• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelainan Bawaan pada Anus dan Rektum

N/A
N/A
Arini Eka Putri

Academic year: 2024

Membagikan " Kelainan Bawaan pada Anus dan Rektum"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

dr. Ahmadwirawan, Sp.B, Sp.BA, Subsp.DA(K))

Contoh Modul Pembelajaran Aktif

MALFORMASI ANOREKTAL

Disusun Oleh:

Jigsaw

(2)

Malformasi Anorektal adalah Kelainan kongenital akibat kegagalan perkembangan anus dan rektum dalam masa embrio. Insidensi terjadinya Malformasi anorectal adalah 1 dari 5000 kelahiran hidup. Dengan tipe rectovestibuler terbanyak pada perempuan dan rectourethra terbanyak pada laki-laki.

Malfomasi anorectal dihubungkan dengan sindrom VACTERL (Vertebra, Anal, Cardiac, Trachea, Esofagus, Renal dan Limb).

Proses embriologi Minggu ke – 7 masa embrio, Septum urorektal membagi menjadi Kloaka (Sinus urogenitalis dan Rektum) dan Membrana kloaka (Membrana analis dan Membrana urogenitalis). Proliferasi ektoderm pada membrana anal menjadi Proctoderm. Kemudian pertumbuhan proctoderm ke arah kranial dan hindgut ke arah kaudal menyatu menjadi Linea Dentata ( Pectinea Line ).

Klasifikasi Malformasi Anorectal pada laki-laki terbagi atas Rectoperineal fistula, Rectourethral bulbar fistula, Rectourethral prostatic fistula, Rectobladder neck fistula, imperforate anus tanpa fistula, dan atresia/stenosis rectal.

Sedangkan pada perempuan dibagi atas Fistula rectoperinal, Fistula rectovestibular, Cloaca, Malformasi Kompleks, Imperforate anus tanpa fistula, dan atresia/stenosis rectal

Kata Pengantar

Penyusun

(3)

Materi dan Referensi yang Perlu Dipelajari Sebelum Pertemuan

05 01 02 03 04

06

Kata Pengantar

Sasaran Pembelajaran

Deskripsi Kegiatan Tatap Muka

Skenario

daftar isi

Petunjuk Pelaksanaan

Implementasi Jigsaw

(4)

Mampu mengaplikasikan pengetahuan dasar

patomekanisme dalam menjelaskan timbulnya tanda dan gejala pada kasus Malformasi Anorektal.

Mampu mengidentifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan kasus Malformasi Anorektal.

Mampu menentukan diagnosis berdasarkan analisis anamnesis dan pemeriksaan fisis.

Mampu mengusulkan pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis.

Mampu melakukan penegakan diagnosis berdasarkan analisis hasil anamnesis, pemeriksaan fisis, dan

pemeriksaan penunjan pada kasus Malformasi Anorektal.

Mampu menjelaskan komplikasi Malformasi Anorektal.

Mampu menjelaskan pencegahan Malformasi Anorektal.

Sasaran

Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu:

(5)

Materi dan referensi sebelum pertemuan

Materi yang perlu dipelajari mahasiswa sebelumnya

Referensi yang perlu dipelajari mahasiswa sebelumnya

Anatomi dan fisiologi Sistem Digestif Anak Patofisiologi Malformasi anorectal

Anamnesis, Pemeriksaan FIsik, Pemeriksaan penunjang Malformasi Anorectal

Tatalaksana Malformasi Anorektal.

Indikasi Rujukan Pasien dengan Malformasi Anorectal

Video perkuliahan osteoarthritis, dapat diakses pada elearning.med.unhas.ac.id, Semester 5, blok

Gastroenterohepatologi

Textbook bedah anak, Yaitu Grosfeld’s Pediatric Surgery 6th

Edition, Aschraft’s Pediatric Surgery 7th Edition, Coran‘s Pediatric

Surgery 7th Edition. Spitz’s Operative Pediatric Surgery 7th Edition

(6)

Tahap Durasi Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa Media dan Alat Pembelajaran

1.Pembukaan 10 Menit Pembukaan

mengarahkan mahasiswa

Berkelompok sesuai dengan pembagian kelompok “asal”

dan membagi tugas untuk topik expert.

