1
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 MAKASSAR
SKRIPSI
BONEFASIUS BOLI BEDA NIM 4509102090
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2018
i
KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
BONEFASIUS BOLI BEDA NIM 4509102090
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2018
iv
iv
BONEFASIUS BOLI BEDA, 2017. Kemampuan Menulis Karangan Narasi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar (Dibimbing oleh Muhammad Bakri dan Lutfin Ahmad).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau memperoleh data dan gambaran yang jelas dan lingkap mengenai kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah siswa sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas sebanyak 31 orang siswa sampel atau 96.875%
dan jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah 75 sebanyak 1 orang atau 3.125%. Jadi, nilai perolehan siswa tersebut jika dihubingkan dengan interval ketuntasan minimal secara klasikal, yaitu 85% ke atas dari jumlah siswa sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas dinyatakan mampuh. Jadi, kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar dalam menulis karangan narasi ekspositoris dinyatakan mampu karena mencapai di atas 85% dari jumlah keseluruhan siswa sampel.
Kata kunci : Menulis,Narasi,Siswa
v
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... . iv
DAFTAR ISI ... . v
KATA PENGANTAR ... vii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakang... 1
B. RumusanMasalah ... 3
C. TujuanPenelitian ... 3
D. ManfaatPenelitian ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Keterampilan Menulis ... 5
1. Tujuan Menulis ... 7
2. Fungsi Menulis ... 9
3. Jenis-Jenis Menulis ... 13
B. Kerangka Pikir ... 21
BAB III. METODEPENELITIAN ... 23
A. Jenis Penelitian ... 23
B. Lokasi Penelitian ... 23
C. VariabelPenelitian ... 23
D. PopulasidanSampel... 23
E. InstrumenPenelitian ... 24
F. TeknikPengumpulan Data ... 24
G. TeknikAnalisis Data ... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 27
B. Pembahasan Penelitian ……… 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 33
B. Saran ……… 33
DAFTAR PUSTAKA ………. 34
LAMPIRAN ……….. 35
RIWAYAT HIDUP ……….. 37
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa., karena telah memberikan rahmat dan kasih-Nya kepada penulis sehingga skiripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Saatra Indonesia.
Penyelesaian dan tugas akhir ini penuh dengan perjuangan dan doa, tidak terlepas dari bantuan serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis mengucapakan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Saleh Pallu, M.Eng. sebagai Rektor Universitas Bosowa Makassar yang telah menfasilitasi sarana dan prasarana sehingga kami dapat melaksanakan perkuliahan dengan baik sampai selesai.
2. Dr. Mas’ud Muhammadiah, M.Si. sebagai dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar yang telah menfasilitasi perkuliahan dan memberikan pelayanan yang maksimal.
3. Drs. Lutfin Ahmad, M.Hum. dan M. Ridwan, S.Pd., M.Pd. sebagai Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar yang telah banyak memberikan pelayanan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan studi dengan tepat waktu.
4. Dr. Muhammad Bakri, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus sebagai pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, dan petunjik-petunjuk dalam tahap penyelesaian, serta memberikan pelayanan maksimal sesuai dengan kebutuhan peneliti.
5. Drs. Lutfin Ahmad, M.Hum. sebagai pembimbing II yang telah rela meluangkan waktu dengan penuh ketulusan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Para dosen dan seluruh staf pegawai Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan bantuan berupa pikiran terhadap penulis sehingga dapat mencapai tahap akhir.
7. Teman-teman mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2009.
8. Kepada seluruh keluarga terutama kedua orang-tua tercinta Ayahanda Simon Sili Laga dan Ibunda Susana Surat Lelan untuk semua pengorbanan dan jerih payah yang tidak terhingga kepada penulis.
Semoga semua bantuan dan kebaikan mendapat limpahan rahmat oleh Tuhan yang Maha Esa. Penulis menyadari meskipun skipsi ini telah dibuat dengan usaha maksimal tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk penyempurnaan skiripsi ini senantiasa penulis harapkan. Penulis mengharapkan skiripsi yang sederhana ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis dan pembaca.
Makassar, 27 Maret 2018
Penulis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Menurut Sugihastuti (2000: 8), bahasa sebagai alat komunikasi, tentu bukanlah hal yang baru dalam kehidupan manusia. Setiap manusia beraktivitas pasti memahami dan menggunakan bahasa tertentu. Jadi, dapat dinyatakan bahwa bahasa merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak berarti apa-apa di hadapan orang lain. Orang lain tidak mungkin memahami siapa, apa, dan bagaimana keadaan orang tanpa lewat bahasa sebagai mediumnya. Namun, ketika orang diajak untuk mendefenisikan apa itu bahasa, ternyata tidak semua penutur bahasa dapat menjelaskan dengan baik.
Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek penting, yaitu (1) keterampilan mendengar, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Kemampuan berbahasa ini berhubungan erat dalam usaha seseorang memperoleh kemampuan berbahasa yang baik. Berbagai usaha dilakukan untuk membina dan mengembangkan bahasa agar benar-benar memenuhi fungsinya.
Menulis adalah kegiatan menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa melalui tulisan, dengan maksud dan pertimbangan tertentu untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki (Rahardi, 2003: 39). Di dalam dunia pendidikan, menulis akan tetap berharga sebab menulis membantu seseorang berpikir lebih mudah. Menulis adalah suatu alat yang sangat
ampuh dalam belajar yang dengan sendirinya memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Menulis sebagai suatu rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis kepada pembaca, untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang. Mengarang adalah menulis dan menyusun sebuah cerita, buku sajak dan sebagainya.
