• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PUBLIK: Memformulasi Kebijakan

N/A
N/A
Agus Prastyawan

Academic year: 2023

Membagikan "KEBIJAKAN PUBLIK: Memformulasi Kebijakan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN PUBLIK

Modul 06

Memformulasi Kebijakan

(2)

KB. 1

Model Perumusan Kebijakan Publik

Terdapat 3 model utama dalam perumusan kebijakan publik yaitu model rasional, inkremental dan sistem.

1. Model Rasional

Model rasional, yang juga dinamakan model rasional

komprehensif, adalah merupakan sebuah model yang berasal

dari proses pembuatan keputusan di dunia bisnis yang kemudian

diadaptasikan ke dalam dan diterapkan di sektor publik.

(3)

Ada 5 aktivitas perumusan kebijakan menurut model rasional, yaitu :

1. Intelligence gathering,

Mengumpulkan informasi tentang opsi sebanyak dan seakurat mungkin 2. Identifying all options,

Mengidentifikasi semua opsi

3. Assesing consequences of options

Menilai semua opsi yang tersedia tentang semua biaya yang dikeluarkan dan keuntungan/manfaat yang bakal diperoleh

4. Relating consequences to values, informasi, opsi dan konsekuensi dari opsi tadi harus dikaitkan dengan sistem nilai yang akan dipakai sebagai kriteria untuk menilai konsekuensi tersebut dan

5. Choosing preferred option, berdasarkan keempat tahap tersebut maka kemudian

diharapkan perumus kebijakan mampu memilih opsi kebijakan yang paling rasional.

(4)

2. Model Inkremental

Charles E. Lindblom, seorang ahli ekonomi, adalah orang

pertama yang mengkritik model rasional tradisional dalam

proses perumusan kebijakan publik dengan mengedepankan

pandangan inskrementalis terhadap proses perumusan

kebijakan publik bahwa perumusan kebijakan publik adalah

kelanjutan dari aktivitas pemerintah di masa lalu dengan

melakukan modifikasi secara inkremental (sedikit demi

sedikit).

(5)

3. Model Sistem

Pada prinsipnya, proses merumuskan kebijakan publik yaitu proses mengubah masukan lewat proses konversi menjadi keluaran terdiri dari komponen (subsistem) :

1. Masukkan (input) yang berasal dari lingkungan berupa tuntutan (demands) dan dukungan (support).

Tuntutan adalah klaim atau kebutuhan yang sangat kuat dari individu-individu dan kelompok dalam sistem politik agar pemerintah bertindak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dukungan adalah aksi dan orientasi dari komunitas politik dan pemerintah yang membantu agar sistem politik bisa berjalan dengan baik dan mempertahankannya dalam rangka memenuhi tuntutan tadi.

2. Proses konversi, yaitu proses mengubah masukan menjadi keluaran. Tuntutan dan dukungan diubah oleh sistem politik menjadi keluaran (output) berupa kebijakan publik

(6)

3. Keluaran (output) sebagai produk mengubah masukan menjadi kebijakan publik.

Umpan balik (feedback) adalah keluaran yang telah dihasilkan tadi pada gilirannya dapat mempengaruhi atau berdampak pada perubahan lingkungan, tuntutan dan sistem politik itu sendiri dan 4. Lingkungan (environment) terdiri dari semua kondisi dan peristiwa yang berasal dari luar sistem politik, sosial, ekonomi, ekologi, teknologi informasi dan sebagainya yang akan berpengaruh pada proses masukan, konversi dan keluaran.

• Kelebihan model sistem menurut Anderson :

Teori sistem memberikan bantuan yang berharga buat kita dalam

mengorganisasikan kajian kita tentang proses pembuatan

kebijakan.

(7)

Kekurangan

Kegunaan teori sistem untuk mengkaji kebijakan publik adalah terbatas karena sifatnya yang terlalu umum. Iya tidak mampu bicara banyak tentang bagaimanakah keputusan ini dibuat dan bagaimanakah kebijakan itu dibangun dalam "kotak hitam" yang disebut dengan sistem politik.

Kesimpulan yang dibuat oleh Lester dan Stewart yang menegaskan bahwa :

• Tidak ada satu model tunggal perumusan kebijakan yang

terbaik. Akan tetapi yang ada adalah suatu model yang

lebih baik atau kurang baik, semuanya tergantung dari

tujuan menganalisis kebijakan dan kriteria yang dipakai

untuk menilai sebuah model kebijakan yang baik.

(8)

KB 02

Aktor-Aktor dalam Arena Perumusan Kebijakan

Aktor-aktor yang terlibat dalam proses perumusan kebijakan dinamakan sebagai

"policy actors" juga dengan sebutan "policy subsystems".

