• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuasaan Presiden dalam Konstitusi Sebelum Amandemen UUD 1945

N/A
N/A
Aimar Ahsan

Academic year: 2025

Membagikan "Kekuasaan Presiden dalam Konstitusi Sebelum Amandemen UUD 1945"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

1. Kekuasaan presiden dalam lintasan kosntitusi uud sebelum amandemen

Dalam menjalankan kekuasaannya, Presiden dibantu oleh sebuah komite nasional. Hal ini sebagaimana dituangkan dalam ketentuan Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945. Menurut A.K.

Pringgodigdoialah Presiden memiliki kekuasaan yang besar, meskipun dibantu oleh sebuah Komite Nasional sehingga dapat dipandang Presiden dengan sah dapat bertindak sebagai diktator karena bantuan Komite Nasional sama sekali tidak dapat diartikan suatu pengekangan atas kekuasaannya. Kekuasaan Presiden pada masa konstitusi pertama ini berdasarkan Pasal 4, 5, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 UUD 1945 serta ketentuan yang terdapat dalam Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945.

Kemudian, peristiwa sejarah yang perlu dicatat adalah mengenai keluarnya Maklumat Wakil Presiden Nomor X, pada tanggal 16 Oktober 1945. Maklumat No. X dapat diartikan untuk membatasi kekuasaan Presiden Soekarno ketika itu yang pada mulanya menurut Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 berkuasa atas legislatif beralih ke tangan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Selain itu KNIP ikut menetapkan garis-garis besar haluan negara dan membentuk Badan Pekerja yang bertanggung jawab kepada KNIP.

Pandangan Tolchah Mansoer yang mengatakan bahwa sebenarnya dengan Maklumat No. X belumlah terjadi sesuatu yang fundamental dalam hubungan ketatanegaraan sebab langkah- langkah itu diambil masih dalam batas-batas Pasal IV Aturan Peralihan. Penyerahan kekuasaan legislatif kepada Komite Nasional dapat diartikan memperbesar peranan bantuan dalam bidang legislatif.

Dalam hubungannya dengan pembatasan kekuasaan Presiden arti Maklumat Wakil Presiden No. X adalah pengurangan kekuasaan Presiden dengan tanpa mengubah ketentuan Pasal IV Aturan Peralihan itu sendiri, baik mengubah secara langsung ataupun secara amandemen.

Selain Maklumat No. X, peristiwa lainnya mengenai penetapan pertanggungjawaban pemerintah kepada wakil rakyat melalui keluarnya Maklumat Pemerintah pada tanggal 14 November 1945.

Dengan adanya Maklumat Pemerintah maka diakui secara resmi pertanggungjawaban para menteri yang dipimpin oleh Perdana Menteri. Oleh karena itu, menurut Ismail Suny, pusat kekusaan eksekutif telah bergeser dari Presiden kepada Perdana Menteri.

Dikatakan oleh Ismail Suny bahwa perubahan sistem pemerintahan presidensiil ke parlementer berdasarkan Maklumat Pemerintah mendasarkan pada konvensi ketatanegaraan, bukan pada undang-undang dasar. Ia mengacu pada pendapat Gellinek yang membedakan antara Vervassungsanderung dan Vervassungwandlung. Vervassungsanderung ialah perubahan undang-undang dasar yang dilakukan dengan sengaja melalui cara yang ditentukan dalam undang- undang dasar sendiri, sedangkan Vervassungswandlung, yaitu perubahan undang-undang dasar dengan cara yang tidak terdapat dalam undang-undang dasar , tetapi dilakukan dengan cara-cara istimewa seperti revolusi, coup d`etat, convention dan sebagainya.

Dari penjelasan diatas kesimpulan yang dapat kita ambil adalah, presiden pada awalnya bisa dianggap memgang kekuasaan penuh karena bantuan dari komite nasional tidak bisa dianggap sebagai pengekangan sehingga presiden dapat dimungkinkan menjadi diktator. Setelah itu pada terjadi sejarah pada pemerintahan Indonesia dimana pada masa itu KNIP beralih menjadi memiliki kekuasaan pada legislatif untuk mengurangi kekuasaan penuh atas presiden. Dan pada 14 november 1945 terjadi peralihan lagi yang mana pada saat itu pertanggung jawaban mentri dipimpin oleh perdana mentri yang mana sistem pemerintahan pada masa itu berganti menjadi parlementer.