Keterampilan menulis sangat penting bagi setiap siswa. Penulis perlu memiliki banyak ide, ilmu pengetahuan, dan pengalaman hidup. Hal ini merupakan modal dasar yang harus dimiliki dalam kegiatan menulis.
Disamping modal dasar itu, seorang penulis harus menguasai banyak perbendaharaan kata untuk menyampaikan ide-ide, pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki.
Tujuan utama menulis adalah sebagai alat komunikasi secara langsung. Penulis dan pembaca dapat berkomunikasi melalui tulisan. Pada prinsipnya, menulis adalah menyampaikan pesan penulis kepada pembaca memahami maksud yang dituangkan atau maksud yang disampaikan melalui tulisan tersebut. Mengingat proses komunikasi tersebut dilakukan secara tidak langsung, tidak melalui tatap muka antara pembaca dan penulis, isi tulisan dan lambang grafik yang dipergunakan harus benar-benar jelas. Isi tulisan dan lambang grafik tersebut harus dapat dipahami oleh penulis dan pembaca. Hal ini bertujuan agar tulisan tersebut dapat berfungsi sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis.
3 Menulis atau mengarang merupakan suatu proses yang menggunakan lambang-lambang atau sejumlah huruf untuk menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan serta dapat menampung aspirasi atau makna yang ingin disalurkan kepada orang lain. Pesan yang ingin disampaikan itu dapat berupa tulisan yang dapat menghibur, memberi informasi, memengaruhi, dan menambah pengetahuan. Hasil kegiatan mengarang seperti ini dapat berwujud karangan argumentasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi. Karangan narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu (Semi, 1990:32).
Alasan penulis mengambil judul kemampuan menulis karangan narasi yaitu untuk mengetahui tingkat Kemampuan Menulis Karangan Narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dirumuskan masalah yaitu bagaimanakah Kemampuan Menulis Karangan Narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan Kemampuan Menulis Karangan Narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan mutu pendidikan Menulis Karangan Narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar.
2. Manfaat Teoretis
Penelitian ini berguna untuk menyumbangkan pemikiran, inovasi kemampuan menulis karangan narasi. Di samping itu juga, bagi dosen dan calon guru bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam proses pembelajaran mahasiswa dapat mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan narasi.
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis
Pada hakikatnya menulis merupakan kegiatan menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa melalui tulisan, dengan maksud dan pertimbangan tertentu untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki Rahardi dalam Kusumaningsih (2003: 39). Di dalam dunia pendidikan menulis akan tetap berharga sebab menulis dapat membantu seseorang untuk berpikir lebih mudah. Di sisi lain menulis juga dapat diartikan sebagai suatu alat yang sangat ampuh dalam belajar yang dengan sendirinya memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Menulis memang suatu bentuk berpikir, tetapi ia adalah berpikir untuk penanggap tertentu dan untuk situasi tertentu pula (Fachruddin, 1988: 1).
Menurutnya ada beberapa unsur dalam menulis yaitu, penemuan, penataan, dan gaya. Ketiga unsur penting tersebut akan banyak membantu dalam usaha mencapai tujuan sipenulis. Akhadiah (1997) menyatakan bahwa menulis adalah suatu kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya karena menulis itu sulit, kegiatan menulis perlu mendapatkan bimbingan dari guru. Ada juga pengertian lain tentang menulis menurut para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Moeliono, (1998: 390).
Menulis sebagai suatu rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan mengungkapkan melalui bahasa tulis kepada pembaca, untuk memahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang. Mengararang
adalah menulis dan menyusun sebuah cerita, buku, sajak, dan sebagainya (Moeliono, 1998: 390). Keterampilan menulis sangat penting bagi setiap siswa. Penulis perlu memiliki banyak ide, ilmu pengetahuan, dan pengalaman hidup. Hal ini merupakan modal dasar yang harus dimiliki dalam kegiatan menulis.
Di samping modal dasar itu, seorang penulis harus menguasai banyak perbendaharaan kata untuk menyampaikan ide-ide, pengetahuan, serta pengalaman yang dimiliki. Mengarang atau menulis merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan pengalaman hidupnya dalam hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan bisa dipahami orang lain (Marwoto, 1987: 12). Mengarang adalah kegiatan yang sangat kompleks dalam pengertian melibatkan cara berpikir yang teratur dan kemampuan mengungkapkan dalam bentuk bahasa tertulis dengan memperhatikan beberapa syarat, antara lain:
a. Kesatuan gagasan atau ide yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh penulis.
b. Kemampuan menuangkan gagasan kedalam kalimat yang jelas dan efektif.
c. Kecakapan menyusun paragraf.
d. Kekayaan bahasa atau kosa kata yang diperlukan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan sebuah metode terbaik untuk mengembangkan kemampuan di dalam menggunakan bahasa.
7 1. Tujuan Menulis
Dari berbagai pandangan para ahli di atas semuanya bertujuan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Penulis dan pembaca dapat berkomunikasi melalui tulisan. Pada prinsipnya menulis adalah menyampaikan pesan penulis kepada pembaca sehingga pembaca memahami maksud yang dituangkan atau maksud yang disampaikan melalui tulisan tersebut.
