulu

2. Untuk menjelaskan pengorganisasian sumber daya manusia, untuk implementasi kebijakan pengembangan profesionalitas guru dimadrasah Aliyah negeri 1 kota Bengkulu

3. Untuk menjelaskan formulasi kinerja kebijakan pengembangan profesionalitas guru, dimadrasah Aliyah negri 1 kota Bengkulu

4. Untuk menjelaskan evaluasi kebijakan pengemebangan profesionalitas guru dimadrasah Aliyah negeri 1 kota Bengkulu

5. Untuk menjelaskan hasil yang dicapai dari implementasi kebijakan profesionalitas guru dimadrasah Aliyah kota Bengkulu

D. Kegunaan Penelitian

Setelah penelitian ini selesai diharapkan berguna sebagai:

1. Bahan masukan bagi kepala madrasah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai pimpinan formal di madrasah

2. Bahan masukan bagi kepala kantor wilayah kementrian agama provinsi Bengkulu dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan berkaitan dengan pemberian tugas tambahan bagi seorang guru untuk menjadi kepala madrasah

3. Bahan kajian bagi peneliti selanjutnya yang berkenaan dengan masalah penelitian ini

(38)

15 E. Sistematika Pembahasan

Laporan penelitian ini akan disajikan dalam 5 bab, dengan sistimatika pembahasan sebagai berikut:

Bab Pertama merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan sistimatika pembahasan.

Bab Kedua dibahas kajian teori dan penelitian terdahulu. Pada bab ini akan dibahas tentang kebijakan dan pengembangan profesionalitas Kepala Madrasah, kompetensi Kepala Madrasah, dan alternative strategi peningkatan kinerja kepala madrasah. Selain itu, pada bab ini juga dibahas peraturan pemerintah tentang kepala madrasah, meliputi kajian mengenai persiapan kepala madrasah, pendidikan dan pelatihan kepala madrasah, akreditasi lembaga penyelenggara program penyiapan calon kepala madrasah, pememrolehan sertifikat kepala madrasah, pengembahangan keprofesian berkelanjutan kepala madrasah pengangkatan, masa tugas, mutasi, dan pemberhentian kepala madrasah.

Selanjutnya pada Bab Kedua ini dibahas pula tentang manajmen guru professional, terdiri dari konsep manajmen guru profesonal, fungsi manajmen guru professional, dan komponen-komponen manajmen guru professional.

Kemudian juga dibahas tentang profesionalitas guru, meliputi kompetensi guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran yang bijak, mampu berkomunikasi

(39)

16

Bab Ketiga di lanjutkan metode penelitian. Pada bab tiga ini berisi metode penelitian, focus penelitian, sumber data, teknik mengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penjamin keafsahan data.

Bab Keempat merupakan hasil penelitian, dimana pada bab ini akan dijelaskan bagaimana perumusan kebijakan, pengorganisasian sumber daya manusia untuk melaksanakan kebijakan, formulasi kinerja kebijakan, evaluasi kebijakan, dan hasil yang dicapai dari implementasi kebijakan pengembangan mutu profesionalitas guru dimadrasah Aliyah negeri 1 kota Bengkulu oleh kepala madrasah. Pada bab ini juga peneliti melakukan analisis data dan mengemukakan hasil temuanpenelitian yang didukung dengan teori-teori yang relefan guna menemukan implikasinya terhadap temuan-temua tersebut

Bab Kelima berisikan penutup berupa kesimpulan dan saran-saran.

(40)

17 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kebijakan Kepala Madrasah Dan Pengembang Profesionalitas Guru 1. Konsep Kebijakan

Kebijakan ialah suatu gagasan dalam suatu lembaga yang di gunakan menjadi sebuah landasan dalam melakukan sesuatu untuk meraih harapan,cita- cita serta tujuan tertentu.22Kata ‘kebijakan’ merupakan terjemahan dari ‘policy

yang berarti mengurus masalah atau kepentingan umum,atau berarti juga administrasi pemerintah.23

Nanang Fattah dalam bukunya ia mengutip pendapat Carley mengatakan tiga unsur dalam kebijakan yaitu, Satu keputusan yang di kemukakan sebangai landasan dasar untuk melekukan sesuatu.Dua ketetapan yang dikemukakan dapat diterima akal,Tiga adanya sistem birokrasi yang dapat mendukung terlaksananya suata kebijakan.24Kebijakan dapat di artikan juga suatu gagasan dalam suatu lembangayang digunakan menjadi sebuah landasan dalam melakukan sesuatu untuk meraih tujuan tertentu.25Kepala Madrasah adalah kumpulan dari dua kata yaitu kepala dapat diartikan pemimpin,ketua pada suatu Lembanga maupun orgniasi.Adapun kata mad-rasah merupakan sebuah Lembanga Pendidikan yang terdapat padanya proses menerima maupun

22 Ali Imran, Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia Proses, produk dan masa depannya,(Jakarta:

Bumi Aksara, 2008), h. 16.