Dalam Howlett dan Ramesh, 1995. Mengatakan : kebijakan dibuat oleh subsistem kebijakan yang terdiri dari aktor-aktor yang terlibat dalam mengatasi suatu masalah publik.

Howlett dan Ramesh kemudian mempertegas makna 'policy subsystems' yaitu sebagai :

Forum di mana para aktor yang terlibat dalam diskusi tentang masalah kebijakan dan

saling meyakinkan serta mendorong satu sama lain dalam rangka mengejar

kepentingannya.

(9)

• Andersen membagi perumus kebijakan menjadi 3 macam yaitu perumus kebijakan formal yang terdiri dari : legislatif eksekutif dan administratif (birokrasi) para hakim di pengadilan.

• Dan yang kedua adalah Perumus Kebijakan Informal,

Yaitu kelompok kepentingan, partai politik dan warga secara individual.

• Ada tambahan lagi dari Howlett dan Ramesh, yaitu peran

organisasi penelitian dan media massa.

(10)

• 1. Legislatif

Dalam sebuah sistem politik demokratis, badan legislatif berperan sangat penting dalam proses mengidentifikasi dan mendefinisikan isi kebijakan, mempelajari, dan mengkritisi dengan cermat isu dan solusi masalah, mengadopsi dan melegitimasi kebijakan publik.

• 2. Eksekutif

Dalam sistem pemerintahan presidensial badan eksekutif mempunyai peran yang sangat penting, baik dalam proses perumusan maupun pelaksanaan peraturan perundangan dan kebijakan strategis. Inisiatif peraturan perundangan dan kebijakan publik berasal dari eksekutif kemudian berusaha untuk meyakinkan legislatif untuk mau menerima usulan tersebut, selanjutnya mendapat adopsi dan legitimasi.

• 3. Badan-badan Administratif (Birokrasi)

Badan-badan administrasi (jajaran birokrasi) memiliki peran utama hanya dalam hal

pelaksanaan kebijakan, sedang perumusannya dilakukan oleh pejabat politik.

(11)

• 4. Badan Pengadilan

Di Amerika Serikat Badan Pengadilan (Mahkamah) besar pengaruhnya terhadap karakteristik dan isi kebijakan publik lewat uji dan pemeriksaan materiil serta interpretasi terhadap peraturan perundangan yang berlaku.

Lewat judicial review badan pengadilan dapat menilai apakah badan legislatif atau eksekutif telah melaksanakan tugas pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik sesuai dengan konstitusi atau tidak.

• 5. Kelompok Kepentingan

Kenyataan politik modern telah memberikan ruang yang besar dan signifikan

atas peran kelompok kepentingan dalam proses perumusan kebijakan publik

di hampir semua negara. Mereka utamanya berperan dalam rangka

melakukan artikulasi kepentingan-kepentingannya masing-masing, lakukan

tuntutan dan menyajikan alternatif untuk mengatasi masalah kebijakan.

(12)

• 6. Partai Politik

Terdapat istilah 'interest agregation' di mana partai politik berperan dalam proses mengkonversi tuntutan-tuntutan dari kelompok-kelompok kepentingan menjadi alternatif kebijakan publik. Partai politik memiliki perhatian kebijakan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kepentingan lebih banyak berperan sebagai 'penghubung'daripada menyuarakan kepentingan tertentu dalam pembuatan kebijakan.

• 7. Warga Secara Individu

Di beberapa negara perubahan konstitusi diserahkan kepada para pemilih

untuk memperoleh persetujuan. Hal yang sama terjadi di beberapa prediksi

lokal (daerah) di mana kebijakan ditentukan oleh otoritas yang dimiliki oleh

para pemilih secara langsung di daerah tersebut. Namun tidak semua warga

menggunakan kesempatan ini untuk terlibat langsung dalam pembuatan

kebijakan karena mereka menilai hal itu tidak perlu atau tidak penting.

(13)

8. Organisasi Penelitian

Para peneliti di universitas sering menyajikan hasil penelitiannya mengenai beberapa masalah publik bekerja sama dengan kelompok pemikir yang sengaja diarahkan untuk mempengaruhi kebijakan publik. Bahkan banyak lembaga eksekutif dan legislatif meminta dilakukannya penelitian yang mendalam tentang sesuatu isu dan alternatifnya dalam bentuk naskah akademik untuk mempertajam posisi kelayakan sebuah usulan kebijakan. Lewat proses penelitian diharapkan kualitas kebijakan yang akan dibuat dapat dihasilkan kebijakan yang lebih bermutu.

