• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pembentukan dan Perumusan Kebijakan Publik

N/A
N/A
Dwi Andini Sukma Wijaya

Academic year: 2024

Membagikan " Konsep Pembentukan dan Perumusan Kebijakan Publik"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Dwi Andini Sukma Wijaya NIM : 20042200

Seksi : 202210420117

Dosen Pengampu : Hidayatul Fajri, S.AP, M.PA Tugas 11 Kebijakan Publik Seksi 0117

Formulasi Kebijakan

Kedua konsep ini, pembentukan kebijakan dan perumusan kebijakan sekilas me rupakan konsep yang mirip, namun sebenarnya keduanya merupakan konsep yang sama sekali berbeda walaupun antara keduanya tidak dapat dipisahkan secara tegas. Proses pembentukan kebijakan publik (policy formation) melibatkan aktivitas pembuatan ke putusan yang cenderung mempunyai percabangan yang luas, mempunyai perspektif jangka panjang dan penggunaan sumber daya yang kritis untuk meraih kesempatan yang diterima dalam kondisi lingkungan yang berubah. Pembentukan kebijakan merupakan proses sosial yang dinamis dengan proses intelektual yang lekat di dalamnya. Ini berarti bahwa proses pembentukan kebijakan merupakan suatu proses yang meli batkan proses-proses sosial dan proses-proses intelektual. Kita akan membahas masing masing aspek tersebut dalam pembahasan selanjutnya.

Pembentukan kebijakan melibatkan percabangan yang luas. Ini berarti bahwa ke giatan pembentukan kebijakan berhubungan dengan keseluruhan sistem, seperti mi salnya perubahan- perubahan dalam tujuan organisasi atau perubahan strategi manaje men yang mempunyai implikasi pada keseluruhan organisasi.

Pembentukan kebijakan melibatkan perspektif jangka panjang. Ini berarti bahwa arah keputusan dalam pembentukan kebijakan diharapkan mempunyai dampak pada organisasi untuk waktu yang panjang.

(2)

Beberapa Model Perumusan Kebijakan Publik

Literatur tentang perumusan kebijakan publik menyajikan berbagai penjelasan alternatif mengenai bagaimana kebijakan publik dirumuskan. Oleh karena kegiatan utama dari perumusan kebijakan adalah memilih alternatif-alternatif guna menangani masalah kebijakan, maka penjelasan-penjelasan alternatif sebenarnya merupakan mo del-model pembuatan keputusan.

Penggunaan penjelasan-penjelasan ini penting un tuk memahami perumusan kebijakan dan analisis kebijakan. Perlu diperhatikan bahwa kita sebelumnya telah mendiskusikan beberapa model, seperti model elitis, model pluralis, dan model nco-pluralis dalam bab ketiga, dan dalam bab ini kita akan membi carakan model sistem, model rasional komprehensif, model kepuasan, model inkre mental, model mixed scanning, dan model kualitatif optimal. Model-model perumusan kebijakan yang dikembangkan oleh para ahli ini dimaksudkan untuk menyederhana kan proses perumusan kebijakan yang sangat rumit, dan sekaligus mudah dimengerti.

1. Model Sistem

Paines dan Naumes menawarkan suan model perumusan kebijakan yang meru juk pada model sistem yang dikembangkan oleh David Easton'. Model ini menurut Paine dan Naumes merupakan model deskriptif karena lebih berusaha menggam barkan senyatanya yang terjadi dalam pembentukan kebijakan Menurut Paine dan Naumes model ini lilias Cambar 621, disan hanya berasal dari sudut pandang para pemilu kebijakan. Dalam hal ini, para pembuat kebijakan dilihat perannya dalam perencanaan dan pengkoordinasian untuk menemukan pemecahan masalah yang pertem, menghitung kesempatan dan meraih atau menggunakan dukungen internal dan eksternali kedua, menaikan permintaan lingkungan dan ketips, secara khan memuaskan keinginan atau kepentingan para pembar kebijakan itu sediti. Dengan merujuk pada pendekatan sistem yang ditawarkan oleh Easton, Paine dan Naumnes menggambarkan model pembentukan kebijakan sebagai interaksi yang terjadi antara lingkungan dengan para pembentuk kebijakan dalam suatu proses yang dinamis. Model ini mengasumsikan bahwa dalam pembentukan kebijakan terjadi interaksi yang terbuka dan dinamis antara para pembentuk kebijakan dengan lingkungannya. Interaksi yang terjadi dalam bentuk keluaran dan masukan (inputs dan output).