Mengingat proses komunikasi tersebut dilakukan secara tidak langsung tidak melalui tatap muka antara pembaca dan penulis, isi tulisan dan lambang grafik yang dipergunakan harus benar-benar jelas. Hal ini bertujuan agar tulisan tersebut dapat berfungsi sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis.
Pada dasarnya orang yang menulis mempunyai tujuan atau maksud tertentu. Hal ini selaras dengan pendapat Tarigan (1993: 24-25) menyebutkan bahwa pada hakikatnya menulis mempunyai tujuan seperti berikut ini.
a. Tujuan penugasan (assigment purpose)
Penulis tidak memiliki tujuan, untuk apa dia menulis, tanpa mengetahui tujuanya. Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas keinginannya.
Misalnya siswa ditugaskan untuk merangkum sebuah buku.
b. Tujuan altruistik (altruistic purpose)
Kata altruistik mempunyai arti mendahulukan kepentingan orang lain.
Jadi, tujuan altruistik pada dasarnya penulis ingin menolong para pembaca untuk memahami suatu masalah atau peristiwa, dan membuat hidup para pembaca lebih mudah melalui tulisan tersebut. Dalam hal ini penulis harus benar-benar dapat mengomunikasikan suatu ide atau pendapatnya melalui tulisan untuk kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistik tercapai. Misalnya, artikel tentang problematika keluarga, tips-tips perawatan tubuh kecantikan, memasak, dan lain-lain yang ada di dalam tabloit tertentu.
c. Tujuan persuasif (persuasive purpose)
Penulis bertujuan memengaruhi agar para pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan oleh penulis. Tulisan semacam ini banyak digunakan oleh para penulis untuk menawarkan sebuah produksi barang dagangan ataukegiatan politik. Misalnya: ceramah poloitik, ceramah agama, dan lain-lain.
d. Tujuan informasional atau tujuan penerangan (informational purpose) Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberikan informasi atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis berusaha menyampaikan informasi agar menjadi lebih tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis. Misalnya undang-undang atau peraturan lalu lintas kemudian diberikan petunjuk pelaksanaannya.
9 e. Tujuan menyatakan diri (self expresive purpose)
Penulis berusaha memperkenalkan diri atau menyatakan dirinya sendiri kepada pembaca dapat memahami “siapa” sebenarnya sang penulis itu. Misalnya: biografi, puisi, dan lain sebagainya.
f. Tujuan kreatif (creative purpose)
Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Misalnya: seni lukis, menciptakan sesuatu yang baru, seni tari.
g. Tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose)
Penulis berusaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi.
Misalnya penelitian dalam bentuk skripsi, tesis, atau disertasi. Ada lima tujuan utama dalam menulis yaitu:
a. Tujuan menghibur: penulis bermaksud menghibur kepada pembaca sehingga pembaca merasa senang dan mengurangi kesedihan dari pembacanya.
b. Tujuan meyakinkan dan berdaya bujuk: karangan atau tulisan yang bertujuan meyakinkan dan berdaya bujuk termuat dalam isi.
c. Tujuan penerangan: isi karangan memberi keterangan (informasi tentang segala hal kepada pembaca dan bersifat inovatif).
d. Tujuan pernyataan diri: pernyataan diri ini bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri.
e. Tujuan kreatif: tujuan kreatif ini berkaitan erat dengan tujuan penyataan diri mengarah pada pencapaian nilai-nilai artistik.
2. Fungsi Menulis
Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Dengan menulis memudahkan kita mersakan dan menikmati
hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, dapat menyumbangkan kecerdasan.
Bernard Percy mengemukakan secara rinci fungsi menulis adalah:
sarana untuk mengungkapkan diri yaitu untuk mengungkapkan perasaan hati seperti kegelisahan, keinginan amarah. Menulis sebagai sarana pemahaman artinya dengan menulis seseorang bisa mengikat kuat suatu ilmu pengetahuan (menancapkan pemahaman) ke dalam otaknya. Menulis dapat membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri artinya dengan menulis bisa melejitkan perasaan harga diri yang semula rendah degan menulis dapat meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan artinya orang yang menulis selalu dituntut untuk terus menerus belajar sehingga pengetahuannya menjadi luas.
Menulis dapat meningkatkan keterlibatan secara bersemangat bukannya penerimaan yang pasrah, artinya dengan menulis seseorang akan menjadi peka terhadap apa yang tidak benar disekitarnya sehingga ia menjadi seoarang yang kreatif. Menulis mampu mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa artinya dengan menulis seseorang akan selalu berusaha memilih bentuk bahasa yang tepat dan menggunakannya dengan tepat pula.
Menyusun sebuah tulisan atau mengarang terlebih dahulu menentukan ide tau gagasan. Beberapa langkah untuk menentukan sebuah karangan yaitu menentukan tema atau topik, menentukan tujuan,
11 mengumpulkan data (bahan), menyusun kerangka karangan, mengembangkan kerangka menjadi paragraf serta pemberian judul karangan sesuai isi karangan (Keraf, 1997: 132).
a. Menentukan tema
Pengertian tema dapat dibatasi sebagai suatu perumusan dan topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik (Keraf, 1997).
b. Menentukan tujuan
Topik dapat diartikan pula dengan tema. Pembatasan topik belum sendirinya membatasi maksud (tujuan) pengarang. Pembatasan merupakan suatu rancangan menyeluruh yang memungkinkan penulis bergerak bebas dalam batas-batas tertentu, seperti halnya dalam pembatasan topik, pembatasan maksud juga akan menentukan bahan mana yang diperlukan dan cara mana yang paling baik bagi penyusunan karangan itu.
c. Mengumpulkan data (bahan)
Dalam mengumpulkan bahan dapat diperoleh dan pengalaman penulis, buku bacaan, wawancara atau melakukan pengamatan, dan sebagainya.
d. Menyusun kerangka karangan
Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis- garis besar dan suatu karangan yang akan digarap. Kerangka karangan
menjamin suatu penyusunan yang logis dan teratur. Adapun manfaat kerangka karangan yaitu: (1) untuk melihat wujud gagasan-gagasan yang tertuang apakah sudah disajikan dengan tepat, baik, dan terperinci, (2) untuk memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda, (3) untuk menghindari topik sampai dua kali, dan (4) memudahkan penulis mencari materi pembantu.
