MASALAH PENELITIAN
(Makalah Metodologi Penelitian Pendidikan)
Dosen Pengampu:
Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd.
Mella Triana, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh : Kelompok 8
1. Yunia Dwi Kinanti 2313021004 2. Nur Aisyah 2313021030 3. Denox Windu Andhini 2313021051 4. Riska Risma Wati 2313021073
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2025
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Masalah Penelitian”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan, Program studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. dan Ibu Mella Triana, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih untuk semua rekan-rekan yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini bertujuan untuk menyajikan tentang Masalah Penelitian.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami menerima dengan tangan terbuka segala saran, kritik, dan masukan yang membangun untuk perbaikan di masa depan. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan menjadi kontribusi yang berarti dalam upaya memahami tentang Masalah Penelitian tersebut. Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi dan pemahaman yang mendalam bagi pembaca.
Bandar Lampung, 2 Maret 2025
Penulis
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 1
C. Tujuan... 1
BAB II ... 2
PEMBAHASAN ... 2
A. Pengertian Masalah Penelitian ... 2
B. Identifikasi Masalah ... 2
C. Perumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian... 8
E. Memilih Permasalahan Penelitian ... 9
F. Perbedaan Masalah dan Rumusan Masalah ... 11
BAB III ... 12
PENUTUP ... 12
A. Kesimpulan ... 12
B. Saran ... 12
DAFTAR PUSTAKA... 13
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum memulai suatu penelitian, seorang peneliti harus mampu mengidentifikasi masalah penelitian. Dalam hal ini, sikap kritis peneliti menjadi faktor utama dalam menemukan masalah yang akan diteliti. Sumber permasalahan penelitian dapat berasal dari kesenjangan antara harapan dan realitas, perbedaan antara Das Sollen (apa yang seharusnya) dan Das Sein (kenyataan), serta ketidaksesuaian antara fakta dan harapan, atau antara kebutuhan dan ketersediaan di lapangan. Kesenjangan-kesenjangan tersebut mendorong manusia untuk mengajukan pertanyaan mendasar seperti "apa, di mana, siapa, kapan, bagaimana, dan mengapa," yang pada akhirnya membantu dalam mengidentifikasi suatu masalah.
Selain itu, sumber masalah penelitian juga dapat muncul dari ketidaksesuaian antara pengalaman dan kenyataan, perbedaan antara rencana dan hasil, adanya keluhan, serta persaingan yang dapat menimbulkan permasalahan besar. Rasa ingin tahu yang tinggi mendorong seseorang untuk melakukan penelitian guna mencari jawaban dan solusi atas ketidaksesuaian yang dirasakan. Seperti yang diketahui, penelitian merupakan bagian penting dalam upaya pemecahan masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi masalah penelitian 2. Perumusan masalah dalam penelitian 3. Perumusan tujuan penelitian
C. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi masalah penelitian
2. Untuk Mengetahui rumusan masalah dalam penelitian 3. Untuk mengetahui rumusan dalam tujuan penelitian
2 BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Masalah Penelitian
Menurut Notoadmodjo (2002), masalah penelitian secara umum dapat didefinisikan sebagai adanya kesenjangan atau perbedaan antara kondisi yang seharusnya terjadi dengan kenyataan yang ada. Kesenjangan ini bisa berkaitan dengan suatu peristiwa, keadaan, atau harapan terhadap suatu situasi yang ideal dibandingkan dengan realitas yang terjadi.
Notoadmodjo (2002) menjelaskan bahwa dalam penelitian kesehatan, masalah penelitian mencakup berbagai pertanyaan yang memerlukan jawaban, serta berbagai hambatan, tantangan, atau kesulitan yang muncul dalam proses penelitian. Dengan kata lain, masalah penelitian timbul akibat adanya "Rational Gap" antara kondisi yang diharapkan dan kenyataan yang terjadi. Meskipun masalah penelitian selalu ada dan beragam, tidak semua permasalahan dapat serta-merta dikategorikan sebagai masalah penelitian.