23H,M. Hasbullah, kebijakan Pendidikan di Dalam Persepektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi Objektif Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja GGrafindo, 2015).h.7

24 Nanang Fattah dan Pipih Latifah,Analisis Kebijakan Pendidikan.(Bandung Remaja Rosdakarya,2014)h 135.

25.Sukarman Purba et al.Analisis kebijakan Pendidikan.[Medan;Yayasan Kita Menulis,2021].h3

(41)

18

pemberian mata pelajaran.26.Kepala Madrasah berti pimpinan dari lembaga pendidikan dengan kewenangan nya dalam memberikan arahan, aturan serta kebijakan sebangai pedoman untuk menjalankan kegiatan pembelajaran di madrasah untuk mencapai keinginan yang akan di raih sesuai dengan tujuan pendidikan, mencerdaskan peserta didik, ber ilmu,ber akhlak,bertaqwa.

Kebijakan pendidikan dapat dibagi empat kelompok; Satu kebijakan yang berkenaan dengan, fungsi esensial, seperti kurikulum, penetapan tujuan rekrutmen penerimaan peserta didik. Dua kebijakan lembanga individual yaitu yang menyangkut dengan madrasah tersebut dan keseluruhan sistem pendidikan yang ada dimadrasah, Ketiga kebijakan yang berkenaan dengan penerimaan

guru, dan penarikan tenagan kerja madrasah, supervise, Keempat kebijakan yang berkaitan dengan pengalokasian sumberdaya non manusia,

seperti pinansial,sarana prasarana.27.Dan pendapat Sudarwan Danim Kebijakan adalah suatu ketentuan dari pimpinan yang berbeda dengan aturan yang ada, yang dikenakan kepada seseorang karena adanya alasan yang dapat diterima untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku.28

Berbicara mengenai komponen kebijakan diantaranya. Pertama Perumusan masalah,Kedua rekomendasi tujuan yang diinginkan, Ketiga Pemantauan yaitu sebuah prosedur dalam menganalisis kebijakan yang dingunakan agar mendapat informasi tentang sebab akibat dari

26.Anis Ali Mudlofir.Korelasi Kebijakan Kepala Sekolah Dengan Kedisiplinan Dan Prestasi Belajar siswa.Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo.2019]h125.

27 Syaipul Sagala. Kemampuan professional Guru.(Bandung ,Alfabeta,tahun 2009), h. 121.

28 Sudarwan Danim. Fisi Baru Manajmen Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara. 2007) h. 17

(42)

19

kebijakan.Keempat evaluasi kembali apakah kebijakan yang dibuat relevan atau tidak.29.

Dari beberapa pendapat diatas bahwa kebijakan Kepala Madrasah merupakan hal yang sangat utama dalam kegiatan menjalan proses pembelajaran,yangmana guru dapat menguasai pembelajaran yang diampuh, harus memiliki sertifikat pendidik,dapat meningkatkan profesionalitas,mampu mengembangkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Profesional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujutkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya, penyandangan dan penampilan profesional ini telah mendapat kan pengakuan baik secara formal maupun informal,dan dalam undang-undang guru dan dosen profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang di lakukan oleh seseorangg dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemakhiran, kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi 30.Profesi dari segi harfiah suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian,keterampilan tertentu,dimana keterampilan dan keahlian didapat dari suatu pendidikan,pelatihan khusus.secara istilah dapat di artika oleh para ahli seperti Roestiyah mengutip pendapat Blackington profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang terorganisir yang tidak mengandung keraguan

29.Murni Yanto dan Irwan .Fathurrohman, Manajemen Kebijakan Kepala Madrasahdalam Meningkatkan Mutu Pendidikan V 7 no 3[2019],h 125.

30.Amru Almu’tasim. Mengenal Profesionalisme guru Profesional,sebuah telaah kritis,JurnalPendidikan Agama Islam,Vol 2,no 2.2016.h 5.

(43)

20

tetapi murni diterapkan untuk jabatan,pekerjaan fungsional.31.Syaifudin dan KBBI profesional adalah suatu pekerjaan yang memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankan dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya. 32 .Kriteria Guru Profesional memiliki kualifikasi pendidik profesi yang memadai,memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya,mempunyai jiwa kreafif dan produktif,mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus melalui organisasi profesi 33.Profesionalitas suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta tingkat pengetahuan dan keahlian yang dimiliki untuk melekukan tugas- tugasnya.34.Sikap seseorang professional yang menjunjung tingggi kemampuan profesinya,akan bekerja serta melakukan sesuai bidangnya.35.Sedangkan Guru adalah Orang yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidi36.Guru bisa diartikan junga sebangai orang yang memberikan ilmu kepada peseta didik,membimbing jiwa mereka,sekaligus mengarahkan tingkah laku mereka kepada hal-hal yang baik.37Menurut UU RI.14 Tahun 2005,Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen guru adalah pendidik profesional dengan tugasnya,

31 .Rostiah.N.K.Masalah Ilmu Keguruan.(Jakarta.Bina Aksara.2005)h 176.