Cara menyusun kerangka karangan: (1) merumuskan tema berdasarkan topik dan tujuan, (2) mengelompokan topik-topik yang sejenis, (3) mengevaluasi topik-topik tersedia agar tidak memiliki kesamaan dan tumpang tindih, dan (4) menentukan sebuah pula penyusunan kalimat yang paling cocok untuk mengurutkan suatu perincian.
e. Mengembangkan kerangka menjadi paragraf
Sebuah alinea yang baik dan efektif harus memenuhi dua syarat yaitu:
(1) kesatuan, semua unsur yang terdapat dalam alinea itu harus menunjang sebuah maksud yang tunggal atau sebuah tema tunggal yaitu hal yang disampaikan, dan (2) koherensi (kepaduan yang baik), kepaduan yang baik akan terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat pembina alinea itu baik, wajar dan mudah dipahami tanpa kesulitan.
f. Pemberian judul karangan sesuai isi karangan
Judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca. Kriteria judul yang baik adalah (1) judul harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya atau ada pertalian dengan beberapa bagian yang penting
13 dan tema tersebut, (2) judul harus provokatif, judul harus menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi karangan itu, dan (3) judul harus singkat, judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang tetapi harus berbentuk kata.
3. Jenis-Jenis Menulis
Secara umum tulisan atau wacana dapat dikembangkan dalam empat bentuk, yaitu (1) eksposisi, (2) deskripsi, (3) argumentasi, dan (4) narasi.
a. Eksposisi
Eksposisi adalah tulisan yang menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu. Eksposisi biasanya dikembangkan dengan susunan logis dengan pola pengembangan seperti definisi, klasifikasi, ilustrasi, perbandingan, pertentangan, dan analisis fungsional.
Pola pengembangan karangan eksposisi bisa bermacam-macam, di antaranya pola pengembangan proses. Paragraf proses itu menyangkut jawaban atas pertanyaan bagaimana bekerjanya, bagaimana mengerjakan hal itu (membuat hal ini), bagaimana barang itu disusun, bagaimana hal itu terjadi. Berikut langkah penulisannya :
1. Penulis harus mengetahui perincian secara menyeluruh.
2. Membagi perincian atas tahap tahap kejadiannya. Bila tahap-tahap kejadian ini berlangsung dalam waktu yang berlainan, penulis harus memisahkan dan mengurutkannya secara kronologis.
b. Deskripsi
Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sensivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan atau mengalami langsung objek tersebut.
Karangan deskripsi adalah suatu tulisan atau karangan yang menggambarkan atau memaparkan suatu objek, lokasi, keadaan atau benda dengan kata-kata. Biasanya apa yang kita gambarkan dalam karangan kita merupakan hasil pengamatan panca indra kita.
c. Argumentasi
Argumentasi adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis.
Argumentasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk[butuh rujukan]
pembaca. Dalam penulisan argumentasi isi dapat berupa penjelasan, pembuktian, alasan, maupun ulasan obyektif dimana disertakan contoh, analogi, dan sebab akibat. Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
d. Persuasif
Persuasif adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya.
Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.
15 Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan. Paragraf persuasi bertujuan untuk membujuk pembaca agar mau melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh penulis. Agar pembaca menjadi terpengaruh, maka penulis harus melampirkan bukti dan data-data pendukung.
Dalam paragraf persuasi, terdapat kata ajakan seperti ayo atau mari.
Propaganda yang dilakukan oleh berbagai lembaga, badan, maupun organisasi; iklan yang disampaikan dalam berbagai media untuk menarik perhatian konsumen dan mempromosikan suatu produk adalah contoh dari paragraf persuasi.
e. Narasi
Paragraf Narasi adalah sebuah karangan yang menceritakan suatu rangkaian kejadian yang disusun secara urut sesuai dengan urutan waktu.
Jadi Narasi merupakan sebuah karangan yang dibuat berdasarkan urutan waktu kejadian. Beberapa ciri-ciri narasi diantaranya adalah:
1) Adanya unsur perbuatan atau tindakan 2) Adanya unsur rangkaian cerita
3) Adanya sudut pandang pengarang
4) Adanya keterangan nama tokoh dalam cerita
5) Adanya keterangan yang menjelaskan latar kejadian peristiwa 6) Unsur pikiran lebih tajam dibandingkan unsur perasaan
7) Menggunakan bahasa sehari-hari
Narasi adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.