Oleh karena itu, diperlukan kepekaan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan agar dapat diangkat menjadi penelitian.
B. Identifikasi Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai kondisi yang menunjukkan adanya penyimpangan atau kesenjangan (gap) antara keadaan nyata dengan keadaan ideal yang diharapkan. Kesenjangan ini bisa muncul dari fenomena bisnis, hasil penelitian sebelumnya, atau penerapan teori tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Sekaran (2003), “...problem is any situation where a gap exists between the actual and the disred ideal states...”
Dalam penelitian ilmiah, proses penelitian dimulai dari latar belakang yang secara sistematis menjelaskan suatu masalah, mencakup gejala dan penyebabnya, serta menguraikan alasan mengapa masalah tersebut layak untuk diteliti. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, terdapat beberapa sumber yang dapat digunakan untuk menggali permasalahan dalam penelitian.
3 Sumber 1: Fenomena Bisnis
Salah satu sumber utama masalah penelitian adalah fenomena bisnis.
Penelitian ilmiah sering kali dimulai dari observasi terhadap fenomena bisnis yang menimbulkan suatu permasalahan yang dapat diidentifikasi dan diteliti lebih lanjut. Salah satu cara untuk mengidentifikasi masalah dari fenomena bisnis adalah dengan mengamati data aktual.
Pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap masalah yang terjadi. Dari hasil pengamatan ini, peneliti dapat menentukan apakah suatu masalah layak untuk diangkat dalam penelitian atau tidak. Oleh karena itu, penelitian yang berangkat dari fenomena bisnis sebaiknya didasarkan pada data atau informasi yang jelas menunjukkan adanya permasalahan. Data ini nantinya akan digunakan untuk mencari solusi yang tepat. Selain itu, analisis terhadap penyebab suatu masalah dalam fenomena bisnis dan data awal yang diperoleh akan dituangkan dalam latar belakang penelitian
Sumber 2: Research Gap
Sumber lain dari masalah penelitian adalah kesenjangan penelitian (research gap). Penelitian ilmiah dapat dilakukan berdasarkan celah yang ditemukan dalam penelitian-penelitian terdahulu. Research gap mengacu pada aspek-aspek yang belum terselesaikan atau kurang dibahas dalam penelitian sebelumnya, sehingga memberikan peluang bagi peneliti untuk melakukan kajian lebih lanjut.
Research gap dapat diidentifikasi melalui beberapa cara, antara lain:
a) Adanya penelitian yang belum mampu menjawab pertanyaan penelitian secara tuntas atau hipotesis yang belum terbukti.
b) Adanya hasil penelitian yang menghasilkan temuan kontradiktif atau kontroversial dibandingkan dengan penelitian serupa.
c) Adanya penelitian yang masih memiliki keterbatasan atau kelemahan, sehingga diperlukan penelitian lanjutan untuk melengkapinya.
Dengan demikian, penelitian yang berangkat dari research gap bertujuan untuk mengisi kekosongan atau menyempurnakan temuan penelitian
4
sebelumnya, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih komprehensif terhadap ilmu pengetahuan.
Sumber 3: Theory Gap
Theory Gap merujuk pada kesenjangan atau keterbatasan suatu teori dalam menjelaskan fenomena tertentu, sehingga validitas teori tersebut menjadi dipertanyakan. Ketika suatu teori tidak sepenuhnya mampu menjelaskan fenomena yang terjadi dalam masyarakat, maka hal ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan masalah penelitian.
Dalam proses identifikasi masalah, sering kali ditemukan lebih dari satu permasalahan. Oleh karena itu, peneliti perlu menentukan masalah yang paling relevan dan menarik untuk dikaji lebih lanjut. Masalah penelitian dapat berasal dari teori, hasil pengamatan, intuisi, atau kombinasi dari beberapa sumber tersebut.