32.Syaifudin Nurdin.Guru fropesional dan Implementasi Kurikulum(Ciputat,Pers 2012)h 15.

33.Kunandar,Guru Profesional;Implementasi KTSP dan Sukses sertifikasi Guru.Jakarta,Raja Grapindo Persada,2007,h 48.

34.Muhammad Ahyan Yusuf Sya’ban.Profesi Keguruan, Menjadi Guru yang Religius dan Bermartabat.[Gresik;Caremedia Cammunication,2018].h27

35.Fachruddin Saudangar dan Ali Idrus.Pengembangan Profesionalitas Guru,[Jakarta;Gaung Persada Press,2011],h 6.

36.Ahmad D Marimba.Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung.Alma’arif,2010)h37.

37.Haidah Putra Daulay,Pendidikan Islam; dalam Perspektif Filsafat,Jakarta Kencana Pranada Media Grup.2014,h 103,

(44)

21

mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik usia dini tingkat pendidikan formal, dasar, menengah. Guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal 38. Profesionalitas guru yaitu guru yang dapat menjalankan tugasnya secara professional, Profesionalitas guru mempunyai pengertian suatu sifat yang harus ada pada seorang guru dalam menjalankan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab dan mampu untuk mengembangkan keahliannya tanpa mengganggu tugas pokok tersebut,konpetensi yang telah ditetapkan (Konpetensi Pedagogik,Konpetensi Kepribadian,Konpetensi Sosial,Konpetenesi Profesional.)

Dalam melaksanakan kebijakan kepala Madrasah tentu dengan konsekuensinya, mengedepankan konsep-konsep Pendidikan Islam Multikultural, sebab warga Madrasah yang plural. Pendidikan adalah upaya untuk membangun serta meningkatkan mutu peserta didik menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan sehingga pendidikan merupakan yang sangat pundamental maka kebedaraan pendidikan tidak bisa diabaikan terutamaa untuk memasuki era globalisasi yang sangat ketat, tajam, berat pada abad millennium.39

Didalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional telah dijelaskan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses penbelajaran agar peserta didik secara

38.Usman .M.Uzer.Menjadi Guru Profesional Bandung,PT,Remaja Rasada Karya.2006,h14.

39 Rivai Zainal Veitha.Islamie Education Manajmen (Depok,RajaGrafindo persada, 2015.h 8

(45)

22

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.40

Pendidikan merupakan pemindahan nilai budaya kepada setiap individu dan masyarakat. Menurut Langgulung dalam bukunya inovasi pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan adalah “pemindahan nilai-nilai budaya melalui pelajaran, menjadikan proses pendidikan adalah latihan dengan membiasakan diri untuk memperoleh kemahiran, dan proses melibatkan seseorang meniru dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh orang lain”.41

Dari pengertian diatas penulis dapat simpulkan, pendidikan adalah proses yang dilakukan secara sadar oleh seseorang kepada orang lain untuk memberikan pengajaran dan pembiasaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dapat mewujudkan manusia yang beriman, bertakwa, dan punya kepribadian yang luhur.

Pendidikan agama islam adalah “Suatu prosen kependidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai filosofis ajaran islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.42 .Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dan menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, ajaran agama islam.”43

40 UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional

41 Syafaruddin, ddk, Inovasi/Pendidikan, (Medan: Perdana Publis Hing. 2015.)h.5

42 Abudin Nata,Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Muitidisipliner.(Jakarta.Raja Grapindo Persada.2010.)h 7.

43 Al Fauzaan Amin. Metode Pembelajaran Agama Islam Di Sekolah Bengkulu, Samudra Biru 2018.h 5

(46)

23

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah: Proses pendidikan yang terencana untuk mengenal, memahami, mengamalkan ajaran agama islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.

Pendidikan multikultiral adalah; srategi pendidikan yang diaplikasikan untuk menggunakan dan mengelolah perbedaan-perbedaan kultur yang ada dimasyarakat, menyankut etnis, agama, bahasa, gender, ras, kelas social, usia, dan sebagainya menjadi suatu yang lebih potensial dan memudahkaan dalam konteks pendidikan44.Pendidikan multikultural adalah; sebagai pendidikan tentang keberagaman kebudayaan dalam, merespon perobahan demokratis dan kultural di lingkungan masyarakat .45

Pendidikan multikultural adalah ”Proses peserta didik mampu menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa empati serta toleransi terhadap sesama tanpa memandang golongan, status, gender, dan kemampuan akademi.46 Menurut Amir Rusdi pendidikan multikultural dimaknai sebagai usaha-usaha edikatif yang di arahkan untuk dapat menanamkan nilai-nilai kebersamaan kepada peserta didik dalam lingkungan yang berbeda baik ras, etnik, agama, budaya, nilai-nilai, dan ediologi sehingga memiliki kemampuan untuk dapat hidup bersama dalam perbedaan dan memiliki kesadaran untuk hidup berdampingan secara damai.47