Narasi atau kisahan merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Paragraf narasi itu dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca atau pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang dialami oleh penulisnya. Narasi lebih menekankan pada dimensi waktu dan adanya konflik. Di sisi lain, narasi juga dapat diartikan sebagai bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu (Semi, 1990: 32). Sebagai suatu cerita, narasi bermaksud memberitahukan apa yang diketahui dan dialami kepada pembaca atau pendengar agar dapat merasakan dan mengetahui peristiwa tersebut dan menimbulkan kesan di hatinya, baik berupa kesan tentang isi kejadian maupun kesan estetik yang disebabkan oleh cara penyampaian yang bersifat sastra dengan menggunakan figuratif (Semi, 1995: 33).
Selanjutnya, Keraf (1987: 136) mengatakan karangan narasi merupakan suatu bentuk karangan yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu.
Pada dasarnya narasi mempunyai ciri sebagai berikut: (1) berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia, (2) kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa imajinasi semata-mata, atau gabungan keduanya, (3) berdasarkan konflik agar menarik, (4) memiliki estetika karena
17 isi dan penyampaiannya bersifat sastra, khususnya narasi yang berbentuk fiksi, (5) menekankan susuanan kronologis, (6) biasanya memiliki dialog (Semi, 2003: 31).
Narasi ini mempunyai kesamaan dengan deskripsi, yang membedakan adalah narasi mengandung unsur imaji dan peristiwa lebih ditekankan kepada urutan kronologi, sedangkan deskripsi unsur imajinasinya terbatas dan penekanan organisasi penyampaian pada susunan ruang, sebagaimana yang diamati, dirasakan, dan didengar (Semi, 1990: 36).
Menurut Semi (2003: 30), tulisan narasi biasanya mempunyai pola.
Pola sederhana berupa awal peristiwa, tengah peristiwa, dan akhir peristiwa.
Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca dan mengiring pembaca pada kondisi ingin tahu kejadian selanjutnya. Bagian tengah merupakan bagian yang menjelaskan secara panjang lebar tentang peristiwa. Di bagian ini penulis memunculkan suatu konflik kemudian konflik tersebut diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konflik timbul dan menuju klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Bagian terakhir ini konfliknya mulai menuju ke arah tertentu. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada bagian diceritakan dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan tulisan dengan teknik narasi dilakukan dengan mengemukakan rangkaian peristiwa yang terjadi secara kronologis. Dalam karangan ini bagian-bagian karangan disajikan sesuai dengan kejadian dalam waktu tertentu. Langkah- langkah Menulis karangan Narasi:
1. Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan 2. Tetapkan sasaran pembaca
3. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.
4. Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.
5. Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.
6. Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang 7. Mengerti aturan tanda bacanya dalam kalimat tersebut.
Menurut Keraf (1997: 133-139) narasi dibedakan menjadi dua yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
1) Narasi Ekspositoris
Narasi Ekspositoris adalah paragraf yang bertujuan menyampaikan informasi yang menggambarkan suatu kejadian secara tepat dan bersifat memperluas pengetahuan pembaca.
Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa. Sebuah narasi mengenai berlangsungnya suatu pemogokan buruh di suatu perusahan untuk menuntut kenaikan gaji, suatu narasi yang
19 ditampilkan oleh seorang penuntut umum di depan pengadilan mengenai bagaimana berlangsungnya suatu pembunuhan, semuanya berusaha menyampaikan informasi kepada para pembaca atau pendengar mengenai kejadian itu, supaya merekapun tahu mengenai peristiwa itu secara tepat.
Sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap- tahap kejadian, rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar.
Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak perduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan.
Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang, maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Misalnya suatu wacana naratif yang menceritakan bagaimana seorang membangun sebuah kapal dengan mempergunakan bahan fero-semen, dan sebagainya. Semua narasi disebutkan itu adalah narasi yang bersifat generalisasi. Narasi itu menyampaikan proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat dilakukan berulang kali.
Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceriterakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali.
Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu
saja. Narasi mengenai pengalaman seseorang yang pertama kali mengarungi samudra luas, pengalaman seorang gadis yang pertama kali menerima curahan kasih dari seorang pria idamannya, peristiwa pembunuhan atas diri Sarilita, semuanya merupakan peristiwa yang khas yang dikisahkan dalam sebuah narasi yang khusus.
Pokok-pokok perbedaan seperti yang dikemukakan di atas merupakan garis yang ekstrim antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Antara kedua ekstrim itu masih terdapat percampuran-percampuran, dari narasi ekspositoris yang murni berangsur-angsur mengandung ciri-ciri narasi sugestif yang semakin meningkat hingga ke narasi sugestif yang murni.
a) Cirri-Ciri Narasi Ekspositoris
Narasi Ekspositoris memiliki ciri seperti berikut ini.
a. Memperluas pengetahuan
b. Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian
c. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional d. Bahasa lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada
pengggunaan kata-kata denotatif.
b) Contoh Narasi Ekspositoris
Waktu itu aku kira-kira berumur tujuh tahun saat masih duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar, sebuah lembaga pendidikan tempatku menimba ilmu selama enam tahun. Pagi itu terlihat biasa saja dengan rutinitasku setiap pagi sebagai seorang siswa. Aku bangun jam lima pagi.
Hari itu Jum’at, hari di mana sekolahku secara rutin mengadakan kegiatan jalan sehat, hal yang kurang kuminati. Hanya saja aku tak dapat menghindar.