Sumber utama suatu masalah penelitian bisa berasal dari berbagai kajian konseptual dan empiris. Selain itu, penelitian juga dapat berangkat dari kelemahan suatu konsep atau keterbatasan dalam penelitian terdahulu.
Dengan demikian, theory gap menjadi salah satu landasan penting dalam merumuskan masalah penelitian yang dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan.
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan penelitian yang dirancang untuk mengarahkan bagaimana suatu permasalahan akan diselesaikan melalui penelitian ilmiah. Dalam penelitian kuantitatif, perumusan masalah menjadi aspek yang sangat penting karena dengan adanya pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dapat ditentukan dengan lebih jelas.
Dalam menyusun perumusan masalah, peneliti dapat menggunakan pertanyaan seperti siapa, apa, di mana, bagaimana, kapan, mengapa, dan apakah. Pertanyaan-pertanyaan ini membantu dalam menentukan batasan masalah penelitian sehingga penelitian lebih terarah.
Rumusan masalah haruslah spesifik, jelas, dan ringkas mengenai isu yang akan diteliti. Sebelum menyusun rumusan masalah, langkah awal yang harus
5
dilakukan peneliti adalah memahami bidang penelitian yang akan dikaji serta menyesuaikannya dengan bidang keahliannya. Selanjutnya, peneliti perlu mempersempit cakupan masalah yang luas menjadi satu permasalahan spesifik yang dapat diteliti lebih mendalam. Proses ini memerlukan pemahaman yang kuat terhadap isu atau fenomena yang diangkat, yang sebelumnya telah dijelaskan dalam latar belakang penelitian.
Karakteristik Perumusan Masalah yang Baik
Perumusan masalah yang efektif memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a) Dirumuskan dengan jelas, spesifik, dan tidak ambigu.
b) Berbentuk pertanyaan yang sistematis dan logis.
c) Dapat diuji secara ilmiah dan empiris.
d) Menunjukkan keterkaitan antara variabel yang diteliti.
e) Relevan dengan latar belakang masalah penelitian.
Rumusan masalah dalam penelitian umumnya berbentuk pertanyaan yang berkaitan dengan satu variabel atau hubungan antarvariabel yang akan dianalisis. Suatu pertanyaan penelitian dianggap penting jika jawabannya dapat memberikan pemahaman tentang hubungan antara variabel yang sedang dikaji.
Ada tiga klasifikasi dari tipe masalah dalam penelitian kuantitatif yaitu masalah deskriptif, relational (terdiri dari hubungan masalah asosiasi dan masalah hubungan kausal) dan komparatif. Setiap tipe masalah memiliki bentuk perumusan yang berbeda agar sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Bentuk-bentuk perumusan sebagaimana tampak pada gambar berikut ini:
Gambar 3.1 Bentuk-Bentuk Perumusan Masalah BENTUK
BENTUK PERUMUSAN
MASALAH
Perumusan masalah DESKRIPTIF Perumusan
masalah KOMPARATIF
Perumusan masalah ASOSIATIF
Bentuk SIMETRIS
Bentuk KASUAL Bentuk INTERAKTIF
6 a) Perumusan Masalah Deskriptif
Perumusan masalah deskriptif merupakan permasalahan yang diteliti dalam penelitian deskriptif. Perumusan ini berkaitan dengan pertanyaan mengenai keberadaan suatu variabel secara mandiri, baik satu variabel maupun lebih, tanpa mencari keterkaitan variabel tersebut dengan variabel lainnya.
Terdapat dua jenis perumusan masalah deskriptif, yaitu yang berfokus pada karakteristik serta yang berkaitan dengan frekuensi suatu populasi atau fenomena.
Pertanyaan penelitian deskriptif dapat berkaitan dengan karakteristik maupun frekuensi suatu populasi.
Contoh pertanyaan yang berhubungan dengan karakteristik:
Apa saja ciri-ciri masyarakat primitif?
Bagaimana karakteristik perusahaan konsinyasi?
Contoh pertanyaan yang berhubungan dengan frekuensi populasi:
Bagaimana pandangan masyarakat terhadap pembuangan limbah oleh Perusahaan X?