Ke luaran yang dihasilkan oleh organisasi pada akhirnya akan menjadi bagian lingkungan dan

(3)

seterusnya akan berinteraksi dengan organisasi. Paine dan Naumes memodifikasi pendekatan ini dengan menerapkan langsung pada proses pembuatan kebijakan.

2. Model Rasional Komprehensif

Model ini merupakan model pembentukan kebijakan yang paling terkenal dan juga yang paling luas diterima di kalangan para pengkaji kebijakan publik. Sebuah ke bijakan dikatakan rasional, jika kebijakan itu dirancang dengan tepat untuk memaksi malkan pencapaian nilai bersih (net value achivement). Apa yang dimaksud dengan "net value achivement," adalah jika semua nilai yang relevan yang ada dalam sebuah masya rakat diketahui, dan bahwa suatu pengorbanan dalam satu atau lebih nilai yang dibu tuhkan oleh sebuah kebijakan adalah lebih besar, ketimbang yang dikompensasikan oleh pencapaian dari nilai-nilai lain. Sebagai contoh kebijakan pertanian pangan era Orde Baru yang didasarkan pada pendekatan top-down, birokratik, dan teknokrtik di bertujuan untuk tercapainya kecukupan pangan dalam negeri atau swadaya pangan, namun mengorbankan nilai-lain lain, seperti kebebasan dan demokrasi.

Definisi rasionalitas bisa dipertukarkan dengan konsep efisiensi. Kita bisa meng takan bahwa sebuah kebijakan adalah rasional, jika kebijakan itu dinilai paling efisien - yaitu, jika rasio antara nilai-nilai yang dicapai dan nilai-nilai yang dikorbankan ada lah positif dan lebih tinggi, ketimbang alternatif-alternatif kebijakan lain. Efisiensi tidak harus dikaitkan dalam pengertian yang sempit berapa rupiah atau dollar yang dibelanjakan, sehingga nilai-nilai dasar sosial dikorbankan untuk sebuah tabungan uang.

Dengan demikian, gagasan tentang efisiensi mencakup kalkulasi dari semua nilai sosial, politik, dan ekonomi yang dikorbankan, atau dicapai oleh sebuah kebijakan pub Hik, bukan semua nilai yang bisa diukur dengan uang." Pada dasarnya model ini terdiri dari beberapa elemen, yakni:

1. Pengambil keputusan dihadapkan pada masalah tertentu. Masalah ini dapat dipisahkan dari masalah lain atau paling tidak masalah tersebut dapat dipandang bermakna, jika dibandingkan dengan masalah lainnya.

2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran-sasaran yang mengarahkan pembuat kepu rusan dijelaskan dan disusun menurut arti pentingnya.

(4)

3. Berbagai alternatif untuk mengatasi masalah perlu diselidiki.

4. Konsekuensi-konsekuensi (biaya dan keuntungan) yang timbul dari setiap pemilihan alternatif diteliti.

5. Setiap alternatif dan konsekuensi yang menyertainya dapat dibandingkan dengan alternatif alternatif lain. Pembuat keputusan memiliki alternatif beserta konsekuensi- konsekuensinya yang memaksimalkan pencapaian tujuan, nilai atau sasaran-sasaran yang hendak dicapai.

6. Memilih alternatif kebijakan yang paling elisien.

7. Sebuah kebijakan dikatakan rasional atas dasar anggapan yang mengatakan bahwa preferensi nilai sebuah masyarakat secara keseluruhan bisa diketahui dan bisa bisa ditimbang.

3. Model Kepuasan

Asumsi-asumsi pokok dari model ini adalah bahwa pencarian alternatif-alternatif harus melalui beberapa tahap berikut: (1) Pencarian alternatif-alternatif didasarkan pada preseden dan mengevaluasinya sesuai dengan tingkat spirasi yang memuaskan dan (2) Jika tidak ada alternatif yang muncul, alternatif-alternatif baru dievaluasi sesuai dengan tingkat aspirasi yang secara berbeda memuaskan."

Kekuatan utama dari model ini terletak pada pandangannya yang realistik dan didasarkan pada aspek-aspek sosio-psikologis dari teori organisasi. Tampaknya, dalam perkembangan kebijakan publik sekarang, para pembentak kebijakan publik tidak ber upaya keras memperbaiki pembentukan kebijakan mereka di luar apa yang mereka pan dang memuaskan. Perilaku para pembuat keputusan bertindak dalam suatu cara me muaskan barangkali telah menjadi karakteristik oleh tidak adanya inovasi, imajinasi, dan kreativitas dalam mencati sarana yang lebih dinamis untuk mengoptimalkan hasil kerja kebijakan.