Mahasiswa dari masing- masing kelompok asal membagi diri ke kelompok expert sesuai topik masing- masing.

2. Diskusi Pakar 20 Menit Mengarahkan mahasiswa berdiskusi

Mengobservasi proses diskusi

Mendiskusikan materi topik

masing-masing Komputer, LCD, online

3. Diskusi Asal 40 Menit Mengarahkan mahasiswa Mengobservasi diskusi

Kembali di kelompok asal, dan masing-masing mahasiswa expert menjelaskan topik masing-masing kepada seluruh anggota kelompok, memastikan semua menguasai topik tersebut.

4. Presentasi 20 Menit Mengarahkan mahasiswa Mengobservasi presentasi

Masing-masing kelompok membuat poster/presentasi terkait keseluruhan topik. (20 menit) kelompok lain

memberikan penilaian kepada kelompok presenter.

5. Penutupan 5 Menit

Memberikan penjelasan terhadap jawaban soal.

Memberikan kesimpulan dan penekanan pada hal-hal penting

Mengajukan pertanyaan jika masih terdapat hal yang memerlukan penjelasan.

Menyimak penjelasan dosen Mengisi lembar peer assessment

Komputer, LCD

deskripsi kegiatan tatap muka

Gambaran Peserta Didik:

1 kelas dengan jumlah mahasiswa 150 orang yang akan dibagi menjadi kelompok “asal” dan kelompok “pakar”.

Kegiatan Belajar Mengajar

(7)

Jigsaw adalah metode pembelajaran aktif yang terdiri atas beberapa tahap. Pertama, mahasiswa dibagi menjadi kelompok

“asal”. Pada kelompok “asal” dilakukan pembagian tugas topik

“expert”. Tugas mahasiswa expert adalah menguasai materi sesuai pembagian masing-masing dan membagi pengetahuan tersebut pada kelompok asal.

Sebelum sesi tatap muka, mahasiswa wajib memelajari video perkuliahan dan bahan bacaan pada elearning dan menyelesaikan kuis setelahnya.

Mahasiswa berkelompok sesuai pembagian kelompok “asal” dan membagi tugas untuk topik expert. Mahasiswa dari masing-masing kelompok asal membagi diri ke kelompok expert sesuai topik masing-masing. Di topik expert, mahasiswa mendiskusikan materi topik masing-masing. (20 menit)

Mahasiswa Kembali di kelompok asal, dan masing-masing mahasiswa expert menjelaskan topik masing-masing kepada seluruh anggota kelompok, memastikan semua menguasai topik tersebut. (40 menit)

Masing-masing kelompok membuat poster/presentasi terkait keseluruhan topik. (20 menit) kelompok lain memberikan penilaian kepada kelompok presenter.

Di akhir sesi, mahasiswa dapat mengajukan pertanyaan jika masih terdapat hal yang memerlukan penjelasan. Dosen memberikan kesimpulan dan penekanan pada hal-hal penting.

Mahasiswa mengisi lembar penilaian peer assessment.

Petunjuk pelaksanaan

jigsaw

(8)

Petunjuk pelaksanaan

Jigsaw

(9)

tugas mahasiswa

Jelaskan patomekanisme terjadinya Malformasi Anorektal dan faktor predisposisi terjadinya Malformasi Anorektal!

Jelaskan tatacara penegakan diagnosis Malformasi Anorektal, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang!

Jelaskan tugas anda sebagai dokter umum jika mendapatkan kasius Malformasi Anorectal! Kapan dilakukan rujukan pada pasien tersebut 1

2

3

(10)

Jawaban tugas

(Untuk dosen)

Jelaskan patomekanisme terjadinya Malformasi Anorektal dan faktor predisposisi terjadinya Malformasi Anorektal!

1.