44 Hefni Zain. Pengenbangan Pendidikan Islam Multikulturan Berbasis Manajmen Sumber Daya Manusia Jurnal, Vol 8 No. 1 Juni 2013

45 Ibid

46 Yaya Sudirmal dan H.A Rusdiana Pendidikan Multikultural (Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa). Bandung Pustaka Setia,tahun 2015, h 6

47 Rusdi, Amir. Perspektif Islam Tentang Keberagama Dan Penyikapannya Dalam Konteks Pengembangan Kurikulum PAI dalam Conciencia, jurnal, Vol. 1 h. 2, 2007

(47)

24

Menurut Azyumardi Azra pendidikan multikultural adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, ataupun agama terhadap semua perbedaan sebagai entitas dalam masyarakat yang harus di terima, dihargai, dilindungi, serta dijamin eksistensinya. 48 Pendidikan multikultural biasa diartikan sebagai pendidikan keragaman budaya dalam masyarakat, dan terkadang juga diartikan sebagai pendidikan untuk membina sikap siswa agar menghargai keberagaman budaya masyarakat.49

Pendidikan Islam Multikultural adalah proses penanaman sejumlah nilai islam yang relevan agar dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis dalam realitas kemajemukan dan berprilaku positif, sehingga dapat mengelolah kemajemukan menjadi kekuatan untuk mencapai kemajuan, tanpa mengaburkan dan menghapuskan nilai-nilai agama, identitas diri dan budaya.50

Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa, pendidikan Islam berbasis multicultural adalah; pendidikan yang membahas tentang keragaman budaya, agama, suku,maupun ras, yang dikemas melalui kesadaran dan penghormatan yang tinggi terhadap segala perbedaan,untuk terciptanya tatanan masyarakat Islamic,demogratis, humoris, bisa hidup dengan damai, saling mencintai,menghormati,sehingga pendidikan agama Islam dapat menjadi rahmat, penyejuk bagi kehidupan, ajaran yang bisa melahirkan kekuatan menjadi pemersatu bangsa.

48 Azyumardi, Pendidikan Agama Multikultural. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ,tahun2007,h7

49 Supriyadi, Pendidikan Islam Multikultural Jurnal Vol 13, No 23, April 2015

50 Hefni Zain Pengembangan Pendidikan Islam Multikulturan Berbasis Manajmen Sumber Daya Manusia Jurnal Vol 8. No 1, J uni 2013 . h 110.

(48)

25

Dengan adanya multikultural mempunyai tujuan yaitu: mengubah pendekatan pelajaran dan pembelajaran kearah memberikan peluang yang sama pada setiap peserta didik, tidak ada yang dikorbankan demi persatuan.51

Dengan demikian peran guru professional pada pendidikan multikultural yaitu guru bisa bersikap demokratis, baik perkataan, mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan agama.

Guru mampu menjelaskan bahwa inti ajaran agama untuk menciptakan kedamaian, ketenangan, lahir dan batin guru dapat memberi pemahaman tentang pentingnya dialog, musyawarah dalam memecahkan permasalahan yang terkait dengan keragaman budaya, etnis, agama. Guru mampu menjadi contoh dalam perkataan, perbuatan yang akan menjadi tauladan bagi peserta didiknya.

Sekolah/Madrasah adalah suatu lembaga yang mengelolah, menyelenggarakan pendidikan, pengajaran pada siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dan merupakan tempat ampuh untuk membangun kecerdasan, sikap, dan keterampilan siswa secara terus menerus harus dibangun peran sekolah/madrasah untuk menghasilkan generasi yang bertanggung jawab untuk kemajuan bangsa.

Pendidikan multikultural sebagai proses pengembangan potensi manusia bisa menghargai sebagai konsekuesi keragaman budaya, suku, agama, etnis.

Dalam kegiatan pembelajaran guru memiliki peran penting, merupakan ujung tombak dari pelaksanaan pendidikan multikultural untuk menentukan keberhasilan dalam berperilaku pada kehidupan lintas budaya, bahasa, agama.

51 Saulalah, Pendidikan Multikultural,Jaya pustaka ilmu 2011, h. 39

(49)

26

Hakikat pendidikan multikultural mempersiapkan peserta didik untuk belajar secara aktif menuju pada kesamaan stuktur dalam organisasi sekolah, yang berbasis pada pendidikan multikultural untuk memberdayakan peserta didik, mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain yang berbeda etnis, suku, nilai-nilai budaya.52

Strategi pembelajaran yang telah dilaksanakan guru, peserta didik bisa mengembangkan wawasan, pemahaman yang mendalam tentang adanya kerangaman kehidupan sosial. Pesertadidik bisa memiliki pengalaman melibatkan diri untuk mempraktekkan nilai pendidikan multikulturl dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman pada sikap,simpati ,empati, toleransi, dapat menghormati sesame bisa tumbuh pada masing- masing peserta didik.