9. Media Massa

program berita di media massa bukan saja mampu menyajikan suatu masalah kebijakan tertentu, akan tetapi mampu disajikan secara panjang, lebar, mendalam, rinci dan sering juga diikuti dengan saran-saran pemecahannya. Banyak masalah kebijakan yang semula tidak diketahui oleh masyarakat kemudian mendapat sentuhan dan blow up dari media dan kemudian dapat diketahui secara luas dan mendapatkan perhatian yang serius dari khalayak dalam jumlah yang besar.

Ulasan masalah dan solusinya di media sangat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah dalam memahami masalah dan solusinya sehingga mereka dapat memilih untuk kepentingan pembuatan kebijakan publik.

(14)

KB. 03

Desain, Adopsi dan Legitimasi Kebijakan

• Kevin B. Smith dan Christoper W. Larimer mengatakan bahwa desain kebijakan adalah sebuah istilah payung untuk studi kebijakan yang diarahkan pada penelitian yang sistematik tentang isi substansi kebijakan.

• Adopsi kebijakan adalah suatu tahap dalam proses kebijakan, yang menurut Philip J. Cooper merupakan tahap lebih lanjut dari tahap penetapan agenda kebijakan dan perumusan kebijakan.

• Adopsi kebijakan itu merupakan suatu proses politik daripada sekedar

resolusi analitis atau sebuah hasil rekayasa demokratis.

(15)

• Anderson berpendapat dengan menyamakan proses adopsi kebijakan dengan proses legitimasi kebijakan. Bagi Anderson, proses adopsi kebijakan adalah proses untuk mengembangkan dukungan terhadap sebuah usulan kebijakan tertentu sehingga kebijakan tersebut dapat disahkan atau diotorisasikan.

• Menurut Michael E. Kraft dan Scout R. Furlong (2007)

legitimasi kebijakan itu adalah memberikan kekuatan hukum

kepada keputusan-keputusan atau memberikan landasan

hukum pada pelaksanaan kebijakan.

(16)

Ada 3 jenis legitimasi yaitu :

1. Participatory legitimacy  

Adalah proses legitimasi kebijakan atas dasar masukan yang berasal dari partisipasi mereka yang terkena dampak dari diputuskannya sebuah kebijakan, selain dari pihak yang memiliki kewenangan dan keahlian.

2. Deliberative legitimacy

Adalah proses legitimasi yang dilakukan secara deliberatif (di kursus dan adu argumentasi yang aktif dari mereka yang akan terkena dampak kebijakan) untuk menghasilkan kebijakan yang diinginkan bersama.

3. Justificatory legitimacy

Adalah proses legitimasi yang ditujukan untuk mengembangkan sebuah rekomendasi kebijakan (untuk memberikan penguatan) sebagaimana yang telah disepakati bersama sebelumnya dalam proses deliberasi kebijakan.

(17)

Selain pemberian penguatan kebijakan secara resmi terdapat cara yang dapat dilakukan untuk melegitimasi kebijakan antara lain :

• 1. Lewat berbagai forum publik seperti public meeting, public hearings.

• 2. Partisipasi badan penasihat warga

• 3. Menjaring pendapat publik

• 4. Pendapat kelompok kepentingan

• 5. Perdebatan politik yang luas.

• 6. Mengembangkan analisis etis terhadap sebuah isu kebijakan dan

sebagainya.

(18)

TERIMA KASIH!

Referensi

Dokumen terkait

Aktor kebijakan yang berperan dalam perumusan kebijakan publik merupakan orang-orang yang penting yang mengerti sangat baik dengan kondisi permasalahan yang ada,

Masyarakat tahu partisipasi, tahu cara penggunaannya, memiliki kemampuan, tidak trauma, tetapi berhadapan dengan sistem yang buruk.. Perumusan kebijakan publik tidak akan memenuhi

Dari berbagai pendapat para ahli mengenai kebijakan publik, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan program yang dibuat oleh pemerintah dalam suatu

Opini publik yang diperhitungkan dalam pembuatan kebijakan, menurut Hennesy (1970) adalah suatu kompleksitas dari pandangan- pandangan, kelompok, dan individual

Implementasi Kebijakan Publik Orang sering beranggapan bahwa implementasi hanya merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan legislatif atau para pengambil keputusan,

Menariknya, Penulis juga mengulas pandangan ahli yang sekiranya dapat mengukur dapat tidaknya program atau kebijakan mencapai sasaran atau tujuan seperti yang diinginkan, Edward III

Publik & Kebijakan Publik Masyarakat orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan Selo Sumardjan suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau

Pembentukan dan perumusan kebijakan adalah dua konsep yang berbeda, namun saling berkaitan dalam proses pembuatan keputusan