Jawaban :

Patomekanisme terjadinya Malformasi Anorektal

Cloaca pada embrio adalah cavitas yang membuka hindgut, tailgut, allantois dan akhirnya membentuk mesonephric ducts. Cloaca awalnya terbentuk sekitar hari 21 gestasi. Berbentuk U, dengan allantois berada pada anterior dan hindgut berada pada posterior. Septum berkembang dan menjadi lateral folds (Rathke’s plicae) hingga bergabung dengan

membrane kloaka. Pada usia gestasi 6 minggu, terbentuk cavitas urogenital di anterior dan cavitas anorectal di posterior.

Pertumbuhan pada tuberculum genital mengubah bentuk cloaca dan orientasi membrane cloaca yang terletak di posterior. Membran cloaca terbagi pada minggu ke-7 gestasi, dengan membentuk 2 pembukaan : urogenital dan anal. Otot yang mengelilingi rectum berkembang pada minggu ke-6 hingga ke-7 gestasi, dan pada minggu ke-9 semua struktur berada di posisinya masing-masing. Terjadinya malformasi anorectal akibat gangguan pada proses embriologi yang terjadi akibat adanya factor predisposisi yaitu kelainan genetic pada keluarga dan anomaly lainnya

Faktor predisposisi -Faktor genetik

-Paparan orang tua terhadap nikotin, alkohol, kafein, obat-obatan terlarang -Risiko lingkungan/pekerjaan orang tua

-Kelebihan berat badan/obesitas dan diabetes mellitus pada masa prenatal

Grosfeld’s Pediatric Surgery 6th Edition

(11)

2. Jelaskan tatacara penegakan diagnosis Malformasi Anorektal, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang!

Jawaban : Anamnesis :

Tidak ada lubang anus sejak lahir. Atau hanya terdapat lubang kecil tempat keluar feses Urin keruh atau bercampur dengan feses

Perut kembung Muntah

Tidak bisa buang air besar Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Status Generalis dan Tanda vital Pemeriksaan Status dehidrasi

Pemeriksaan head to toe

Pemeriksaan abdomen : I Perut cembung, dapat ditemukan ada tanda obstruksi.

Pemeriksaan regio anal : pemeriksaan canailis anal, anal dimple, midline raphe, bucket handle, fistula rectovestibular, fistula rectoperineal

Pemeriksaan Penunjang

Foto baby gram untuk menemukan anomali kongenital lain

Jika tanpa fistula dilakukan Foto cross table lateral dengan posisi prone Jika terdapat fistula tidak perlu dilakukan pemeriksaan cross table lateral

3. Kasus Malformasi anorectal merupakan kasus dengan standar kompetensi 2, dimana nantinya peran dokter adalah mampu mendiagnosis klinik penyakit kemudian menentukan rujukan yang tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.

Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien di atas, kemudian diagnosis telah ditentukan. Langkah selanjutnya adalah merujuk pasien ke rumah sakit rujukan yang memiliki dokter spesialis bedah anak.

Namun perlu diperhatikan untuk terlebih dahulu menstabilkan kondisi pasien sebelum dilakukan rujukan dengan cara :

Pastikan Tidak ada tanda dehidrasi -> Lakukan pemasangan IV Line Lakukan dekompresi dengan pemasangan OGT/NGT dan Kateter urin Bika kondisi stabil, Rujuk Untuk Tatalaksana Definitif

Aschraft’s Pediatric Surgery 7th Edition

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang : Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan struktur atau fungsi dari sistem kardiovaskuler yang ditemukan pada saat lahir, walaupun dapat ditemukan

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang di bawa dari bayi lahir. Di Indonesia 45.000 bayi

PJB (Penyakit Jantung Bawaan) adalah kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan embriologi janin..

Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang di bawa dari bayi lahir.. Di Indonesia 45.000 bayi

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di

Bagi orangtua remaja tunadaksa bukan bawaan lahir hendaknya memberikan bimbingan mengenai penyesuaian sosial yang dapat dilakukan remaja tunadaksa bukan bawaan lahir agar terhindar dari

Teratogenesis merupakan proses yang mencakup gangguan perkembangan embrio atau janin dalam uterus, yang mengakibatkan terjadinya kelainan maupun cacat bawaan bayi, baik makroskopik