Pendidikan multikultural selalu berusaha untuk membangun pemahaman peserta didik pada nilai- nilai universal seperti kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, berbuat baik kepada sesame, begitujunga dengan nilai-nilai partikular seperti ritual- ritual agama masing- masing. Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang memperhatikan secara sungguh- sungguh terhadap latar belakang siswa baik dari aspek keragaman suku/ etnis, ras, agama, (aliran kepercayaan), dan budaya (kultur).

Dengan adanya masyarakat majemuk di madrasah, yang memiliki latar belakang suku, bahasa, budaya, paham keagamaan, tingkat sosial ekonomi, adat

52 Agus Munadlir, Stategis Sekolah Dalam Pendidikan Multikultural, Jurnal Vol 2, No, 2 Agustus 2016,h 8

(50)

27

istiadat, maka Pendidikan Islam Multikultural merupakan perekat yang tepat di tengah-tengah sosial masyrakat.

2. Tahapan-Tahapan Kebijakan

Pada sebuah kebijakan, terdapat beberapa tahapan sehingga sampai pada sebuah kajian tertentu. Dalam melaksanakan kebijakan terhadap tahapan- tahapan yagn harus di lewati, agar suatu kebijakan dapat disusun, dilaksanakan denan baik. Kebijakan yang di munculkan dari sebuah keputusan terlebih dahulu mewakili beberapa tahapan yang sangat penting. Tahapan-tahapan penting tersebut sangat di perlukan upaya untuk melehirkan kebijkan yang baik ,dapat diterima sebangai sebuah keputusan.

Agar kebijakan dapat disususn dan di laksanakan dengan baik ada 5(lima) langkah yang harus di lalui, yaitu (1) penyusunan agenda, (2) pormulasi kebijakan, (3) adopsi kebijakan, (4) implementasi kebijakan ,dan (5) evaluasi kebijakan. Tahapan-tahapan kebijakan ini dilakukan agar kebijakan yang dibuat dapat mencapai tujuan yang diharapkan.53Adapun tahapan-tahapan kebijakan dimaksud dapat dideskripsikan sebagai berikut;

1. Menyusun Agenda

Sebelum kebijakan diputuskan dan ditetapkan pembuat kebijakan terlebih dahulu menyusun agenda dengan mencantumkan, memilih masalah manasaja yang harus dijadikan prioritas untuk dibahas.54Masalah yang berhubungan dengan kebijakan akan dikumpulkan sebanyak untuk diselesaikan.

53 Budi Winarrno, Kebijakan Publik: Teori Dan Proses (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007),h8

54 Robert dan Denhardt, Public, 2010 h. 50-52

(51)

28

Pada tahapan ini beberapa permasalahan dapat dimasukkan kedalam agenda untuk dipilih dari beberapa permasalahan. Ditetapkan beberapa masalah sebagai fokus pembahasan, mungkin ada yang ditunda pembahasannya, mungkin tidak dibahas sama sekali. Masing-masing masalah yang dimasukkan atau tidak dimasukkan dalam agenda memiliki argumentsi masing-masing.55 Pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan agenda sebaiknya secara teliti melihat masalah-masalah mana yang memiliki tingkat relevansi tinggi dengan masalah kebijakan, sehingga memiliki masalah yang tepat dapat menghantarkan kepada kebijakan yang sangat tepat dalam sebuah organisasi.

2. Formulasi Kebijakan

Permasalahan yang sudah dimasukkan dalam agenda kebijakan, langsung dibahas oleh yang membuat kebijakan dalam tahapan formulasi kebijakan. Dari beberapa permasalahan yang sudah ditentukan masalah nama yang merupakan yang benar-benar layak dijadikan fokus pembahasan. Tahapan ini disebut dengan formulasi kebijakan.56

3. Adopsi Kebijakan

Beberapa alternatif yang ditawarkan, pada akhirnya akan diadopsi beberapa alternatif pemecahan masalahnya, dan disepakati untuk digunakan sebangai solisi atas permasalahan tersebut. Tahapan ini sering disebutjuga denggan tahapan legitimasi kebijakan (policy legitimation), yaitu kebijakan yang telah mendapatkan legitimasi. Masalah yang telah di jadikan sebangai focus

55 Sudarwan Danim, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet.

Ke-3, h. 20-23

56 Winarno, Kebijakan, h. 32.

(52)

29

pembahasan memperoleh solusi pemecahan berupa kebijakan yang nantinya akan diimplementasikan.57

4. Implementasi Kebijakan

Pada tahapan implementasi pemecahan yang telah disepakati, kemudian dilaksanakan. Pada tahapan dalam kebijakan seringkali menemukan berbagai kendala. Rumusan-rumusan yang telah ditetapkan secara terencana dapat saja berbeda dilapangan. Itu dikarenakan berbagai faktor yang sering mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.