21 Setelah selesai mempersiapkan diri, aku segera pergi ke sekolah. Tetapi pagi itu matahari seolah-olah enggan untuk menampakkan dirinya. Aku sempat berharap hari itu tidak ada jalan sehat. Akan tetapi itu hanya sebatas harapan. Sesampainya di sekolah aku segera mengganti seragamku dengan baju olahraga dan segera bergabung ke dalam barisan start. Setelah berapa ratus meter, tiba-tiba…. gubrak…. aku terpeleset, untung waktu itu rombongan sudah jauh meninggalkanku. Sialnya, sepatuku juga terjatuh ke sebuah parit. Aku panik, bingung. Kemudian aku memutuskan untuk kembali ke rumah dengan menenteng sepatu yang kotornya bukan main itu.
2) Narasi sugestif
Narasi sugestif yaitu narasi yang mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan atau imajinasi pengarang. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran yang ingin dicapai adalah kesan terhadap peristiwa itu.
B. Kerangka Pikir
Kemampuan berbahasa dalam KBK mencakup empat aspek yaitu keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Menulis adalah kegiatan menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa melalui tulisan, dengan maksud dan pertimbangan tertentu untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki. Di dalam kegiatan menulis terdapat jenis-jenis menulis yaitu eksposisi, deskripsi, argumentasi dan narasi. Narasi atau kisahan merupakan corak tulisan yang bertujuan
menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Narasi dibedakan menjadi dua yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
Peneliti mengadakan tes tertulis kepada siswa. Setelah tes selesai, peniliti menganalisis hasil kerja siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi ekspositoris.
Bagan Kerangka Pikir
Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
Menulis Membaca
Menyimak Berbicara
Menulis Narasi Ekspositoris
Temuan Analisis Data
23 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh teori dan informasi lain yang relevan dan dapat mendukung rumusan masalah penulisan ini. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Deskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya.
B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan target penting dalam penelitian sebab variabel adalah objek penelitian. Adapun variabel dalam objek penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Makassar. Objek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar.
D. Populasi dan Sampel
Yang akan menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat berikut ini.
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar sebanyak 9 kelas.
2. Sampel
Berdasarkan pendapat Arikunto (2002:107), “Jika jumlah anggota populasi sama atau lebih dari 100 maka diambil 10% sampai 15%, atau 20% sampai 25% untuk diteliti. Jika jumlah populasi kurang dari 100 maka diambil semua untuk diteliti”. Jadi, karena jumlah siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini sebanyak 9 kelas atau 320 orang. Jadi, peneliti melakukan teknik random atau acak secara kelas. Pelaksanaan acak secara kelas menghasilkan satu kelas yang menjadi sampel penelitian, yaitu kelas VIII-2 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang..
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk penugasan. Siswa disuruh menulis karangan narasi ekspositoris dengan tema pengalaman pribadi. Adapun soal yang akan diberikan kepada siswa yaitu tulislah pengalaman pribadi anda yang paling menarik dua bulan terakhir dengan waktu 75 menit.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara teknik tes tertulis atau penugasan untuk menulis pengalaman pribadi siswa.
25 Pengelolaan data pada penelitian ini dilakukan setelah terkumpulnya data. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif.
Untuk analisis secara kuantitatif digunakan analisis dan deskriptif, yaitu skor rata-rata dan persentase serta nilai maksimum dan minimum yang diperoleh mahasiswa kemudian nilai tersebut dikategorikan dengan menggunakan kategori skala berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan (Yasmin, 2009).
Tabel 3.1 Aspek penilaian
No Aspek yang dinilai Skor
1 Kesesuaian judul dengan tema 15
2 Kesesuaian alur cerita dengan model karangan narasi
25
3 Diksi (pilihan Kata) 10
4 Penulisan ejaan (tanda titik dan koma) 10
5 Penulisan huruf kapital 10
6 Penulisan struktur kalimat 20
7 Kerapian Tulisan 10
JUMLAH 100
(Suparno, 2004)
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari kelas yang diteliti dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis. Teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah data analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersama, yaitu reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Jadi, pemberian skor minimal dalam menulis karangan narasi ekspositoris
dianggap mampu apabila mencapai nilai 75 ke atas dengan nilai klasikal 85% dari jumlah sampel.
Rumus yang digunakan yaitu rumus persentase, untuk mengolah data peneliti yaitu:
𝑻𝒆𝒌𝒏𝒊𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 = Skor yang diperoleh siswa Jumlah sampel 𝑥100
(Kusmiati, 2007: 27) Tabel 3.2 Kategori Penilaian
Nomor Kategori Nilai
1. Sangat baik 85-100
Mampu
2. Baik 75-84
3. Cukup 65-74
Kurang mampu
4. Kurang 55- 64
5. Sangat kurang 0-54
(Kunandar, 2011:234).
27 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini dibahas secara rinci hasil penelitian tentang kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar. Pemecahan masalah tersebut dapat dilihat dari hasil analisis data. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk kuantitatif, yakni gambaran tentang kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar yang dinyatakan dalam angka.