Seberapa baik kinerja Perusahaan X berdasarkan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)?
b) Perumusan Masalah Komperatif
Perumusan masalah komparatif merupakan penelitian yang membandingkan keberadaan satu atau lebih variabel dalam dua atau lebih sampel yang berbeda, atau dalam periode waktu yang berbeda.
Penelitian ini memiliki dua jenis pendekatan, yaitu perbedaan yang terkait dengan variabel atau objek penelitian dan perbedaan yang berkaitan dengan kelompok atau subjek penelitian.
Contoh pertanyaan penelitian komparatif:
Apakah terdapat perbedaan dalam praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur selama tahun 2010, 2011, dan 2012?
Apakah terdapat perbedaan dalam voluntary disclosure antara perusahaan swasta dan perusahaan BUMN?
7 c) Perumusan Masalah Asosiatif
Menghubungkan suatu permasalahan dengan permasalahan lainnya merupakan aspek penting dalam penelitian kuantitatif. Peneliti dapat mengaitkan satu masalah dengan masalah lain, beberapa masalah dengan satu masalah lain, atau bahkan beberapa masalah dengan beberapa masalah lainnya. Jika hubungan terjadi antara dua variabel, maka disebut hubungan bivariate. Sementara itu, jika melibatkan beberapa variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya, maka disebut hubungan multivariate.
Perumusan masalah ini berfokus pada hubungan antara dua atau lebih variabel tanpa meneliti pengaruhnya. Terdapat tiga jenis hubungan dalam penelitian ini, yaitu: hubungan simetris/Asosiasi, kausal dan interaktif/ prediktif.
a) Bentuk Simetris
Hubungan simetris, atau sering disebut hubungan asosiasi atau sejajar, merupakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang muncul bersamaan tanpa adanya pengaruh satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah suatu variabel memiliki keterkaitan dengan variabel lain, tanpa menentukan hubungan sebab akibat.
Contoh:
Apakah terdapat hubungan antara tingkat inflasi dan perataan laba?
Apakah terdapat hubungan antara timeliness dan closing entries?
b) Bentuk Kausal
Hubungan kausal merupakan hubungan sebab-akibat, di mana terdapat variabel independen (yang mempengaruhi) dan variabel dependen (yang dipengaruhi).
Contoh:
Apakah perataan laba berpengaruh terhadap respons pasar?
Apakah pengungkapan sukarela dan CSR mempengaruhi respons pasar?
8
c) Bentuk Interaktif (Resiprokal/Timbal Balik)
Hubungan interaktif adalah hubungan di mana kedua variabel saling mempengaruhi, sehingga tidak dapat ditentukan mana yang menjadi variabel independen atau dependen.
Contoh:
Hubungan antara harga saham dan retur saham.
Hubungan antara timeliness dan kualitas auditor.
Setelah merumuskan pertanyaan penelitian berdasarkan fenomena atau research gap yang diidentifikasi dalam latar belakang, langkah berikutnya adalah menetapkan batasan penelitian.
Pembatasan masalah dapat dilakukan berdasarkan beberapa aspek, seperti responden, periode waktu, atau variabel yang diteliti. Tujuan pembatasan ini adalah untuk memastikan penelitian tetap fokus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, pembatasan masalah juga membantu peneliti dalam menentukan proksi yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian.
D. Tujuan Penelitian
Setiap persoalan yang diajukan dalam penelitian akan mengarah pada tujuan penelitian yang ingin dicapai. Oleh karena itu, salah satu pendekatan untuk memahami suatu masalah adalah dengan melalui tujuan penelitian.
Tujuan penelitian perlu disesuaikan dengan desain penelitian untuk menjawab persoalan yang diajukan. Keterkaitan antara pertanyaan penelitian dan tujuan yang ingin dicapai dapat dilihat melalui dua komponen utama, yaitu perumusan masalah dan tujuan penelitian.