Kebijakan yang sudah melewati tahapan pemilihan masalah tidak serta merta berhasil dalam implementasinya. Dalam rangka untuk mengupayakan keberhasilan dalam implementasi kebijakan, maka kendala–kendala yang dapat menjadi penghambat harus dapat di antisipasi sedini mungkin.58

5. Evaluasi Kebijakan

Setelah adanya pelaksanaan kebijakan kemudian diadakan pengevaluasian dalam kebijakan pendidikan. Untuk dapat mengetahui sejauh mana pelak sanaan tersebut telah dapat dicapai. Menurut Putt dan Spring bahwa evalusi adalah langkah menerima unpan balik yang utama dari proses kebijakan.59

Evaluasi kebijakan akan memberikan informasi yang membolehkan tsakeholders (kebutuhan masyarakat) dapat mengetahui apa hasil yang dicapai dari kebijakan tersebut. Evaluasi yang dimaksudkan adalah untuk mengidentifikasikan tingkat keberhasilan pelaksanaan yang dicapai sesuai dengan

57 Ibid, h. 33

58 Ibid, h. 34

59 Syafaruddin, Efektifitas Kebijakan Pendidikan Konsep…, h. 81-82

(53)

30

sasaran. Dan tujuan dari evaluasi kebijakan adalah mempelajari pencapaian sasaran yang dituju.

3. Kompetensi Kepala Madrasah a. Pengertian Dari Kompetensi

Kompetensi dalam bahas inggris yaitu having ability, austerity, knowledge, etc to do what is needed.60 (Memiliki Kemampuan, wewenang, pengetahuan, dan lain sebagainya yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu).

Menurut spencer dan spencer, a competency is an underlying effective and/or superior performance in a job or situation, yaitu kompetensi adalah kinerja yang efektif dan unggul yang mendasari dalam pekerjaan atau situasi.61.Kompetensi adalah kemampuan atau kewenangan dalam melaksanakan tugasnya baik dalam berdasarkan konsep dan teori tertentu.

Konpetensi sagat penting pada indipidu masing-masing, serta mampu bertindak pada kegiatan sehari- sehari maupun tugas lainnya. Maka dalam hal itu kemampuan atau skill sangat erat hubungannya dengan kepribadian seseorang.

Semakin baik konpetensinya maka semakin tinggi kinerjanya. Konpetensi merupakan kemampuan melaksanakan sesuatu yang di programkan melalui pendidikan, latihan, yang merupakan gambaran tentang apa yang akan dilakukan oleh seseorang berupa kegiatan, perilaku, sikap hasil yang baik. Konpetensi

60 A. P. Cowie, Oxford Learner’s Pocket Dicionary (Oxford: Oxford University P ress, 1987), p. 73.

61 Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 104.

(54)

31

mengacu pada perbuatan dan kinerja yang bersipat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.62

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi didepenisikan sebagai kewenangan, (kekuasaan) untuk menentukan, memutuskan, menetapkan sesuatu.

Bila dihubungkan dengan aspek linguistik, kompetensi adalah kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniyah.63 Dengan kesimpulan kompetensi mencakup dua unsur, yaitu kemampuan serta kewenangan; satu kemampuan untuk menguasai, mengambil tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan,dua,kewenangan dalam memutuskan serta mengambil tindakan terhadap sesuatu.

Spencer dan Spencer dapat menyampaikan ada lima karakteristik kompetensi, adalah; (1) traits, (2) motives, (3) self concept, (4) knowledge, (5) skill.64 Traits adalah karakteristik fisik dan tanggung jawab yang konsisten terhadap situasi dan informasi. Motives suatu yang di pikirkan seseorang secara konsisten tentang keinginan untuk melakukan sesuatu. Motif merupakan penggerak secara langsung tentang perilaku terhadap tidakan untuk tujuan–tujuan yang di harapkan. Self concept, adalah nilai, sikap, citra diri seseorang.

Knowledge, adalah sejumlah pengetahuan yang dimiliki seseorang. Pengetahuan merupakan konpetensi yang kompleks. Pengukuran pengethuan pegawai sering gagal karena dalam bekerja tidak mencerminkan penetahuan yang dimilikinya, kadang-kadang jauh dari pekerjaan yang menjadi tugasnya. Hal ini di karenakan;

62 Akhmad Afroni, Konsep Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Guru, Jurnal, Vol, 7. No, 1. Juni 2009, h. 85.