Tabel 4.1 Skor Tes Kemampuan Menulis Karanga Narasi
NO NAMA SISWA ASPEK YANG DINILAI
SKOR 1 2 3 4 5 6 7
1 A. Nur Ilmi Amaliyah M. 12 23 8 8 8 17 8 84 2 Abdullah Jauzaki Hidayat 12 23 8 8 8 17 8 84 3 Abdul Qhadir Jailani 12 23 8 8 8 17 8 84 4 Abdul Salam Bakhtiar 12 23 8 8 8 17 8 84
5 Ahmad Ramadhan 12 23 8 8 8 17 8 84
6 Alfaris Arjun Pandega 12 23 8 8 8 17 8 84 7 A. Besse Zalzabilah Putri T. 12 23 8 8 8 17 8 84 8 A. Muhammad Arif Athallah 12 23 8 8 8 17 8 84
9 Ardiasyah 10 19 7 8 7 15 8 74
10 Arseti Sabila 12 23 8 8 8 17 8 84
11 Astri Eka Aulia 12 23 8 8 8 17 8 84
12 Aulia Faried 12 23 8 8 8 17 8 84
13 Cindy Yusnita 12 23 8 8 8 17 8 84
14 Erika Rahmiyanti Tamrin 12 23 8 8 8 17 8 84
15 Fitriyani Takko 12 23 8 8 8 17 8 84
16 Haliza Auralia 12 23 8 8 8 17 8 84
17 Hardianti 12 23 8 8 8 17 8 84
18 Kefin Indrawan 12 23 8 8 8 17 8 84
19 Muh. Fachrul Hidayat 12 23 8 8 8 17 8 84
20 Muh. Nusyam Hidayat 12 23 8 8 8 17 8 84 21 Muh. Fachry Aprilian 12 23 8 8 8 17 8 84 22 Muhammad Alfatih Fahrezi 12 23 8 8 8 17 8 84 23 Muhammad Alif Abu
Saputra 12 23 8 8 8 17 8 84
24 Muhammad Arafah Alif 12 23 8 8 8 17 8 84 25 M. Darmawansyah Putra N. 12 23 8 8 8 17 8 84 26 Muhammad Farin Maksuka 12 23 8 8 8 17 8 84 27 Nayla Permata Mega M. 12 23 8 8 8 17 8 84 28 Nazwa Anugrah Ramadani 12 23 8 8 8 17 8 84
29 Nurul Fauziah 12 23 8 8 8 17 8 84
30 Riska Nur Annisa 11 20 7 8 8 16 7 77
31 Rizaldy Nasir Hamzah 13 23 8 8 9 18 8 87
32 Sri Wahyuni 12 21 8 7 7 16 8 79
Jumlah 2600
Nilai Rata-Rata 81,25
Pencapaian Nilai 75 ke atas 31 atau 96.875%
Keterangan Tabel 4.1:
Kriteria 1 : Kesesuaian judul dengan tema,
Kriteria 2 : Kesesuaian alur cerita dengan model karangan narasi, Kriteria 3 : Diksi (pilihan Kata),
Kriteria 4 : Penulisan ejaan (tanda titik dan koma), Kriteria 5 : Penulisan huruf kapital,
Kriteria 6 : Penulisan struktur kalimat, Kriteria 7 : Kerapian Tulisan.
Berdasarkan tabel 4.1 tentang skor siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar dapat dilihat ringkasannya yaitu nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes kemampuan menulis narasi ekspositoris adalah 81.25.
Hasil data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa tingkat kemampuan menulis narasi ekspositoris siswa kelas VIII berdasarkan rata-rata dapat dikatergorika baik.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari keseluruhan siswa sampel yang memperoleh nilai 85-100 sebagai nilai tertinggi yang dicapai
29 siswa sebanyak 1 orang sampel. Nilai modus yang dicapai oleh siswa sampel adalah nilai 75-84 sebagai nilai baik yang dicapai siswa sebanyak 30 orang siswa sampel. Sedangkan skor terendah yang dicapai oleh siswa sampel adalah nilai 65-74 sebagai nilai cukup yang dicapai adalah 1 Orang.
Pengolahan data dilakukan pengelompokan nilai siswa sampel dan sekaligus mengetahui peringkat siswa secara presentatif maka digunakan skala penilaian dengan rentan skor siswa antara nilai sangat kurang sampai sangat baik sebagaimana pada penjelasan sebelumnya. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Frekuensi dan Presentase Kemampuan Menulis Karangan Narasi
No Nilai Kategori Frekuensi Presentase Nilai Kategori
1 85 – 100 Sangat Baik 1 3,125%
96,875% Mampu
2 75 – 84 Baik 30 93,75%
3 65 – 74 Cukup 1 3,125%
3,125% Tidak Mampu
4 55 – 64 Kurang 0 0,00%
5 0 – 54 Sangat Kurang 0 0,00%
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil persentase skor siswa untuk menulis karangan narasi sebagai berikut:
1. Nol persen atau tidak ada seorang siswa yang berpredikat sangat kurang dan kurang.
2. Tiga koma tigabelas persen atau satu orang siswa yang berpredikat cukup.
3. Sembilan puluh tiga koma tujuh puluh lima persen yang berpredikat baik atau 30 orang siswa.
4. Tiga koma tigabelas persen atau satu orang siswa berpredikat sangat baik.
Dengan demikian, jelas terlihat bahwa hasil skor atau nilai yang berpredikat cukup yaitu, satu orang atau 3.13%. Sedangkan siswa yang berpredikat baik yaitu, 30 orang atau 93.75%. Siswa yang berpredikat sangat baik yaitu satu orang atau 3.13%.
Dari pernyataan pada tebel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah siswa sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas sebanyak 31 orang siswa sampel atau 96.875% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah 75 satu orangatau 3.125%. Jadi, nilai perolehan siswa tersebut jika dihubingkan dengan interval ketuntasan minimal secara klasikal, yaitu 85% ke atas dari jumlah siswa sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas dinyatakan mampuh. Jadi, kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar dalam menulis karangan narasi ekspositoris dinyatakan mampu karena mencapai 96.875% dari jumlah keseluruhan siswa sampel.