Berikut adalah contoh kesesuaian antara perumusan masalah dengan tujuan penelitian tentang hubungan yang bersifat sebab akibat.
9
PERUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN
Apakah terdapat hubungan antara tingkat inflasi dengan perataan laba
Untuk menganalisis hubungan antara tingkat inflasi dengan perataan laba Apakah teerdapat pengaruh perataan
laba terhadap respon pasar
Untuk menganalisis pengaruh perataan laba terhadap respon pasar Tabel 4.1 Kesesuaian antara Perumusan Masalah dengan Tujuan Penelitian
E. Memilih Permasalahan Penelitian
Setelah masalah ditemukan, itu belum tentu menjamin bahwa masalah tersebut cocok dan pantas untuk diteliti. Sering kali, dalam proses identifikasi atau pencarian masalah penelitian, ditemukan lebih dari satu masalah. Dari masalah-masalah tersebut, perlu dipilih mana yang paling relevan dan sesuai untuk dijadikan objek penelitian. Jika hanya ada satu masalah yang ditemukan, masalah tersebut harus tetap dievaluasi kelayakan dan kesesuaiannya untuk diteliti. Menurut Suryabrata (2006: 15-17), terdapat dua arah yang digunakan untuk memilih atau menentukan apakah suatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti, yaitu:
1. Pertimbangan dari Arah Masalahnya
Dari sudut pandang ini, pertimbangan akan didasarkan pada sejauh mana penelitian mengenai masalah tersebut dapat berkontribusi terhadap pengembangan teori dalam bidang terkait, dengan memperhatikan dasar teori yang digunakan dan pemecahan masalah praktis. Kelayakan atau ketidaksesuaian penelitian akan berbeda-beda tergantung pada konteksnya. Oleh karena itu, tidak ada kriteria yang baku dan keputusan akan bergantung pada kemampuan calon peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh dan mempertimbangkan dampak jangka panjang.
2. Pertimbangan dari Arah Calon Peneliti
Kesesuaian suatu masalah untuk diteliti bergantung pada apakah masalah tersebut dapat dikelola (manageable) oleh calon peneliti.
10
Kemampuan untuk mengelola masalah ini terutama dapat dilihat dari lima aspek, yaitu:
a. Ketersediaan dana
b. Waktu yang dapat dialokasikan c. Alat dan perlengkapan yang tersedia d. Pengetahuan teoritis yang dimiliki e. Penguasaan metode yang diperlukan
Setiap calon peneliti perlu mempertimbangkan apakah masalah yang akan diteliti sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya berdasarkan kelima aspek tersebut. Jika tidak, lebih baik memilih masalah lain atau memodifikasi masalah tersebut agar sesuai dengan kapasitas dirinya.
Hal ini ditekankan oleh Notohadiprawiro (2006), yang mengatakan bahwa ada beberapa pertimbangan dalam memilih masalah yang dibagi menjadi tiga hal, sebagai berikut.
a. Pertimbangan Ilmiah
Apakah masalah tersebut dapat diteliti secara ilmiah?
Artinya, masalah tersebut harus memiliki realitas yang bisa diamati dan datanya tersedia serta dapat dikumpulkan.
Apakah masalah tersebut memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan?
Metode apa yang tepat untuk meneliti masalah tersebut?
b. Pertimbangan Non-Ilmiah
Apakah hasil penelitian memberikan manfaat bagi kepentingan praktis atau masyarakat?
Apakah masalah tersebut terlalu peka untuk diteliti c. Pertimbangan Peneliti
Penguasaan teori dan metodologi
Minat peneliti terhadap masalah
Kemampuan pengumpulan dan analisis data
Ketersediaan waktu, dana dan sumber daya.