63 Departemen Pendidikan Nasional, Kampus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pistaka, 2005), H. 584

64 Ibid., h. 105

(55)

32

(1) Tes pengetahuan banyak mengukur memori hapalan, yang sebenarnya adalah kemampuan mencari informasi; (2) Tes kemampuan adalah responden. Mereka mengukur kemampuan untuk memilih dari beberapa pilihan adalah responden yang benar, tapi bukan seseorang dapat bertindak atas dasar pengetahuan; (3) Pengetahuan terbaik memprediksi apa yang bisa dilakukan, di kerjakan serta tindakan yang akan di kerjakan oleh seseorang. Skill adalah kemampuan untuk melakukan tugas fisik, mental tertentu. Mental atau kognitif meliputi konpetensi keterampilan berpikir analis, memproses pengetahuan, data, menentukan sebab akibat, mengatur data dan rencana, dan pemikiran konseptual mengenai pola dalam data yang kompleks. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi yaitu seperangkat tindakan cerdas yang penuh dengan tanggung jawab yang dimiliki seseorang, merupakan syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas pada bidang pekerjaan tertentu.65 Dari beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa kompetensi adalah kewenangan, kemampuan, kecakapan serta perilaku yang harus dimiliki, dikuasai, dihayati, serta diaktualisasikan untuk melaksanakan tugas kepropesionalan.

b. Kompetensi Kepala Madrasah.

Kepala Madrasah sesungguhnya sosok kunci keberhasilan sebuah sistem pendidikan di Madrasah, dengan arti Kepala Madrasah dapat menjanga iklim positif yang ada di Madrasah, mendorong guru-guru agar bersemangat untuk meningkatkan kompetensinya, memotifasi semua stafnya untuk dapat bekerja dengan baik dan semangat agar kondisi Madrasah menjadi nyaman, harmonis, dan

65 Surat Keputusan Mendiknas 045/U/2002 Tentang Inti Kurikulum Perguruan Tinggi.

(56)

33

yang tidak kalah penting kepala Madrasah mampu membangkitkan semangat siswa agar dapat meraih prestasi gemilang. Hal ini semua tidak lepas dari peran kepala Madrasah sebangai pemengang otoritas secara formal sebagai pemimpin bagi Madrasahnya.66

Kepala Madrasah menjalankan tugasnya tidaklah sendirian. Kemampuan menajerialnya dapat memberdayakan seluruh guru serta stapnya dapat menjalankan roda kegiatan aktipitas untuk menciptakaan visi,misi yang telah ditetapkan. Kepemimpinan kepala madrasah sangat mempengaruhi kualitas dari lembaga tersebut, yang merupakan pemengang peranan penting sebangai ujung tombak untuk mencapai tujuan, cita-cita bisa mewujudkan keberhasilan Madrasah. Kepala Madrasah sebangai penanggung jawab pendidikan dan pembelajaran, harus dapat menyakinkan masyarakat sengala sesuatunya bisa berjalan dengan baik, berupa perencanaan, implementasi kurikulum, pemanfaatan penyediyaan sumberdaya guru, rekrutmen peserta didik, hubungan dengan masyarakat serta orangtua siswa, autcame Madrasah prospektif. Kepala Madrasah yang berhasil bisa memahami keberadaan Madrasah berupa suatu organisasi yang kompleks, mampu melakukan peran serta tanggung jawab untuk memimpin Madrasah, dan dapat mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungan pada keadaan situasi tertentu agar warga Madrasah dapat bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab , untuk terwujudnya tujuan yang telah ditetapkan.

Kepala Madrasah dituntut memiliki kompetensi kepemimpinan dalam membangkitkan kinerja guru, agar guru dapat membawak perubahan sikap,

66 Rais Hidayat dan Kawan-Kawan, Kompetensi Kepala Sekolah Abad 21: Sebuah Tinjauan Teoritis, Jurnal, VOL. 4, No1, Maret 2019. h 62

(57)

34

perilaku sesuai dengan tujuan pendidikan. Guru merupakan pelaksana pendidikan secara langsung berintekrasi terhadap peserta didik serta merupakan komponen yang penting pada proses pembelajaran. Guru mempunyai potensi yang cukup tinggi dalam berkreasi serta meningkatkan kinerja, dan merupakan sosok terdepan dalam pendidikan. Kepemimpinan sangat mempengaruhi yang dimiliki pemimpin untuk mengarahkan bawahannya menjadi disiplin, taat, hormat, setia, mudah bekerja sama.67

Berkembangnya mutu lembaga Pendidikan salah satunya adalah dapat dipengaruhi kepemimpinan seseorang, adanya keseimbangan konsep kepemimpinan duniawi dan ukhrawi untuk mencapai tujuan yang hakiki yang lebih dari tujuan organisasi yang bersifat sementara, dan tidak sekedar bertanggung jawab kepada anggota, tetapi junga kehadapan Allah SWT.

Ada beberapa ciri kepemimpinan dalam Islam yaitu; 1,Setiap pemimpin dan orang yang dimimpin terikat kesetiaan kepada Allah SWT. 2,Tujuan pemimpin tidak hanya melihat tujuan organisasi yang berdasarkan kepentingan kelompok tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan Islam yang lebih luas.3.

Berpengang pada syariat dan Akhlak Islam, pemimpin terikat dengan peraturan Islam, dalam pengendalian urusannya harus patuh kepada adab-adab Islam.4.