B. Pembahasan
Pada bagian ini diuraikan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian. Hasil yang dimaksud adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui data yang terkumpul dan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti.
Hasil analisis data berdasarkan tabel 4.1 dapat diketehui bahwa dari keseluruhan siswa sampel yang memperoleh nilai 85-100 sebagai nilai tertinggi yang dicapai mahasiswa sebanyak 1 orang sampel yaitu Rizaldy
31 Nasir Hamzah. Nilai modus yang dicapai oleh siswa sampel adalah nilai 75-84 sebagai nilai baik yang dicapai siswa sebanyak 30 orang siswa sampel yaitu: A. Nur Ilmi Amaliyah M, Abdullah Jauzaki Hidayat, Abdul Qhadir Jailani, Abdul Salam Bakhtiar, Ahmad Ramadhan, Alfaris Arjun Pandega, A. Besse Zalzabilah Putri Tiara, Andi Muhammad Arif Athallah, Arseti Sabila, Astri Eka Aulia, Aulia Faried, Cindy Yusnita, Erika Rahmiyanti Tamrin, Fitriyani Takko, Haliza Auralia, Hardianti, Kefin Indrawan, Muh. Fachrul Hidayat, Muh. Nusyam Hidayat, Muh. Fachry Aprilian, Muhammad Alfatih Fahrezi, Muhammad Alif Abu Saputra, Muhammad Arafah Alif, M. Darmawansyah Putra N, Muhammad Farin Maksuka, Nayla Permata Mega M., Nazwa Anugrah Ramadani, Nurul Fauziah, Riska Nur Annisa, dan Sri Wahyuni. Sedangkan skor terendah yang dicapai oleh ,mahasiswa sampel adalah nilai 65-74 sebagai nilai cukup yang dicapai oleh satu orang siswa yaitu Ardiasyah.
Untuk memudahkan pengolahan data maka dilakukan pengelompokan nilai siswa sampel. Untuk mengetahui peringkat siswa secara presentatif maka digunakan skala penilaian dengan rentan skor siswa antara nilai sangat kurang sampai sangat baik
Hasil analisis data pada table 4.2 menunjukkan bahwa skor atau nilai yang berpredikat cukup yaitu, 1 atau 3.13%. Sedangkan siswa yang berpredikat baik yaitu, 30 orang atau 93.75%. Siswa yang berpredikat sangat baik yaitu 1 orang atau 3.13%.
Dari pernyataan pada tebel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah siswa sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas sebanyak 31 orang siswa sampel atau 96.875% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah 75 sebanyak satu orang atau 3.125. Jadi, nilai perolehan siswa tersebut jika dihubingkan dengan interval ketuntasan minimal secara klasikal, yaitu 85% ke atas dari jumlah mahasiswa sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas dinyatakan mampuh. Jadi, kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar dalam menulis karangan narasi ekspositoris dinyatakan mampu karena mencapai 96.875% dari jumlah keseluruhan siswa sampel.
33 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah siswa sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas sebanyak 31 orang siswa sampel atau 96.875% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah 75 sebanyak 1 orang atau 3.125. Jadi, nilai perolehan siswa tersebut jika dihubingkan dengan interval ketuntasan minimal secara klasikal, yaitu 85%
ke atas dari jumlah mahasiswa sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas dinyatakan mampuh. Jadi, kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar dalam menulis karangan narasi ekspositoris dinyatakan mampu karena mencapai di atas 85% dari jumlah keseluruhan siswa sampel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Makassar dinyatakan mampu.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, peneliti menyarankan bahwa:
1. Bagi siswa, diharapkan agar selalu lebih giat lagi dalam menulis karangan narasi ekspositoris.
2. Bagi Guru, agar lebih banyak menugaskan kepada siswa untuk memahami keterampilan menulis, lebih khususnya menulis karangan narasi ekspositoris.
3. Bagi peneliti, agar lebih giat lagi mempelajari kegiatan menulis dan menambah wawasan baru.
35
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, Sakura H Ridwan. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Asdam, M., Rustan Edhy. 2009. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Makassar: CV. Awal.
Fachrudin. 1988. Menulis Merupakan Kegiatan Mengorganisasikan Buah Pikiran. Malang: Erlangga.
Finoza, Lamuddin. 2004. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Keraf, Gorys. 1987. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Keraf, Goris. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah.
Kunandar. 2011. Metode Penelitian. Bandung: Angkasa Kusmiati. 2007. Metode Penelitian. Bandung: Angkasa.
Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.
Sugihastuti. 2000. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suparno. 2004. Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Yasmin. 2009. Peningkatan Hasil Belajar Geografi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Indiividualization (TAI) Pada Kelas VII SMP Negeri 1 Mare’ Kabupaten Bone. Skripsi FMIPA Universitas Negeri Makassar.
37
39
41 RIWAYAT HIDUP
Bonefasius Boli Beda, lahir di Lamabiawa pada tanggal 30 Agustus 1989, anak pertama dari tiga bersaudara. penulis menempuh pendidikan di SDK Lamabiawa dan tamat pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Adonara Timur dan tamat pada tahun 2004.
Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMA Negeri 1 Larantuka dan tamat pada tahun 2007.. Pada tahun 2011 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi di Universitas Bosowa Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia strata satu (S1). Saat ini penulis sedang menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).