Berdasarkan pada asumsi-asumsi model kepuasan ini kemudian, administrator berupaya melakukan pencarian sampai ia menemukan suatu alternatif yang bisa me muaskan secara

(5)

memadai kondisi-kondisi dari suatu situasi tertentu. Jika pencarian alternatif membuktikan tidak berhasil setelah kurun waktu tertentu, kemudian admi nistrator cukup mengurangi ukuran-ukuran kepuasan. Jika di lain sisi, suatu alternatif kepuasan mudah diperoleh pada suatu saat tertentu, kemudian pada pencarian berikut yang serupa untuk memeroleh alternatif-alternatif, administrator bisa meningkatkan harapannya. Karena itu, salah satu kelemahan dari model ini adalah bahwa substitua alternatif-alternatif kepuasan untule alternatif-altenatif optimal mengurangi keburuh an untuk inovasi, imajinasi, dan kreativitas di pihak administrator dalam pencariannya memperoleh altematif-alternatif.

4. Model Penambahan (The Incremental Model)

Menurus model ini, kebijakan atau keputusan selalu bersifat serial, fragment dan sebagian besar remedial Suatu masalah bisa saja muncul, namun dapat dipecalikan oleh proses pengambilan keputusan incremental, dan sejalan dengan berlalunya waktubisa menciptakan atmosfer yang lebih menguntungkan bagi perubahan-perubahan, dan sekaligus memberikan peluang-peluang tambahan bagi penyesuaian perbedaan di kalangan pembuat keputusan.

Ringkasnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempelajari model penambahan (inkrementalisme), yakni

1. Pemilihan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran dan analisis-analisis empirik terha dap rindakan dibutuhkan. Keduanya lebih berkaitan erat dengan dan bukan ber ada satu sama lain,

2. Para pembuat keputusan hanya mempertimbangkan beberapa alternatif uncuk menanggulangi masalah yang dihadapi dan alternatif-alternatif ini hanya berada secara marginal dengan kebijakan yang sudah ada.

3. Untuk setiap alternatif, pembuat keputusan hanya mengevaluasi beberapa konse kuensi yang dianggap penting saja.

4. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan dibatasi kembali secara berkesinambungan. Inkrementalisme memungkinkan penyesuaian-penyesuaian sara

(6)

tujuan dan tujuan-sarana sebanyak mungkin sehingga memungkinkan masalahdapat dikendalikan.

5. Tidak ada keputusan tunggal atau penyelesinn masalah yang dianggap cepat."

Pengujian terhadap keputusan yang dianggap baik adalah bahwa pericnajuan ter hadap berbagai macam analisis dalam rangka memecahkan persoalan tidak dukuri persetujuan bahwa keputusan yang diambil merupakan sarana yang paling cocok untuk merairan yang telah disepakati Pembuatan kepumisan cara tolemeal pada dasarnya merupakan cemental dan diarahkan lebih banyak kepada perbaikan terhadap kendaksempurnaan soal yang aya karang saya dari mempromosikan jiwa rognan di masa depan

5. Model Pengamatan Campuran (Mixedscanning)

Amical Etzioni mencoba membuat gabungan antara model rasional komprehensif dan model inkremental dengan menyarankan penggunaan mindicanning. Pada dasar nya is menyetujui model rasional, namun dalam beberapa hal ia juga mengkritiknya. Demikian juga, is melihat pula kelemahan-kelemahan model pembuatan keputusan inkremental. Menutut Etzioni, keputusan yang dibuat para inkremencalls merefleksi kan kepentingan kelompok-kelompok yang paling kuat dan terorganisir dalam masya rakat, sementara kelompok-kelompok yang lemah dan tidak terorganisir secara politik diabaikan. Di samping itu, dengan memfokuskan pada kebijakan- kebijakan jangka pendek dan terbatas, para inkremeralis mengabaikan pembaruan sial yang mendasar Keputusan-keputusan besar dan penting, seperti pernyataan perang dengan negara lain tidak tercakup dalam inkrementalisme. Sekalipun jumlah keputusan yang dapat di ambil dengan menggunakan model rasional cerbatas, tetapi kepitusan-keputusan yang mendasar menurut Lezioni adalah sangat penting dan sering kali memberikan suasana bagi banyak keputusan yang bersifat inkremental

(7)