(2)

2. ketidak setujuan kelompok kita terhadap UU TNI

kita tidak lah setuju pada keputusan yang diberikan yang berupa UU TNI. Kita akan menuliskan argumentasi mengapa kita tidak setuju terhadap UU TNI sendiri. Pertama tama keputusan ini sangat terlihat kontroversial karena kita dapat memutar balik lagi pada masa kekuasaan presiden soeharto bagaimana angkatan bersenjata dapat memegang jabatan lain.

Hal itu dapat menimbulkan banyak masalah dengan satu contoh seperti banyaknya pelanggaran ham yang terjadi pada masa pemerintahan presiden soeharto. Kita kembali pada masa ini dimana banyak sekali orang mencari pekerjaan, lowongan pekerjaan mulai menyempit dan sangat susah untuk mendapat pekerjaan yang layak, sebaiknya pemerintahan memberikan kebijakan yang memperluas lowongan pekerjaan yang menjadi salah satu sumber masalah utama bagi negara Indonesia bukan malah mempersempit.

Masalah lain adalah melanggar sistem pemerintahan negara kita yang mana ada sistem kekuasaan dibagi seperti presiden sebagai lembaga eksekutif dibantu oleh mentri, dan perwakilan rakyat seperti MPR dan DPR sebagai lembaga legislatif, jadi sebaiknya TNI sudah diberi kekuasaan pada bidang keamanan negara bukan malah diberi multifungsi yang melanggar konstitusi.

Pembagian kekuasaan sendiri dilakukan untuk mencegah satu kelompok yang berkuasa karna bisa menimbulkan kekuasaan yang otoriter. Tujuan dibaginya kekuasaan adalah untuk mencapai tujuan segabai berikut;

 Agar tidak adanya kekuasaan yang absolut.

 Mencegah terjadinya tindakan yang sewenang-wenang atau otoriter.

 Untuk mencegah adanya penumpukan kekuasaan di satu tangan yang bisa menimbulkan penyelenggaraan pemerintahan yang sewenang-wenang.

 Mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak tertentu.

 Mengoptimalkan dan mempermudah kinerja sebuah badan pemerintahan yang ada di sebuah negara.

 Mensinergikan dan mengoptimalkan fungsi kekuasaan yang dimiliki oleh setiap lembaga.

 Menciptakan suasana yang lebih adil dan nyaman serta mengutamakan kepentingan umum yang mengacu para peningkatan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 22E ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden

Meskipun begitu, sistem pemisahan kekuasaan yang berdasarkan UUD 1945 tidak menghendaki jatuhnya Presiden dan/ atau Wakil Presiden akibat penggunaan hak menyatakan

Ketentuan Pasal 6A Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah amandemen yang menegaskan bahwa “Presiden dan Wakil Presiden dipilih

ketatanegaraan pasca Amandemen UUD 1945 maka terjadi perubahan dalam tiga poros kekeuasaan yakni: pertama, bidang eksekutif ditandai adanya pemilihan Presiden secara

wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD 1945. Pasca Amandemen UUD 1945 terdapat berbagai perubahan terkait dengan sistem ketatanegaraan. Perubahan tersebut

UUD 1945 Setelah Perubahan merumus- kan Pesyaratan Calon Presiden dan Wakil Presiden dalam pasal 6 ayat (1) yang berbunyi: ” calon Presiden dan wakil Presiden

Di sini tampak jelas pergeseran yang terjadi akan makna hak prerogatif Presiden dari UUD 1945 dan Konstitusi RIS, hal tersebut juga di- pengaruhi oleh sistem pemerintahan yang

Sebelum amandemen UUD 1945 Setelah amandemen UUD 1945 1 Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum rechtsstaat 2 Sistem konstitusional 3 Kekuasaan negara yang tertinggi