Pengemban amanah menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah SWT dan disertai dengan tangggung jawab yang besar, melaksanakan tugas nya untuk Allah SWT dan bersikap baik pada pengikutnya. 5 Tidak sombong. Menyadari bahwa diri adalah kecil,sebagai ciptaan Allah, kerendahan hati adalah merupakan ciri

67 Yusnidar, Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada MAN Model Banda Aceh, Jurnal, Vol XVI No 2. Februari 2014.

(58)

35

kepemimpinan yang patut dikembangkan.6. Disiplin. Konsisten dan konsekwensi sebagai perwujudan pemimpin yang propesional yang akan memengang janji, ucapan dan perbuatan yang dilakukan, sebab ia menyadari Allah SWT dapat mengetahui apa yang dilakukan.68

Dari pendapat tersebut kepala madrasah merupakan pucuk pimpinan organisasi Madrasah melalui pemberdayaan bawahan,tanpa adanya pemberdayaan untuk memberi wewenang, pendelegasian pekerjaan tidak tercapai kedisiplinan.ini dapat di lakukan kepala Madrasah dengan ilmu ,kiat serta seni, agar bisa mempengaruhi orang lain kelompok serta bisa bertindak seperti apa yang di harapkan dalam mencapai tujuan yang efektif serta efesien.

Sebaiknya Kepala Madrasah memiliki Konpetensi, sebagai mana Peraturan Menteri Agama dengan nomor 29 pada Tahun 2014 berupa standar Kepala Madrasah. Seperti; (1) Kepribadian, (2) Manajerian, (3) Kewirausahaan; (4) Supervisi; serta (5) Sosial.69

Adapun Konpetensi Kepribadian Meliputi;

1. Berakhlak mulia, mengembankan budaya dan tradisi akhlak mulia dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di Madrasah.

2. Memiliki intekritas kepribadian sebagai pemimpin;

1. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai Kepala Madrasah;

2. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fung ;

68 Faiqotul Husnah, Kepemimpinan Islam Dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Penddikan Islam, Jurnal, Vol 02,No 02, Desemberr 2017

69 Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 21.

(59)

36

3. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai Kepala Madrasah, dan;

4. Memiliki bakat dan minat sebagai pemimpin pendidikan;

Selanjutnya Konpetensi manajerian meliputi;

1. Menyusun perencanaan madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

2. Mengembangkan organisasi madrasah sesuai dengan kebutuhan;

3. Memimpin madrasah dengan mendayagunakan sumberdaya madrasah secara optimal;

4. Mengelola perubahan,pengembangan madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif;

5. Menciptakan budaya dan iklim madrasah yang kondusip dan inovatif.

6. Mengelola guru,dalam rangka pendayagunaan sumberdaya manusia sacara optimal,

7. Mengelola hubungan madrasah dan masyarakt dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan madrasah;

8. Mengelola peserta didikbaru penerimaan peserta didik baru dan penempatan pengembangan kapasitas peserta didik;

9. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional;

10. Mengelola keuangan madrasah dengan akuntabel, transparan, dan efesien;

11. Mengelola ketatausahaan dalam mendukung pencapaian tujuan madrasah;

12. Mengelola unit layanan khusus madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di madrasah ;

Gambar

Gambar  3 Model The Path-Goal
Gambar  4  Kinerja Sesungguhnya dan Terukur
Gambar  6  Kegunaan Penilaian Kinerja

Referensi

Dokumen terkait

1. Moral / Mental Moral atau mental seseorang sangat mempengaruhi dalam peningkatan kedisiplinan tugas yang di emmbannya. Moral seseorang banyak dipengaruhi oleh

1. Moral / Mental Moral atau mental seseorang sangat mempengaruhi dalam peningkatan kedisiplinan tugas yang di emmbannya. Moral seseorang banyak dipengaruhi oleh

Di sisi lain, krisis moral dan akhlak generasi bangsa yang kini kian mengkhawatirkan serta semakin tidak menjanjikannya daya saing global bangsa Indonesia dapat segera

Setelah itu tim menjelaskan bahwa generasi muda dapat ikut serta dalam mengurangi penggunaan plastik dengan memanfaatkan barang – barang yang sudah tidak terpakai

“Adapun faktor pngahambat yang paling signifikan dari pelaksanaan strategi tersebut ialah tak lain mengenai dana yang kurang mecukupi sehingga menjadi salah satu faktor penghambat untuk

Peran kepala madrasah sebagai motivator dalam pembinaan akhlak siswa- siswi di MTs N 4 Jembrana meliputi, ikut serta dalam melaksanakan shalat dhuha bersama dengan siswa-siswi beserta

Mengembalikan fungsi madrasah sebagai benteng moral dan spiritual pada peserta didik serta menjadi media untuuk mengembangkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan keahlian sekaligus.2

Dengan demikian, perlunya mengukur keberhasilan dalam menggunakan materi pelajaran akidah akhlak untuk membentuk karakter spiritual yang baik serta dapat diterapkan dalam kehidupan