11
F. Perbedaan Masalah dan Rumusan Masalah
Masalah dan rumusan masalah merupakan dua konsep penting dalam penelitian yang saling berkaitan. Namun, keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. Masalah dalam penelitian merujuk pada adanya kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi nyata yang terjadi. Dengan kata lain, masalah muncul ketika terdapat penyimpangan antara apa yang seharusnya terjadi dan apa yang terjadi di lapangan. Masalah penelitian juga dapat dipahami sebagai suatu persoalan atau ketidaksesuaian yang mendorong peneliti untuk mencari jawaban atau solusi (Mahdiyah, 2016). Di sisi lain, rumusan masalah adalah pertanyaan spesifik yang disusun berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi. Pertanyaan ini bertujuan untuk mencari jawaban melalui proses pengumpulan dan analisis data dalam penelitian. Dengan demikian, setiap rumusan masalah harus berlandaskan pada masalah yang telah ditemukan sebelumnya.
Perbedaan utama antara masalah penelitian dan rumusan masalah terletak pada sifatnya. Masalah penelitian merupakan pernyataan umum yang menjelaskan fenomena atau isu yang menjadi fokus penelitian. Sementara itu, rumusan masalah adalah pertanyaan terperinci yang membantu peneliti memfokuskan penelitian serta memberikan arah yang lebih jelas dalam pelaksanaannya. Contoh Perbedaan Masalah Penelitian dan Rumusan Masalah:
a) Masalah penelitian: Perubahan iklim mengancam keberlanjutan pertanian di wilayah Lampung. Pernyataan ini mengidentifikasi isu secara umum, yaitu dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian di Lampung.
b) Rumusan masalah: Bagaimana perubahan pola hujan akibat perubahan iklim mempengaruhi produksi padi di wilayah Lampung?
Rumusan masalah ini lebih spesifik karena menyoroti dampak perubahan pola hujan terhadap produksi padi, yang merupakan bagian dari isu perubahan iklim dalam konteks pertanian.
12 BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah penelitian dapat muncul dari berbagai sumber, seperti kesenjangan antara harapan dan kenyataan, perbedaan antara teori dan praktik, serta berbagai tantangan di lapangan. Oleh karena itu, seorang peneliti harus mampu mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fenomena bisnis, kesenjangan penelitian (research gap), dan keterbatasan teori (theory gap) agar penelitian yang dilakukan memiliki landasan yang kuat.
Setelah masalah diidentifikasi, perumusan masalah menjadi langkah penting yang harus dilakukan secara jelas, spesifik, dan sistematis.
Perumusan masalah dapat berbentuk deskriptif, komparatif, atau asosiatif, sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Selain itu, pemilihan masalah penelitian harus mempertimbangkan aspek ilmiah, manfaat praktis, serta kemampuan peneliti dalam mengelola sumber daya yang tersedia, seperti waktu, dana, dan alat penelitian.
Dengan pemilihan dan perumusan masalah yang tepat, penelitian dapat dilakukan secara efektif dan menghasilkan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta penyelesaian permasalahan di bidang yang diteliti.
B. Saran
Kami berharap para pembaca dapat memahami mengenai Jenis-Jenis Penelitian, karena hal tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan kita. Kami sadar dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk lebih meningkatkan isi dari makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Mahdiyah. 2016. Studi Mandiri dan Seminar Proposal Penelitian.Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Abdullah, K., Jannah, M., Alman, U., Hasda, S., Fadilla, Z., taqwin, y otros.
(2022). METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF. (N. Saputra, Ed.) Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Arifin, Z. (2020). METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN. Al-Hikmah, 1(1).
Mustafa, P. S., & dkk. (2022). METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF, DAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM PENDIDIKAN OLAHRAGA. Insight Mediatama.
Paramita, R. W., Rizal, N., & Sulistyan, R. B. (2021). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jawa Timur: Widya Gama Press.
Priyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Zifatama Publishing.
Rahmadi. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian. In Antasari Press.
Siyoto, S., & Sodik, M. a. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.
Soewandi, H. (1996). Nalar, Kontemplasi dan Realitas. Bandung: Mizan.
Sudjarwo. (2001). Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Mandar Maju.
Sugiyono. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
.