Etzioni memperkenalkan Mixedscanning" sebagai suatu model terhadap pembuat in keputusan yang memperhitungkan keputusan-keputusan pokok dan inkremental menetapkan proses-proses pembuatan kebijakan pokok dan urusan tinggi yang me nentukan petunjuk- petunjuk dasar proses-proses yang mempersiapkan kepotusan kepunaan pokok dan menjalankannya setelah keputusan itu tercapai. Untuk menjelas kan wedsaming Etzioni memberi gambaran sebagai berikut: "Kita besuggapan akan membuat sistem pengamatan na seluruh dunia dengan menggunakan satelit-satelit cuaca Pendekaran raonisti akan liliki keadaan keadaan cuaca secara men daha dengan mengen kader-kers yang tampa anelakukan pengamatan Pragamatan dengan teliti dan den seme penkaan terhadap seluruh ang kat setering mungon Hal Calon cuberikan banyak hal pengamatan secare un biaya yang malul mal menganalisis dan kemungkiambelin

6. MODEL KUALITATIF OPTIMAL

Menurut Dror, pembentukan kebijakan publik merupakan suatu proses yang di namis dan sangat kompleks di mana berbagai komponen memberikan kontribusi yang berbeda. Proses itu menentukan garis perloman penting bagi tindakan yang ditujukan di masa depan terutama oleh organ-organ pemerintah. Garis pedoman kebijakan se cara formal bertujuan untuk mencapai apa yang dalam kepentingan publik, sarana yang dimungkinkan. Beranjak dari batasan kebijakan ini, Dror mengemukakan "model kualitatif optimal" yang didasarkan pada asumsi-asumsi normatif- intrumental. Karak teristik utama dari model ini adalah sebagai berikut: (1) Model ini adalah kualitatif, bukan kuantitatif: (2) Model ini mempunyai komponen-komponen rasional dan ekstra rasional: (3) Landasan pemikiran adalah rasional secara ekonomi; (4) Model ini mem puyai kaitan dengan pembuatan metapolicy, (5) Model ini mempunyai a built-in feed back

Dror berpendapat bahwa tidak ada pendekatan rasional yang murni, di mana ke bijakan didasarkan pada kenyataan yang tidal bisa dipertentangkan, atau pendekatan ekstrarasional secara murni, di mana kebijakan didasarkan pada intuisi atau bahwa fe cocita clusif "kecerdasan politik" (political savvy) bisa dimungkinkan atau bisa di inginkan. Sebuah aspek yang diperbaiki dari model kualitatif optimal adalah haliwa model ini mempunyai komponen-komponen rasional dan ektrarasional. Bagi Dror, ujian yang sesungguhnya dari penibentukan kebijakan adalah pengaruhnya pada situasi situasi yang sebenarnya.

(8)

Setelah memperkenalkan model opcimalaya, Dror menyarankan bahwa m kebijakan sangat dibutuhkan, dan mengetengahkan sebuah paradigma haru bagi disiplin ilmu. Harapan Dror cerhadap ilmu kebijakan dapat diringkau sebagai berikut :

1. Perhatian utama dari ilmu-ilmu kebijakan adalah pemahaman, perbaikan sisters 2. pengendalian makro, dan khususnya sistem pembentukan kebijakan publik. Batas-

batas tradisional antarcahang pengetahuan, dan khususnya antara berbag ilmu perilaku dan cabang-calang pengetahuan keputusan, harus dihilangkan, Ilmu-Ilmu kebijakan harus menginegrasikan pengetahuan dari berbagai cabang pe ngetahuan dan membangunnya ke dalam supradisiplin yang memfokuskan pada pembentukan kebijakan politike Secara khusus, ilmu kebijakan didasarkan pada

3. penggabungan antara ilmu-ilmu perilaku dan pendekatan-pendekatan keput secara analitik Dikemancara penelitian murni dan serapan harus dijembatani.

4. 4.Dalam sim ilmu kebijakan integrasi antara penelitian mucni dan terapan diwujudkan den perlukan pengarahan masyarakat lagi tujuan akhit Pengetahuan dan pengalaman pribadi harus diterima sebagai sumber pengetahu an yang peming, di samping metode metode penelitian konvensional dan studi

5. Ilmu-ilmu kebijakan bersama dengan desa-da normal mempunyai kaitan pee ding dengan pengetahuan nosmarif-instrumental, dalam pengertian diarah-lepula sama dan juju langsung, dari pada nilai-nilai absolut. Namun Elmu kebijakan adalah sensitif terhadap kesulitan-kesulitan dalam menpenile lue free en dan mencoba memlat kontribusi kepada pilihan nilai dengan mengekpload implikasi

6. 6.Ilmu politik sangat sensitif dalam kaitannya dengan waktu, menganggap masa kini sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan. Akibamya. ada penolakan terhadap pendekatan historis terhadap ilmu perilaku kontemporer dan pendekatan analitis. Di sisi lain, penekanan pada perkembangan perkembangan sejarah di satu

(9)

sisi, dan dimensi masa depan di sisi lain lain sebagai konteks untuk perbaikan pembentukan kebijakan.

7. Ilmu kebijakan mempunyai komitment berupaya untuk meningkatkan kegun ilmu- ilmu kebijakan dalam pembentukan kebijakan aktual, dan mempersiapkan para profesional untuk menempati posisi ilmu-ilmu kebijakan di semua sistem pengarahan masyarakat.

8. limu-ilmu kebijakan mengatur kontribusi pengetahuan sistematis dan rasionalenterstruktur untuk rancangan dan bekerjanya sistem pengarahan masyarakat Model-model kebijakan yang ada menggambarkan apakah, dan untuk sebagian besar, mengharapkan perbaikan-perbaikan yang secara esensial inkremental. Dror men coba untuk menyatakan apa yang seharusnya, dan bagaimana mendekati model yang ideal. Sementara pembentukan kebijakan deskriptif membahas prioritas-prioritas seka rang dan pembuatan kebijakan dalam konteks pertimbangan-pertimbangan ex post facto terhadap dampak kebijakan.

Dror mengusulkan suatu model yang berorientasi ke de pan (forward looking) untuk meramalkan konsekuensi-konsekuensi kebijakan. Kesim pulan Dror adalah meningkatkan kopentensi teori organisasi, pengembangan personel, studi inteligensi dan teori informasi, ilmu kebijakan, penelitian lapangan dan ilmu ke putusan, dan teori sistem guna memberikan saluran-saluran bagi perbaikan penting pelayanan-pelayanan publik yang bisa diwujudkan dengan menggunakan sarana per baikan penting "metapolicy." yaitu membentuk kebijakan tentang pembentukan kebi jakan.

Beberapa model pembentukan kebijakan publik telah dikaji ulang dan dipresen tasikan untuk memudahkan pemahaman sifat dinamik dan kompleksitas yang meling kupi proses pembentukan kebijakan. Masing-masing model yang dipresentasikan itu mewakili perspektif yang berbeda dalam memandang pembentukan kebijakan. Sudah barang tentu, terdapat elemen- elemen serupa yang terkandung dalam beberapa model. dan dalam beberapa kasus perspektif mempunyai perbedaan yang sangat kecil. Namun demikian, perlu dicatat bahwa terdapat kesamaan dalam semua model, dan itu ada dalam konsep itu sendiri. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa model ada lah tidak lebih dari abstraksi atau representasi dari dunianya

(10)

seseorang yang ada dalam pikirannya. Dalam hal ini model kemudian merupakan realitas realitas subjektif, atau persepsi dan citra (image) dari sebuah dunia yang objektif.

DAFTAR PUSTAKA :

Fajri, Hidayatul. 2022. Formulasi Kebijakan. Bahan Ajar Kebijakan Publik diakses dari elearning2unp

Referensi

Dokumen terkait

• Perumusan kebijakan menyangkut upaya menjawab pertanyaan bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk masalah-masalah yang dikembangkan dan siapa

PENTINGNYA INFORMASI DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN: • UNTUK MEMECAHKAN PERMASALAHAN DIPERLUKAN INFORMASI.. • DALAM PERUMUSAN/ PEMBUATAN KEBIJAKAN DIPERLUKAN

Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa pelaksanaan partisipasi publik dalam perumusan kebijakan daerah di Kabupaten Sleman berjalan efektif dimana adanya

Jejaring Kebijakan Dalam Perumusan Kebijakan Publik Suatu Kajian Tentang Perumusan Kebijakan Penanggulangan Banjir dan Rob Pemerintah Kota Semarang.. Jurnal Delegasi STIA

Lindblom, seorang ahli ekonomi, adalah orang pertama yang mengkritik model rasional tradisional dalam proses perumusan kebijakan publik dengan mengedepankan pandangan inskrementalis

Dokumen ini menyajikan tinjauan dan konsep dasar dari berbagai model dan pendekatan kebijakan

Ringkasan tentang definisi, konsep, dan siklus kebijakan publik dalam perspektif

Kebijakan publik adalah keputusan yang diambil pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah